You are on page 1of 25

M.

RIVALDI ANWAR PUTRA

MAKSUD DAN TUJUAN


MAKSUD :
Maksud diadakannya praktkum ini adalah untuk
mengenalkan kepada para praktikan tentang struktur
sedimen mulai dari pembagian jenis-jenis dari struktur
sedimen, pola arus purba, dan juga current ripples
TUJUAN :
Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah agar para
praktikan dapat memahami macam-macam pola arus purba,
mengolah data arus purba dan menginterpretasikan
lingkungan pengendapan

ALAT DAN BAHAN

Penggaris
Busur Derajat
Kertas Milimeter Block
Pensil Warna

DASAR TEORI
KLASIFIKASI STRUKTUR SEDIMEN
- Struktur erosi
Struktur ini umumnya disebabkan oleh aliran fluida dan
aliran sedimen sebelum pengendapan di atas bidang
perlapisan, dan juga oleh partikel yang menggerus
permukaan sedimen. Contoh struktur yang termasuk ke
dalam struktur erosi ini sendiri adalah struktur sole marks
(flute, groove casts) dan penggerusan (channels and
scours).
- Struktur pengendapan
Terbentuk karena proses pengendapan sedimen, struktur
yang biasa dijumpai adalah perlapisan dan laminasi,
perlapisan silang siur, gelembur gelombang, lapisan
bergradasi, lapisan massif, dune, antidune dan perlapisan
antidune, hummocky cross stratification dan lain-lain.

- Struktur pasca pengendapan


Struktur ini terjadi setelah proses pengendapan,
peyebab utamanya adalah deformasi sebelum
terjadinya konsolidasi secara sempurna
- Struktur biogenik
Struktur ini pada dasarnya adalah studi mengenai
hasil gangguan organisme hidup pada sedimen atau
dikenal juga sebagai studi mengenai fosil jejak
(Collinson & Thompson, 1982). Compton (1985)
mengemukakan bahwa binatang dapat
meninggalkan jejak dengan cara menyentuh atau
menapak, bergerak melintasi, makan pada
permukaan sedimen, member atau melubangi,
menggali untuk tempat hidup, dan membuat suatu
bentukkan pada saat keluar dari sedimen.

METODOLOGI
PENELITIAN
Penelitian menggunakan metode
kuantitatif yaitu dengan menggunakan
diagram rose, dari diagram rose ini akan
ditentukan pola arus purba sehingga
didapatkan linkgkungan pengendapan
setelah itu arah dominan dari pola arus
purba dihitung dengan penghitungan
tertentu sehingga didapatkan arah arus
purba

DATA

PEMBAHASAN DAN
INTERPRETASI
IMBRIKASI KONGLOMERAT

1. pertama tama kita harus mengkonversi arah


dari jurus downdip menjadi jurus updip dengan
cara menambahkannya dengan 180, dari sini
didapatkan angka 195 + 180 = 375
2. Arah dari dip selalu tegak lurus dengan arah
jurus, oleh karena itu untuk mendapatkan
updip atau arah arus purba maka perlu
ditambahkan 90, sehingga menjadi 465
3. Kurangkan angka ini dengan 360, sehingga
didapatkan arah arus purbanya adalah N105

Pola arus purba yang digambarkan dari


rose net untuk struktur ini
menggambarkan pola unimodal,
khususnya unimodal dengan
penyebaran yang besar, hal ini
menunjukkan bahwa lingkungan
pengendapannya adalah fluvial dengan
high-sinousity (Tucker,1991).

Small scale cross-bedding

Fy = 8cos25 + 10sin45 8cos70 8cos20 8cos75


+ 8sin45
= 7,7
Fx = 10cos45 + 8cos65 + 8cos20 + 8cos70
8cos15 8cos45
= 7,3
tan = Fy/Fx
= 1,05
= 51,50
51,50 + 90 = 141,5

Small scale cross-bedding memiliki pola arus purba


polimodal dimana dapat diinterpretasikan lingkungan
pengendapannya adalah pada daerah delta, karena
walaupun pada daerah delta umumnya memiliki pola
unimodal, dengan adanya gangguan gelembur dan
ombak dapat menjadikan polanya lebih beragam
(Tucker, 1991). Untuk mengetahui arah arus
purbanya, maka pertama-tama perlu dicari resultan
arah pada diagram rose,
Arah arus purba relative mengarah ke arah yang
sama, maka dapat diinterpretasikan bahwa
lingkungan pengendapan berada pada lingkungan
fluvial khususnya daerah hilir.

Through cross-bedding
Pola arus purba pada struktur through crossbedding cenderung memiliki pola unimodal,
sehingga dapat diinterpretasikan lingkungan
pengendapannya adalah pada daerah fluvial.
Untuk menentukan arah arus purbanya, maka
pertama-tama harus diketahui mekanisme
pengendapan dari through cross-bedding,
yaitu arah aliran searah dengan downdip.
Data yang diplotkan dalam diagram rose
merupakan data hasil pengukuran jurus
downdip, sehingga untuk mendapatkan arah
arus purba tambahkan data dominan dengan
90, data dominan adalah N105. Oleh karena
itu, arah arus purbanya adalah N195E.

Large scale cross-bedding


Pola arus purba pada fasies ini adalah
tipe unimodal dengan penyebaran kecil,
sehingga dapat diinterpretasikan
lingkungan pengendapannya adalah
fluvial dengan low sinuosity
(Tucker,1991)

KESIMPULAN

Ketiga fasies di atas merupakan fasies


fluvial, dengan arah arus purba yang
berbeda-beda. Untuk dapat
menginterpretasi dengan lebih detail,
diperlukan data-data geologi lainnya,
karena interpretasi ini hanya didasari
oleh pola arus purba.

DAFTAR PUSTAKA
Surjono, S.S. 2010. Analisis
Sedimentologi. Yogyakarta : Pustaka
Geo

THANK YOU!!!

You might also like