You are on page 1of 18

BAB I

Pendahuluan
A. Latar belakang
Infeksi TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan
herpes simplex) adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita
hamil kepada bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi
menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan. Dugaan
terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan
darah atau skrining. Jika hasilnya positif, atau terdapat infeksi aktif,
selanjutjnya disarankan pemeriksaan diagnostik berupa pengambilan sedikit
cairan ketuban untuk diperiksa di laboratorium.
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang
disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes
simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil. TORCH merupakan singkatan
dari Toxoplasma gondii (toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes
Simplex Virus (HSV) and other diseases. Infeksi TORCH ini sering
menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun
pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Infeksi TORCH
bersama dengan paparan radiasi

dan obat-obatan teratogenik

dapat

mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa


timbul akibat TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada
saraf, mata, kelainan pada otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi
motorik, hidrosepalus, dan lain sebagainya.
TORCH tidak hanya berkaitan dengan masalah kehamilan saja.
TORCH juga bisa meyerang orang tua, anak muda, dari berbagai kalangan,
usia, dan jenis kelamin. TORCH bisa menyerang otak (timbul gejala sering
sakit kepala misalnya), menyebabkan sering timbul radang tenggorokan, flu
berkepanjangan, sakit pada otot, persendian, pinggang, sakit pada kaki,
lambung, mata, dan sebagainya.

Diagnosis dilakukan dengan tes ELISA. Ditemukan bahwa antibodi


IgM menunjukkan hasil positif 40 (10.52%) untuk toksoplasma, 102 (26.8%)
untuk Rubella, 32 (8.42%) untuk CMV dan 14 (3.6%) untuk HSV-II. Antibodi
IgG menunjukkan hasil positif 160 (42.10%) untuk Toxoplasma, 233 (61.3%)
untuk Rubella, 346 (91.05%) untuk CMV dan 145 (33.58%) untuk HSV-II.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah mahasiswa mampu mengaplikasikan
asuhan keperawatan dan mengetahui infeksi TOURCH pada ibu hamil.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Apa definisi dari TOURCH
b. Bagaimana etiologi dari TOURCH
c. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan infeksi TOURCH
d. Bagaimana asuhan keperawatannya

BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh
(Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex
virus II (HSV-II) dalam wanita hamil. TORCH merupakan singkatan dari
Toxoplasma gondii (toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes
Simplex Virus (HSV) and other diseases. Infeksi TORCH ini sering
menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita
maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan.
1. TOXOPLASMOSIS
a. Definisi
Toxoplasmosis

adalah penyakit

infeksi

yang disebsbkan oleh

toxoplasma gondii. Ibu dengan toxoplasma gondii biasanya tidak


menampakan gejala walaupun 10%-20% ibu yang terinfeksi .
b. Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah parasit protozoa yaiti toxoplasma
gondii
c. Manifestasi Klinis
1) Sakit Kepala
2) Lemah
3) Sulit berpikir jernih
4) Demam
5) Mati rasa
6) Koma
7) Serangan jantung
8) perubahan pada penglihatan (seperti penglihatan ganda, lebih
sensitif terhadap cahaya terang, atau kehilangan penglihatan)
9) kejang otot, dan sakit kepala parah

d. Patofisiologi
1) Kucing
Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah kucing.
kucing tersebut terinfeksi karena memakan hewan pengerat dan
burung pemakan daging yang terinfeksi. Satu minggu setelah
terinfeksi, kucing mengeluarkan oocyst yang terdapat pada fesesnya.
Pengeluaran oocyst terus menerus sampai sekitar 2 minggu sebelum
kucing itu sembuh atau pulih kembali. Feses kucing sudah sangat
infeksius. Oocyst dalam feses menyebar melalui udara dan ketika
dihirup akan dapat menyebabkan infeksi. Sporulasi organisme ini
terjadi setelah 1-5 hari dalam kotoran. Jika oocyst terkandung dalam
tanah sisa-sisa partikel berada di atasnya dan akan terbawa arus air
hujan. Sisa oocyst dapat bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun
tetapi tidak aktif.
e. Pengaruh terhadap kehamilan
Janin yang terinfeksi penyakit ini dapat menyebabkan keguguran atau
bayi lahir mati. Bisa pula menyebabkan kelainan pada bayi saat dewasa.
f. Penatalaksanaan
Obat-obat yang dipakai sampai saat ini hanya membunuh bentuk
takizoid T. gondii dan tidak membasmi bentuk kistanya ;
1)

Pirimetamin dan sulfonamide

2)

Spiramisin adalah antibiotic makrolid

3)

Klindamisin

4)

Azitromisin.

2. Rubella
a. Definisi
Definisi suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan
dewasa yang khas dengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly.
Etiologi Rubella virus merupakan suatu toga virus yang dalam
penyababnya tidak membutuhkan vector.

b. Manifestasi klinis
1) Demam ringan
2) Merasa mengantuk
3) Sakit tenggorok
4) Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat
dari wajah keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat.
5) Kelenjar leher membengkak
6) durasi 3 5 hari

c. Patofisiologi
Virus

sesudah

masuk

melalui

saluran

pernafasan

akan

menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk


kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah
virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang
diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring selama.
pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap
mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan
dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk mencegah
terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk
kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan
mencegah terjadinya infeksi ulangan.
d. Pengaruh Rubella Terhadap Kehamilan
Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda,
karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi
pada bulan pertama kehamilan, maka resiko terjadinya kelaianan adalah
50%, sedanggkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka resikonya
menjadi 25% Rubella dapat menimbulkan abortfus, anomaly congenital
dan infeksi pada neonates (Konjungtivitis, engefalibis, vesikulutis,
kutis, ikterus dan konvuisi)
e. Pengaruh rubella pada janin

Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan sering


menyebabkan cacat bawaan pada janin.
f. Penatalaksanaan
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi
salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. Vaksin rubella dapat
diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin
rubella tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau akan hamil dalam
3 bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus
rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan
meskipun sangat jarang .

3. CMV (CITOMEGALO VIRUS)


a. Definisi
1) CMV adalah virus yang diklasifikasikan dalam keluarga virus
herpes.
2) CMV adalah infeksi oportunistik yang menyerang saat system
kekebalan tubuh lemah.
b. Klasifikasi
CMV dapat mengenai hamper semua organ dan menyebabkan
hamper semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
1) CMV nefritis( ginjal).
2) CMV hepatitis( hati).
3) CMV myocarditis( jantung).
4) CMV pneumonitis( paru-paru).
5) CMV retinitis( mata).
6) CMV gastritis( lambung).
7) CMV colitis( usus).
8) CMV encephalitis( otak )
c. Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah citomegalo virus
d. Manifestasi Klinis

1) Petekia dan ekimosis.


2) Hepatosplenomegali.
3) Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.
4) Retardasi pertumbuhan intrauterine.
5) Prematuritas.
6) Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
7)

Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang
lebih besar

8) Purpura.
9) Hilang pendengaran
10) Korioretinitis; buta.
a.

Demam.

b.

Kerusakan otak.

e. Patofisiologi
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus
congenital di amerika utara. CMV agaknya ditularkan dari orang ke
orang melalui kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh,
termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen dan ASI. Masa inkubasi
tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah lahir3 sampai 12 minggu; setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah
transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV
dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut
dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat
diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah
penyakit ini.
f. Penatalaksanaan
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi
gejala(misalnya: penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia,
dukungan pernapasan).

4. HERPES
a. Definisi
Herpes adalah suatu penyakit menular seksual didaerah kelamin,
kulit disekeliling rectum /daerah disekitarnya disebabkan oleh virus
Herpes Simplek.
b. Etiologi
Penyebab herpes genetalis adalah herpes simplek (HSV) dan
sebagian hasil HSV (dimukosa mulut).
c. Klasifikasi
Terdapat 2 tipe serologis yang berbeda pada HSV, yaitu :
1) HSV 1
2) HSV 2
d. Manisfetasi klinik
1) Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada
kulit region genitalis.
2) Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2 3
hari bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa
nyeri.

e. Patofisiologi
Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibody
maka infeksinya bisa bersifat luas dengan gejala-gejala konstitusionil
berat. Ini disebut infeksi primer. Virus kemudian akan menjalar melalui
serabut saraf sensoris ke ganglian saraf regional (ganglian sakralis) dan
berdiam disana secara laten. kalau pada saat virus masuk pertama kali
tidak terjadi gejala-gejala primer, maka tubuh akan membuat antibody
sehingga pada serangan berikutnya gejala tidaklah seberat infeksi primer.
Bila sewaktu-waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami aktifasi
dan multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi reklien. karena pada
saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat
infeksi primer. Faktor-faktor pencetus, virus akan mengalami aktivasi

dan multiplikasi kembali sehiangga terajadi infeksi neklien. karena pada


saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat
infeksi primer.
Dampak pada kehamilan dan persalinan
a. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta
b. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke
janin apabila ketuban pecah.
c. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada waktu
bayi lahir.
f. Penatalaksanaan
1) Wanita hamil
Kalau wanita hamil menderita herpes genetalis primer dalam 6
minggu terakhir dari kehamilannya dianjurkan Sc sebelum atau dalam
4 jam sesudah pecah ketuban. sedang untuk herpes genitalis sekunder
SC tidak dikerjakan secara rutin, hanya yang masih menularkan saat
persalinan dianjurkan untuk SC.
Bayi baru lahir Dilakukan untuk pemeriksaan adanya herpes
konginetal dan kalau perlu kultus virus. kalau ibu aktif menderita
herpes genitalis maka bayinya diberi acyclovir 3 dd 10 mg/kg B
selama 5 7 hari

B. CARA PENULARAN TORCH


Penularan TORCH pada manusia dapat melalui 2 (dua)cara. Pertama, secara
aktif(didapat) dan yang kedua, secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif
disebabkan antara lainsebagai berikut :
a. Makan daging setengah
matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung sista), misalnya
daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya.
Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur ini,
yaitu melalui masakan sati yang setengah matang atau masakan lain yang
dagingnya dimasak tidak semnpurna,termasuk otak, hati dan lainnya.

b. Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang
menderita TORCH. Feses kucing yang mengandung oosista akan mencemari
tanah (lingkungan) dan dapat menjadi sumber penularan baik pada manusia
maupun hewan. Tingginya resiko infeksi TORCH melalui tanah yang tercemar,
disebabkan karena oosista bisa bertahan di tanah sampai beberapa bulan (
Howard, 1987).
c. Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid,
sista), kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam
tubuh atau tanpa sengaja masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan
Levine 1987).
d. Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bias menyebabkan menularnya
TORCH. Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian
melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita
sebelumnya belum terjangkit) maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya
akan terkena penyakit TORCH sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan
jenisnya.
e. Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika
mengandung maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena
penyakit TORCH melalui plasenta.
f. Air Susu Ibu (ASI) juga bias sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH.
Hal ini biasa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah
satu penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular
kepada sang bayi yang sedang disusuinya.
g. Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit
juga bisa menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi
apabila seorang yang kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang baru
saja dipakai si penderita penyakit TORCH.
h. Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia,
antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang
dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu,
mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga
kemungkinan terkontaminasi oosista lebih besar.
i. Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara
penularannya juga hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.

10

Berdasarkan kenyataan di atas, penyakit TORCH ini sifatnya menular. Oleh


karena itu dalam satu keluarga biasanya kalau salah satu anggota keluarga
terkena penyakit tersebut maka yang lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada
beberapa kasus dalam satu keluarga seluruh anggota keluarganya mulai dari
kakek - nenek, kakak - adik, bapak - ibu, anak anak semuanya terkena penyakit
TORCH.

C. CARA MENGHINDARI TORCH


Untuk menghindari sedini mungkin penyakit TORCH yang sangat
membahayakan ini, ada beberapa hal sebagai solusi awal yang bisa dilakukan
antara lain sebagai berikut :
a. Bila mengkonsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi
dan lainnya terlebih dahulu dimasak dengan matang hingga suhu mencapai 66
derajat Celcius, agar oosista - oosista yang mungkin terbawa di dalam daging
tersebut bisa mati.
b. Kucing peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah
infeksi yang masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur
harus selalu dicuci / dibersihkan.
c. Hindari kontak dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus,
bajing, musang dan lain - lain) serta reptilian kecil seperti cecak, kadal, dan
bengkarung yang kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH.
d. Penanganan kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan yang
disposable (dibuang setelah dipakai).
e. Bagi wanita yang sedang hamil, terutama yang dinyatakan secara serologis
sudah negatif,jangan memelihara atau menangani kucing kecuali dengan sarung
tangan.

D. CARA MENCEGAH TORCH


Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang sedang
merencanakan kehamilan atau yang saat ini sedang hamil, dapat
mempertimbangkan saran-saran berikut agar bayi Anda dapat terlahir dengan baik
dan sempurna.

11

a. Makan makanan bergizi


Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain baik
untuk perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat
dan kuat. Bila tubuh sehat, maka tubuh dapat melawan berbagai penyakit
termasuk TORCH sehingga tidak akan menginfeksi tubuh.
b. Lakukan pemeriksaan
Ada baiknya Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan. Anda
dapat memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi TORCH. Jika Anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter
untuk mengobatinya dan tunda kehamilan hingga benar-benar sembuh.
c. Melakukan vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasite penyebab TORCH.
Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda tidak
boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian.
d. Makan makanan yang matang
Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus atau
parasite penyebab TORCH bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati
apabila makanan tidak dimasak sampai matang. Untuk mencegah kemungkinan
tersebut, selalu konsumsi makanan matang dalam keseharian Anda.
e. Periksa kandungan secara terartur
Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan kandungan
secara rutin dan teratur. Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan
secepatnya apabila di dalam tubuh Anda ternyata terinfeksi TORCH. Penanganan
yang cepat dapat membantu agar kondisi bayi tidak menjadi buruk.
f. Jaga kebersihan tubuh
Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan,
sangatlah penting.

12

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1) Identitas klien
2) Keluhan utama: demam
3) Riwayat kesehatan: Suhu tubuh meningkat, malaise, sakit tenggorokan,
mual dan muntah, nyeri otot.
4) Riwayat kesehatan dahulu:
a. Klien sering berkontak langsung dengan binatang
b. Klien sering mengkonsumsi daging setengah atang
c. Klien pernah mendapatkan transfusi darah
5) Data psikologis
6) Data psikospiritual
7) Data social dan ekonomi
8) Pemeriksaan fisik
a. Mata: nyeri, acites
b. Sistem pencernaan: diare, mual dan muntah
c. Integument: suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat, timbulnya
rash pada kulit.

B.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi


infeksi Toxoplasma)
2) Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi
Rubella)
3) Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi
Cytomegalovirus)
4) Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus
Herpes)

13

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses infeksi
2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme
penyakit
3) Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan
cairan

D. INTERVENSI
1) Diagnosa 1: Nyeri b/d adanya proses infeksi / inflamasi.
Tujuan : mengurangi nyeri
Kriterian hasil :
a. Klien melaporkan nyeri hilang dan terkontrol
b. Klien tampak rileks, Klien mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi
a. Berikan lingkungan yang tenang sesuai kebutuhan.
R : menurunkan reaksi stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya
dan meningkatkan istirahat/reaksi.
b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang
penting.
R : menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
c. Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian analgesic
seperti asetamenofen.
R : Untuk menghilangkan rasa nyeri yang berat.

2) Diagnose 2: Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit


ditandai dengan suhu 39, 50C , tubuh menggigil
Tujuan: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal
Kriteria hasil:
a. Terjadi peningkatan suhu
b. Kulit kemerahan dan hangat waktu disentuh

14

c. Peningkatan tingkat pernapasan


Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital : suhu tubuh
R : Sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
sedikitnya 2000ml/ hari untuk mencegah dehidrasi
R : Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu
timbulnya dehidrasi

c. Berikan kompres dengan air biasa pada lipatan ketiak dan femur
R : Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk
mengurangi panas tubuh melalui penguapan.
d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur, juga akan mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.

j. Diagnose 3: Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan


makanan dan
cairan ditandai dengan, diare
Tujuan: memenuhi kebutuhan cairan tubuh
Kriteria hasil:
a.

Mempertahankan volume sirkulasi adekuat

b.

Tanda tanda vital dalam batas normal

c.

Nadi ferifer teraba

d.

Haluaran urine adekuat

e.

Membrane mukosa lembab

f.

Turgor kulit baik.

Intervensi :

15

a.

Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam


frekwensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
R :

Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia.


Anoreksia juga paling buruk selama siang hari, membuat maskan
makanan yang sulit pada sore hari.

b.

Berikan perawatan mulut sebelum makan;


R : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan.

c.

Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.


R : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan

pemasukan.
d.

Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet
sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai
toleransi.
R : Berguna dalam program diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

individu

16

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto


Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari
HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak
klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps,
virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).
Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan
keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit
mendapatkan kehamilan.
B. SARAN

Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui


media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari
kemungkinan tertular. Hidup bersih dan makan makanan yang dimasak
dengan matang.

17

DAFTAR PUSTAKA

http://dannysatriyo.blogspot.com/2013/01/torch.html. Diakses pada tanggal 10


mei 2013. Pukul 22.15 wib.
Ida Bagus Gd manuaba.2007.pengantar kuliah obstetric.EGC. Jakarta
http://dannysatriyo.blogspot.com/2013/01/torch.html. Diakses pada tanggal 10
mei 2013. Pukul 22.15 wib
Doengos Merlyn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta

18

You might also like