You are on page 1of 16

FRAKSINASI (ECC) DAN PEMANTAUAN EKSTRAK

I.

Tujuan Percobaan
1. Memisahkan komponen-komponen dalam suatu senyawa berdasarkan
sifat kepolarannya.
2. Mengetahui komponen yang ada dalam ekstrak menggunakan metode
kromatografi lapis tipis.

II.

Teori Dasar
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan
perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda
(Rahayu, 2009). Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut
didalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata
lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut
air. Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat
terlarut dalam air dan adapula senyawa yang dapat larut dalam pelarut
organik. (Rahayu, 2009). Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk
memperlakukan sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan analitanalit dari komponen matriks yang mungkin menggangu pada saat
kuantifikasi atau deteksi analit. Disamping itu, ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada didalam sampel dalam jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi dan
kuantifikasinya. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase pelarut
organik seperti kloroform atau petroleum eter. Senyawa-senyawa yang
bersifat polar akan ditemukan didalam fase air, sedangkan senyawa-senyawa

yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut anorganik. Analit yang
terekstraksi kedalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan
cara penguapan pelarut, sedangkan analit yang masuk kedalam fase air
seringkali diinjeksikan secara langsung kedalam kolom (Rohman, A. 2009).
Campuran dan dua fase pelarut dimasukkan kedalam corong pisah
dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan
digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong
ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang
berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase
berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase
larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong. (Rahayu, 2009).
Umunya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa
organiklipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroforom, ataupun
etilasetat. Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air kecuali pelarut
yang memiliki atom dari unsur halogen. Pemisahan ini didasarkan pada tiap
bobot dari fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada pada bagian dasar
sementara fraksi yang lebih ringan akan berada di atas. Tujuannya untuk
memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang
lain. Senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa
non polar akan masuk ke pelarut non polar. (Rahayu, 2009).
Ekstraksi cair-cair dilakukan dengan cara pemisahan komponen
kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur. Dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama, dan sebagian larut pada fase kedua. Lalu
kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, dan didiamkan sampai

terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan. Yakni fase cair dan
komponen kimi yang terpisah. (Sudjadi, 1986).
Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu
kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat - zat yang sangat mirip
mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut
kromatogram (Khopkar, 2008).
Dalam kromatografi, komponen - komponen terdistribusi dalam dua
fase yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan
fase diam terjadi bila molekul - molekul campuran serap pada permukaan
partikel - partikel atau terserap. Pada kromatografi kertas naik, kertasnya
digantungkan dari ujung atas lemari sehingga tercelup di dalam solven di
dasar dan solven merangkak ke atas kertas oleh daya kapilaritas. Pada
bentuk turun, kertas dipasang dengan erat dalam sebuah baki solven di
bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah oleh daya kapiler dibantu
dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven selesai bergerak hampir
sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu
hal yang berhasil, solut - solut dari campuran semula akan berpindah tempat
sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda, untuk membentuk sederet
noda - noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna, tentu saja noda nodanya dapat terlihat. Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap
secara stasioner dan zat alir bergerak yang kontak secara karib dengan fase
cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir
melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung,

sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada


lempeng kaca atau lembaran plastik.
Kromatgrafi Kertas
Teknik kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consden, Gordon dan
Martin (1994), yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase
diam. Kertas merupakan selulosa murni yang memiliki afinitas terhadap air
atau pelarut polar lainnya. Bila air diadsorbsikan pada kertas, maka akan
membentuk lapisan tipis yang dapat dianggap analog dengan kolom.
Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan air bertindak sebagai fase
diam yang terserap di antara struktur pori kertas. Cairan fase bergerak yang
biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan air, akan mengalir
membawa noda cuplikan yang didepositkan pada kertas dengan kecepatan
yang berbeda. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing
komponen di antara fase diam dan fase bergeraknya. Kromatografi kertas
digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuntitatif. Senyawa senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya asam
amino, gula - gula, dan pigmen - pigmen alam. Dalam teknik kromatografi
kertas, proses pengeluaran asam mineral dari kertas disebut desalting.
Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada
jarak 2-3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis
horizontal. Setelah kertas dikeringkan, diletakkan di ruang yang sudah
dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Penjenuhan dapat
dilakukan 24 jam sebelum analisis. Descending adalah salah satu teknik di
mana cairan dibiarkan bergerak menuruni kertas akibat gravitasi. Pada

teknik ascending, pelarut bergerak ke atas dengan gaya kapiler. Nilai Rf


harus sama baik pada descending maupun ascending. Sedangkan yang ketiga
dikenal sebagai cara radial atau kromatografi kertas sirkuler. Kondisi kondisi berikut harus diperhatikan untuk memperoleh nilai Rf yang
reprodusibel. Temperatur harus dikendalikan dalam variasi tidak boleh lebih
dari 0,5C. Kertas harus didiamkan dahulu paling tidak 24 jam dengan
atmosfer pelarutnya, agar mencapai kesetimbangan sebelum pengaliran
pelarutnya pada kertas. Dilakukan beberapa pengerjaan yang parallel, Rfnya
tidak boleh berbeda lebih dari 0,02 (Khopkar, 2008).
Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran, di mana
adsorbsi didasarkan pada panjang komponen dalam campuran yang
diadsorbsi pada permukaan fase diam. dan kepolaran komponen
berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut jika
memiliki kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan
fase gerak.
Suatu atomiser umumnya digunakan sebagai reagent penyemprot
bila batas permukaan pelarut dan zat terlarut dalam kertas ingin dibuat dapat
dilihat. Atomiser yang halus lebih disukai. Gas - gas juga dapat digunakan
sebagai penanda bercak, untuk karbohidrat notasi Rg digunakan untuk
menggantikan Rf. Setelah penandaan bercak batas permukaan, selanjutnya
dapat dilakukan analisis kalorimetri atau spektroskopi reflektansi bila
sampel berupa logam. Materi yang terdapat di dalam kertas dapat ditentukan
secara langsung dengan pelarutan. Kromatografi kertas selain untuk
pemisahan dan analisis kuantitatif, juga sangat bermanfaat untuk

identifikasi. Hal ini dapat dilakukan misalkan dengan membuat grafik antara
Rm terhadap jumlah kation dalam suatu deret homolog (Khopkar, 2008).
Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak
sebagai tempat untuk mengalirnya fase gerak. Berbagai macam kertas yang
secara komersial tersedia adalah whatman 1, 2, 31 dan 3 MM, kertas asam
asetil, kertas kieselgurh, kertas silikon dan kertas penukar ion juga
digunakan. Tersedia juga kertas selulosa murni, kertas selulosa yang
dimodifikasi dan kertas serat kaca. Zat - zat hidrofobik dapat dipisahkan
pada kedua jenis kertas terakhir ini. Kertas asam asetil atau kertas silikon
dapat digunakan untuk zat - zat hidrofobik, sedangkan untuk reagent yang
korosif, kertas serat kaca dapat digunakan. Untuk memilih kertas, yang
menjadi pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan,
difusivitas pembentukan spot, efek tailing dan pembentukan komet serta laju
pergerakan pelarut terutama untuk teknik descending (Khopkar, 2008).
Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan

kromatografi

juga

merupakan

analisis

cepat

yang

memerlukan bahan sangat sedikit, baik menyerap maupun merupakan


cuplikan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang
sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan
dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat digunakan untuk mencari
kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi dengan sifat
kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis seperti silika gel adalah

senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi yang lebih reaktif


seperti asam sulfat. (Fessenden, 2003)
Kromatografi lapis tipis atau TLC(Thin layer chromatography)
seperti halnya kromatografi kertas, murah dan mudah dilakukan.
Kromatografi ini mempunyai satu keunggulan dari segi kecepatan dan
kromatografi kertas. Kromatografi lapis tipis membutuhkan hanya setengah
jam saja, sedangkan pemisahan yang umum pada kertas membutuhkan
waktu beberapa jam. TLC sangat terkenal dan rutin digunakan di berbagai
laboratorium. Media pemisahannya adalah lapisan dengan ketebalan sekitar
0,1-0,3 mm zat padat adsorben pada lempeng kaca, plastic dan aluminium.
Lempeng yang paling umum digunakan yang berukuran 8x2 inchi. Dan zat
padat yang digunakan adalah alumina, TLC kadang-kadang disebut dengan
kromatografi planar. Tidak ada cara yang mudah dalam mengelusi
komponen sampel dari lempengan (kertas) untuk melintasi sebuah detektor
tetapi telah dikembangkan peralatan untuk mengamati lempengan dengan
sifat-sifat sampel seperti itu adsorpsi sinar UV dan pengedaran. (Undewood.
2002)
Pertimbangan

untuk

pemilihan

pelarut

pengembang

(eluen)

umumnya sama dengan pemilihan eluen untuk kromatografi kolom. Dalam


kromatografi adsorpsi, pengelusi eluen naik sejalan dengan pelarut
(misalnya dari heksana ke aseton, ke alkohol, ke air). Eluen pengembang
dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan tertentu.
Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang tiggi.
Terdapatnya sejumlah air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan

kromatogram yang tidak diharapkan. KLT merupakan contoh dari


kromatografi adsorpsi. Fase diam berupa padatan dan fase geraknya dapat
berupa cairan dan gas. Zat terlarut yang diadsorpsi oleh permukaan partikel
padat. Kromatografi adsorpsi memiliki beberapa kekurangan, yaitu : a.
pemilihan fase diam(adsorben), b. koefisien distribusi untuk seringkali
tergantung pada kadar total, sehingga pemisahannya kurang sempurna.
(Soebagio,dkk. 2002)
Secara teori, pemisahan kromatografi yang baik akan diperoleh jika
fase diam mempunyai luas permukaan sebesar-besarnya sehingga terjadi
kesetimbangan yang baik antara fasegas dan fase diam. Persyaratan kedua
agar pemisahan baik adalah fase gerak bergerak dengan cepat sehingga
difusi menjadi sekecil-kecilnya. (Gritter etal . 1991).
III. Alat dan Bahan
Alat :
-

Corong pisah
Pipet volume
Alumuniun foil
Batang pengaduk
Cawan penguap
Chamber
Corong
Gelas kimia

Bahan :
IV.

Aquadest
Ekstrak batang pulasari
Pelarut n-heksan
Pelarut etil asestat
Pelarut kloroform
Pelarut etanol

Prosedur Percobaan
ECC

Gelas ukur
Kaca arloji
Kertas saring
Neraca analitik
Plat KLT
Pipet tetes
Pipa kapiler
Oven

Disiapkan corong pisah ukuran 250 ml yang telah bersih dan


sebelum digunakan telah dibilas dengan menggunakan etanol kemudian
dikeringkan. Ditimbang sebanyak 5-7 gram ekstrak kental dan dilarutkan
dalam 100 ml air. Kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan telah
dipastikan bahwa keran bagian bawah corong pisah dalam keadaan tertutup.
Lalu ditambah dengan 100 ml n-heksan. Penutup corong pisah dipasang dan
penutup ditekan dengan telunjuk tangan kanan, sedangkan jari yang lain
menggenggam badan corong pisah. Kemudian corong pisah dikocok dengan
hati-hati. Setiap satu menit, keran dibuka untuk mengurangi tekanan uap
yang terjadi di dalam corong pisah. Setelah beberapa kali pengocokan
selama 10 menit, corong pisah disimpan dengan tegak pada klem, dan
membiarkannya hingga kedua lapisan terpisah dengan jelas. Setelah itu,
ditampung lapisan bagian bawahnya pada wadah bersih untuk diuapkan.
Kemudian ditambahkan etil asetat dan dilakukan prosedur seperti
penambahan n-heksan.
KLT
Plat yang akan digunakan sebelumnya diaktivasi terlebih dahulu
dengan cara dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC selama 10 menit.
Setelah itu sambil menunggu pengaktivasian plat, chamber dijenuhkan
terlebih dahulu dengan kertas saring di dalamnya yang telah berisi
pengembang/fase gerak tertentu dan chamber ditutup rapat hingga chamber
jenuh. Setelah jenuh, masukkan plat yang sebelumnya telah diaktivasi dan di
beri tanda batas atas dan bawah dan telah ditotolkan dengan ekstrak
menggunakan pipa kapiler. Kemudian tunggu hingga pengembang naik

sampai batas yang ditentukan. Setelah itu plat dikeringkan lalu setelah
kering dilakukan identifikasi menggunakan sinar UV.

V.

Data Pengamatan dan Perhitungan


Pengunaan eluen n-heksan : etil dengan perbandingan (6 : 4)
Jarak eluen = 4.5 cm
Jarak bercak (cm)
Pada sinar UV 254 nm
Pada Sinar UV 352 nm

1
1

Sinar UV 254 nm

2.1
1.3

2.5
1.8

3.4
2.1

Sinar UV 352 nm

Perhitungan Rf
Rf dalam sinar UV 254 nm

Rf dalam sinar UV 352 nm

VI.

Pembahasan
Ekstraksi cair-cair adalah salah satu metode fraksinasi yang
digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran
berdasarkan kemiripan sifatnya. Dalam percobaan ini, dilakukan ekstraksi
berdasarkan kemiripan sifat kepolarannya menggunakan pelarut polar yaitu
air, pelarut semi polar yaitu etil asetat dan pelarut non polar yaitu n-heksan.
Sebelum dilakukan pemisahan dengan ekstraksi cair-cair, ekstrak
batang pulasari dilarutkan terlebih dahulu menggunakan sedikit alkohol
karena ekstrak tidak larut dengan baik dalam air. Setelah dilarutkan dengan
alkohol, ditambahkan air (aquadest) sedikit demi sedikit agar ekstrak tidak
kembali menggumpal. Penggunaan alkohol hanya untuk mempermudah
ekstrak larut dalam air. Alkohol tidak digunakan sebagai pelarutnya karena
sifatnya yang merupakan pelarut universal yang artinya bila digunakan, saat
dilakukan ekstraksi kemungkinan tidak dapat memisahkan komponen
berdasarkan kepolarannya karena komponennya larut dalam alkohol.
Ekstrak yang telah larut dalam air dimasukkan ke dalam corong
pisah dan kemudian ditambahkan pelarut non polar yaitu n-heksan. Lalu
corong pisah ditutup dan dikocok dengan menggoyangkan corong.
Pengocokan dilakukan jangan terlalu lambat atau terlalu cepat. Bila telalu
lambat, pemisahan tidak sempurna atau bahkan senyawa tidak tertarik dan
terpisah. Bila pengocokan terlalu cepat, akan terbentuk globul-globul pada
larutan sehingga saat pengambilan fraksi akan sulit karena fraksi bercampur.
Pengocokan dilakukan selama 10 menit dengan sesekali keran corong pisah

dibuka agar gas yang terbentuk keluar dan tekanan di dalam corong sama
dengan tekanan diluar sehingga saat tutup corong dibuka tidak meledak.
Ekstrak yang telah dikocok dengan n-heksan kemudian didiamkan
sebentar agar terlihat larutan yang terpisah. Fraksi paling atas merupakan
fraksi n-heksan dan yang di bawah merupakan fraksi air. Hal ini diketahui
dari berat jenis n-heksan yang lebih kecil dari berat jenis air. Fraksi n-heksan
diambil dan disimpan dalam cawan uap. Lalu fraksi n-heksan yang didapat,
diuapkan hingga didapat fraksi n-heksan pekat.
Fraksi air yang masih di dalam corong pisah, ditambahkan pelarut
semi polar yaitu etil asetat. Corong pisah ditutup dan kemudian dikocok.
Prosedur sama dengan mengambil fraksi n-heksan. Setelah pengocokan
selama 10 menit, ekstrak didiamkan sebentar agar terlihat larutan yang
terpisah. Fraksi paling atas merupakan fraksi etil asetat dan yang di bawah
merupakan fraksi air. Hal ini diketahui dari berat jenis etil asetat lebih kecil
dibandingkan berat jenis air. Fraksi etil asetat diambil dan disimpan dalam
cawan uap. Kemudian fraksi etil asetat diuapkan hingga didapat fraksi etil
asetat pekat. Fraksi air yang ada dalam corong pisah disimpan dalam beaker
glass.
Fraksi n-heksan sebagai fraksi non polar dan fraksi etil asetat sebagai
fraksi semi polar yang telah pekat kemudian digunakan untuk dilakukan
pemantauan ekstrak menggunakan KLT. Pemantauan hanya dilakukan pada
fraksi semi polar dan non polar serta ekstrak yang telah diencerkan sebagai
pembandingnya. Pada fraksi air sebagai fraksi polar tidak dilakuakn
pemantauan sebab sifatnya yang polar akan sulit terjadinya pemisahan yang
baik.

Pemantauan ekstrak adalah suatu metode yang digunakan untuk


memantau ada tidaknya senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam
ekstrak batang pulasari. Ekstrak diperoleh dari hasil metode maserasi dan
positif mengandung beberapa metabolit sekunder dari hasil skrining
fitokimia. Metode yang digunakan dalam pemantauan ekstrak batang
pulasari yaitu metode kromatografi lapis tipis.
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu cara analisis yang
digunakan untuk memisahkan komponen secara cepat berdasarkan prinsip
adsorpsi. Metode ini sangat sesuai untuk analisis kualitatif campuran dalam
skala mikro. Kromatografi ini menggunakan lempengan kaca atau
aluminium yang dilapisi dengan adsorben berupa serbuk halus yang serba
rata pada lempeng dengan ketebalan 0,1 - 0,25 mm.
Fase diam dalam kromatografi lapis tipis adalah bagian yang
bertindak sebagai penjerap yang berupa padatan. Pemilihan penjerap terbaik
ditentukan oleh senyawa yang akan dipisahkan:
1. Sifat kelarutan, apakah senyawa hidrofil atau lipofil.
2. Reaksinya asam, basa atau netral.
3. Apakah ada reaksi antara zat terlarut dengan penjerap atau
pelarut pengembang.
Untuk mendapatkan pemisahan yang baik dan zona yang jelas maka
konsentrasi sampel yang digunakan untuk KLT haruslah sekecil mungkin.
Konsentrasi yang besar dan sampel akan memberikan zona pemisahan yang
tumpang tindih (overload).
Plat KLT terlebih dahulu dikeringkan di oven yang bertujuan untuk
menguapkan air yang terperangkap di dalam plat KLT sehingga plat dapat
memisahkan komponen dengan baik. Ekstrak dilarutkan dengan etanol

karena etanol merupakan pelarut semi polar sehingga dapat melarutkan


senyawa yang bersifat non polar dan polar. Pada saat penotolan dilakukan
setipis mungkin agar pemisahan berjalan secara sempurna. Plat KLT diberi
batas dengan pensil yaitu setinggi 1 cm dari bagian bawah dan 0.5 cm dari
bagian atas. Pemberian batas dilakukan agar proses elusi tidak berjalan baik
karena tidak terpengaruh ekstrak yang tercelup dalam eluen dan perhitungan
Rf dapat dipantau dengan baik.
Eluen terlebih dahulu dijenuhkan sebelum dimasukkan plat KLT
dengan cara memasukan kertas saring ke dalam chamber dan ditutup. Kertas
saring yang dimasukan kedalam chamber adalah sebagai penanda bahwa
eluen memenuhi dinding chamber sehingga proses elusi akan berjalan
dengan baik. Pada saat penjenuhan, chamber ditutup karena apabila eluen
dibiarkan terbuka, fase gerak akan habis menguap. Pada saat penjenuhan,
chamber tidak boleh diangkat dengan tujuan agar tekanan dalam larutan
stabil dan tidak terjadi penguapan lebih cepat pada eluen yang bersifat
volatil. Setelah proses penjenuhan selesai maka plat KLT yang sudah
ditotolkan dengan ekstrak langsung dimasukkan kedalam chamber.
Eluen yang digunakan dalam percobaan kali ini dilakukan elusi
menggunakan berbagai perbandingan eluen yang lain seperti n-heksan:etil
asetat kloroform:etil asetat dan etil asetat:metanol dengan perbandingan
berbeda-beda namun hasil yang tampak adalah bercak tidak terpisah atau
terpisah namun terjadi tailing. Pemantauan ekstrak dengan melakukan
beberapa kali uji kromatografi dengan kombinasi eluen yang berbeda

ditujukan untuk melihat pemisahan yang paling baik dengan eluen tertentu.
Bila eluen terlalu polar, bercak akan berada pada posisi paling atas plat dan
nilai Rf besar. Bila eluen terlalu non polar, bercak akan berada pada posisi
paling bawah plat dan nilai Rf kecil. Nilai Rf paling baik adalah pada
rentang 0.2-0.8.
Pada percobaan, setelah dilakukan pemantauan menggunakan
berbagai kombinasi eluen, didapat hasil yang lebih baik pada kombinasi
eluen n-heksan:etil asetat dengan perbandingan 6:4. Pada pemantauan
menggunakan eluen ini, didapat 4 bercak yang sama antara fraksi etil asetat
dan ekstrak dalam sinar UV 245 nm dan 352 nm. Antara fraksi n-heksan dan
ekstrak, hanya 1 bercak yang terlihat dalam sinar UV 254 nm, dan bercak
tidak terlihat sama sekali dalam sinar UV 352 nm. Dalam percobaan ini,
diambil Rf yang terlihat dalam sinar UV 352 nm yaitu milik fraksi etil asetat
dan ekstrak yang terlihat.
Pada bercak paling bawah berwarna biru, Rf yang didapat 0.22. Lalu
bercak kedua berwarna kuning diatas bercak pertama memiliki nilai Rf
0.289. Bercak ketiga berwarna kuning diatas bercak kedua memiliki nilai Rf
0.4. Pada bercak keempat yang berada diatas bercak ketiga berwarna kuning,
nilai Rf yang didapat adalah 0.467. Nilai Rf pada percobaan ini
menunjukkan hasil pemisahan baik karena nilainya berada diantara 0.2-0.8,
namun bercak masih berdempetan antara bercak ketiga dan keempat.
Kemungkinan kombinasi eluen masih kurang tepat.
VII. Kesimpulan

1. Ekstraksi Cair-Cairdigunakan untuk pemisahan komponen berdasarkan


2.
3.
4.
5.
6.

sifat kepolarannya.
Pemisahan komponen non polar menggunakan pelarut n-heksan.
Pemisahan komponen semi polar menggunakan pelarut etil asetat.
Komponen polar berada dalam larutan air.
Pemantauan ekstrak menggunakan kromatografi lapis tipis.
Pemantauan ekstrak menggunakan kombinasi eluen n-heksan:etil asetat

dengan perbandingan 6:4.


7. Terdapat 4 bercak fraksi etil asetat yang sama dengan bercak ekstrak.
8. Terdapat 1 bercak fraksi n-heksan yang sama dengan bercak ekstrak.
9. Rf pada fraksi etil asetat adalah 0.22, 0.289, 0.4, dan 0.467.
VIII. Daftar Pustaka
Fessenden. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Gritter. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung : ITB.
Khopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Rahayu, L. 2009. Isolasi dan Identivikasi senyawa flavonoid dari Biji
Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.). Universitas Brawijaya:
Malang.
Rohman,. A,. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Soebagio,dkk. 2002. Kimia Analitik. Malang : FMIPA UNM.
Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Kanisius: Yogyakarta.
Underwood.2002. Analisis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

You might also like