Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Rizka Rahmaharyanti, S.Kep
G4D014001
A. Definisi
Dengue haemorrhagic fever (DHF) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian, terutam pada anak (Nursalam, 2005).
Demam dengue adalah contoh dari penyakit yang disebarkan oleh vektor. Penyakit ini
disebabkan oleh virus yang disebarka melalui populasi manusia yaitu oleh nyamuk aedes
aegypti. Nyamuk hidup didaerah tropis dan berkembang biak pada sumber air yang pendek
(Brunner & Sudart, 2002).
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut dengan
penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu
dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup
berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe
(hiperendemisitas) dapat terjadi.
B. Etiologi
Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe.
Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III, sedangkan
dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 1954. Keempat serotif
tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang
paling banyak.
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis,dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu tipe serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe lain.
Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh
dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe yang
paling banyak beredar.
Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, di samping pula Aedes
albopictus. Vektor ini mepunyai ciri-ciri:
-
Bersarang di bejana-bejana berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum
penampung air, kaleng bekas atau tempat-tempat yang berisi air yang tidak bersentuhan
dengan tanah.
7. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin
ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal.
Ruam berikutnya mulai antara hari 3-6, mula-mula berbentuk makula besar yang
kemudian bersatu dan muncul kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekie. Pada
awalnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.
Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekasbekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih
lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa
penyembuhan.
Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis,
hematemesis, epistaksis melena, hematuria. Hati, limpa dan kelenjar getah bening. umumnya
membesar dan nyeri tekan, tetapi pembesaran hati tidak sesuai dengan beratnya penyakit.uga
kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3
dan ke-7 dengan tanda anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin
dan lembab, denyut nadi terasa cepat.
Klasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I
Derajat II
: Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena atau perdarahan gusi.
Derajat III
: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut,
kulit dingin dan lembap dan anak tampak gelisah.
Derajat IV
: Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.
D. Patofisiologi
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan sel
manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat bergantung pada daya
tahan manusia.
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian
bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan
mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Akibat aktivasi C3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang
biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi
bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue
lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi .
Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti
pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan
karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran
limpa
(Splenomegali). Peningkatan
permeabilitas
dinding
kapiler
dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal
jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami
renjatan. Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian
plasma/ekspander plasma yang efektif, sedangkan pada autopsi tidak ditemukan kerusakan
dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa
perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediator farmakologis
yang bekerja singkat. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan
berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding
kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system
kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan fungsi trombosit.Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin
disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran
darah.
Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya
memang tebukti terganggu oleh aktivasi system koagulasi. Terjadinya trombositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen)
merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF. Trombositopenia yang dihubungkan dengan menungkatnya
megakariosit muda dalam sum-sum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit
menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit. Penyidikan dengan radioisotop
membuktikan
bahwa
penghancuran
trombosit
terjadinya
dalam
sistem
bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan
hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik.
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboraturium dan Penunjang yang dapat dilakukan pada anak dengan DHF,
meliputi:
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin untuk penderita DBD adalah jumlah trombosit dan kadar
hematokrit. Hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat menjadi pertanda penyakit
demam berdarah adalah:
- Ig G dengue positif.
- Trombositopenia, yaitu menurunnya jumlah trombosit darah hingga kurang dari
100.000/mm3
- Hemokonsentrasi; peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20% atau lebih.
- Dua kriteria klinis pertama, ditambah dengan trombositopenia dan hemokonsentrasi
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura (tampak melalui
rontgen dada) dan atau hipoalbuminemia menjadi bukti penunjang adanya kebocoran
plasma. Bukti ini sangat berguna terutama pada pasien yang anemia dan atau
mengalami perdarahan berat. Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi dan
trombositopenia memperkuat diagnosis terjadinya Dengue Shock Syndrom (WHO,
2004).
- Leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofilyang
akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu
kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit pada saat
peningkatan suhu pertama kali.
2. Isolasi virus
3. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
4. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam
apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada,
BUN, creatinin serum.
5. Hasil
pemeriksaan
kimia
darah
menunjukkan
hipoproteinemia,
hipokloremia.
- SGOT/SGPT mungkin meningkat.
- Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
- Waktu perdarahan memanjang.
- Asidosis metabolik.
- Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
6. Foto toraks lateral dekubitus kanan
Terdapat efusi pleura dan bendungan vaskuler
hiponatremia,
F.
G. Penatalaksanaan
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
1. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejangkejang
2. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan
sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
3. Panas disertai perdarahan
4. Panas disertai renjatan
Belum atau tanpa renjatan:
1. Grade I dan II :
a. Oral ad libitum atau
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB <
10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari
c. Untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah
atau susu secukupnya
d. Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyakbanyaknya dan sesering mungkin.
e. Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang
harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam
yang diestimasikan sebagai berikut :
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas,
darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan Renjatan :
2. Grade III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba
dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer
Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi
waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam
24 jm diperhitungkan sebagai berikut :
100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi
masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka
penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang
lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/KgBB
dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL
sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi
sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam
keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma
ekspander ( dextran L atau lainnya ) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat
diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
H. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku/bangsa, tanggal mrs, tanggal
pengkajian, ruangan, diagnosa medis no. rekam medik)
b. Identitas penanggung jawab (nama orang tua, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
umur)
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan utama
Pasien dengan DBD biasanya datang dengan keluhan panas tinggi dengan keluhan
yang menyertai demam, anoreksia, mual-muntah, perdarahan terutama perdarahan
dibawah kulit.
b. Riwayat kesehatan dahulu
- Kaji penyakit yang pernah diderita. Pada DBD biasanya pasien bisa mengalami
serangan ulang DBD dengan tipe virus yang lain
- Kaji riwayat kehamilan/persalinan (prenatal, natal, neonatal, posnatal, riwayat
tumbang, dan riwayat imunisasi.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah dalam keluarga pernah mengalami penyakit yang sama atau penyakit
lainnya.
d. Riwayat sosial
Kaji hubungan pasien dengan keluarganya
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien DBD biasanya berada dilingkungan yang kurang bersih dan padat
penduduknya.
f. Kebutuhan dasar
- Pola nafas : Frekuensi pernafasan meningkat
- Nutrisi : Pasien dengan DBD mengalami anoreksia, mual dan muntah
- Eliminasi : - Bak : Pada grade IV sering terjadi hemafuria
- Bab : Pada grade III-IV sering terjadi melena
- Istirahat dan tidur : Pada tidur pasien mengalami perubahan karena hipertermia dan
pengaruh lingkungan rumah sakit yang ribut
- Aktifitas : Pergerakan yang berhubungan dengan sikap aktifitas pasien terganggu
- Kebersihan dan kesehatan tubuh : Pemenuhan kebersihan dan kesehatan tubuh pasien
dibantu.
g. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran
: - Grade I
: Compos mentis
- Grade II
: Compos mentis
- Grade III
: Apatis
- Grade IV
- TTV
: Koma.
: TD : Menurun
RR : Meningkat
N
: Menurun
SB : Meningkat
- Wajah
- Kulit
- Kepala
: Terasa nyeri
- Mata
: Anemis
- Hidung
- Mulut
- Dada
- Abdomen
- Ekstremitas
h. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin, Hematokrit, Hitung trombosit, Uji serologi, Dengue blot, HIA
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasa muncul pada anak dngan DHF yaitu :
1. Hipertermi
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Kekurangan volume cairan intravaskular
4. Gangguan pola nafas
5. Resiko Perdarahan
6. Resiko gangguan perfusi perifer
7. Ketidakefektifan perfusi ginjal
8. Perubahan kenyamanan nyeri
9. Intoleransi aktivitas
10. Kurang pengetahuan
11. Ansietas pada anak
12. Ansietas pada orangtua
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Keperawatan
Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
peningkatan set asuhan keperawatan
diha- - Ajarkan orang tua untuk - Dapat
membantu
untuk
point
rapkan anak mencapai suhu
memberikan kompres mandi mengurangi demam. Penggunaan
dalam batas normal (36,50C(water tepid sponge) hangat air es atau alkohol mungkin
37,50C) dengan kriteria hasil:
setiap 20-30 menit
menyebabkan kedinginan dan
peningkatan suhu ssecara actual
Thermoregulation
- Kompres pasien pada lipat - Prinsipnya mengurangi panas pada
paha dan aksila
daerah yang memiliki pembuluh
Indikator
AT
darah perifer paling banyak, yakni
1. Suhu normal (36,50C pada lipat paha dan aksila.
37,50C)
- Anjurkan orang tua untuk - Digunakan untuk mengurangi
2. Kulit tidak kemerahan
memberikan
selimut demam umumnya > 39,50C-400C
pendingin
3. Kulit tidak hangat jika
- Tingkatkan sirkulasi udara
- Menjanga suhu ruangan pengap
di sentuh
/panas, menghindari pengaruh
Tingkatkan
intake
cairan
dan
4. Tidak ada peningkaduhu ruangan terhadap penambanutrisi
tan frekuensi pernahan suhu tubuh anak.
pasan
- Berikan antipiretik misalnya Digunakan untuk mengurangi
5. Tidak ada takikardi
demam dengan aksi sentralnya
parasetamol
6. Tidak terjadi kejang
pada
hipotalamus,
meskipun
demam
demam mungkin dapat berguna
dalam membatasi pertumbuhan
Keterangan :
organisme dan meningkatkan
1. Keluhan ekstrim
autodestruksi dari sel-sel yang
2. Keluhan berat
terinfeksi
3. Keluhan sedang
antipiretik
untuk
- Lakukan kompres hangat - Pemberian
4. Keluhan ringan
pada kulit 1 jam setelah menurunkan titik set, bila anak
5. Tidak ada keluhan
kedinginan berikan lebih banyak
pemberian antipiretik
7.
pakaian atau selimut karena
kedinginan meningkatkan laju
metabolisme tubuh
Monitor warna dan suhu kulit - Suhu 38,90C-41,10C menunjukan
proses penyakit infeksius akut,
warna kulit kemerahan (flushing)
dan suhu kulit yang tinggi
merupkan salah satu tanda dari
DHF
Monitor tekanan darah, nadi - Tekanan darah dapat meningkat
dan RR
dan berkurang pada pasien
hipertermi, nadi menjadi lebih
cepat dan RR meningkat
Monitor penurunan tingkat - Demam tinggi dapat menyebabkan
kesadaran
kejang pada anak dankehilangan
kesadaran akibat gagalnya proses
homeostasis tubuh
Monitor intake dan output
- Kebutuhan cairan pada pasien
demam (hipertermi) meningkat,
Hitung balace cairan
karena banyaknya cairan yang
keluar (keringat, BAK), untuk itu
pemenuhan kebutuhan cairan harus
diperhatikan
- Selain intake cairan per oral,
Berikan cairan intravena
intake cairan parenteral juga
dibutuhkan untuk pemenuhan
balance cairan pasien.
tanda
(peningkatan asam
- Monitor kulit kering dan - Kulit kering, turgor kulit yang
lambung)
jelek, rambut yang mudah patah
Nutritional Status : food and perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
mengidikasikan tanda malnutrisi
Fluid Intake
- Sebagai akibat dari peningkatan
Indikator
A T - Monitor mual dan muntah
asam lambung
Nafsu makan tinggi
- Monitor kadar glukosa serum, - Glukosa
menurun
karena
albumin, total protein, amonia
gangguan glikogenesis, penurunan
Berat badan stabil
simpanan glikogen atau masukan
Berat badan ideal sesuai
yang tidak adekuat. Protein
dengan tinggi badan
menurun
karena
gangguan
Tidak ada tanda-tanda
metabolisme, penurunan sintesis
malnutrisi
hepatik atau kehilangan ke rongga
Intake
zat
gizi
peritoneal (asites). Peningkatan
(nutrien)
kadar ammonia perlu pembatasan
Intake makanan dan
masukan protein untuk mencegah
cairan
komplikasi serius.
Nutrition
Management
Energi
- Kaji adanya penurunan berat - Mengindikasikan
kekurangan
badan
nutrisi
Keterangan :
- Kaji adanya alergi makanan
- Meminimalkan terjadinya reaksi
1 = Tidak adekuat
alergi
2 = Ringan
Catat
intake
nutrisi
seperti
Mencegah
serangan akut atau
3 = Sedang
makanan
dan
minuman, eksaserbasi gejala penyakit
4 = Kuat
dengan
membatasi
makanan
5 = Adekuat total
tinggi
serat
seperti
pepaya,jeruk, dan susu tinggi
laktosa
- Ukur berat badan anak setiap - Memberikan informasi tentang
hari sebelum mandi atau kebutuhan diet atau keefektifan
sebelum pemberian makan
terapi yang diberikan
- Ajarkan orang tua untuk - Menurunkan kebutuhan metabolik
membatasi aktivitas motorik untuk mencegah penurunan kalori
kasar anak dan istirahat yang dan simpanan energi
cukup selama fase sakit akut
Resiko terjadinya
perdarahan
b.d
koagulopati yang
melekat
(trombositipenia)
Keterangan :
1 = Sangat jauh dari yang
AT
- Beri
tahu
anak
untuk - Istirahat
usus
menurunkan
mengurangi
masukan peristaltic dan diare dimana
makanan dan minuman
menyebabkan malabsorbsi atau
kehilangan nitrient
- Berikan
tambahan
diet - Memungkinkan saluran usus untuk
makanan setengah padat
mematikan pencernaan untuk
(bubur) atau makanan padat
integritas jaringan
(nasi) dan susu rendah laktosa
- Berikan vitamin b12
- Malabsorbsi vitamin B12 akibat
kehilangan nyata fungsi ileum
- Berikan obat asam folat
- Kekurangan folat umum pada
adanya
penyakit
kronis
sehubungan dengan penurunan
absorbsi efek terapi obat
Bleeding Precautions
- Monitor ketat tanda-tanda - Pengawasan terhadap adanya
perdarahan
memar, ptekie, pucat, epitaksis,
hematuria, hematemesis, melena,
untuk
mengetahui
apakah
perdarahan sudah terjadi/belum.
- Catat nilai Hb dan HT
- Hb meningkat pada demam
berdarah, namun apabila terjadi
perdarahan nilai Hb akan turun
diikuti hematokrit yang meningkat
akibat cairan (darah/trombosit)
memenuhi rongga ekstravaskuler
- Monitor nilai lab (koagulasi) - Penurunan trombosit merupakan
yang meliputi PT, PTT, tanda kebocoran pembuluh darah,
trombosit
PT dan PTT yang tinggi
meningkatkan resiko perdarahan,
terutama jika terjadi luka
- Monitor TTV
- Tekanan
darah
rendah
mengindikasikan
terjadinya
diharapkan
2 = Jauh dari yang diharapkan
3 = Ada perbedaan sedang
dengan hasil yang
diharapkan
4 = Sedikit perbedaan dengan
hasil yang diharapkan
5 = Tidak ada perbedaan
dengan hasil yang
diharapkan
1.
perdarahan
- Menghindarkan pasien dari luka
yang nantinya akan memicu
perdarahan terus-menerus akibat
trombosit yang rendah
- Meningkatkan faktor pembekuan
darah
- Anjurkan
pasien
untuk
meningkatkan intake makanan
yang banyak mengandung
vitamin K
- Minimalisir penggunaan pro- - Mengurangi
sedur invasif
perdarahan
resiko
terjadinya
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC
Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.1996. Nursing Interventions Classification (NIC). St.
Louis :Mosby Year-Book
Doenges, E. Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
Johnson,Marion, dkk.2000. Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby YearBook
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Price, sylvia A, dkk. 2006. Patofisiologi volume 1. Jakarta:EGC.
Smeltzer, Suzzane C dan Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth Volume 1. Jakarta :EGC.
Wiley dan Blacwell.2009. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd
Wong, L. Donna. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC