Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing:
Ns,Ikha Ardianti S,kep
Disusun oleh:
Ahmad Rofiq Singgih Surya Medari
(01114044)
PRODI S1-KEPERAWATAN
STIKES INSAN CENDEKIA HUSADA BOJONEGORO
TAHUN AJARAN 2013-2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh
Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica, istilah
hemofilia
(haemophilia)
pertama
kali
diperkenalkan
oleh
seorang
dokter
berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793 - 1864), pada tahun 1928.
Pada tahun 2000 hemofilia yang dilaporkan ada 314, pada tahun 2001 kasus yang
dilaporkan mencapai 530. Diantara 530 kasus ini, 183 kasus terdaftar di RSCM,
sisanya terdaftar di Bali, Bangka, Bandung, Banten, Lampung, Medan, Padang,
Palembang, Papua, Samarinda, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan Yogyakarta.
Di antara 183 pasien hemofilia yang terdaftar di RSCM, 100 pasien telah diperiksa
aktivitas faktor VIII dan IX. Hasilnya menunjukkan 93 orang adalah hemofilia A dan
7 pasien adalah hemofilia B. Sebagian besar pasien hemofilia A mendapat
cryoprecipitate untuk terapi pengganti, dan pada tahun 2000 konsumsi cryoprecipitate
mencapai 40.000 kantong yang setara dengan kira-kira 2 juta unit faktor VIII.
Hemofilia adalah penyakit yang asing didengar oleh masyarakat awam,
sehingga masyarakat awam kurang mengetahui apa itu penyakit Hemofilia. Untuk itu
melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan penjelasan mengenai Hemofilia.
Agar kita bisa mengetahui lebih dalam lagi tentang Hemofilia
Anatomi
Darah merupakan cairan ektraseluler yang terletak dalam saluran yakni pembuluh
darah, yang terdiri atas pembuluh darah dan sel darah.
Fungsi darah :
a)
b)
c)
Transportasi metabolit atau hasil sisa yakni zat yang tidak digunakan dikirim
ke ginjal untuk selanjutnya di keluarkan melalui urine.
d)
Transportasi hasil suatu jaringan atau organ seperti hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar akan diangkut oleh darah.
e)
Transportasi hasil metabolisme di hati diangkut oleh plasma sel dan limfosit,
leukosit yang berperan dalam fagositosis.
f)
g)
Proses homeostasis melalui berbagai tahap, yakni tetap vascular, koagulasi, serta dan
rekontruksi.
1. Tahap vascular.
Tahap ini merupakan tahap awal dari kerusakan pembuluh darah, dapat terjadi
vasokontriksi lokal dan retraksi, kemudian trombosit akan mengadakan
agregasi, aglutinasi berperan atau akan lisis dan mengeluarkan bahan untuk
proses homeostasis seperti serotinin.
2. Tahap koagulasi
Pada tahap koagulasi, faktor pembekuan dan zat yang menghambat koagulasi
atau anti koagulan berperan dan terjadi keseimbangan. Proses koagulasi terdiri
atas tiga tahap. Diawali dengan proses pembekuan aktifator protrombin,
b)
c)
j)
kesehatan,
penyakit
kronis,
dan
fungsi
metabolisme.
2. Lingkungan fisik, meliputi sanitasi, cuaca, keadaan rumah,
dan radiasi.
3. Lingkungan psikososial, meliputi stimulasi, motivasi belajar,
teman sebaya, stress, sekolah, cinta kasih, interaksi anak
dengan orang tua.
d.
Faktor nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang
kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang,
anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak,
mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak di penuhi
maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat.
e.
Faktor kesehatan
Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang.
Pada anak dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh
kembang sangat mudah. Namun sebaliknya, apabila kondisi status
kesehatan kurang baik, akan terjadi perlambatan.
setiap organ.
Secara garis besar menurut Markum (1994) tumbuh kembang
dibagi menjadi 3 yaitu:
a.
b.
c.
perkembangan
lingkungan
sekitar
bayi
agar
lingkungan
diluar
keluarga
terdekat,
mereka
mulai
Perkembangan Paikososial
Dalam perkembangan psikoseksual dalam tumbuh kembang dapat
dijelaskan beberapa tahap sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)
e)
Perkembangan Biologis
Teori biologisme, biasa disebut teori nativisme menekankan pentingnya
peranan bakat. Pendirian biologisme ini dimulai lebniz (1646-1716) yang
mengemukakan
teori
kontunuitas
yang
dilanjutkan
dengan
evoluisionisme.
menekankan
peranan
lingkungan
pada
perkembangan
pribadi.
bahwa
perkembangan
organisme
itu
tidak
ditentukan
oleh
konvergensi
yang
berusaha
mensitesakan
kedua
teori
tersebut.
Sebagai makhluk kodrati yang kompleks, manusia memiliki inteligensi dan kehendak
bebas. Dalam hal perkembangan, pada awalnya manusia berkembang alami sesuai
dengan hukum alam. Kemudian perkembangan alami manusia ini menjadi jauh
melampui
perkembangan
makhluk
lain
melalui
intervensi
inteligensi
dan
kebebasannya.
Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan
salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan
Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini
dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga
lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih
banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang
membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.
diantaranya :
1) Trust vs mistrust -- bayi (lahir 12 bulan)
Anak memiliki indikator positif yaitu belajar percaya pada orang lain, tetapi selain itu
ada segi negatifnya yaitu tidak percaya, menarik diri dari lingkungan masyarakat,dan
bahkan pengasingan. Pemenuhan kepuasan untuk makan dan menghisap, rasa hangat
dan nyaman, cinta dan rasa aman itu bisa menghasilkan kepercayaan. Pada saat
kebutuhan dasar tidak terpenuhi bayi akan menjadi curiga, penuh rasa takut, dan tidak
percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku makan, tidur dan eliminasi yang buruk.
2) Otonomi vs ragu-ragu dan malu (autonomy vs shame & doubt) todler
(1-3 tahun)
Gejala positif dari tahap ini adalah kontrol diri tanpa kehilangan harga diri, dan
negatifnya anak terpaksa membatasi diri atau terpaksa mengalah. Anak mulai
mengembangkan kemandirian dan mulai terbentk kontrol diri. Hal ini harus didukung
oleh orang tua, mungkin apabila dukungan tidak dimiliki maka anak tersebut memiliki
kepribadian yang ragu-ragu.
3)
Anak mulai mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaruhi lingkungan dan
mulai mengevaluasi kebiasaan diri sendiri. Disamping itu anak kurang percaya diri,
pesimis, pembatasan dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadinya. Rasa
bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan dengan
orang tua dan anak harus diajari memulai aktivitas tanpa mengganggu hak-hak orang
lain..
4)
Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi bendabenda serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian, anak biasanya
terpengaruhi oleh guru dan sekolah. Anak juga sering hilang harapan, merasa cukup,
menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
5)
Teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat besar yang kuat terhadap perilaku
anak, anak mengembangkan penyatuan rasa diri sendiri, kegagalan untuk
mengembangkan rasa identitas dengan kebingungan peran,sering muncul dari
perasaan tidak adekuat, isolasi dan keragu-raguan.
6)
Individu mengembangkan kedekatan dan berbagi hubungan dengan orang lain, yang
mungkin termasuk pasangan seksualnya, ketidakpastian individu mengenai akan
mempunyai kesulitan mengembangkan keintiman, individu tidak bersedia atau tidak
mampu berbagi mengenai diri sendiri hal ini akan menjadikan individu meraa sendiri.
7)
Masa lansia dapat melihat kebelakang dengan rasa puas dan penerimaan hidup dan
kematian, pencaian yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan perasaan
putus asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari ketidakberuntungan.
Selain teori tersebut menurut, diketahui bahwa gejolak emosi remaja dan
masalah remaja lain pada umumnya disebabkan antara lain oleh adanya konflik peran
sosial. Di satu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di pihak lain ia
masih harus terus mengikuti kemauan orang tua. Rasa ketergantungan pada orang tua
di kalangan anak anak Indonesia lebih besar lagi, karena memang dikehandaki
demikian oleh orang tua.Konflik peran yang yang dapat menimbulkan gejolak emosi
dan kesulitan kesulitan lain pada amasa remaja dapat dikurangi dengan memberi
latihan latihan agar anak dapat mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya anak
dapat memilih jalannya sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap. Oleh karena ia
tahu dengan tepat saat saat yang berbahaya di mana ia harus kembali berkonsultasi
dengan orang tuanya atau dengan orang dewasa lain yang lebih tahu dari dirinya
sendiri.
Perkembangan moral
Moral merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian
orang berpendapat bahwa moral bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak
dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal hal yang merugikan atau bertentangan
dengan kehendak atau pandangan masyarakat.Di sisi lain tiadanya moral seringkali
dituding
sebagai
faktor
penyebab
meningkatnya
kenakalan
remaja.
Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat sendiri punya peran penting dalam
pembentukan moral. W.G. Summer (1907), salah seorang sosiolog, berpendapat
bahwa tingkah laku manusia yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari
masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi sanksi tersendiri buat pelanggar
pelanggarnya.Bayi berada dalam tahap perkembangan moral yang oleh Piaget
(Hurlock, 1980) disebut moralitas dengan paksaan (preconventional level) yang
merupakan tahap pertama dari tiga tahapan perkembangan moral.
Menurut teori Kohlberg (1968) menyatakan bahwa perkembangan moral
meliputi beberapa tahap meliputi :
A.
Anak menyesuaikan minat diri sendiri dengan aturan, berasumsi bahwa penghargaan
atau bantuan akan diterimanya, kewaspadaan terhadap moral yang bisa diterima
secara sosial, kontrol emosi didapatkan dari luar.
B.
Usaha yang dilakukan untuk memyensngkan orang lain, kontrol emosi didapat dari
dalam, anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan dan menghindari
kritikan dari yang berwenang.
C.
Individu memperoleh nilai moral yang benar, pencapaian nilai moral yang benar
terjadi setelah dicapai formal operasional dan tidak semua orang mencapai tingkatan
ini.
Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori
Kohlberg, ialah internalisasi (internalization), yakni perubahan perkembangan dari
perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan
secara internal.
Perkembangan Spiritual
Sejalan dengan perkembangan social, perkembangan keagamaan mulai
disadari bahwa terdapat aturan-aturan perilaku yang boleh, harus atau terlarang untuk
melakukannya.Perkembangan spiritual anak sangat bepengaruh sekali dalam tumbuh
kembang anak. Agama sebagai pedoman hidup anak untuk masa yang akan datang.
Selain itu, moral seorang anak juga dapat dibentuk melalui perkembangan spiritual.
Anak diberi pengetahuan adanya kepercayaan terhadap Tuhan YME sesuai dengan
kepercayaan
yang
dianut
orang
tua.
Karena
agama
seorang
anak
itu
BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling sering
dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi congenital paling sering dan serius.Kelinan
ini terkait dengan defisiensi factor VIII, IX atau XI yang ditentukan secara
genetic.(Wong,2000).
Hemofilia adalah kelainan darah bawaan yang paling sering dan serius berhubungan
denagn defisiensi factor XIII, IX, XI. Biasanya pada anak laki-laki, terpaut kromosom
X dan bersifat resesif.
Hemofilia merupakan kelainan perdarahan keturunan yang secara klinis sulit
dibedakan tetapi dapat dipisahkan dengan uji lab: Hemofilia A& Hemofilia B, dimana
Hemofilia A disebabkan oleh kekurangan aktifitas factor pembekuan VIII sementara
Hemofilia B disebabkan oleh kekurangan factor IX.
B.Klasifikasi Hemofilia
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
1.
2.
C.Tingkatan Hemofilia
Hemofilia A dan B dapat di golongkan dalam 3 tingkatan, yaitu :
Klasifikasi
Berat
Perdarahan
spontan,perdominan
pada
berat
dengan trauma.
Ringan
Perdarahan
berat
dengan
Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau
faktor IX kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami
beberapa kali perdarahan dalam sebulan. Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu
saja tanpa sebab yang jelas.
Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan
hemofilia berat.Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat,
seperti olah raga yang berlebihan.
Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan.Mereka mengalami
masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau
mangalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan mungkin akan pengalami
perdarahan lebih pada saat mengalami menstruasi.
D.Etiologi
Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII (FVIII) atau faktor IX (FIX),
dikelompokkan sebagai hemofilia A dan hemofilia B. Kedua gen tersebut terletak
pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif terkait-X. Oleh karena itu,
semua anak perempuan dari laki-laki yang menderita hemofilia adalah carier
penyakit, dan anak laki-laki tidak terkena.Anak laki-laki dari perempuan yang carier
memiliki kemungkinan 50% untuk menderita penyakit hemofilia.Dapat terjadi wanita
homozigot dengan hemofilia (ayah hemofilia, ibu carier), tetapi keadaan ini sangat
jarang terjadi.Kira-kira 33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin
akibat mutasi spontan.
a)
b)
Seorang laki - laki penderita hemofilia memiliki seorang anak dari seorang wanita
normal.
Semua anak perempuan akan menjadi pembawa sifat hemofilia (carrier), jika
mereka mewarisi kromosom X yang membawa sifat hemofilia dari sang ayah. Dan
semua anak laki - laki tidak akan terkena hemofilia, jika mereka mewarisi kromosom
Y normal dari sang ayah.
c)
Seorang laki- laki normal memiliki anak dari seorang wanita pembawa sifat
hemofilia.
Jika mereka mendapatkan anak laki -laki, maka anak tersebut 50% kemungkinan
terkena hemofilia.Ini tergantung dari mana kromosom X pada anak laki - laki itu
didapat.Jika ia mewarisi kromoson X normal dari sang ibu, maka ia tidak akan
terkena hemofilia. Jika ia mewarisi kromosom X dari sang ibu yang mengalami
mutasi, maka ia akan terkena hemofilia.
Sama halnya dengan anak laki-laki jika mereka mendapatkan anak perempuan ,maka
anak tersebut memiliki 50% kemungkinan adalah pembawa sifat hemofilia. Ia akan
normal jika ia mewarisi kromosom X normal dari sang ibu. Dan sebaliknya ia dapat
mewarisi kromosom X dari sang ibu yang memiliki sifat hemofilia, sehingga ia akan
menjadi pembawa sifat hemofilia.
d)
Seorang penderita hemofilia lahir dari seorang ibu yang bukan carrier.
Diperkirakan sampai dengan 30 % terjadi kasus dimana seorang penderita hemofilia
lahir pada sebuah keluarga tanpa hemofilia. ( Price & Wilson, 2005 ).
Faktor-faktor hemofilia :
a)
Faktor congenital
Faktor didapat.
D.Manifestasi Klinis
a)
b)
c)
E.Patofisiologi
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena anak kekurangan
factor pembekuan VII (hemofiliaA) atau faktor IX (hemofilia B atau penyakit
Christmas). Keadaan ini adalah penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen resesif Xlinked dari pihak ibu. Faktor VIII dan faktor IX adalah protein plasma yang merupakan
komponenen yang diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor tersebut diperlukan
untuk pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh cedera. Hemofilia berat terjadi
bila kosentrasi factor VIII dan IX plasma kurang dari 1%. Hemofilia sedang terjadi bila
kosentrasi plasma antara 1% dan 5%, dan hemofilia ringan terjadi bila kosentrasi
plasma antara 5% dan 25% dari kadar normal. Manifestasi klinisnya bergantung pada
umur anak dan hebatnya defisiensi factor VIII dan IX. Hemofilia berat ditandai
perdarahan kambuhan, timbul spontan atau setelah trauma yang relative ringan. Tempat
perdarahan paling umum adalah di dalam persensian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu,
dan pangkal paha. Otot yang paling sering terkena adalah fleksor lengan bawah,
gastroknemius, dan iliopsoas. Karena kemajuan dalam bidang pengobatan, hamper
semua pasien hemofilia diperkirakan dapat hidup normal (Betz & Sowden, 2002).
Kecacatan dasar dari hemofilia A adalah defisiensi factor VIII antihemophlic
factor (AHF). AHF diproduksi oleh hati dan merupakan factor utama dalam
pembentukan tromboplastin pada pembekuan darah tahap I. AHF yang ditemukan
dalam darah lebih sedikit, yang dapat memperberat penyakit. Trombosit yang melekat
pada kolagen yang terbuka dari pembuluh yang cedera, mengkerut dan melepaskan
ADP serta faktor 3 trombosit, yang sangat penting untuk mengawali system pembekuan,
sehingga untaian fibrin memendek dan mendekatkan pinggir-pinggir pembuluh darah
yang cedera dan menutup daerah tersebut. Setelah pembekuan terjadi diikuti dengan
sisitem fibrinolitik yang mengandung antitrombin yang merupakan protein yang
mengaktifkan fibrin dan memantau mempertahankan darah dalam keadaan cair.
Penderita hemofilia memiliki dua dari tiga faktor yang dibutuhkan untuk proses
pembekuan darah yaitu pengaruh vaskuler dan trombosit (platelet) yang dapat
memperpanjang periode perdarahan, tetapi tidak pada tingat yang lebih cepat. Defisiensi
faktor VIII dan IX dapat menyebabkan perdarahan yang lama karena stabilisasi fibrin
yang tidak memadai. Masa perdarahan yang memanjang, dengan adanya defisiensi
faktor VIII, merupakan petunjuk terhadap penyakit von willebrand. Perdarahan pada
jaringan dapat terjadi dimana saja, tetapi perdahan pada sendi dan otot merupakan tipe
yang paling sering terjadi pada perdarahan internal. Perubahan tulang dan kelumpuhan
dapat terjadi setelah perdarahan yang berulang-ulang dalam beberapa tahun. Perdarahan
pada leher, mulut atau dada merupakan hal yang serius, sejak airway mengalami
obstruksi. Perdarahan intracranial merupakan salah satu penyebab terbesar dari
kematian . Perdarahan pada gastrointestinal dapat menunjukkan anemia dan perdarahan
pada kavum retroperitoneal sangat berbahaya karena merupakan ruang yang luas untuk
berkumpulnya darah. Hematoma pada batang otak dapat menyebabkan paralysis
(Wong, 2001)
.
Pathway
Factor pembekuan darah
IX
VIII
XI
Hemophilia
pendarahan
musculoskeletal
hemartrosis
sirkumsisi
pendarahan hebat
hidung
lepasnya mukosa
mukosa mulut
pendarahan pada
mukosa
inflamasi
nyeri
epitaksis
trombosit
splenomegaly
anemia
suplai O2
<volume cairan
Kekurangan
volume cairan
leukosit,keeping darah,eritrosit
pembesaran limpa
gejala 5L
Resiko tinggi perubahan
jaringan
keb.02
medulla oblongata
intoleransi aktifitas
Meningkatkan pernafasan
Dyspnea
F.Komplikasi
1)
Timbulnya inhibitor.
Inhibitor adalah cara tubuh untuk melawan apa yang dilihatnya sebagai benda
asing yang masuk. Hal ini berarti segera setelah konsetrat faktor diberikan tubuh
akan melawan dan akan menghilangnya. Suatu inhibitor terjadi jika sistem
kekebalan tubuh melihat konsetrat faktor VIII atau faktor IX sebagai benda asing
dan menghancurkanya.Pada penderita hemofilia dengan inhibitor terhadap
konsetrat faktor, reaksi penolakkan mulai terjadi segera setelah darah diinfuskan.
Ini berarti konsetrat faktor dihancurkan sebelum ia dapat menghentikan
pendarahan.
2)
3)
.
G.Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Lab. Darah :
a)
Hemofilia A
Defisiensi factor VIII
PTT (Partial Thromboplastin Time) amat memanjang
PT (Prothrombin Time/ waktu protombin) memanjang
TGT (Thromboplastin Generation Test)/ diferential APTT dengan
plasma abnormal
Jumlah trombosit dan waktu perdarahan normal
b)
Hemofilia B
Defisiensi factor IX
PTT (Partial Thromboplastin Time) amat memanjang
PT (Prothrombin Time)/ waktu protombin dan waktu perdarahan normal
TGT (Thromboplastin Generation Test)/ diferential APTT dengan serum
abnormal
c).
d).
e).
Uji fungsi feal hati : digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit hati (
misalnya, serum glutamic piruvic trasaminase [ SPGT ], serum glutamic
oxaloacetic transaminase [ SGOT ], fosfatase alkali, bilirubin ).
(Endhy. 2011. Asuhan keperawatan pada anak dengan hemofilia)
H. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
Pemberian konsentrat factor VIII dan IX pada klien yang mengalami perdarahan
aktif atau sebagai upaya pencegahan sebelum pencabutan gigi dan pembedahan
Bidai dan alat orthopedic bagi klien yang mengalami perdarahan otot dan sendi.
Terapi Suportif
Pengobatan rasional pada hemofilia adalah menormalkan kadar factor anti
hemophilia yang kurang.
Melakukan pencegahan baik menghindari luka atau benturan.
Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar aktivitas
factor pembekuan sekitar 30-50%
Untuk mengatasi perdarahan akut yang terjadi maka dilakukan tindakan
pertama seperti rest, ice, compression, elevation (RICE) pada lokasi
perdarahan
b)
c)
Ice (kompres dengan menggunakan es), kompres ini berguna untuk menciutkan
pembuluh darah dan es juga bisa berfungsi sebagai penghilang nyeri.
d)
e)
pemberian
kortikosteroid
sangat
membantu
untuk
I. Discharge planning
Terapi di rumah memungkinkan pasien memperoleh terapi awal yang optimal.
Strategi ini idealnya dapat dicapai dengan penyediaan konsentrat faktor pembekuan
atau produk liofilik lain yang aman dan dapat disimpan di dalam kulkas serta mudah
disiapkan. Namun, terapi di rumah dimungkinkan pemberian kriopresipitat, dengan
syarat pasien memiliki lemari pembeku yang sederhana namun dapat diandalkan
dirumah (ini sulit dilakukan).Tetapi konsentrat faktor pembekuan tidak boleh beku.
a)
Terapi di rumah harus diawasi secara ketat oleh pusat perawatan komprehensif
dan dimulai setelah diberikan pendidikan dan cara penyediaan obat yang adekuat.
Sebuah program sertifikasi dapat dikerjakan dan teknik dimonitor pada kunjungan
secara komprehensif.
b)
c)
d)
Pasien atau orang tua harus mencatat kejadian perdarahan yang meliputi tanggal
dan lokasi perdarahan, dosis dan jumlah produk yang dipakai, juga tiap efek
samping.
e)
Perawatan rumah dapat dimulai pada anak-anak muda dengan akses vena
adekuat dan anggota keluarga yang sudah dimotivasi serta menjalani pelatihan
adekuat. Anak-anak yang lebih tua dan remaja dapat belajar menginfus sendiri
dengan bantuan keluarga.
f)
Alat akses vena yang diimplantasi (Port-A-Cath) dapat membuat terapi injeksi
jauh lebih mudah,namun sberkaitan dengan infeksi lokal dan trombosis. Sehingga,
risiko dan keuntungan harus dipertimbangkan dan didiskusikan dengan pasien
dan/atau orang tuanya
Diagnosa Keperawatan:
1.
2.
3.
4.
5.
No
Diagnisa Keperawatan
1. Gangguan pola nafas
berhubungan dengan
dispnea
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2 x 24 jam
diharapkan ganggua pola
nafas teratasi dengan kriteria
hasil :
1.sesak berkurang
2. pola nafas kembali
normal
1.
2.
3.
4.
2.
1. perdarahan anak
terkendali
2. input dan output
Intervensi
Pantau kecepatan irama,
kedalaman dan usaha
respirasi
Pantau pola pernafasan
misalnya bradispnue,
takipsneu dan pernafasan
kusmaul.
Auskultasi bunyi nafas,
perhatikan area penurunan
atau tidak adanya ventilasi
dan adanya bunyi nafas
tambahan.
Kolaborasikan dengan
dokter dalam pemberian
O2
Rasional
1. Untuk mengetahui kcepatan dan
kedalaman usaha respirasi
2. Untuk menentukan jenis kelainan
pola nafas klien
pembuluh darah
2. Penurunan sirkulasi darah
Ttd
seimbang
3. kebutuhan cairan
terpenuhi
4.
Gangguan intoleransi
aktifitas berhubungan
dengan suplai dan
kebutuhan oksigen
mempertahankan homeostatis.
Perdarahan jaringan lunak dan
hemoragi pada sendi dapat
menekan saraf
2. Menurunkan rasa nyeri
1.
3. Kompres es dapat
menyebabkan vasokontraksi
4. Aspirin dapat mengganggu pH
inadekuat
5.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz ( 2006 ). Pengantar ilmu keperawatan Anak.
Diakses selasa,11 maret 2014,jam 16.00 wib
Hidayat, Aziz Alimul A.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta
Diakses selasa,11 maret 2014,jam 16.00 wib
Sudoyo, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2
Muscari, Mary E.. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik
Diakses hari senin,10 maret 2014,jam 20:00 wib
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Diakses hari senin,10 maret 2014,jam 20:00 wib
Wong,donna L(1990).buku ajaran keperawatan pediatric
Diakses hari senin,10 maret 2014,jam 20:00 wib