You are on page 1of 4

Asuransi Prudential Syariah Halal atau Haram?

Secara umum, dasar sistem asuransi dibagi menjadi 2, yaitu asuransi konvensional
dan asuransi syariah. Asuransi konvensional tidak mengenal hukum Islam (halal & haram)
dalam pengelolaannya. Sedangkan asuransi syariah yaitu asuransi yang berlandaskan hukum
Islam dalam pengelolaannya. Asuransi Prudential Syariah adalah salah satu asuransi yang
dalam prakteknya menggunakan hukum halal & haram dalam Islam, sehingga hanya
melakukan praktek-praktek yang halal namun menjauhi praktek-praktek yang haram. Lalu
apa alasannya sehingga bisa disebut halal?

Sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional


Saat kita membeli produk-produk makanan baik di supermarket maupun di restoran,
tentunya kita akan lebih memilih produk-produk yang mempunyai label halal. Label halal
tersebut dikeluarkan oleh LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan
Kosmetika Majelis Ulama Indonesia). Dengan adanya label atau sertifikasi halal tersebut
sangat memudahkan masyarakat untuk memilih & mengkonsumsi produk-produk halal. Kita
tak perlu untuk repot-repot meneliti semua kandungan bahan pangan dalam suatu produk
makanan, bahkan sampai repot-repot melihat langsung cara memproduksinya. Kita cukup
mempercayakannya kepada MUI & lembaga yang ditugasinya yang mempunyai spesialisasi
dalam hal menilai suatu produk makanan.
Seperti halnya dalam bidang makanan, MUI-pun mempunyai lembaga khusus yang
mempunyai fungsi melaksanakan tugas-tugas MUI dalam menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan aktifitas lembaga keuangan syariah. Lembaga yang dimaksud adalah
Dewan Syariah Nasional (DSN). DSN-MUI telah mengeluarkan fatwa mengenai pedoman
umum asuransi syariah yang mana memberikan ketentuan-ketentuan, pedoman akad yang
harus dilaksanakan, & cara pengelolaannya agar sesuai dengan syariat Islam. Agar
perusahaan asuransi syariah & lembaga keuangan syariah lainnya di Indonesia mampu
melaksanakan pengelolaan sesuai dengan pedoman yang di-fatwakan DSN-MUI, maka MUI
membentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi pelaksanaan
keputusan DSN di perusahaan berbasis syariah tersebut. DPS merupakan dewan pakar
ekonomi syariah dan ulama yang menguasai bidang fiqh muamalah. Di Prudential syariah,
DPS diketuai oleh K.H. Dr. H.M. Anwar Ibrahim. DPS ini kedudukannya setingkat dengan
Dewan Komisaris yang bertugas mengawasi manajemen perusahaan.

Dalil-Dalil
Bicara mengenai aturan Islam tentunya tak boleh lepas dari dalil-dalil yang menjadi
sumbernya.

Alloh Taala berfirman:

Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan istri,
hendaklah berwasiat untuk istri-istrinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan
tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak
ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang
maruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surat AlBaqarah: 240)

Alloh SWT berfirman:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar. (Surat An-Nisa: 9).

Dari Amir bin Saad, dari ayahnya, Saad, ia adalah salah seorang dari sepuluh orang
yang dijamin masuk surga- berkata:

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjengukku ketika haji Wada, karena sakit keras.
Aku pun berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya sakitku sangat keras sebagaimana yang
engkau lihat. Sedangkan aku mempunyai harta yang cukup banyak dan yang mewarisi
hanyalah seorang anak perempuan. Bolehkah saya sedekahkan 2/3 dari harta itu? Beliau
menjawab, Tidak. Saya bertanya lagi, Bagaimana kalau separuhnya? Beliau menjawab,
Tidak. Saya bertanya lagi, Bagaimana kalau sepertiganya? Beliau menjawab, Sepertiga
itu banyak (atau cukup besar). Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu kaya, itu
lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin sehingga mereka
terpaksa meminta-minta kepada sesama manusia. Sesungguhnya apa yang kamu nafkahkan
dengan maksud untuk mencari ridha Alah pasti kamu diberi pahala, termasuk apa yang
dimakan oleh istrimu. (Hadits Riwayat Bukhari-Muslim)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallah alaihi wa sallam pernah
menasehati seseorang:

Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara:


1. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
2. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,

3. Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,


4. Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
5. Hidupmu sebelum datang matimu.

Akad dalam Prudential Syariah


Jika peserta setuju untuk menjadi nasabah Prudential syariah, maka ada 2 akad yang
disetujui, yaitu:
1. Akad tijarah (mudharabah), yaitu akad antara peserta dengan Prudential syariah.
Dalam akad ini Prudential syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan peserta
bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis).
2. Akad tabarru (hibah), yaitu akad antar peserta. Dalam akad ini peserta memberikan
hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah.
Sedangkan Prudential bertindak sebagai pengelola dana hibah. Dana adalah milik
peserta, Prudential hanya mempunyai kewajiban untuk mengelolanya sesuai prinsip
syariah yang diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah. Barang siapa melepaskan dari
seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya
pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka)
menolong saudaranya (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Bebas dari Unsur Maysir, Gharar, & Riba


Maysir dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan judi atau untung-untungan atau
spekulasi. Dalam hukum Islam, maysir adalah dilarang.
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamr dan maysir. Katakanlah, Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih
besar daripada manfaatnya. (QS Al-Baqarah 2:219).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, al-gharar adalah yang tidak jelas hasilnya. Yang
dimaksud tidak jelas disini adalah transaksi yang tidak jelas aturan & ketentuannya sehingga
mengakibatkan ketidakrelaan dan bisa merugikan salah satu pihak, misalnya menjual janin
ternak yang tidak diketahui kelahirannya kapan & kelaminnya apa, menjual tanah yang tidak
diketahui batas-batasnya, dll. Dalam Prudential syariah, tiap peserta memberikan dana hibah
(akad tabarru) sehingga jika ada peserta yang mengalami musibah dan mengajukan klaim,
maka klaim tersebut diambil dari dana hibah tersebut dengan prinsip tabarru atau tolongmenolong. Apabila peserta tidak melakukan klaim dalam satu periode, maka dia berhak untuk
mendapatkan bagi hasil. Mengenai ketentuan klaim & manfaat yang bisa diambil, seluruhnya

tercantum dalam polis. Agen asuransi berkewajiban untuk menjelaskannya, dan peserta
berhak untuk mempelajarinya. Rasulullah SAW melarang jual beli yang mengandung
gharar (HR. Muslim, Tirmizi, Nasai, Abu Daud, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah). Riba
adalah melebihkan jumlah pinjaman berdasarkan persentase tertentu. Dalam istilah
perbankan, riba biasa disebut dengan bunga. Riba dilarang dalam Islam. Oleh karenanya,
Prudential syariah tidak memberi bunga & tidak menanamkan investasi ke dalam instrumen
keuangan berbasis bunga. Prusyariah melakukan investasi pada Jakarta Islamic Index &
obligasi syariah (sukuk) karena harus sesuai dengan fatwa DSN-MUI bahwa investasi wajib
dilakukan sesuai dengan syariah.
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabb-nya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya. Allah memusnahkan riba dan melipat-gandakan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang senantiasa berbuat kekafiran/ingkar, dan selalu berbuat dosa.
(Qs. al-Baqarah: 275-276).

You might also like