You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

TETRALOGI OF FALLOT (TOF)


Diajukan Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Anak

Dosen Pengajar:
Aini Alifathin, M.Kep

Oleh:
Akh. Taufiq Rahman Siraj (075)
Rahmadhan (077)

D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Kep. Anak ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman atas kerjasama dan dorongan demi
terwujudnya makalah ini, yaitu makalah Kep. Anak.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Tim Dosen
Pengajar Kep. Anak yang telah membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih
mudah menulis makalah ini. Atas bimbingan yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk
menyempurnakan makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu
bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Malang, 19 Maret 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tetralogi of Fallot (TOF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak
ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada
anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau
lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan
sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung
bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau
kanan ke kiri.
Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan
jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda
kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat (Staf Ika, 2007).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapatkan antara lain:
1. Apa definisi dari penyakit tetralogi of fallot?
2. Apa saja etiologi dari penyakit tetralogi of fallot?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit tetralogi of fallot?
4. Apa gejala dan tanda penyakit tetralogi of fallot?
5. Apa saja komplikasi dari penyakit tetralogi of fallot?
6. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit tetralogi of fallot?
7. Bagaimana pengobatan penyakit tetralogi of fallot?

C. Tujuan Penulisa
Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:
1. Agar dapat menjelaskan definisi dari penyakit tetralogi of fallot
2. Agar dapat menjelaskan etiologi dari penyakit tetralogi of fallot
3. Agar dapat menjelaskan patofisiologi penyakit tetralogi of fallot
4. Agar dapat menjelaskan gejala dan tanda penyakit tetralogiof fallot
5. Agar dapat menjelaskan komplikasi dari penyakit tetralogi of fallot
6. Agar dapat menjelaskan pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit tetralogi
of fallot
7. Agar dapat menjelaskan pengobatan penyakit tetralogi of fallot

BAB II
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Tetralogi of fallot (TOF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang
ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi Defek septum ventrikel, Stenosis
pulmonal, Overriding aorta, dan Hipertrofi ventrikel kanan.
1. Defek septum ventrikel: adanya lubang di sekat pemisah bilik kiri (ventrikel kiri)
dengan bilik kanan (ventrikel kanan)
2. Stenosis pulmonal: penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan
menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan
3. Overriding Aorta: pembuluh darah utama yang keluar dari bilik kiri mengangkang
sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan
4. Hipertrofi ventrikel kanan: penebalan otot bilik kanan akibat kerja keras (karena jalan
keluarnya terhambat) dan tekanan dalam rongga ini meningkat. Komponen yang
paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal
dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif, makin lama
makin berat.

B. ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG


Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di
atas dan puncaknya di bawah. Apexnya miring kesebelah kiri berat jantung kira-kira 300gr.
Jantung berada didalam thorax, antara kedua paru-paru dan dibelakang sternum, dan lebih
menghadap kekiri daripada ke kanan.
Sebuah garis yang ditarik dari tulang rawan iga ketiga kanan, 2 cm dari sternum, keatas
ketulang rawan iga kedua kiri, 1 cm dari sternum, menunjuk kedudukan basis jantung, tempat
pembuluh, darah masuk dan keluar.
Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung terbagi 2 (dua) ruang yang atas
disebut atrium dan yang bawah disebut ventrikel. Dan dikanan juga 1 atrium dan 1 ventrikel.
Jantung berfungsi sebagai pemompa darah.

C. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara
pasti. Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor factor tersebut antara lain:

Faktor Endogen
1. Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen: Riwayat kehamilan ibu
1. Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep
dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)
2. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
3. Pajanan terhadap sinar X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan
pembentukan jantung janin sudah selesai.

D. INSIDENS
1.
2.
3.
4.
5.

Tetralogi fallot banyak dijumpai baik pada laki-laki maupun perempuan


Insidens lebih tnggi bila ibu yang melahirkan berusia tua
arang ada pasien yang bertahan hidup sampain diatas 20 tahun tanpa pembedahan
Tetralogi fallot mencakup 10% dari semua defek konginetal
Tetralogi fallot mencakup 50% orang dengan defek jantung congenital yang tidak
dioperasi yang disertai dengan penurunan aliran ddarah pulmoner sesudah masa bayi
6. Angka mortalis untuk pasien yang menjalani bedah jantung adalah 5% (sedikit lebih
tinggi pada bayi) dan 10% untuk pasien-pasien yang memakai pirau
7. 10% individu yang bertahan hidup menunjukkan hasil yang tidak memuaskan

E. PATOFISIOLOGI
Tetralogi fallot merupakan kelainan Empat Sekawan yang terdiri dari defek septum
ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler dan hipertrofi ventrikel kanan. Secara anatomis
sesungguhnya tetralogi fallot merupakan suatu defek ventrikel subaraortik yang disertai deviasi
ke anteriol septum infundibuler (bagian basal dekat dari aorta). Devisiasi ini menyebabkan akar
aorta bergeser ke depan (dekstroposisi aorta), sehinnga terjadi overriding aorta terhadap septum
interventrikuler, stenosis pada bagian infundibuler ventrikel kanan dan hipoplasia arteri
pulmonal. Pada tetralogi fallot, overriding aorta biasanya tidak melebihi 50 %. Apabila

overriding aorta melebihi 50 %, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya suatu outlet ganda
ventrikel kanan.
Devisiasi septum infindibuler ke arah anteriol ini sesungguhnya merupakan bagian yang
paling esensial pada tetralogi fallot. Itulah sebabnya suatu defek septum ventrikel dan overriding
aorta yang disertai stenosis pulmonal valvuler misalnya, tidak bisa disebut sebagai tetralogi fallot
apabila tidak terdapat devisiasi septum infundibuler ke anteriol. Kadang-kadang tetralogi fallot
disertai pada adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini disebut sebagai
tetralogi of fallot.
Betapapun tekanan dalam ventrilel kanan meninggi karena obstruksi infundibuler, tapi
dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogi fallot, daerah didorong ke kiri masuk ke
aorta, sehingga tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi sama.
Itulah sebabnya mungkin mengapa pada tetralogi fallot jarang terjadi gagal jantung kongestif,
berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek septum ventrikel, gagal
jantung kongestif bisa saja melebihi tekanan sistemik.
Sianosis merupakan gejala tetralogi fallot yang utama. Berat ringanya sianosis ini
tergantung dari severitas stenosis infindibuler yang terjadi pada tetralogi of fallot dan arah pirau
interventrikuler. Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan ini menandakan adanya suatu stenosis
pulmonal yang berat atau bahkan atresia pulmonal atau bisa pula sianosois timbul beberapa
bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang perlahanlahan dengan bertambahnya usia dan ini menandakan adanya peningkatan hipertrofi infindibuler
pulmonal yang memperberat obstruksi pada bagian itu.
Stenosis infindibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrkel kanan,
sehingga lama-lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu, dengan meningkatnya
usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta pulmonal sering
tumbuh luas pada tetralogi of fallot, melalui cabang-cabang mediastinal, brokhial, esophageal,
subklavika dan anomaly arteri lainya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA (major aorta pulmonary
collateral arteries)

PATHWAY

Terpapar factor endogen dan


eksogen pada TM 1 & 2

Kelainan jantung kongetial sianotik: TOF

Defek sputum ventrikel

Stenosis pulmonal

Penyempitan darah di
aorta

Overiding aorta

Tek. Sistolik puncak ventrikel kanan = kiri

Pirau kanan--kiri
Aliran darah paru
Pencampuran darah
kaya O2 dg CO2

Peningkatan ventrikel
kanan

O2 dlm darah

Hipertropi vent. kanan

Aliran darah aorta

Gangguan
pertukaran gas

Hipoksemia

Sesak

Hipoksia

Bayi/anak cepat lelah: Jika


menetek, berjalam, braktifitas

Sianosis (blue spells)

Keletihan

Intoleransi aktifitas

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

F. TANDA DAN GEJALA


a. Sianosis
Obstruksi hipertropi infundibulum meningkat. Aliran darah keluar ventrikel kanan.
Obstruksi meningkat disertai pertumbuhan yang semakin meningkat. Sianosis.
b. Dispnea
Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik.
c. Serangan-serangan dispnea paroksimal (serangan-serangan anoksia biru)
umum pada pagi hari.Semakin bertambah usia, sianosis bertambah berat
d. Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan pada pertambahan tinggi badan terutama pada anak, keadaan gizi kurang dari
kebutuhan normal, pertumbuhan otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak, masa
pubertas terlambat.
e. Denyut pembuluh darah normal
Jantung baisanya dalam ukuran normal, apeks jantung jelas terlihat, suatu getaran sistolis
dapat dirasakan di sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal 3 dan 4.
f. Bising sistolik
Terdengar keras dan kasar, dapat menyebar luas, tetapi intensitas terbesar pada tepi kiri
tulang dada.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi dari gangguan ini antara lain:
1. Penyakit vaskuler pulmonel
2. Deformitas arteri pulmoner kanan
3. Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia
4. Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia, anemia, atau
sepsis
5. Gagal jantung kongestif jika piraunya terlalau besar
6. Oklusi dini pada pirau
7. Hemotoraks
8. Sianosis persisten
9. Efusi pleura
10. Trombosis Pulmonal
11. Anemia

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium

Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen
yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 5065%. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan
tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH. Pasien dengan Hg dan Ht normal atau rendah
mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti
sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal.
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi Jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer.
Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan
tekanan pulmonalis normal atau rendah.

I. PENATALAKSANAAN
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara:
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0, 1-0, 2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahanbukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru
menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis
berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan
dengan pemberian

5. Propanolol 0, 01-0, 25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung


sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam
spuit, dosis awal/ bolus diberikan separuhnya, bila serangan belum teratasi sisanya
diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya
6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2, 2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan
resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
7. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan
serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah
jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa
oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama / keadaan saat ini
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi tampak biru
setelah tumbuh.
2. Riwayat Penyakit keluarga :
Penyakit genetik yang ada dalam keluarga : misalnya down syndrome
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
Riwayat sakit keluarga: penyakit jantung, kelainan bawaan, DM, Hipertensi
3. Riwayat kehamilan:
Usia ibu saat hamil diatas 40 tahun
Program KB hormonal, riwayat mengkonsumsi obat obat (thalidmide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)
Penyakit infeksi yang diderita ibu : rubella ( campak Jerman ) atau infeksi virus
lainnya
Pajanan terhadap radiasi selama kehamilan
Ibu yang alkoholik
Gizi ang buruk selama kehamilan
Pajanan yang terjadi sebelum akhir bulan ke dua atau minggu ke 8 karena
pembentukan jantung berlangsung sampai dengan minggu ke dua
4. Riwayat Tumbuh
Pertumbuhan berat badan
Kesesuaian berat badan dengan usia
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit
5. Pola aktifitas
Toleransi terhadap aktifitas misalnya menangis, makan, mengejan
Posisi tubuh setelah aktifitas : kneechest, sguanting
Adakah kelelehan saat menyusu
6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Kemampuan makan / minum
Apakah bayi mengalami kesulitan untuk menyusu
Hambatan pemenuhan kebutuhan nutrisi
7. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Suhu

Nadi
Tekanan darah
Pernafasan
8. Pemeriksaan Fisik (head to toe)
Adanya Sianosis terutama pada bibir dan kuku, dapat terjadi sianosi menetap
(morbus sereleus)
Pada awalnya BBL belum ditemukan sianotik , bayi tampak biru setelah tumbuh
Berat badan bayi tidak bertambah
Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan
Auskultasi didapatkan murmur pada batas kiri sternum tengah sampai bawah
Dispnea deeffort dan kadang disertai kejang periodic (spells) atau pingsan
Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung lambat
Serangan sianosis mendadak (blue spells / cyanotic spells, paroxysmal hyperpnea,
hypoxia spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas, kejang,
sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali.
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang
semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.
Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak
menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik
Setelah melakukan aktifitas, anak selalu jongkok (squanting) untuk mengurangi
hipoksi dengan posisi knee chest

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas
2. Intoleransi aktifitas
3. Gangguan perfusi jaringan
C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas

Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
NOC:
NIC:
Setelah
diberi
asuhan
keperawatan 3 x 24 jam
diharapkan tanda tanda vital
klien ada pada kondisi normal,

Melakukan observasi
terhadap tanda tanda
vital klien
Kaji
frekuensi,
kedalaman
dan

dengan outcame :
- HR : 90 140 x/menit
- RR : 25 32 x/menit
-

- BP : 95/65 mmHg
- T : 35,5 39OC

kemudahan bernafas
Observasi warna kulit,
membrane
mukosa,
dan kuku, catat adanya
sianosis periferatau dan
sianosis sentral.
Kolaborasi pemberian
terapi oksigen dengan
benar. Missal, dengan
masal, masker atau
masker venture.

Intoleransi aktivitas

Setelah
diberi
asuhan NOC:
keperawatan 3 x 24 jam
diharapkan:
- Catat irama jantung,
tekanan darah dan nadi
- Klien
menunjukkan
sebelum, selama dan
kemampuan
sesudah
melakukan
beraktivitas
tanpa
aktivitas.
gejala-gejala
yang
- Tingkatkan istirahat,
berat,
terutama
batasi aktivitas, dan
mobilisasi di tempat
berikan
aktivitas
tidur.
senggang yang tidak
berat.
- Pertahankan klien tirah
baring sementara sakit
akut.
- Berikan waktu istirahat
di
antara
waktu
aktivitas.
- Pertahankan
penambahan oksigen
sesuai kebutuhan.
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung.

Gangguan perfusi jaringan

NOC:

NIC:

Setelah
diberi
asuhan
keperawatan 3 x 24 jam
diharapkan:
- Klien
pusing.

tidak

mengeluh
-

- Tanda vital dalam batas

Ukur tekanan darah.


Bandingkan
kedua
lengan, ukur dalam
keadaan
berbaring,
duduk, atau berdiri bila
memungkinkan.
Kaji warna kulit, suhu,
sianosis, nadi perifer,
dan diaphoresis secara

normal.
- CRT < 3 detik.
- Urine > 600 ml/ hari.
-

teratur.
Kaji
kualitas
peristaltic, jika perlu
pasang
slang
nasogastrik.
Kaji adanya kongesti
hepar pada abdomen
kanan atas.
Pantau urine output
klien.
Pantau
frekuensi
jantung dan irama
jantung.
Kolaborasi
dengan
pertahankan
cara
masuk heparin (IV)
sesuai indikasi.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kombinasi kelainan kongenital yang dikenal sebagai tetralogi of fallot antara lain defek
septum ventrikuler, pembesaran aorta, stenosis katup pulmoner, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Penyebab tetralogi fallot terdiri dari 2 faktor, yaitu endogen dan eksogen. Anak dengan tetralogi
fallot umumnya akan mengalami keluhan sesak saat beraktivitas, berat badan bayi yang tidak
bertambah, clubbing fingers, dan sianosis. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan
darah, foto thorax, elektrokardiografi, ekokardiografi.
B.
1.
2.
3.
4.

Saran
Hindari penggunaan alkohol atau obat yang membahayakan pada masa kehamilan
Makanan ibu haruslah mencukupi nilai gizi serta nutrisi yang dibutuhkan
Lakukan tindakan operasi untuk mempertahankan hidup anak
Pemberian oksigen sangat diperlukan saat anak sesak napas

DAFTAR PUSTAKA

Delp, Mohlan H. 1996. Major Diagnosis Fisik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton, Arthur C. 2006. BukuAjar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Mansjoer, Arief, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapicus FKUI.
Sadler, T.W. 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak jilid 2. Jakarta:
Infomedika.
Underwood, J. C. E. 2000. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

You might also like