You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hemangioma dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu hemangioma infantil dan
kongenital. Hemangioma infantil lebih sering dan biasanya sudah terlihat sejak lahir, dan tumbuh
cepat dalam beberapa bulan kemudian. Hemangioma infantil secara umum dibagi ke dalam fase
proliferasi (0-1 tahun), fase involusi (1-5 tahun), dan fase sembuh (5-10 tahun). Hemangioma
kongenital tumbuh secara lengkap setelah lahir dan bisa terjadi involusi atau non involusi
(menetap).
Hemangioma paling sering dijumpai pada masa bayi, dengan angka kejadian 10%-12%
dari yang berusia mendekati umur 1 tahun, ditandai dengan fase proliferasi yang berlangsung
cepat selama 8 hingga 18 bulan, di ikuti dengan fase involusi spontan selama 5 sampai 8 tahun.
Hemangioma dapat juga mengenai organ viseral seperti hati, limpa, usus, jatung bahkan
otak yang dapat mengancam jiwa penderita. Sering tidak diketahui adanya hemangioma pada
organ viseral ini sampai muncul tanda tanda klinis yang jelas, misalnya terjadi gagal jantung
pada hemangioma yang mengenai jantung, juga dapat terjadi gangguan fungsi hati jika
hemangioma mengenai hati pada daerah yang cukup luas. Ada beberapa penelitian menemukan
hemangioma multipel pada kulit mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk kemungkinan
adanya keterlibatan organ viseral dan harus dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
membuktikannya.

Menurut kelompok kami Hemangioma muncul di setiap tempat pada permukaan tubuh,
seperti : kepala, leher, muka, kaki atau dada. Hemangioma terdapat lesi disalah satu permukaan
tubuh. Lesi ini lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki dengan rasio 3:1.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
memberikan analisa jurnal penelitian tentang asuhan keperawatan hemangioma yang
sering dijumpai pada bayi.
1.2.2
Tujuan Khusus
1) Agar mahasiswa memahami dari topik jurnal dan ringkasan yang terdapat pada penyakit
hemangioma.
2) Agar mahasiswa memahami isi jurnal tentang penelitian terkait asuhan keperawatan
hemangioma.
3) Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi isu dan analisa pada penyakit hemangioma.
4) Agar mahasiswa mampu membuat keputusan pada penyakit hemangioma.
1.3 Manfaat
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang terkait dengan jurnal
penelitian tentang asuhan keperawatan hemangioma yang sering dijumpai pada bayi.

BAB II
STUDI LITERATUR
2.1 Definisi

Hemangioma adalah tumor jinak atau hamartoma yang terjadi akibat gangguan pada
perkembangan dan pembentukan pembuluh darah dan dapat terjadi disegala organ seperti hati,
limpa, otak, tulang, dan kulit (Hamzah Mochtar. 1999).
Hemangioma adalah tumor jaringan lunak yang tersering pada bayi baru lahir dengan
persentase 5-10% pada anak-anak yang berusia kurang dari satu tahun. Meskipun dilihat dari
jumlah kejadian hemangioma yang cukup besar pada anak-anak, tapi patogenesisnya tidak
sepenuhnya dapat dimengerti, dan penanganan yang terbaik untuk hemangioma masih
kontroversial (Cathy, 1999)
2.2 Etiologi
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis sepertinya
memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti basic fibroblast growth
factor (BFGF) dan vascular endothelial growth factor (VEGF), mempunyai peranan dalam
proses angionesis. Peningkatan faktor-faktor pembentukan angionesis seperti penurunan kadar
angionesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor-beta, dan transforming
growth factor-beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma (Kushner,et al.,1999;
Katz, et al., 2002)
2.3 Klasifikasi
Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler dan
hemangioma kavernosum. Hemangioma kapiler (superfisial hemangioma) terjadi pada kulit
bagian atas, sedangkan hemangioma kavernosum terjadi pada kulit yang lebih dalam, biasanya
pada bagian dermis dan subkutis. Pada beberapa kasus kedua jenis hemangioma ini dapat terjadi
bersamaan atau disebut hemangioma campuran (Hamzah, 1999; Lehrer, 2003)

A. Hemangioma kapiler
1. Strawberry hemangioma (hemangioma simplek)
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir. Lebih
sering terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang dalam beberapa hari atau beberapa
minggu (Hall, 2005). Tampak sebagai bercak merah yang makin lama makin besar. Warnanya
3

menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan.
Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang
dan lebih mendatar (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002; Lehrer, 2003; Anonim, 2005).
2. Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi bukan
oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter,
dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh yang
sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang
cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah berdarah
(Worman, 1998; Hamzah, 1999).
B. Hemangioma kavernosum
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang berwarna
merah sampai ungu. Bila ditekan akan mengempis dan cepat mengembung lagi apabila dilepas.
Lesi terdiri dari elemen vaskular yang matang. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi
spontan (Cohen, 2004; Anonim, 2005).
Hemangioma kavernosum kadang-kadang terdapat pada lapisan jaringan yang dalam,
pada otot atau organ dalam (Hall, 2005).
C. Hemangioma campuran
Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum. Gambaran
klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar ditemukan pada
ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat terjadi sejak lahir atau masa anak-anak.
Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya
dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa (Hamzah, 1999; Kushner, et al., 1999; Lehrer,
2003; Anonim, 2005).
Lokasi hemangioma campuran pada lapisan kulit superfisial dan dalam, atau organ dalam
(Hall, 2005).
Beberapa literatur menyebutkan hemangioma yang lain diantaranya:
1. Intramuscular hemangioma
Intramuscular hemangioma sering terjadi pada dewasa muda, 80-90% diderita oleh orang
yang berumur kurang dari 30 tahun. Hemangioma ini lebih sering terjadi pada ekstremitas
inferior, terutama di paha dan khas ditunjukkan dengan massa pada palpasi dan perubahan warna
4

pada permukaan kulit di sekitar area hemangioma. Intramuscular hemangioma bisa


asimptomatik atau dapat juga muncul dengan gejala-gejala seperti pembesaran ekstremitas,
peningkatan suhu pada area hemangioma, perubahan warna pada permukaan kulit, dan sakit
(Olmstead, et al., 1994; Enneking, et al., 1998; Katz, et al., 2002). Gambaran yang menyerupai
ular pada pembuluh darah menunjukkan tanda yang kuat dari hemangioma (Katz, et al., 2002).
2. Synovial hemangioma
Synovial hemangioma kasusnya jarang terjadi. Pada artikulasio sinovial terdapat eksudat
cairan yang berulang, nyeri, dan menunjukkan gejala gangguan mekanik (MacDonald, et al.,
1999; Katz, et al., 2002).
3. Osseus hemangioma
Osseus hemangioma sering ditemukan dalam bentuk kecil-kecil, tetapi dapat
menyebabkan nyeri dan bengkak. Pada tulang tengkorak dapat berhubungan dengan bengkak,
eritema, lunak, atau kelainan bentuk. Pada kasus-kasus yang jarang, vertebrae hemangioma bisa
menyebabkan penekanan pada korda dan fraktur, tapi kebanyakan vertebrae hemangioma
biasanya asimptomatik (Katz, et al., 2002).
Osseus hemangioma biasanya solid (melibatkan satu tulang) atau fokal (melibatkan satu
tulang atau tulang di dekatnya pada satu area). Penulis lain memberi definisi yang berbeda.
Beberapa penulis mengatakan bahwa hemangiomatosis merupakan multipel hemangioma yang
berlokasi di antara tulang yang saling berdekatan atau bersebelahan. Multipel hemangioma juga
dihubungkan dengan cystic angiomatosis tulang dimana tidak didapatkan komponen jaringan
lunak. Skeletal-ektraskeletal angiomatosis diartikan sebagai hemangioma yang mempengaruhi
kanalis vertebralis, selama tidak berada satu tempat (Katz, et al., 2002).
4. Choroidal hemangioma
Choroidal hemangioma dapat tumbuh di dalam pembuluh darah retina yang disebut
koroid. Jika terdapat pada makula (pusat penglihatan) atau terdapat kebocoran cairan dapat
menyebabkan pelepasan jaringan retina (retinal detachment). Perubahan ini dapat mempengaruhi
penglihatan. Kebanyakan choroidal hemangioma tidak pernah tumbuh atau terjadi kebocoran
cairan dan mungkin dapat diobservasi tanpa pengobatan (Finger, 2004). Walaupun tidak terdapat
robekan, kista pada retina dengan degenerasi fovea menyebabkan penurunan ketajaman visus
sampai 20/200 (Finger, 2004).
5

5. Spindle cell hemangioma


Spindle cell hemangioma (hemangioendothelioma) merupakan lesi vaskular yang tidak
jelas dimana biasanya berlokasi di dermis atau subkutis dari ekstremitas distal (terutama sekali
pada tangan) (Roy, 2000; Katz, et al., 2002).
6. Gorham disease
Gorham disease dapat menimbulkan nyeri tumpul atau lemah dan jarang dicurigai lebih
awal pada evaluasi dengan radiografi. Penderita biasanya berumur kurang dari 40 tahun. Secara
histologi Gorham disease khas menampakkan hipervaskularisasi dari tulang. Proliferasi vaskular
sering mengisi kanalis medularis (Katz, et al., 2002).
7. Kassabach-Merritt syndrome
Kassabach-Merritt syndrome komplikasi dari pembesaran pembuluh darah yang cepat
yang ditandai dengan hemolitik anemia, trombositopeni, dan koagulopati. Kassabach-Merritt
syndrome terlihat berhubungan dengan stagnasi aliran pada hemangioma yang besar, dengan
banyaknya trombosit yang tertahan dan terjadi penggunaan faktor koagulan yang tidak diketahui
sebabnya (consumptive coagulopathy) (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).
2.4 Patofisiologi
Meskipun mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari pertumbuhan dan involusi
hemangioma tidak begitu dimengerti, pengetahuan mengenai pertumbuhan dari pembuluh darah
yang normal dan proses angiogenesis dapat dijadikan petunjuk. Vaskulogenesis menunjukkan
suatu proses dimana prekursor sel endotel meningkatkan pembentukan pembuluh darah,
mengingat angiogenesis berhubungan dengan perkembangan dari pembuluh darah baru yang ada
dalam sistem vaskular tubuh. Selama fase proliferasi, hemangioma mengubah kepadatan dari selsel endotel dari kapiler-kapiler kecil. Sel marker dari angiogenesis, termasuk proliferasi dari
antigen inti sel, collagenase tipe IV, basic fibroblastic growth factor, vascular endothelial growth
factor, urokinase, dan E-selectin, dapat dikenali oleh analisis imunokimiawi (Olmstead, et al.,
1994; Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).
Hemangioma superfisial dan dalam, mengalami fase pertumbuhan cepat dimana ukuran
dan volume bertambah secara cepat. Fase ini diikuti dengan fase istirahat, dimana perubahan
hemangioma sangat sedikit, dan fase involusi dimana hemangioma mengalami regresi secara
spontan. Selama fase involusi, hemangioma dapat hilang tanpa bekas. Hemangioma kavernosum
6

yang besar mengubah kulit sekitarnya, dan meskipun fase involusi sempurna, akhirnya
meninggalkan bekas pada kulit yang terlihat. Beberapa hemangioma kapiler dapat involusi
lengkap, tidak meninggalkan bekas (Kantor, 2004; Lehrer, 2004; Hall, 2005).
2.5

Manifestasi Klinis
Gambaran klinik dari hemangioma adalah heterogen, gambaran yang ditunjukkan

tergantung kedalaman, lokasi, dan derajat dari evolusi. Pada bayi baru lahir, hemangioma
dimulai dengan makula pucat dengan teleangiektasis. Sejalan dengan perkembangan proliferasi
tumor gambarannya menjadi merah menyala, mulai menonjol, dan noncompressible plaque.
Hemangioma yang terletak di dalam kulit biasanya lunak, masa yang terasa hangat dengan warna
kebiruan. Seringkali, hemangioma bisa berada di superfisial dan di dalam kulit. Hemangioma
memiliki diameter beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Hemangioma bersifat solid,
tapi sekitar 20% mempunyai pengaruh pada bayi dengan lesi yang multipel (Kushner, et al.,
1999; Katz, et al., 2002; Drolet, et al., 2004).
Bayi perempuan mempunyai resiko tiga kali lebih besar untuk menderita hemangioma
dibanding bayi laki-laki, dan insidensi meningkat pada bayi prematur. Kurang lebih 55%
hemangioma ditemukan pada saat lahir, dan perkembangannya pada saat minggu pertama
kehidupan. Dulunya, hemangioma menunjukkan fase proliferasi awal, involusinya lambat, dan
kebanyakan terjadi resolusi yang komplit. Jarang sekali hemangioma menunjukkan pertumbuhan
tumor pada saat lahir. Walaupun perjalanan penyakit dari hemangioma sudah diketahui, sangat
sulit untuk memprediksi durasi dari pertumbuhan dan fase involusi untuk setiap individu.
Superfisial hemangioma biasanya mencapai ukuran yang maksimal sekitar 6-8 bulan, tapi
hemangioma yang lebih dalam mungkin berproliferasi untuk 12-14 bulan. Pada beberapa kasus
dapat mencapai 2 tahun. Onset dari involusi lebih susah untuk diprediksi tapi biasanya
digambarkan dari perubahan warna dari merah menyala ke ungu atau keabu-abuan. Kira-kira 2040% dari pasien mempunyai sisa perubahan dari kulit, hemangioma pada ujung hidung, bibir,
dan daerah parotis biasanya involusinya lambat dan sangat besar. Hemangioma superfisial pada
muka sering meninggalkan noda berupa sikatrik (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).
Gambaran klinis umum ialah adanya bercak merah yang timbul sejak lahir atau beberapa
saat setelah lahir, pertumbuhannya relatif cepat dalam beberapa minggu atau beberapa bulan;
warnanya merah terang bila jenis strawberry atau biru bila jenis kavernosa. Bila besar
7

maksimum sudah tercapai, biasanya pada umur 9-12 bulan, warnanya menjadi merah gelap
(Katz, et al., 2002).
2.6 Diagnosis
Secara klinis diagnosis hemangioma tidak sukar, terutama jika gambaran lesinya khas,
tapi pada beberapa kasus diagnosis hemangioma dapat menjadi susah untuk ditegakkan, terutama
pada hemangioma yang letaknya lebih dalam (Olmstead, et al., 1994; Pieter, et al., 1997).
Diagnosis hemangioma selain dengan gejala klinis, juga dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan penunjang lain. Penggunaan teknik pencitraan membantu dalam membedakan
kelainan pembuluh darah dari beberapa proses neoplasma yang agresif. Ultrasonografi dengan
Doppler merupakan cara yang efektif, karena tidak bersifat invasif dan dapat menunjukkan
gambaran aliran darah yang tinggi yang merupakan karakteristik dari hemangioma, demikian
dapat membedakan antara hemangioma dengan tumor solid (Abdel-Motaal, et al., 1996; Katz,
et al., 2002).
Pada penggunaan X-ray, hemangioma jenis kapiler, X-ray jarang digunakan karena tidak
dapat menggambarkan masa yang lunak, sedangkan pada hemangioma kavernosum biasanya
dapat terlihat karena terdapat area kalsifikasi. Kalsifikasi ini terjadi karena pembekuan pada
cavitas cavernosum (phleboliths). Isotop scan pada hemangioma kapiler dapat menunjukkan
peningkatan konsistensi dengan peningkatan suplai darah, tapi cara ini jarang digunakan.
Angiografi menunjukkan baik tidaknya pembuluh darah juga untuk mengetahui pembesaran
hemangioma karena neo-vaskularisasi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) menunjukkan
karakteristik internal dari suatu hemangioma dan lebih jelas membedakan dari otot-otot yang ada
di sekitarnya (Abdel-Motaal, et al., 1996; Kushner, et al., 1999).
Hemangioma dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik. Pada kasus hemangioma dalam
atau campuran, CT Scan atau MRI dapat dikerjakan untuk memastikan bahwa struktur yang
dalam tidak terlibat (Kantor, 2004)
2.7 Komplikasi
1. Perdarahan
Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi lainnya.
Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh darah karena tipisnya
kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh darah di bawahnya terus tumbuh
(Katz, et al., 2002).
8

2. Ulkus
Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi, perdarahan, dan sikatrik.
Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga terjadi akibat ruptur (Kushner, et al.,
1999). Hemangioma kavernosa yang besar dapat diikuti dengan ulserasi dan infeksi sekunder
(Kantor, 2004).
3. Trombositopenia
Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu dikira bahwa
trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif. Ternyata kemudian bahwa dalam
jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang mengalami sekuesterisasi (Katz, et
al., 2002).
4. Gangguan penglihatan
Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan dan harus lebih
sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari sumbatan pada sumbu penglihatan
(visual axis). Kebanyakan komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma yang disebabkan tekanan
tersembunyi dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang retrobulbar (Kushner, et al., 1999).
Hemangioma pada kelopak mata bisa mengganggu perkembangan penglihatan normal dan harus
diterapi pada beberapa bulan pertama kehidupan (Kantor, 2004).

5. Masalah psikososial (Drolet, et al., 2004).


6. Dengan persentase yang sangat kecil hemangioma bisa menyebabkan obstruksi jalan nafas,
gagal jantung (Enneking, et al., 1998; Cohen, 2004).
2.8 Penatalaksanaan
1) Terapi pilihan utama
Kortikosteroid
Umumnya para klinis memilih steroid sebagai terapi medikamentosa pilihan utama untuk
mengobati hemangioma.
Mekanisme yang jelas tentang peran steroid belum diketahui secara pasti, walaupun ada
dugaan bahwa steroid berpengaruh terhadap hemangioma dengan cara :
1. Menghambat kapasitas proliferasi pericytes immature.
9

2. Intensifikasi efek vasokonstriksi epinefrin maupun norefinefrin pada pembuluh darah


otot polos.
3. Memblok reseptor estradiol pada hemangioma.
4. Menghambat angiogenesis.
Beberapa penulis mengelompokkan steroid berdasarkan cara pemberian menjadi :
1.

Kortikosteroid sistemik
Pengobatan dengan kortikosteroid sistemik telah dianggap sebagai terapi medikamentosa

yang paling efisien untuk cutaneous infantile hemangiomas tanpa komplikasi. Pemberian steroid
sebaiknya dilakukan pada masa proliferatif, karena bila diberikan pada masain volusi kurang
bermanfaat.
Dosis yang dianjurkan inisial prednison atau prednisolone 2 3 mg/kg/hari, satu kali
sehari pada pagi hari. Beberapa peneliti menganjurkan dosis yang lebih besar (prednison 5
mg/kg/hari) untuk menghasilkan terapi efektif, cepat, dan cukup aman, dilanjutkan hingga 6 8
minggu dan pada kasus yang lebih berat dapat diberikan hingga 12 minggu.
2. Kortikosteroid intralesi
Kortikosteroid intralesi sangat baik diberikan pada hemangioma dengan ukuran kecil
(diameter < 10 cm) dan lesi lokal bermasalah (hemangioma disertai ulserasi atau dengan
komplikasi misalnya terjadi ifeksi berulang pada daerah lesi).
Dosis yang diberikan 2 3 mg/kg setiap kali suntikan diulang setiap minggu selama 1 -2
bulan. Adanya respon terapi yang baik terhadap steroid ditandai oleh pengecilan ukuran
hemangioma.
Pemberian kortikosteroid intralesi dengan interval waktu 4 8 minggu merupakan terapi
yang efektif sebagai upaya untuk menghindari efek samping terapi kortikosteropid sistemik.
Penyuntikan dapat pula dilakukan dengan interval bulanan, sehingga dapat mengurang efek
samping yang tidak diinginkan, tetapi dari laporan diketahui laju respon pengobatan dengan cara
ini hanya sekitar 85%.
Efek samping potensial kortikosteroid intralesi antara lain, berupa, atropi kulit,
anafilaksis, perdarahan, nekrosis kulit dan supresi adrenal, tetapi umumnya suntikan dapat
ditoleransi dengan baik. Perhatian khusus harus diberikan pada periokuler. Pada hemangioma
jenis ini dosis kortikosteroid intralesi tidak boleh melebihi 3-5 mg/kg triamcinolone setiap sesi
suntikan.14,21 Beberapa ahli mengemukakan bahwa pemberian kortikosteroid intralesi pada
10

daerah periocular dikontra-indikasikan, sejak diketahui menyebabkan banyak komplikasi seperti


atropi kulit, nekrosis, dan oklusi arteri retina sentral, dengan konsekuensi kebutaan.
3.

Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal (langsung pada daerah lesi hemangioma) biasanya efektif pada

hemangioma tipe cutaneous.


2) Terapi pilihan kedua
Interferon Alfa-2a dan 2b
Interferon alfa dianjurkan diberikan pada bayi dengan hemangioma yang mengancam
jiwa bila terjadi kegagalan dengan pemberian kortikosteroid dosis tinggi. Sewaktu
pemberian interferon alpha, status neurologis harus dimonitor secara ketat. Kedua jenis
interferon alfa yaitu 2a dan 2b pernah digunakan, biasanya diberikan melalui suntikan
subkutan dengan dosis 3 juta unit per m2 permukaan tubuh per hari diulang setiap
minggu selama 6 bulan. Penggunaan interferon pada hemangioma masih sangat terbatas
karena selain harganya mahal juga belum banyak penelitian yang mendukung.

Vinkristin
Vinkristin dapat dipertimbangkan pemberiannya pada kasus yang gagal dengan terapi
steroid sebanyak dua siklus pengobatan, yang mengalami kekambuhan dan yang tidak
dapat mentoleransi pengobatan medika mentosa lain. Vinkristin mempengaruhi mitotic
spindle microtubules dan merangsang proses apoptosis pada sel tumor in vitro. Ada
laporan yang menyatakan bahwa vinkristin efektif digunakan pada kasus hemangioma
yang mengancam jiwa yang resisten terhadap pengobatan steroid. Taki20 dkk,
menyatakan bahwa pada kasus intractable Kasabach-Merritt syndrome pemberian
vinkristin sangat efektif, sehingga mereka menyarankan pemakaian vinkristin pada kasus
demikian.
Dosis yang dianjurkan 1.5 mg/m2 per kali suntikan, jika diperlukan dapat diulang
satu kali lagi dengan interval 2-3 bulan setelah suntikan pertama.
11

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.5 Pengkajian
1. Identifikasi Klien
Nama : Untuk lebih mengenal pasien agar tercipta keakraban yang dapat membantu
dalam mengembangkan hubungan interpersonal.
Umur : mendeteksi hubungan umur dengan penyakit saat ini.
Agama : Untuk mengetahui keyakinan serta cara pandang agama yang di anutnya.
Suku/ bangsa : Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat untuk memperoleh
gambaran tentang budaya yang di anut pasien apakah bertentangan atau mendukung
pola- pola kesehatan.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, karena pendidikan mempengaruhi
sikap perilaku kesehatan seseorang, serta mempermudah kita untuk berkomunikasi
dengan pasien.
Pekerjaan : memperoleh gambaran tentang sosial ekonomi.

12

Alamat : Untuk mengetahui daerah lingkungan tempat tinggal pasien , karena


lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan .
2. Keluhan Utama
Keluhan utama ditujukan untuk menggali tanda atau gejala yang berkaitan dengan
Hemangioma. Tanda dan gejala yang dikeluhkan pasien.
3. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Penyakit Sekarang
keluhan tanda atau gejala yang berkaitan dengan Hemangioma.
B. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu tentang masalah kesehatan yang dialami misalnya demam,
penyakit kulit yang pernah diderita, penyakit pernapasan atau pencernaan, riwayat alergi.
C. Riwayat Penyakit Keluarga
Berkaitan dengan penyakit keluarga yang dikaji seperti : ada tidaknya anggota
keluarga yang menderita gangguan kulit, sejak kapan dimulainya gangguan itu, ada
tidaknya anggota keluarga yang mempunyai riwayat alergi.
D. Riwayat pengobatan atau terpapar zat
pernah atau tidaknya klien mengkonsumsi macam-macam obat, pernah atau tidaknya
klien terpapar faktor-faktor yang tidak lazim.apakah akhir-akhir ini klien bekerja atau
berada di tempat lain dan banyak kelainan pada kulit yang terjadi akibat pengaruh
gelombang ultraviolet sinar matahari.
E. Riwayat pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
Perlu dikaji kebiasaan dan aktivitas sehari-hari klien, perlu dikaji lingkungan kerja
klien untuk mengetahui apakah klien berkontak dengan bahan-bahan iritan, perlu dikaji
gaya hidup klien dan perlu dikaji pola kebersihan diri klien.
F. Riwayat psikososial
Perlu dikaji keadaan psikologis, gangguan kulit dan konsep diri klien.
3.6 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kulit
Melakukan pemeriksaan kulit secara menyeluruh, memeriksa tekstur, elastisitas, warna
dan turgor kulit.
Jika terdapat lesi amati jenis lesi, lokasi, distribusi, ukuran dan bagaimana permukaan
serta tepi lesi.
Perlu memeriksa permukaan kulit yang ada disekitar lesi, apakah ada kemerahan, apakah
ada pembengkakan, jika ada apakah local atau menyeluruh.
13

Perlu mengamati apakah timbul lesi akibat garukan klien.


Apakah ada perubahan temperature pada lesi baik panas maupun dingin.
Jika terdapat sekret pada daerah lesi, perhatikan karakteristik, warna, viskositas, maupun
jumlahnya.
Apabila diperlukan data penunjang, konsultasikan untuk melakukan pemeriksaan kulit
lain sesuai dengan ketentuan dan catat hasilnya.

3.7 Masalah Keperawatan


1. gangguan rasa nyaman (ansietas)
2. resiko tinggi cidera.
3. resiko infeksi.
4. nyeri akut.
5. gangguan citra tubuh.
3.8 Diagnosa Keperawatan
1. gangguan rasa nyaman (ansietas) b/d ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi
peran, lingkungan, status kesehatan, status ekonomi, atau pola interaksi.
2. resiko tinggi cidera b/d kelainan pembentukan atau pertumbuhan pembuluh darah.
3. resiko infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat.
4. nyeri akut b/d agen-agen penyebab cidera.
5. gangguan citra tubuh b/d biofisik, kognitif atau persepsi, kultural, perubahan
perkembangan.
3.9 Intervensi
No
1.

Diagnosa Keperawatan
Tujuan
gangguan
rasa Untuk mengurangi
nyaman
b/d

(ansietas) perasaan

ancaman

khawatir,

atau tegang atau perasaan

Intervensi
mempersiapkan

Rasional
mengurangi

pasien

krisis

menghadapi

perkembangan.
14

perubahan

pada tidak senang akibat

kemungkinan

status peran, fungsi sumber yang tidak


peran,
status

krisis

lingkungan, dapat diidentifikasi.

kesehatan,

perkembangan.
meminimalkan

status ekonomi, atau

kekhawatiran,

pola interaksi

ketakutan,
prasangka atau
perasaan tidak
tenang yang

Mengurangi
Kekhawatiran,
ketakutan atau
perasaan tidak
senang yang
bersumber
tidak jelas.

bersum ber
bahaya yang di
antisipasi dan

tidak jelas.
Meredakan
kecemasan pada
pasien yang
mengalami
distres akut.

2.

resiko tinggi cidera b/d Untuk

mengurangi

kelainan

pembentukan cidera

atau

pertumbuhan pengendalian resiko

pembuluh darah

terhadap

cidera.

Memantau dan

Mengurangi
kecemasan
pada pasien
yang
mengalami
distes akut.
Mengetahui

memanipulasi

lingkungan

lingkungan fisik

fisik klien.

untuk
memfasilitasi

keamanan.
Kaji faktor
penyebab
terjadinya cidera

Jangan lakukan
perubahan yang
tidak diperlukan
di lingkungan

Mengurangi
penyebab
terjadinya
cidera.
Mengetahui
Perubahan
yang
tidak
diperlukan
15

di

fisik.
3.

resiko

infeksi

Meminimalkan

fisik klien.
Mengurangi

terhadap

penyebaran dan

penyebaran

pengendalian resiko

penularan agens

dan penularan

penyakit

infeksius.
Mencegah dan

b/d Untuk

mengurangi

pertahanan primer tidak infeksi


adekuat.

menular,

tidak menular dan

penyembuhan luka.

infeksi

infeksi pada

klien berisiko.

klien berisiko.
Mencegah
komplikasi pada
luka dan
memfasilitasi
proses
penyembuhan

nyeri akut b/d agen-agen Untuk


penyebab cidera.

mengetahui

luka.
Meringankan
atau mengurangi

tingkat nyeri yang

nyeri sampai

dirasakan oleh klien.

pada tingkat
kenyamanan
yang dapat
dirasakan oleh

agens infeksius
Mengetahui

mendeteksi dini

terjadinya

4.

lingkungan

klien.
Memantau

pada

Mengetahui
terjadinya
komplikasi
pada luka dan
mengurangi
proses
penyembuhan
luka.
Mencegah
nyeri sampai
pada tingkat
kenyamanan
yang dirasakan
oleh klien.
Mengetahui
respons

klien

respons klien

dan dukungan

dan memberikan

fisiologis yang

dukungan

dibutuhkan

fisiologis yang

klien.

dibutuhkan

Mengetahui
16


5.

mengetahui

klien.
Meningkatkan

presepsi sadar

presepsi sadar

serta sikap
terhadap tubuh

gangguan citra tubuh b/d

Untuk

biofisik, kognitif atau

perubahan hidup,

dan tak sadar

persepsi, kultural,

citra tubuh positif,

klien serta sikap

perubahan

tidak

terhadap tubuh

perkembangan.

keterlambatan dalam

mengalami

perkembangan anak

dan harga diri positif

klien.
Mendukung

klien.
Membantu klien

klien untuk

untuk

penilaian

meningkatkan

personal

penilaian

terhadap harga

personal
terhadap harga

dan tak sadar

meningkatkan

diri.
Memotivasi

diri.
Memberikan

orang tua

penyuluhan

memfasilitasi

orang tua untuk

pertumbuhan

memfasilitasi

motorik kasar,
motorik halus,
bahasa,

pertumbuhan
motorik kasar,
motorik halus,
bahasa, kognitif

untuk

kognitif sosial.

sosial.

3.10 Pendidikan kesehatan terpilih (SAP dan leaflet )


17

SATUAN ACARA PENYULUHAN HEMANGIOMA


Judul

: Satuan Acara Penyuluhan Hemangioma.

Peneliti

: Wiwik Inda Wati dan Yusriul kamil Studi S1 Keperawatan Universitas


Muhammadiyah Surabaya.

Tujuan Instruksional
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan masyarakat mampu memahami
tentang penyakit hemangioma. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan setiap anggota
masyarakat dapat menjelaskan kembali:
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan setiap anggota masyarakat dapat menjelaskan
kembali :
C.
-

pengertian penyakit hemangioma.


tanda-tanda hemangioma.
penyebab hemangioma.
Materi
Menjelaskan pengertian hemangioma.
Menjelaskan tanda -tanda hemangioma.
Menjelaskan penyebab hemangioma.
Menjelaskan Tentang Penderita Hemangioma sering dijumpai pada masa bayi.

D. Analisa situsional
Media
: Leaflet, LCD
Peserta
: Warga Masyarakat Kenjeran
Hari/Tanggal
: Minggu, 19 Oktober 2014
Jam
: 09.00-09.20 WIB
Waktu
: 20 menit
Tempat
: Kecamatan Kenjeran
E. KEGIATAN PENYULUHAN
No
1.

WAK
TU
3
menit

KEGIATAN PENYULUHAN
Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.

KEGIATAN
KLIEN

Menjawab salam
18

2.

9
menit

Memperkenalkan diri.

Mendengarkan

Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.

Memperhatikan

Menyebutkan materi yang akan diberikan


Pelaksanaan :

Memperhatikan

Menjelaskan pengertian hemangioma.

Memperhatikan

Menjelaskan tanda-tanda hemangioma.

Memperhatikan

Menjelaskan Penyebab hemangioma.

Memperhatikan

E Menjelaskan Tentang penderita Hemangioma sering


Memperhatikan
dijumpai pada masa bayi.

3.

6
menit

Evaluasi :

Memberikan kesempatan kepada anggota. masyarakat


untuk bertanya.

Bertanya

Menjawab

Menanyakan kepada anggota masyarakat tentang materi pertanyaan


yang telah diberikan dan Memberikan pertanyaan
kepada anggota masyarakat tentang materi yang sudah
4.

2
menit

disampaikan penyuluh.
Terminasi :

Mengucapkan terimakasih atas peran serta klien.


Mengucapkan salam penutup.

Mendengarkan

Menjawab salam

F. Materi Hemangioma.
1. Pengertia Penyakit Hemangioma
Hemangioma adalah tumor jinak yang terjadi akibat gangguan pada perkembangan dan
pembentukan pembuluh darah . dapat terjadi disegala organ seperti hati, limpa, otak, tulang, dan
kulit.
2. Tanda-Tanda Hemangioma
1) Tampak seperti tanda lahir, tetapi pertumbuhannya terjadi secara cepat pada usia 6-12
bulan.
2) Pertumbuhan ini mulai menyusut dan melambat pada usia 1-7 tahun dan tumor ini
menciut pada usia 10-12 tahun, kebanyakan ada pula yang menghilang pada usia 10-13
tahun.
19

3) Adanya pola merah terang yang timbul, terkadang dengan permukaan bertekstur (kadang
disebut hemangioma stroberi karena berwarna merah seperti buah stroberi).
3. Penyebab Hemangioma
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis adalah proses
pembentukan pembuluh darah baru yang terjadi secara normal
Angiogenesis sepertinya memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah, Cytokines,
seperti basic fibroblast growth factor (BFGF) dan vascular Endothelial growth factor (VEGF),
mempunyai peranan dalam proses angiogenesis.
4. Penderita Hemangioma sering dijumpai pada masa bayi
Hemangioma paling sering dijumpai pada masa bayi, dengan angka kejadian 10%-12% dari
yang berusia mendekati umur 1 tahun, ditandai dengan fase proliferasi yang berlangsung cepat
selama 8 hingga 18 bulan, di ikuti dengan fase involusi spontan selama 5 sampai 8 tahun.

3.11 Aspek legal etik.


1. Identifikasi Isu.
Pada tanggal 30 Mei 2011, seorang pasien perempuan umur 33 tahun datang ke Poliklinik
rawat jalan THT RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan keluhan utama hidung keluar darah dari
hidung sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya pasien sedang beraktivitas di rumah, tibatiba dari hidung sebelah kiri keluar darah sebanyak cangkir. Lalu pasien dibawa ke RSUD
Lubuk Basung. Perdarahan berhenti spontan. Pasien juga pernah dirawat dengan keluhan yang
sama 3 bulan yang lalu selama 2 hari di RSUD Lubuk Basung. Pulang atas permintaan sendiri.
2. Analisa.
Telah dilaporkan satu kasus hemangioma intranasal pada seorang wanita berumur 33
tahun. Dikutip dari Bailey, bahwa kasus hemangioma paling banyak ditemukan pada jenis
20

kelamin perempuan dibandingkan laki-laki dengan rasio 6:1.4 Walaupun dapat mengenai seluruh
lapisan usia, hemangioma paling sering muncul pada dekade ke-3 atau ke-4 dari kehidupan.2,7,9
Sedangkan menurut Lee dkk, hemangioma di kavum nasi terjadi antara dekade ke-3 sampai
dekade ke-5.10 Pada kasus pasien ini, terjadi di dekade ke-3.
Hemangioma daerah kepala dan leher termasuk kasus yang jarang. Stamataki dkk
melaporkan, di Johns Hopkins Hospital antara tahun 1980 sampai dengan tahun 2003, terdapat
23 kasus hemangioma daerah kepala dan leher. Dari jumlah tersebut hanya terdapat 1 kasus
hemangioma intranasal, yang telah menyebabkan erosi pada tulang intranasal dan tulang
ethmoid.
3. Membuat keputusan.
Umumnya hemangioma tidak memerlukan tindakan yang segera. Sekitar 20-40% pasien
yang dilakukan tindakan operatif akan mengalami hemangioma yang berulang. Menurut Elhamd,
angka kekambuhan untuk hemangioma intranasal ini adalah sekitar 15%. Tindakan bedah
direkomendasikan ketika hemangioma sudah mengganggu secara fungsi dan gangguan estetika.

Pada kasus hemangioma intranasal atau sinus paranasal, pendekatan dari luar (external
approach) sering dilakukan untuk memudahkan kontrol perdarahan selama operasi berlangsung.
Sehingga akses menuju pengangkatan tumor yang komplit semakin mudah. Kelemahan
pendekatan endoskopi adalah kesulitan dalam mengontrol perdarahan, sehingga batas-batas
tumor sulit dinilai. Tapi dengan persiapan yang adekuat serta kontrol perdarahan selama operasi
yang baik, pendekatan endoskopi pada kasus hemangioma intranasal dapat dilakukan dengan
sukses.

21

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Hemangioma, merupakan tumor jinak endotel vaskuler yang paling sering dijumpai pada
bayi, yang ditandai dengan fase pertumbuhan khas terdiri dari fase proliferasi dan fase involusi.
Umumnya hemangioma dapat mengalami involusi secara spontan pada usia rata-rata 9 tahun dan
tidak memerlukan pengobatan. Pada beberapa keadaan tidak terjadi involusi spontan atau terjadi
involusi tetapi ukuran hemangioma masih besar. Banyak pilihan terapi pada hemangioma tetapi
sampai saat ini pemberian obat-obatan masih menjadi pilihan utama dibandingkan operasi atau
terapi lain. Terapi steroid merupakan terapi pilihan utama walaupun masih banyak kontroversi
sehubungan dengan efek samping yang mungkin terjadi. Pada kasus yang berat dan gagal dengan
terapi steroid sebanyak 2 siklus dapat dipertimbangkan untuk melakukan operasi, radioterapi
atau pemberian sitostatika seperti vinkristin dan bleomisin.
4.2 Saran

22

Saran yang dapat kelompok kami ambil dalam penelitian ini adalah Banyak pilihan terapi
pada hemangioma tetapi sampai saat ini pemberian obat-obatan masih menjadi pilihan utama
dibandingkan operasi atau terapi lain.
Dalam makalah ini tidak menutup kemungkinan masih terdapat banyak kekurangan baik
menyangkut isi maupun penulisan. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya dan kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya dalam menambah wawasan
pengetahuan tentang kelainan- kelainan yang terjadi pada bayi .

DAFTAR PUSTAKA
Prof.DR.Adhi Djuanda 2002. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi ketiga 2002, FK.UI
Arif Mansjoer, Suprohaita, Wahyu ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan 2002. Kapita
selekta kedokteran edisi ketiga jilid 2002,
Hamzah, Mochtar 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI.
Pieter,j.,& halimun,E.M.1997:organ dan system organ kulit., dalam buku ajar ilmu bedah
wim de jong, penerbit buku kedokteran EGC, Edisi Revisi, Jakarta, 428-30.
MacDonald.D.Gollish. J. December 23. 1999 Synovial Hemangioma. Dalam New
England Journal of Medicine 1999:341:2018-2019.
Kushner, B. J.,Maier, H., Neumann, R., Drolet, B. A., Esterly, N. B., & Frieden, I. J.
December 23, 1999 Hemangioma in children, dalam New England Journal of Medicine
1999;341;2018-2019.
Prof. DR. dr.A. Sanik Wahab, SpA(K) 2008.Ilmu kesehatan anak. Penerbit buku
kedokteran EGC, vol 3 Edisi revisi 15, jakarta.
23

24

You might also like