You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN MOLA

OLEH :
A.A KERISNA CHAHYANTI

083210221

DEWA AYU GUSTIAN DEWI

083210224

NI KADEK RUSMALINA PUTRIANI

083210

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
2010

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari


pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
optimal.
Pada saat ini kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 373 per 100.000
kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan Negara di Asia lainnya seperti Filipina yaitu 210
per 100.000 kelahiran hidup dan Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka
kematian ibu tertinggi di India dan Bangladesh 440 per 100.000 kelahiran hidup.
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh tiga factor utama yaitu
perdarahan, infeksi dan toxemia gravidarum. Salah satu factor tersebut adalah perdarahan
dan perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa. Dalam mencegah
terjadinya kematian pada wanita khususnya yang mengalami perdarahan yang disebabkan
karena mola hidatidosa.
Mola hidatidosa adalah suatu penyakit trofoblas gestasional sebagai akibat dari suatu
kehamilan yang berkembang tidak sempurna. Kehamila mola hidatidosa terjadi pada ibu
multipara dengan kondisi kesehatan status gizi yang kurang dan lebih banyak dijumpai pada
golongan sosio ekonomi rendah.
Di Indonesia menunjukan angka kejadian mola hidatidosa berkisar 1 : 51 sampai 1 : 141
kehamilan. Sedangkan di Negara Barat angka kejadian ini lebih rendah dari pada NegaraNegara Asia dan Amerika Latin. Mengingat semakin meningkatnya angka kejadian mola
hidatidosa, maka perlu perawatan yang intensif dan tindakan pelayanan yang komprehensif
melalui proses keperawatan serta melibatkan banyak sektor. Karena itulah kami menyusun
makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Mola.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dpt diambil adalah :

Apakah pengertian dari mola hidatidosa ?

Apakah penyebab dari mola hidatidosa ?

Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Pengertian
Menurut beberapa ahli pengertian mola hidatidosa adalah sebagai berikut :

Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh


berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga
hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23).

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus


korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan
tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus,
gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro,
Hanifa, dkk, 2002 : 339).

Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi


sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio
mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan
sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary,
1995 : 104).

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi


kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik. (Mansjoer, Arif, dkk, 2001 :
265).

Mola hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai
tingkat proliferasi tropoblast dan edema stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk,
1991 : 514).

Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi


choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak
terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh, 1973 : 325).

Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi


sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio
mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan
sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary,
1995 : 104).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas yang dimaksud dengan mola hidatidosa


adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami
perubahan hidrofobik yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan
dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous. Embrio
mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan
sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG).
B. Penyebab
Penyebab mola hidatidosa belum diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya adalah
Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat
dikeluarkan.
Imunoselektif dari tropoblast
Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Kekurangan protein dan asam folat, infeksi virus dan faktor kromosom yang
belum jelas

Kekurangan gizi pada ibu hamil.


Kelainan rahim.
Wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun.
C. Tanda dan Gejala
Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 16, dimana kita dapat melihat
adanya tanda-tanda seperti dibawah ini :

Ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa

Pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan

Bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada
pakaian dalam.

Adapun gejala dari mola hidatidosa adalah :

Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.

Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).

Gejala gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan berat


badan yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.

Gejala gejala preeklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,


peningkatan tekanan darah, proteinuria.

D. Patofisiologi
E. Klasifikasi
Klasifikasi mola hidatidosa berdasarkan ada atau tidaknya janin yaitu :
Mola Hidatidosa Komplit (Klasik)
Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit
terlihat sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki karakteristik
yaitu :

Tidak ada pembuluh pada vili yang membengkak

Prolifersi dari epitel trofoblas dengan bermacam-macam ukuran

Tidak adanya janin atau amnion

Mola Hidatidosa Inkomplit (Parsial)


Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin
masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada
pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel
trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang
normal.
F. Manifestasi Klinik
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosa adalah :

Amenore dan tanda-tanda kehamilan

Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada


keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.

Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih. Preeklampsia atau eklampsia
yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Fisik

Mola lengkap (Complete mole)

Tanda klasik: pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan yang
diharapkan, atau dengan kata lain, ukuran (uterus) inkonsisten dengan usia
kehamilan.
Pembesaran yang tidak diharapkan ini disebabkan oleh pertumbuhan
trofoblas yang berlebihan (excessive trophoblastic growth) dan darah yang
tertahan (retained blood)

Preeclampsia (Preeklamsia)

Sekitar

27%

pasien

mola

lengkap

disertai

toksemia,

yang

ditandai dengan:

hipertensi (tekanan darah>140/90 mmHg)

proteinuria (>300 mg/hari)

edema dengan hyperreflexia, kejang (convulsion) jarang terjadi.

Kista teka lutein (Theca lutein cysts)


Kista ini merupakan kista ovarium yang berdiameter lebih dari 6 cm dan
menyertai pembesaran ovarium. Karena meningkatnya ukuran ovarium,
dapat berisiko terjadi puntiran (torsion). Kista ini tidak terdeteksi dengan
palpasi bimanual namun teridentifikasi dengan USG (ultrasonography).
Selain itu, kista ini berkembang sebagai respon (tanggapan) atas tingginya
kadar beta-HCG, dan mengecil spontan setelah mola dievakuasi (diangkat).

Mola parsial (Partial mole)

Pembesaran uterus dan preeclampsia dilaporkan terjadi hanya pada 3%


pasien.

Jarang disertai kista teka lutein, hiperemesis, dan hipertiroidisme.


Kembar (Twinning).

Kembar dengan mola lengkap dan janin (fetus) dengan plasenta normal
telah dilaporkan. Kasus bayi sehat pada keadaan seperti ini telah
dilaporkan pula.

Wanita dengan coexistent molar dan kehamilan (gestation) normal


berisiko tinggi untuk berkembang menjadi persistent disease dan
metastasis. Tindakan mengakhiri kehamilan (termination of pregnancy)
merupakan pilihan yang direkomendasikan.

Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil, tanpa


perdarahan (hemorrhage), thyrotoxicosis, atau hipertensi berat. Pasien

haruslah diberitahu tentang tingginya risiko morbiditas maternal (kematian


ibu) ari komplikasi yang mungkin terjadi.

Diagnosis genetika prental melalui sampel chorionic villus atau


amniocentesis direkomendasikan untuk mengevaluasi karyotype janin
(fetus).

Pemeriksaan Laboratorium

Quantitative beta-HCG
Kadar HCG lebih dari 100,000 mIU/mL mengindikasikan pertumbuhan trofoblas
yang berlebihan (exuberant trophoblastic growth) dan dugaan adanya kehamilan mola
haruslah disingkirkan. Kadar HCG pada kehamilan mola biasanya normal.

Hitung darah lengkap dengan trombosit (complete blood cell count with platelets)
Anemia merupakan komplikasi medis yang umum terjadi, sebagai perkembangan
(development) dari proses koagulopati.

Fungsi pembekuan (clotting function)


Tes ini dilakukan untuk menyingkirkan dugaan adanya komplikasi akibat proses
perkembangan koagulopati.

Tes fungsi hati (Liver function test)

Blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin

Thyroxin
Meskipun wanita dengan kehamilan mola secara klinis biasanya euthyroid, namun
kadar plasma thyroxin biasanya naik di atas nilai normal wanita dengan kehamilan
normal. Di samping itu, gejala hyperthyroidism dapat terjadi.

Serum inhibin A dan activin A


Serum inhibin A dan activin A menjadi 7-10 kali lipat lebih tinggi pada kehamilan
mola dibandingkan dengan kehamilan normal pada usia kehamilan (gestational) yang
sama.

Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan gangguan mola hidatidosa adalah :

Perforasi uterus saat melakukan tindakan kuretase (suction curettage) terkadang


terjadi karena uterus luas dan lembek (boggy). Jika terjadi perforasi, harus segera
diambil tindakan dengan bantuan laparoskop.

Perdarahan

(hemorrhage)

merupakan

komplikasi

yang sering terjadi

saat

pengangkatan (evacuation) mola. Oleh karena itu, oksitosin intravena harus diberikan
sebelum evakuasi mola. Methergine dan atau Hemabate juga harus tersedia. Selain
itu, darah yang sesuai dan cocok dengan pasien juga harus tersedia.

Penyakit trofoblas ganas (malignant trophoblastic disease) berkembang pada 20%


kehamilan mola. Oleh karena itu, quantitative HCG sebaiknya dimonitor terusmenerus selama satu tahun setelah evakuasi (postevacuation) mola sampai hasilnya
negatif.

Pembebasan faktor-faktor pembekuan darah oleh jaringan mola memiliki aktivitas


fibrinolisis. Oleh karena itu, semua pasien harus diskrining untuk disseminated
intravascular coagulopathy (DIC).

Emboli trofoblas dipercaya menyebabkan acute respiratory insufficiency. Faktor


risiko terbesar adalah ukuran uterus yang lebih besar dibandingkan usia kehamilan
(gestational age) 16 minggu. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :

Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis

Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana


sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada :
Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting,
pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji
kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ
sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson

Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera

Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)

Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas,
masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola
hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses
evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL
dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap
perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).
Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber
vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat
digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan
tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan
setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600
mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L
praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif),
berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan
USG tiap 2 minggu.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang

Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :

Riwayat kesehatan sekarang


Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih
besar dari usia kehamilan.

Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.

Riwayat penyakit yang pernah dialami


Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.

Riwayat kesehatan keluarga


Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.

Riwayat kesehatan reproduksi


Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluhan yang menyertainya

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas


Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan
serta keluahn yang menyertainya.

Riwayat pemakaian obat


Kaji riwayat pemakaian kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.

Pola aktivitas sehari-hari


Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

Pemeriksaan fisik, meliputi :

Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya


terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran
dan penghidu.
Hal yang di inspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap
warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola
pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan

dan

postur,

penggunaan

ekstremitas,

adanya

keterbatasan fifik, dan seterusnya

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh


dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal.

Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung


pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi
tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi
yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan


bantuan

stetoskop

dengan

menggambarkan

dan

menginterpretasikan bunyi yang terdengar.


Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus
atau denyut jantung janin.

Pemeriksaan laboratorium
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap
smear

Keluarga berencana
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah
klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

Data psikososial
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping
yang digunakan.

Status sosio-ekonomi
Kaji masalah finansial klien

Data spiritual
Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan keagamaan
yang biasa dilakukan.

Diagnosa Keperawatan

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.

Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Implementasi
No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Evaluasi

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.

Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Rasional

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

You might also like