Professional Documents
Culture Documents
GOLONGAN PENYAKIT 3B
ATI NAILI AZMI
0907101010140
I. Defenisi
Syok adalah suatu sidrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian
pada hemostasis tubuh yang seriusseperti, perdarahan yang massif, trauma atau
luka bakar berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok
kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak terkontrol(syok septic), tonus
vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respon imun(syok
anafilaktik). (Wijaya, 2006).
II. Klasifikasi syok:
1. Syok Septik
a.
Defenisi: Shock sepsis adalah suatu sindroma klinik akibat adanya invasi akut
kedalam oleh organisme tertentu atau produk toksiknya (Root 1991; Reynart
1991). Menurut Dobb 91991), shock sepsis adalah suatu sindroma sepsis
yang disertai menurunnya tekanan darah lebih dari 40 mmHg dari baseline,
dan memberikan respon terhadap pemberian cairan infus dan obat.
diabetes
melitus,
sirhosis
hati,alkoholismus,leukemia,
limfoma,
c.
Etiologi: Syok sepsik dapat disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif
70% (Pseudomonasauriginosa, Klebsiella, Enterobakter, E.choli, Proteus).
Infeksi bakteri gram positif 20-40%(Stafilokokus aureus, Stretokokus,
Pneumokokus),
infeksi
jamur
dan
virus
protozoa
2-3%
(Malaria
tubuh,
terutama pada
jaringan
vasodilatasi nyata
yang
terjadi di seluruh
di seluruh
terinfeksinjadi progresif
jenis syok
dari syok septik tidak banyak berbeda dengan tahap akhir syok hemoragik,
meskipun faktor-faktor pencetusnyasangat berlainan pada kedua macam
syok tersebut.
f.
g.
darah
akan
meningkat.
Analisa
gas
darah
menunjukkan
Moxalactam, cefotaxime,
mg/KgBB
0.5
sampai
yang
adekuat
:a.
Pemberian
cairan
&
pengaturan
Obat-obat
vasoaktif
bila
curah
jantung tetap
rendah
diberikan:Golongan
xanthine
(aminophyllin)GlucagonCardiac
i.
j.
Prognosis: Perbaikan sepsis lebih tergantung kepada faktor host dari pada
virulensiorganisme. Angka mortalitas lebih dipengaruhi oleh underlying
disease, misal pasien sepsis dengan leukemia akut lebih tinggi angka
mortalitasnya dari pada pasen sepsis lainnya (Root, 1991).
pada ketersediaan oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan bila terjadi iskemia
yang berat untuk waktu yang melebihi kemampuan toleransi jantung dan
otak.
-
PemeriksaanPenunjang
- Hemoglobin dan hematokrit: Pada fase awal renjatan syok karena
perdarahan
kadar
Hb
dan
hematokrit
masih
dan meningkatnya PaCO2 dan HCO3. Terdapat perbedaan yang jelas antara
PO2 dan PCO2 arterial dan vena.
-
f.
Diagnosa:
kehilangan cairan keluar tubuh seperti pada diare atau perpindahan cairan ke
ruang interstitial seperti pada
demam berdarah dengue atau sepsis. Anak dengan kehilangan cairan ke luar t
ubuh akan menunjukkantanda klasik dehidrasi seperti ubun-ubun besar
cekng, mata cekung, mucosa kering, turgor kulitturun, refill kapiler turun,
karal dingin, dan penurunan status mental.Anak dengan perpindahan cairan
ke ruang interstitial menunnjukkan tanda
gangguan perfusi seperti refill kapiler yang menurun, akral, dingin, dan penur
unan status mental tanpaadanya tanda lain yang dijumpai pada anak dehidrasi.
Tekanan darah akan menurun bila terjadikehilangan cairan lebih dari 30%.
Pada syok akibat perdarahan hipotensi biasanya terjadi bilakehilangan darah
lebih dari 40% volume.
g.
Penatalaksanaan:
1.
2.
Infus RL atau koloid 20 ml/kg BB dalam 10-15 menit, dapat diulang 2-3
kali. Bila akses venasulit pada anak balita dapat dilakukan akses intraosseous
di
pretibia.
Pada
dipertimbangkan
untuk
intubasi
dan bantuan ventilasi. Bila tetap hipotensi sebaiknya dipasang kateter tekanan
vena sentral(CVP).
3.
4.
Dobutamin:
g/KgBB/menit
g/KgBB/menit
iv,
iv. Norepinephrine
ditingkatkan
:
0,1
bertahap sampai
g/KgBB/menit
iv,
20
dapat
h. Koplikasi:
- Gagal ginjal akut,
- ARDS (acute respiratory distressmsyndrome/shock lung )
- Depresi miokard-gagal jantung
- Gangguan koagulasi/pembekuan-
IV.
Renjatan ireversibel.
Syok Kardiogenik
bentuk
yang
berat
dari
kegagalan
ventrikelkiri.
Penurunan
menimbulkan
reflek
vasokonstriksi,
infark)
menyebabkan
meningkatnyaketidakseimbangan
antara
oleh
lingkaran
setan
(vicious
circle)
dimana
terjadi
arteri
(arterial
pressure),
dimanamenghasilkan
hipoperfusi
sistolik
dan
bersama
dengan
(INOS),
dan
kelebihannitric
oxide
dan peroxynitrite
syok
kardiogenik
perfusi
jaringan
( pulmonary edema)
yang
buruk
dapat
dan
hipoksemia
sebagai
dariedem
hasil
paru
dari
d. Gambaran Klinis: Tekanan arteri sistolik < 90 mmHg atau 30-60 mmHg
dibawah batas bawah sebelumnya
-
Bukti gagal jantung kiri dengan LVEDP/tekanan baji kapiler paru (PCWP)
18-21 mmHg.
e. Pemeriksaan
penunjang:
Elektrokardiagram,
foto
roentgen
dada,
dengan
tekanan
sistolik
rendah
(kurang
dari
90mHg),
rennin,
angiotensin
plasma
yang
sering
terjadi
pada
syok
kardiogenik,
disebabkan
yang
terjadi.
- Bila mungkin pasang CVP. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti
hemodinamik.
- Medikamentosa :1. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri.2. Anti ansietas, bila
cemas.3. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi.4. Sulfas atropin, bila
frekuensi jantung < 50x/menit.5. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan
kronotropik), bila perfusi jantung tidak adekuat.Dosis dopamin 2-15
mikrogram/kg/m.6. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga
diberikan
amrinon
IV.7.
Norepinefrin
2-20
mikrogram/kg/m.8.
Syok
neurogenik
merupakan
kegagalan
pusat
vasomotor
b. Etiologi:
- Trauma medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia (syok spinal).
- Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada
fraktur tulang.
- Rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi
spinal/lumbal.
- Trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom).
- Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut
c. Patofisologi: Syok neurogenik termasuk syok distributif dimana penurunan
perfusi jaringan dalamsyok distributif merupakan hasil utama dari hipotensi
arterial
karena
penurunan
pembuluh
darah
vena,
kehilangan
volume
intravaskuler
dan
dalam
sirkulasi.
Syok
neurogenik
mengacu
pada
hilangnya
reaksi
menyeluruh
vasovagal
di
regio
berlebihan
yangmengakibatkan
splanknikus,
sehingga
vasodilatasi
perfusi
ke
mendadak
akibat
gangguan
emosional.
Pada
penggunaan
Keduanya
sama-samamenyebabkan
hipotensi
karena
output untuk menilai respon terhadap terapi.4. Bila tekanan darah dan perfusi
perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat vasoaktif (adrenergik; agonis alfa
yang indikasi
kontra
bila
ada
perdarahan
seperti
ruptur
lien)
serupa
dengannorepinefrin.
Jarang
terjadi
takikardi.
gagal
dalam
menaikkantekanan
darah
secara
adekuat.
oleh
menurunnya
cardiac
output. Dobutamin
dapat
ANGINA PECTORIS
GOLONGAN PENYAKIT 3B
ATI NAILI AZMI
0907101010140
a.
Defenisi
Suatu keadaan yang terjadi karena tidak cukupnya curah jantung untuk
mempertahankan fungsi alat-alat vital akibat disfunsi otot jantung.
b.
Epidemiologi
Patofisiologi
Syok kardiogenik karena infark miokard akut biasanya terjadi bila kerusakan otot
jantung lebih besar 40%, sedangkan angka kematian mencapau 80%. Karena
kerusakan iskemik dan nekrosis berjalan progresif, maka terjadi perburukan
hemodinamik, yang berkembang dalam waktu beberapa jam dan bisa sampai
beberapa hari sejak mulainya tanda-tanda infark miokard akut. Biasanya kadar
ensim-ensim jantung meningkat tinggi.
Syok Kardiogenik biasanya dalam situasi infark akut dinding anterior dan
anteroseptal dengan infark baru atau kama di apeks. Disini terjadi obstruksi
proksimal arteri koronaria desendens anterior kiri. Kebanyakan terjadi pula pada
penyakit pembuluh darah koroner.
d.
Gambaran Klinik
Terdapat gambran hemodinamik yang konsisten dan khas,. Tekanan sistolik
arteri dan rata-rata arteri menurun, denyut jantung meningkat karena adanya
disfungsi
ventrikel
kiri
yang
berat.
Indeks
jantung
sangat
rendah,
Pemeriksaan penunjang
bila pasien
menghentikan
aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul pada waktu tidur malam. Lamanya
serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 5 menit, walaupun perasaan tidak
enak di dada masih dapat terasa setelah sakit dada hilang . bila sakit
dada berlangsung lebih dari 20 menit , mungkin pasien mendapat serangan infark
miokard akut dan bukan disebabkan angina pectoris biasa. Dengan anamnese
yang baik dan teliti sudah dapat disimpulkan mengenai tinggi rendahnya
kemungkinan
penderita
tersebut
menderita
angina
pectoris
stabil
atau
kemungkinan suatu angina pectoris tidak stabil. Ada 5 hal yang perlu digali dari
anamnese mengenai angina pectoris yaitu: lokasinya, kualitasnya, lamanya, factor
pencetus, factor yang bisa meredakan nyeri dada tersebut.
g.
Diagnosa Banding
Sakit di dada dapat berasal dari berbagai struktur, termasuk disni jantung,
jaringan ikat sekelilingnya seperti perikardium, paru-paru dan pleura. Begitu pula
kelainan pembuluh darah besar, mediastinum, esophagus dan alat tubuh dibawah
diafragma seperti perut dan kantung empedu. Kelainan neuromuskular dan
muskulskeletal di daerah tersebut juga dapat memberikan keluhan yang sama.
Walaupun begitu riwayat sakit dadanya merupakan informasi yang paling
menentukan dalam evaluasi penyebab sakit dada tersebut.
Sakit khas adalah retrosternal dan radiasi dapat ke leher dengan perasaan
tercekik. Sering menyebar ke bagian dalam tangan kiri di bawah ketiak sedangkan
sakit dari muskuloskeletal biasanya terasa di bahu atau di bagian luar tangan.
h.
Penatalaksanaan
-
Monitoring hemodinamik.
h.
i.
Prognosis:
Penderita
yang
simtomatis
progonisnya
lebih
buruk
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo,
Dito.
2009.
Segala
hal
tentang
Syok
Jantung .
Dalam
Azis AL, Dharmawati I, Kushartono. 2008. Renjatan Hipovolemi Pada Anak in:
Pedoman Diagnosa dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Edisi
III. Buku 3. Rumah SakitUmum Daerah dr. Soetomo. Surabaya. Pp. 47.3.
Azis AL, Dharmawati I, Kushartono. 2008. Renjatan Anafilaksis in: Pedoman
Diagnosadan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III. Buku 3.
Rumah Sakit UmumDaerah dr. Soetomo. Surabaya. Pp. 8-9.4.
Bone et al. Sepsis and multiple organ failure . The 12th Asia Pacific congress on
diseases of the chest Seul,1992:8-18
Dobb G. Multiple organ failure, words mean what I say they mean, in intensive
care word, 1991 8(4):157-159
Guyton AC, Hall JE. 2006. Syok Sirkulasi dan Fisiologi Pengobatan in: Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC. Jakarta. pp. 359-372.5.
Japardi,
Iskandar.
2002.
Manifestasi
Neurologik
Shock
Sepsis.
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedahiskandar%20japardi20.pdf di
akses pada 14 April2013.7.
Kalagis, RMW. 1996. Buku Ajar Kardiologi. Fakultas Krdokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
Nasution, Sally A. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit IPD FK
Universitas Indonesia. Jakarta.
Pohan, Herdinan T. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit IPD FK
Universitas Indonesia. Jakarta.