Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Rossiane E. Radiena (01.09.00144)
Roswita D. Laak (01.09.00145)
Keperawatan b/VI
1. Pengertian
Menurut Widagdo, 2008 : 209
Cedera medulla spinalis adalah suatu fraktur atau pergeseran
dari satu atau lebih tulang vertebra yang menyebabkan kerusakan
medulla spinalis dan akar-akar saraf sehingga mengakibatkan
defisit neurologi dan perubahan persepsi sensorik atau paralisis
atau keduanya.
2. Etiologi
Menurut Widagdo, 2008 : 210
Cedera medulla spinalis dapat disebabkan oleh:
a. Kecelakaan lalu lintas: mobil, motor, dll
b. Jatuh dari tempat yang tinggi
c. Kecelakaan karena olahraga
d. Luka tusuk atau luka tembak pada daerah vertebra
4. Manifestasi Klinis
Menurut Widagdo, 2008 : 210-211
a. Pemotongan komplit rangsangan
Secara komplit akan menghambat rangsangan pusat yang lebih
tinggi (otak) menuju medulla spinalis, sehingga mengakibatkan
Spinal Shock. Tanda-tanda dan gejala spinal shock meliputi:
-
Spinal
shock
dapat
berlangsung
beberapa
hari
sampai
bagian
motorik
ekstermitas
atas
dibandingkan
ektermitas bawah
parapelgia
atau
quadriplegia.
Akibat
dari
cedera
kepala
pernapasan
akut
merupakan
penyebab
utama
kematian.
5. Komplikasi
Menurut Widagdo, 2008 : 214
a. Autonomic dysreflexia
Salah satu komplikasi trauma medulla spinalis yang paling
ekstrim adalah autonomic dysreflexia. Ini terjadi pada klien
dengan lesi diatas torakal paling umum terjadi pada cideraa
servikal. Tanda-tandanya meliputi:
-
Bradikardi
Hipertensi parokismal
Berkeringat
Goose flesh
Nasal stuffnes
b. Fungsi seksual
Pada banyak kasus memperlihatkan pada laki-laki adanya
impotensi,
menurunnya
sensasi
dan
kesulitan
ejakulasi.
keringat
banyak,
kongesti
nasal,
piloereksi,
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Smeltzer, 2001: 2221
Pengkajian neurologik yang lengkap perlu dilakukan. Diagnostik
dengan sinar x (sinar x pada spinal servikal lateral dan pemindaian
CT). Suatu riset dilakukan untuk cedera lain karena trauma spinal
sering bersamaan dengan cedera lain, yang biasanya dari kepala
dan dada. Pemantauan EKG kontinue merupakan indikasi karena
bradikardia (pelambatan frekuensi jantung) dan asistole (standstill
jantung) umum terjadi pada cedera servikal akut.
7. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, 2001: 2220-2221
Penatalaksanaan kedaruratan
Penatalaksanaan pasien segera di tempat kejadian adalah sangat
penting,
karena
penatalaksanaan
yang
tidak
tepat
dapat
kecelakaan
kendaraan
bermotor
atau
kecelakaan
yang
menyebabkan
fgramen
tulang
vertebra
Memindahkan pasien
Selama pengobatan di bagian kedaduratan dan radiologi, pasien
dipertahnkan di atas papan pemindahan. Pemindahan pasien ke
tempat tidur menunjukkkan masalah perawat yang pasti.
-
kortikosteroid
dosis
tinggi,
khususnya
mempunyai
efek
samping
minimal
dan
dapat
b. Hipotermia
Keefektifan teknik pendinginan atau penyebaran hipotermia ke
daerah cedera dari medulla spinalis untuk mengatasi kekuatan
autodekstruktif yang mengikuti tipe cedera ini masih diselidiki.
c. Tindakan pernapasan
Oksigen diberikan untuk mempertahankan PO2 arteri tinggi,
karena anoksemia dapat menimbulkan atau memperburuk
defisit
neurologik
medulla
spinalis.
Intubasi
endotrakea
cedera
medulla
spinalis
memerlukan
traksi
ditingkatkan
secara
bertahap
dengan
f. Intervensi pembedahan
Pembedahan diindikasikan bila:
g. Laminektomi
Beri bantal, guling, atau bantal pasir pada sisi pasien untuk
mencegah pergeseran
b. Perawatan khusus
-
15
menit,
dilanjutkan
dengan
5,4
d. Perawatan umum
-
8. Pencegahan
Menurut Smeltzer, 2001: 2220
Faktor-faktor resiko dominan untuk cedera medulla spinalis
meliputi usia, jenis kelamin, dan penyalaguhnaan zat seperti
alkohol, dan obat-obatan. Frekuensi dengan mana faktorfaktor
risiko ini dikaitan dengan cedera medula spinalis bertindak untuk
menekankan pentingnya pencegahan primer untuk mencegah
kerusakan dan bencana cedera ini, langkah-langkah berikut perlu
dilakukan:
a. Menurunkan kecepatan berkendara
b. Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu
c. Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda
pada/
dibawah
lesi.
Kelemahan
b. Sirkulasi
Berdebar Debar, pusing saat melakukan perubahan
Gejala:
c. Eliminasi
Tanda :
Inkontinensia
defekasi
dan
berkemih.
Melena,
emesis
berwarna
seperti
kopi
tanah/hematemesis.
d. Integritas Ego
Gejala
Tanda
Menyangkal,
:
takut,
tidak
cemas,
percaya,
gelisah
sedih,
,
menari
marah.
diri.
e. Makanan/cairan
Tanda : Mengalami distensi abdomen, peristaltic usus hilang (
ileusparalitik)
f. Hygiene
Tanda : Sangat ketergantungan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari
g. Neurosensori
Gejala : Kebas, kesemutan, rasa terbakar pada lengan /kaki.
Paralysis flaksid/spastisitas dapat terjadi saat syok
spinal teratasi, tergantung pada area spinal yang sakit.
Tanda : Kelumpuhan, kelemahan (kejang dapat berkembang
saat terjadi perubahan pada syok spinal. Kehilangan
sensasi, kehilangan tonus otot/ vasomotor, kehilangan
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala ; Nyeri tekan otot, hiperestesia tepat diatas daerah
trauma.
Tanda : Mengalami deformitas, postur,nyeritekan vertebral.
i. Pernapasan
Gejala : Napas pendek, lapar udara sulit bernapas.
Tanda : Pernapasan dangkal/labored,periode apnea, penurunan
bunyi
napas,
ronki,
pucat,
sianosis.
j. Keamanan
Gejala : suhu yang berfluktuasi (suhu tubuh ini diambil dalam
suhukamar)
k. Seksualitas
Gejala : Keinginan untuk kembali seperti fungsi normal.
Tanda : Ereksi tidak terkendali (pripisme), menstruasi tidak
teratur.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas b.d kerusakan persyarafan dan
diafragma, kehilangan fungsi otot interkostal.
b. Gangguan pertukaran gas b.d paralisis pernapasan akibat
CMS, perubahan kapasitas darah membawa oksigen
c. Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung,
perubahan afterload selama spinal syok
eliminasi
urinarius
b.d
gangguan
persarafan
masukan
oral,
disfungsi
gastrointestinal,
j.
Kerusakan
integritas
kulit
b.d
imobilisasi,
defisit
3. Perencanaan Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas b.d kerusakan persyarafan dan
diafragma, kehilangan fungsi otot interkostal
Goal
Objektif
perawatan
spontan,
contoh
pernapasan
labored,
secara
menyeluruh.
Trauma
C4-5
R/
hipoventilasi
biasanya
terjadi
atau
menyebabkan
keefektifan dari
fungsi batuk.
R/ letak trauma menentukan fungsi otot-otot interkostal, atau
kemampuan untuk batuk spontan/mengeluarkan sekret.
Bantu
pasien
untuk
batuk
(jika
diperlukan)
dengan
Ubah
posisi/balik
secara
teratur,
hindari/batasi
posisi
vital
paru,
dicurigai
dapat
menimbulkan
akut
selesai.
Jika
napas
bantuan
masih
untuk
menstimulasi
dan
menguatkan
otot-otot
pernapasan/tenaga.
mencegah
memaksimalkan
sekret
difusi
tertahan
udara
dan
dan
perlu
untuk
mengurangi
resiko
terjadinya pneumonia.
Objektif
klien
tidak
mengalami
paralisis
pernapasan,
Intervensi:
Dorong pasien untuk menyelingi periode istirahat dan
aktivitas
R/ aktivitas meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan,
istirahat meningkatka oksigen perfusi jaringan
Bila pasien tirai baring, bantu ia berubah ke posisi yang
nyaman dan naikan sisi penghalang tempat tidur untuk
mencegah jatuh. Biarkan pasien miring dan melakukan
napas dalam setiap 4 jam
semua
urin
dan
feses.
Periksa
adanya
menurunkan
kemungkinan
hematoma
atau
paru
setiap
jam
dan
laporkan
ketidaknormalan
R/ mendeteksi krepitasi
Pantau tanda-tanda vital, irama jantung, serta GDA
serta hemoglobin. Laporkan ketidaknormalan.
R/ perubahan pada satu atau semua parameter tersebut
dapat mengindikasikan awitan komplikasi serius
Atropin sulfat;
R/ meningkatkan frekuensi jantung jika terjadi bradikardi.
menurunkan
TD
yang
berlebihan/mempertahankan
terjadinya hipertensi.
Nifedipin (Procardia)
R/ pemberian sublingual mungkin efektif jika tidak ada
Hyperstat yang dimasukkan lewa IV.
Antihipertensi,
contoh:
prazosin
(minipress),
fenoksibenzamin (Dibenzyline).
R/ Penggunaan jangka waktu yang lama dapat merilekskan
leher kandung kemih/meningkatkan pengosongan kandung
kemih,
menghilangkan
penyebab
yang
paling
umum
Gunakan/pakailah
salep
anestesi
lokal
pada
rektum;
keluarkan feses yang keras jika ada indikasi setelah gejalagejala mereda.
R/ salep menghambat stimulasi autonom dan memudahkan
pengeluaran feses keras tanpa meningkatkan timbulnya
gejala.
Objektif
Outcomes: klien
Akan mempertahankan tekanan darah dan frekuensi
denyut nadi dalam batas normal
Intervensi :
bunyi
jantung
tambahan
dapat
mengindikasikan
untuk
membandingkan
kecepatan
dan
mengukur
tokeransi
Objektif
klien
tidak
mengalami
paralisis
pernapasan,
Intervensi:
Dorong pasien untuk menyelingi periode istirahat dan
aktivitas
R/ aktivitas meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan,
istirahat meningkatka oksigen perfusi jaringan
Bila pasien tirai baring, bantu ia berubah ke posisi yang
nyaman dan naikan sisi penghalang tempat tidur untuk
semua
urin
dan
feses.
Periksa
adanya
menurunkan
kemungkinan
hematoma
atau
paru
setiap
jam
dan
laporkan
ketidaknormalan
R/ mendeteksi krepitasi
Pantau tanda-tanda vital, irama jantung, serta GDA
serta hemoglobin. Laporkan ketidaknormalan.
R/ perubahan pada satu atau semua parameter tersebut
dapat mengindikasikan awitan komplikasi serius
Atropin sulfat;
R/ meningkatkan frekuensi jantung jika terjadi bradikardi.
menurunkan
TD
yang
berlebihan/mempertahankan
terjadinya hipertensi.
Nifedipin (Procardia)
R/ pemberian sublingual mungkin efektif jika tidak ada
Hyperstat yang dimasukkan lewa IV.
Antihipertensi,
contoh:
prazosin
(minipress),
fenoksibenzamin (Dibenzyline).
R/ Penggunaan jangka waktu yang lama dapat merilekskan
leher kandung kemih/meningkatkan pengosongan kandung
kemih,
menghilangkan
penyebab
yang
paling
umum
Gunakan/pakailah
salep
anestesi
lokal
pada
rektum;
keluarkan feses yang keras jika ada indikasi setelah gejalagejala mereda.
R/ salep menghambat stimulasi autonom dan memudahkan
pengeluaran feses keras tanpa meningkatkan timbulnya
gejala.
Objektif
TD,
petunjuk
noverbal
dari
nyeri/
ketidaknyamanan
memerlukan intervensi
Objektif
mengidentifikasi
pengosongan
fungsi
kandung
keseimbangan cairan.
kandung
kemih,
kemih
fungsi
mis.,
ginjal
dan
perawatan
Objektif
klien
tidak
akan
mengalami
ileus
paralitik,
gas dan
meningkatkan
produksi asam
lambung
Berikan suppositoria setiap hari
Berikan laxative pada saat diperlukan dan lakukan
evaluasi keefektifannya
Masukan rectal tube untuk mengurangi diistensi abdomen
Buat waktu program defekasi berdasarkan kebutuhan
sosial pasien.
Berikan privasi dan pemberian posisi optimal untuk
meningkatkan eliminasi.
Mulailah program defekasi segera setelah cedera untuk
mencegah impaksi selama periode ileus.
Periksa feses terhadap darah samar,yang mungkin efek
samping pemberian steroid atau anti =koagulan atau
adanya ulkus stres.
Ajarkan pasien atau pemberi perawatan untuk melakukan
program defekasi, tergantung pada tingkat kemampuan
motorik.
Ajarkan pasien tanda disrefleksia otonomik (jika cedera
pada T6 atau diatasnya)dan bagaimana mencegah atau
mengatassinya.
masukan
oral,
disfungsi
gastrointestinal,
Objektif
gastrointestinal
berfungsi
baik,
tidak
Intervensi :
Catat jumlah kalori
Timbang berat badan setiap hari
Ukur masukan dan haluaran
Berikan NGT sesuai pesan
Auskultasi peristaltik usus minimal satu kali setiap shift
Pertahankan kepatenan NG
Periksa pH aspirat gaster selama penggunaan selang NG
dan berikan antasida atau blokker histamin sesuai
pesanan
Kaji refleks gag dan menelan sebelum pemberian makan
Video fluoroscopy dapat digunakan untuk mendiagnosa
disfagia
Berikan pasien makan jika tidak dapat melakukan sendiri
i.
membantu
pasien
yang
sedang
melakukan
mendapatkan
kemajuan psikologinya.
nilai
dasar
pada
pengukuran
Motivasi
pasien
lakukan
perawatan
diri
untuk
keputusan
tentang
perawatan,
bila
pasien
mengungkapkan
kedukaan
tentang
dari
penampilannya
dan
upayanya
dalam
mendukung
adaptasi
dan
kemajuan
yang
berkelanjutan.
Motivasi pasien untuk tetap menuliskan perasaan, tujuan,
keluhan dan kemajuan yang terjadi pada dirinya untuk
membantu menunjukkan kemajuan pasien.
Diskusikan kemajuan pasien dan tunjukkan bagaimana
kondisinya
telah
meningkat
atau
stabil
untuk
Motivasi
pasien
perkembangannya
untuk
melalui
menggambarkan
hospitalisasi
untuk
k. Kerusakan
integritas
kulit
b.d
imobilisasi,
defisit
Objektif
klien
akan
meningkatkan
mobilisasi
dalam
kulit
yang
utuh,
bebas
dari
kemerahan
yang
diperlukan
untuk
memperttahankan
l.
Objektif
Outcomes :
Melakukan
kegiatan
makan,
mandi,
memakai
dan
Bantu
aktivitas
melakukan
hidup
secara
sehari-hari,
mandiri
anjurkan
untuk
sebgaimana
dengan
peningkatan kemampuan
Berikan klien tanggungjawab yang mana klien dapat
melakukannya
Berikan
alat
bantu
sebagaimana
kebutuhna
untuk
dan
berikan
informasi
kepada
petugas
Objektif
spinal,
peningkatan
kekuatan
dan
Intervensi :
gerakan
perlahan
dan
lembut.
Lakukan
sendi,
meningkatkan
mobilisasi
sendi
dan
dibagian
bawah
abdomen,
ekstremitas
bawah,
tanpa
terganggu.
Anjurkan
pasien
untuk
Ukur/pantau
tekanan
darah
sebelum
dan
sesudah
tidur
kardiak
atau
meja
atau
tempat
tidur
Memiringkan/meninggikan
kepala
dapat
Ajarkan
pasien
untuk
menggunakan
teknik
Mengurangi
tekanan
pada
salah
satu
area
dan
osteoporosis
pada
tulang
panjang
dan
yang
dapat
mengurangi
komplikasi
karena
imobilisasi.
secara
individual
mengidentifikasi/mengembangkan
alat-alat
dan
bantu
Objektif
Outcomes :
Mengungkapkan secara verbal tentang pemahaman
seksualitas tentang kondisi dirinya
Memperlihatkan kasih sayang dengan pasangannya
Intervensi :
Informasikan klien bahwa banyak orang dengan trauma
medulla spinalis dapat menggunakan beberapa cara untuk
memuaskan
aktivitas
seksual
dan
kepada
perasaannya
klien
mengenai
untuk
seksual
mengungkapkan
(mis:
libido,
atau
bantu
klien
dalam
mempertahankan
dan
beri
dukungan
secara
bertahap
untuk
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan /intervensi keperawatan yang telah ditetapkan /dibuat
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian
dengan mengacu pada kriteria evaluasi
DAFTAR PUSTAKA