You are on page 1of 3

Ilmu Falak yang Sulit, Kini Menjadi Mudah

Oleh: Ali Maftukin, SHI


Ilmu Falak yang selama ini sering disebut juga Ilmu Hisab Rukyat
merupakan ilmu yang selama ini sangat bermanfaat bagi umat islam
dalam menentukan pelaksanaan ibadah. baik yang berhubungan
dengan waktu ibadah maupun posisi-posisi ibadah di alam ini. Tanpa
ilmu falak, umat islam akan susah menentukan kapan shalat lima waktu
dilaksanakan dan menghadap kemana shalat dilakukan. Begitu pula
dalam penentuan awal bulan kamariyah yang berhubungan dengan
pelaksanaan puasa Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha.
Tak jarang masyarakat yang tidak faham tentang ilmu falak,
ilmu ini merupakan ilmu yang kurang populis di mata masyarakat. Tak
pernah rasanya mendengar orang tua yang mendambakan anaknya
untuk menjadi ahli falak. Anak-anak pun tak ada yang bercita-cita ingin
menjadi ahli falak. Ilmu falak sering dianggap sebelah mata oleh
kalangan awam. Hal ini pun senada dengan anggapan masyarakat yang
menganggap ilmu falak merupakan ilmu yang sulit dan rumit untuk
dipelajari, tak heran jika Ahli Falak merupakan orang yang langka di
jagad ini. Apalagi Ahli Falak sekarang ini banyak yang sudah
meninggal dunia. Sebut saja KH. Nor Ahmad S Kalinyamatan Jepara,
KH. Turaichan Kudus, KH. Zubaer Jaelani Salatiga dll.
Lebih terkesan langka lagi dengan jarangnya

Lembaga

Pendidikan yang mengajarkan pelajaran Ilmu Falak. Kalau pun toh ada,
tak sedikit di antara murid yang mengeluh susahnya memahami
metode-metode falak. Fenomena demikian menjadi hal yang wajar
karena banyak di antara tenaga pengajar ilmu falak yang hanya
menyampaikan ilmu falak dari kitab-kitab salaf tanpa mau berinovasi
untuk menyampaikan materi agar menjadi lebih menarik.

Kitab Ilmu Falak Menyusahkan dulu


Pada saat ini pelajar di kalangan pesantren maupun lembaga
pendidikan masih banyak yang menganggap bahwa ilmu falak
merupaka ilmu yang hanya bisa dipelajari melalui kitab-kitab klasik,
1

sehingga referensi para pengajar selalu saja menggunakan kitab-kitab


klasik di antaranya adalah kitab Sullamun Nayyirain karya Syeh
Muhammad Manshur al-Batawi, kitab Tadkhiratul Ihwan karya Abu
Hamdan al-Samaranji, kitab Fathur Raufil Manan karya Abdul Jalil alQudsy, Jadawilul Falakiyyah karya Qusyairi Pasuruan, kitab al-Khulasatul
Wafiyah karya KH Zubaer Umar, kitab Risalah Falakiyah karya KH Ramli
Hasan Gresik, kitab al-Mathlaus Said karya Syeh Husain Zaid al-Misra,
kitab Badhiatul Mitsal karya Muhammad Mashum bin Ali al-Jombangi,
kitab Muhtasarul Muhaddab karya Syeh Alamuddin Muhammad Yasin alPadangy, kitab Nurul Anwar karya KH Nor Ahmad Jepara, dan masih
banyak lagi.
Dari sekian banyaknya kitab-kitab ilmu falak yang ada di
Indonesia kebanyakan menggunakan angka-angka dengan huruf
Abajadun Hawazun, ada pula yang menggunakan angka arab dan ada
pula yang sudah menggunakan angka-angka latin.
Mungkin inilah yang menjadikan susahnya memahami ilmu
falak. Yang pada akhirnya membuat murid menjadi malas untuk belajar
ilmu falak. Ada sebagian anggapan dalam belajar haruslah berakit-rakit
ke hulu berenang-renang ketepian, bersusah-susah dahulu bersenangsenang kemudian. Belajar memang harus bersusah-susah dahulu
sehingga jika saatnya nanti, seorang murid yang sungguh-sungguh
akan menjadi seorang alim yang memang benar ahli di bidangnya yang
dalam hal ini adalah ilmu falak.

Buat Belajar Menjadi Mudah


Menurut penulis, dalam mempelajari ilmu falak tak perlu harus
bersususah-susah dahulu, Apalagi bagi para pemula. Yang perlu
pengajar sampaikan adalah menyampaikan ilmu falak dengan metodemetode mudah dan menyenangkan bagi para muridnya. Sehingga ilmu
falak tidak lagi menjadi mata pelajaran momok baginya. Begitu pula
bagi para murid tak perlu susah-sudah mempelajari metode dan istilah
falak yang susah-susah terlebih dahulu. Kini telah banyak referensreferensi

yang

telah

menggunakan

kontemporer.
2

bahasa-bahasa

dan

istilah

Tak perlu rasanya seorang guru menyampaikan teori-teori


tentang sistem-sistem metode ilmu falak yang melangit. Namun cukup
dengan materi-materi praktis seperti pengukuran arah kiblat praktis,
penentuan awal waktu shalat praktis, penentuan awal bulan kamariyah
praktis, dan lain-lain. Begitu pula dalam menyampaikan materi tak
perlu pengajar memperkenalkan istilah-istilah yang menguras pikiran,
cukup sampaikan dengan istilah-istilah yang tak asing di telinga para
murid, jika perlu terjemahkan istilah-istilah falak menjadi istilah bahasa
Indonesia.
Pembelajaran yang tidak dengan cara praktis-praktis dulu
selama ini selalu menimbulkan melelahkan dan menghabiskan energi
dulu bagi para murid sebelum masuk pada materi pokoknya. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran dengan mengawali dengan metode
praktis-praktis dulu kiranya akan pelan-pelan mengkikis anggapan
bahwa Ilmu Falak adalah ilmu yang sulit. Dengan mengawali cara yang
praktis-praktis seperti itu, kiranya akan banyak memunculkan banyak
peminat Ilmu Falak yang berminat untuk mendalamnya lebih dhahil lagi,
dengan sebuah anggapan baru bahwa Ilmu Falak sebenarnya tidak sulit.
Dari peminat banyak inilah kiranya akan muncul banyak pakar Ilmu
Falak sehingga tidak langka, sebagaimana pepatah penumbuhan
generasi : gugur satu tumbuh seribu.
Wa Allahu alamu bishsowab.
Penulis,
Ali Maftukin, SHI. Sekretaris Jenderal ASTROFISIKA (Asosiasi
Maestro Astronomi dan Ilmu Falak Indonesia Merdeka), Ketua Lembaga Hisab
Rukyah AL-MIIQAAT Jawa Tengah, Pengurus Lajnah Falakiyyah PCNU
Kota Semarang, Tim Ahli Falak Life Skill PP. Daarun Najah Semarang.

You might also like