You are on page 1of 4

Asosiasi jenis merupakan ukuran kemampuan bergabung atau berhubungan erat antar spesies.

Pada umumnya terdapat dua atau lebih spesies berinteraksi sehingga keadaan populasi suatu
spesies akan berbeda tanpa kehadiran dari spesies-spesies lain yang berinteraksi dengannya
(Tarumingkeng, 1994). Padang lamun yang merupakan satu tipe biotip yang sangat luas di lingkungan
estuarin dan pesisir di dunia, di dalamnya terdapat interaksi assosiasi. kekayaan fauna terkonsentrasi di padang
lamun yang mempunyai distribusi cukup luas pada daerah ugahari (temperate) dan cukup bagus untuk tempat
berlindung, ruang hidup dan tempat mencari makan bagi beberapa organisme.

Luas padang lamun di Indonesia diperkirakan sekitar 30.000 km2 yang dihuni oleh
13 jenis lamun. Suatu padang lamun dapat terdiri dari vegetasi tunggal yakni tersusun dari
satu jenis lamun saja ataupun vegetasi campuran yang terdiri dari berbagai jenis lamun
(Nontji, 2009).
D. Asosiasi
Asosiasi adalah sekumpulan beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
bersama-sama di suatu lingkungan (Sastroutomo,1990). Tumbuhan yang
hidup secara alami pada suatu tempat, membutuhkan suatu kumpulan yang
didalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kumpulan ini terdapat pula kerukunan hidup bersama
(asosiasi), dan hubungan timbal balik (interaksi) yang saling menguntungkan,
sehingga terbentuk suatu derajat keterpaduan (Indriyanto,2006).
Menurut Fatchul (2007), hubungan interaksi antar jenis tumbuhan yang
ada akan terlihat dengan ada atau tidaknya jenis tumbuhan yang
memperlihatkan tingkatan asosiasinya. Jika vegetasi mempunyai sampai dua
spesies yang berbeda atau lebih dekat satu sama lain, maka mereka
membentuk tipe asosiasi antar spesies dengan beberapa kemungkinan :
1. Spesies dapat hidup dalam lingkungan yang sama
2. Spesies mungkin mempunyai distribusi geografi yang sama
3. Spesies mempunyai bentuk pertumbuhan yang berlainan sehingga
memperkecil kompetisi
4. Tumbuhan atau spesies yang lain saling berinteraksi yang menguntungkan
satu atau keduanya.
Page 26
15

Interaksi dari dua jenis tumbuhan yang saling berinteraksi dapat bersifat
positif atau negatif, dimana nilai positif menunjukan terdapat hubungan yang
bersifat mutualistik saling menguntungkan, sedangkan negatif adalah
sebaliknya (Fachrul, 2007).
Simbiosis berarti hidup bersama dan ini mencakup semua efek dari suatu
organisme pada organisme lainnya yang timbul karena interaksi tipe
mutualisme, parasitisme, dan komensalisme (Vickery, 1984 dalam Indrianto
2006).
1. Komensalisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang salah
satu pihak beruntung, sedangkan pihak lain tidak terpengaruh oleh adanya
asosiasi.
2. Parasitisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang berakibat
salah satu pihak (inang) dirugikan, sedangkan pihak lainnya (parasit)

beruntung.
3. Mutualisme, yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang masingmasing saling memperoleh keuntungan adanya asosiasi (Indrayanto,
2006).
Tumbuhan yang hidup secara alami pada suatu tempat, membutuhkan
suatu kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat
pula kerukunan hidup bersama (asosiasi), dan hubungan timbal balik
(interaksi) yang saling menguntungkan sehingga terbentuk suatu derajat
keterpaduan (Resosoedarmo, 1989 dalam Djufri, 2002, dalam Indriyanto,
2006).
Di dalam kehidupan hutan terdapat saling keterkaitan antara satu spesies
tumbuhan dengan spesies tumbuhan lainnya, misalnya dalam hal naungan,
air, hara, mineral dan relung, sehingga keterkaitan atau hubungan antara satu
tumbuhan lainnya dapat saling menguntungkan, juga dapat saling merugikan
atau mematikan. Adapun contoh bentuk hubungan (perseketuan hidup)
tetumbuhan antara lain :
Page 27
16

1. Epifit merupakan tumbuhan yang menempel dan tumbuh pada tumbuhan


lain untuk mendapatkan sinar matahari dan air. Epifit tidak tergantung
pada bahan makanan yang berasal dari tumbuhan yang ditempeli, karena
dia mendapat unsur hara mineral-mineral yang terbawa oleh angin, air
hujan, atau aliran batang dan cabang tumbuhan lain. Epifit mampu
melakukan proses fotosintesis untuk melakukan pertumbuhannya,
sehingga tidak bersifat parasit.
2. Tumbuhan parasit adalah tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan
lain dan mengambil makanan dari tumbuhan inang. Tumbuhan parasit
digolongkan menjadi 2, yaitu semi parasit dan parasit sempurna (Ewusie,
1990; Arief, 1994; dalam Indriyanto, 2006).
3. Mikoriza merupakan bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara
cendawan (mykos) dan perakaran (rhizoz) tumbuhan.
4. Tumbuhan paceklik (strangler) adalah spesies tumbuhan yang pada
awalnya hidup sebagai epifit pada suatu pohon, setelah akar-akarnya
mencapai tanah dan dapat hidup sendiri lalu mencekik, bahkan dapat
membunuh pohon tempat bertumpu (Kormondy, 1991; dalam Indriyanto,
2006).
5. Liana merupakan spesies tumbuhan perambat. Tumbuhan itu memiliki
batang yang tidak beraturan dan lemah, sehingga tidak mampu mendukung
tajuknya.
Masyarakat hutan merupakan kelompok organisme yang mencangkup
berbagai spesies tetumbuhan yang dikuasai oleh pohon serta berbagai spesies
hewan dan organisme mikro yang menempati suatu habitat, dimana terdapat
hubungan timbal balik antara tumbuhan-tumbuhan yang satu dengan yang
lain dengan lingkungannya. (Indriyanto, 2006).
Adapun hal-hal yang mempengaruhi hubungan timbal balik tersebut
adalah :
1. Persaingan
Di dalam suatu masyarakat hutan akan terjadi persaingan antar

individu organisme, baik antar spesies yang sama maupun antar spesies

17

berbeda. Hal itu disebabkan mereka mempunyai kebutuhan yang sama,


misalnya dalam hal mineral, tanah, air, cahaya dan ruang tumbuh ( Arif,
1994; Soerianegara dan Indrawan, 1982 dalam Indriyanto, 2006).
2. Stratifikasi
Stratifikasi atau pelapisan tajuk merupakan susunan tetumbuhan
secara vertikal di dalam suatu komunitas tumbuhan atau ekosistem hutan.
Pada tipe ekosistem hutan hujan tropis, stratifikasi itu terkenal dan lengkap
(Vickery, 1984; dalam Indriyanto, 2006)

DAFTAR PUSTAKA
Alief, T, Aththorick. 2005. Komosisi dan statifikasi epifit di hutan wisata
tangkahan taman nasional gunung leuser kabupaten
langkat.Departemen Biologi FPMIPA USU. Vol 17 (2).
Arif, A. 1994.Hutan Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia
Campbell, A. 2004.Biologi edisikelimajilid 3. Jakarta: Erlangga
Dirjosoemarto, S. 1993. Ekologi. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud
Dwi, Ahmad , S. 2000. Tumbuhan Epifit pada Tegakan Pohon Schima willichii
(D.C) Korth di Gunung Lawu.FPMIPA UNS Surakarta. Vol. 1
,No. 1 ,hal 14-20.
Ewusie, J.Y. 1990. EkologiTropikaTerjemahanUsmanTanuwidjaja. Bandung: ITB
Fahrul, M.F.2006. Metode sampling bioekologi. Jakarta: PT BumiAksara.
Hardjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasarekologitumbuhan. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada
Indrawan, M. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta : Bumi Aksara
Indriyanto.2006. Ekologihutan.Jakarta: BumiAksara.
Indriyanto.2008. Pengantar budidaya hutan. Bumi Aksara: Jakarta.
Irwan. 1992. Prinsip-prinsipEkologi Dan OrganisasiEkosistemKomunitas Dan
Lingkungan. BumiAksara. Jakarta.
Loveless, A.R.1989.Prinsip-prinsip BiologiTumbuhanuntuk Daerah Tropik.
Jakarta: Gramedia.
Mitchell, A. 1989.Between the trees the canopy community dalam Silcock,L.
1989. The rainforest : a celebration.The Living Earth
Foundation.h.153-157. Cresset Press.London.
Murti Dwi Puspitaningsih. 2007. Inventarisasi Anggrek dan Inangnya di Taman
Nasional Meru Betiri Jawa Timur.Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Bogor 16003. Volume 8, Nomor 3 Juli 2007,
Halaman: 210-214.
56

Page 68
57

Nurhadi dan Nursyahra.2010. Komposisi Vegetasi Dasar di Kawasan


Penambangan

Batubara
di
Kecamatan
Talawi
Sawahlunto.Universitas Ekasakti Padang.Vol. 10.No. 1.
Odum, E.P.1993. Dasar-dasarekologiedisiketiga. Yogyakarta: Gajah Mada
University.
Odum, H.T.1992.
EkologiSistem.TerjemahanSupriharyono. Yogyakarta:
GadjahMada University Press.
Pinaringan, Akas, Sujalu dan Akas, Yekti, Pulihasih. 2011. Keanekaragaman
epifit berkayu pada hutan bekas tebangan Di hutan penelitian
malinau (mrf) cifor. Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
17 Agustus 1945 Samarinda. Vol 8 No 3 : 211-216.
Polunin, N. 1990.Teori Ekosistem dan Penerapannya. Yogyakarta : UGM Press.
Sastrapradja, S, dkk. 1979. Jenis paku indonesia bogor. Lembaga Biologi
Nasional.LIPI.
Steenis, V. 2005.Flora untuk sekolah di Indonesia. Jakarta : PT. Pradnya
Paramita.
Whitten, Tony dan Roehayat E.S, SurayaA.Afif.1999.EkologiJawadan Bali.
Jakarta: PT. Prenhallindo.
Wisnugroho. 1989. Asosiasi Antara Jenis-Jenis Anggrek Epifit dengan Pohon
Inang pada Kawasan Hutan Wanmori Oransbari Kabupaten
Daerah Tingkat II Manokwari. Appears In Collections:SPBiology, Halaman 1-29
Yatim, W. 1994.Biologi Modern (Pengantar Biologi). Bandung : Tarsito
Bandung.

Adanya interaksi antar spesies akan menghasilkan suatu asosiasi yang polanya sangat ditentukan
oleh apakah dua spesies (sama atau berbeda) memilih untuk berada pada habitat yang sama,
mempunyai daya penolakan atau daya tarik, atau bahkan tidak berinteraksi sama sekali (Khouw,
2008).

You might also like