You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN HIPOSPADIA


DI RUANG CENDANA 4 RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

Tugas Kelompok
Stase Praktek Keperawatan Anak

Disusun oleh
1.
2.
3.
4.
5.

Tania Yasmin
Isni Syarifatu Z
Avin Maria
Andreas Andriayanto P
Novi Kartika W

09/280655/KU/13075
09/288524/KU/13419
09/282090/KU/13446
10/302297/KU/14039
10/302411/KU/14046

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
HIPOSPADIA
A. Pengertian

Hipospadia adalah kelainan bawaan sejak lahir pada anak laki-laki. Cirinya
adalah letak abnormal lubang kencing tidak diujung penis, tetapi berada lebih
bawah/lebih pendek.
B. Jenis-jenis hipospadia
Letak lubang kencing abnormal bermacam-macam, yaitu
1. Tipe glanular : lubang masih di sekitar kepala penis
2. Tipe koronal :lubang berada di leher penis
3. Tipe distal :lubang berada di ujung batang penis
4. Tipe penil : lubang di batang penis
5. Tipe proksimal : lubang letaknya di pangkal batang penis
6. Tipe perioskrotal : lubang letaknya di antara penis dan kantung testis
7. Tipe perineal : lubang diantara kantung testis dan anus
Sebagian besar anak dengan kelainan hipospadia memiliki bentuk batang penis
melengkung. Di sekitar lubang terbentuk jaringan ikat yang menarik dan mengerutkan
kulit di sekitarnya. Dari damping terlihat melengkung seperti kapas. Jaringan parut di
sekitar lubang disebut chordee. Sering kali anak dengan hipospadia memiliki kelainan
testis hingga kantung kemaluan yang belum turun.
C. Penyebab hipospadia
Sampai sekarang belum dapat dijelaskan dengan pasti, teori yang berkembang
berhubungan dengan masalah hormonal. Kelainan ini disebabkan penghentian
prematur perkembangan sel-sel penghasil androgen di dalam testis, sehingga
menyebabkan pembentukan saluran kencing mengalami gangguan. Menyebabkan
uretra dapat berujung di mana saja. Semakin dini terjadinya gangguan hormonal,
maka semakin rendah letak lubang kencing.
D. Keluhan dan gejala
Letak lubang kencing yang masih di kepala penis jarang menimbulkan keluhan
bagi penderita anak-anak. Jika letak lubang semakin ke pangkal dan/atau adanya
bentuk penis melengkung akan mengalami gangguan fungsi berkemih berupa arah
dan pancaran yang tidak normal. Pada keadaan sangat berat, penderita tidak dapat
berkemih dengan berdiri karena urin keluar merembes sehingga akan lebih nyaman
jongkok.
Masalah yang timbul semakin rumit saat bertambahnya usia penderita. Masalah
psikologis akibat bentuk penis dan cara berkemih yang tidak lazim. Pada usia pasca
pubertas dan usia reproduksi, penderita akan mengalami masalah reproduksi
berkenaan dengan bentuk penis melengkung saat ereksi, kesulitan penetrasi saat
berhubungan badan dan gangguan pancaran ejakulasi.

E. Diagnosis hipospadia
Sangat mudah di kenali pada bayi laki-laki yang baru lahir. Tidak ada lubang di
ujung kepala penis, bentuk penis melengkung. Pada kelainan sangat berat seringkali
sukar dikenali sebagai laki-laki atau perempuan secara pemeriksaan fisik, sehingga
harus menjalani pemeriksaan kromosom penenda kelamin (sex cromatin).
F. Tatalaksana operatif pada hipospadia
Operatif biasanya dilakukan dalam rentang tahun pertama usia bayi, dengan
syarat ukuran jaringan penis cukup besar dan jelas. Tidak jarang ukuran penis
penderita lebih kecil dari anak normal sehingga harus diberikan terapi hormonal
sampai ukuran penis sesuai.
Tujuan operasi adalah mengembalikan penis ke bentuk dan fungsi sebaikbaiknya. Maka lubang kencing harus dikembalikan ke posisi seanatomis mungkin di
ujung kepala penis dan bentuk penis harus tegak sewaktu ereksi.
Komplikasi pasca operasi yang dapat terjadi adalah perdarahan, infeksi luka,
kebocoran saluran kencing baru (fistula), dan penyempitan lubang kencing baru
(striktura). Untuk mengurangi komplikasi, biasanya operasi dibagi menjadi 2
tahap,yaitu operasi pertama untuk membuang jaringan ikat, pembuatan lubang
kensing di ujung kepala penis, membuat saluran kencing baru dalam kepala penis
yang dingingnya dibentuk dari kulit tudung kepala penis. Keberhasilan operasi
menghasilkan bentuk estetik anatomis, penis lurus dan lubang kencing tepat di ujung
kepala penis, bebas dari resiko striktura.
Operasi tahap kedua dilakukan setelah penyembuhan operasi pertama tuntas,
minimal 6 bulan. Membentuk saluran kencing baru (urethroplasty) di batang penis
yang menghubungkan lubang kencing abnormal, saluran kenting di dalam kepala
penis dan lubang kencing baru di ujung penis.
Adapun teknik operasi yang dikerjakan membutuhkan kelebihan kulit tudung
kepala penis untuk rekonstruksi saluran kencing baru. Oleh karena itu pada setiap
bayi hipospadia tidak boleh dilakukan sirkumsisi, bentuk penis setelah operasi sudah
serupa dengan penis setelah khitan.
G. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul
1. Defisit perawatan diri (mandi, makan, berpakaian, toileting) b.d post operasi
2. Nyeri b/d luka post operasi
3. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, hospitalisasi
4. Resiko infeksi b.d tindakan invasif (IV line, luka post operasi)
5. Resiko cedera b.d belum mampu koordinasi
6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik

7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan


pemasukan b.d faktor biologis
H. Rencana asuhan keperawatan
NO
1

DIAGNOSA
Defisit perawatan

TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan

diri (mandi, makan, keperawatan minimal .... jam


berpakaian,

diharapkan klien dapat

toileting) b.d post

meningkatkan ADL dengan

operasi

kriteria:
Perawatan diri ADL

INTERVENSI
Self-care assistance
Aktivitas:
-

Memonitor

kemampuan

klien dalam melakukan ADL


secara mandiri.
-

Memonitor kebutuhan klien

Indikator:

akan

Makan.

melakukan ADL.

Berganti pakaian.

Toileting.

peralatan

Mandi

dibutuhkan

Merawat diri.

deodoran, pasta gigi, dan sabun

Menjaga

mandi).

kebersihan
-

diri
-

Menjaga

alat

bantu

Menyediakan

dalam
peralatan-

pribadi
klien

Membantu

klien

yang
(seperti

dalam

melakukan ADL sampai klien

kebersihan

mampu melakukannya dengan

mulut

mandiri.
-

Mendorong

klien

untuk

Ket. Penilaian NOC

melakukan aktivitas sehari-hari

1 = tidak pernah menunjukkan

sesuai

2 = Jarang menunjukkan

kemampuannya.

3 = kadang menunjukkan

dengan

Mendorong

klien

tingkat
untuk

4 = sering menunjukkan

mandiri, tetapi bantu klien bila

5 = selalu menunjukkan

klien tidak bisa melakukannya


sendiri.
-

Mengajari keluarga untuk


mendorong kemandirian klien,
dan hanya membantu jika klien
tidak
sendiri.

mampu

melakukannya

Melakukan perawatan diri

Nyeri b/d luka post

Setelah dilakukan tindakan

secara rutin.
Pain Management

operasi

keperawatan selama .... jam,

- Kaji tingkat nyeri,meliputi :

diharapakan nyeri berkurang

lokasi, karakteristik, onset, durasi,

dengan kriteria:

frekuensi, kualitas,

Kontrol Nyeri

intensitas/beratnya nyeri, faktor-

- Mengenal faktor penyebab

faktor presipitasi.

- Mengenal reaksi serangan

- Kontrol faktor-faktor lingkungan

nyeri

yang dapat mempengaruhi respon

- Mengenali gejala nyeri

pasien terhadap ketidaknyamanan.

- Melaporkan nyeri terkontrol

- Ajarkan teknik nonfarmakologi


untuk menguragi nyeri (relaksasi,

Tingkat Nyeri

distraksi).

- Frekuensi nyeri

- Perhatikan tipe dan sumber nyeri.

- Ekspresi akibat nyeri

- Turunkan dan hilangkan faktor


yang dapat meningkatkan nyeri.

Keterangan Penilaian NOC

- Lakukan teknik variasi untuk

1.

mengurangi nyeri.

tidak dilakukan sama


sekali

- Tingkatkan istirahat atau tidur

2.

jarang dilakukan

untuk memfasilitasi manajemen

3.

kadang dilakukan

nyeri.

4.

sering dilakukan

5.

selalu dilakukan

Analgetik Administration
- Cek obat, dosis, frekuensi,
pemberian analgesik.
- Cek riwayat alergi obat.
- Pilih analgetik atau kombinasi
yang tepat apabila lebih satu
analgetik yang diresepkan.
- Monitor tanda-tanda vital sebelum

Cemas

dan sesudah pemberian analgesik.


Setelah dilakukan askep jam Pengurangan kecemasan

berhubungan

kecemasan terkontrol dengan Bina hubungan saling percaya.

dengan

Kaji kecemasan keluarga dan

krisis kriteria hasil :

situasional,

1. ekspresi wajah tenang

hospitalisasi

2. anak

keluarga

bekerjasama

identifikasi
mau

kecemasan

pada

keluarga.

dalam Jelaskan semua prosedur pada

tindakan askep.

keluarga.
Kaji tingkat pengetahuan dan
persepsi

pasien

dari

stress

situasional.
Berikan

informasi

factual

tentang diagnosa dan program


tindakan.
Temani keluarga pasien untuk
mengurangi

ketakutan

dan

memberikan keamanan.
Anjurkan

keluarga

untuk

mendampingi pasien.
Berikan sesuatu objek sebagai
sesuatu simbol untuk mengurang
kecemasan orangtua.
Dengarkan keluhan keluarga.
Ciptakan

lingkungan

yang

nyaman.
Alihkan

perhatian

keluarga

untuk mnegurangi kecemasan


keluarga.
Bantu

keluarga

dalam

mengambil keputusan.
Instruksikan
4

Resiko infeksi b.d

Setelah dilakukan tindakan

tindakan invasif

keperawatan minimal .... jam

(IV line, luka post

diharapkan klien mengalami

operasi)

penurunan resiko infeksi

keluarga

untuk

melakukan teknik relaksasi.


Kontrol infeksi
Aktivitas:
- Menjaga kebersihan lingkungan.
- Mencuci tangan sebelum dan

dengan kriteria:

sesudah memberi perawatan dan

Kontrol resiko
Indikator:
-

Klien bebas dari tanda

tanda infeksi
Klien mampu menjelaskan

tanda dan gejala infeksi


Klien
menunjukkan
kemampuan
mencegah

untuk

pengobatan.
Menggunakan

saat melakukan perawatan.


Membatasi pengunjung bila

perlu.
Mendorong

keluarga

tangan

untuk

mencuci tangan saat masuk dan


-

timbulnya

meninggalkan ruangan.
Mendorong
klien
meningkatkan

infeksi.
Ket. Penilaian NOC
-

intake

untuk
nutrisi,

cairan dan istirahat.


Menekankan
memperbanyak
intake

1 = tidak pernah menunjukkan


2 = Jarang menunjukkan

sarung

protein

untuk

pembentukan system imun.


Mengajarkan kepada klien dan

3 = kadang menunjukkan

keluarga tentang cara mencegah

4 = sering menunjukkan

infeksi dan tanda gejala infeksi.


Mengkaji suhu klien, dan

5 = selalu menunjukkan

melaporkan jika suhu lebih dari


5

38 C.
Memonitor nilai laboratorium.
Mengkaji warna kulit, tekstur

Resiko cedera b.d

Setelah dilakukan tindakan

dan turgor.
Pencegahan jatuh

belum mampu

keperawatan minimal .... jam

Aktivitas:

koordinasi

diharapkan klien mengalami

Mengidentifikasi

penurunan

penurunan resiko cedera

kognitif dan fisik klien yang

dengan kriteria:

dapat meningkatkan potensial

Perilaku keamanan: Personal

untuk jatuh.
Mengidentifikasi

Indikator:
-

Tercapainya keseimbangan
tidur dengan istirahat dan

aktifitas.
Digunakannya alat bantu
yang tepat.
Digunakannya
alat -

lingkungan

karakteristik

yang

dapat

meningkatkan potensial untuk


jatuh.
Membantu klien untuk ambulasi.
Mengunci roda tempat tidur.
Memasang side rail.
Mengkaji TTV dan kepatenan

pelindung diri yang tepat.


Tindakan yang beresiko

jalan napas.

tinggi dapat dicegah.


Perilaku keamanan: mencegah
jatuh
Indikator:
-

Agitasi

dan

penurunan

istirahat dapat terkontrol


Ket. Penilaian NOC
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
6

5 = selalu menunjukkan
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Energy Management
Aktivitas :
b.d kelemahan fisik keperawatan selama .... jam,
- Observasi adanya pembatasan
diharapkan mampu melakukan
klien
dalam
melakukan
toleransi aktivitas dengan
aktivitas
kriteria :
- Dorong
klien
untuk
Activity tolerance
mengungkapkan
perasaan
Indikator :
- HR dbn dalam respon
terhadap keterbatasan
- Memelihara
nutrisi
yang
aktivitas
- RR dbn dalam respon
adekuat
- Monitor pasien akan adanya
aktivitas
- TD sistolik dbn dalam
kelelahan fisik dan emosi
-

respon aktivitas
TD diastolik dbn dalam

respon aktivitas
Warna kulit tidak sianosis
ADL telah dilakukan

Self-care : ADLs
Indikator :
- Kemampuan untuk makan
- Berpakaian
- Toileting

berlebihan
Activity therapy
Aktivitas :
- Menentukan
-

intoleransi aktivitas
Memantau

penyebab
respon

kardiopulmonal sebelum dan


-

setelah melakukan aktivitas


Meminimalkan
kerja

Berhias : bersisir
Merawat kebersihan diri
Menjaga kebersihan mulut
Mengubah posisi secara

kardiovaskuler

memberikan posisi tidur semi


-

mandiri

dengan

fowler
Memastikan perubahan posisi
secara perlahan dan monitor

Ket. Penilaian NOC

1 = tidak pernah menunjukkan

terapi fisik untuk peningkatan

2 = Jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan

gejala dari intoleransi aktivitas


Kolaborasi dengan diberikan

level aktivitas
Monitor intake nutrisi untuk

4 = sering menunjukkan

memastikan kecukupan sumber

5 = selalu menunjukkan

energi

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan askep .. jam Managemen nutrisi


nutrisi kurang dari terjadi
kebutuhan

peningkatan

status Kaji pola makan klien

tubuh nutrisi dengan kriteria hasil:


Mengkonsumsi nutrisi yang

b/d
ketidakmampuan
pemasukan
faktor biologis

adekuat.

b.d Identifikasi

Kaji kebiasaan makan klien dan


makanan kesukaannya
Anjurkan pada keluarga untuk

kebutuhan

nutrisi.
Bebas dari tanda malnutrisi.

meningkatkan intake nutrisi dan


cairan
kelaborasi

dengan

ahli

gizi

tentang kebutuhan kalori dan


tipe makanan yang dibutuhkan
tingkatkan intake protein, zat
besi dan vit c
monitor intake nutrisi dan kalori
Monitor

pemberian

masukan

cairan lewat parenteral.


Nutritional terapi
berikan lingkungan yang
nyaman dan tenang untuk
mendukung makan
monitor penurunan dan

peningkatan BB
monitor intake kalori dan gizi

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Fawzy. 2014. Artikel : Kelainan Penis Pada Anak : Hipospadia. Diakses 2
Januari 2015. Available at : www.bedah-plastik.com.
Bulechek, Gloria M; Butcher, Howard K; Dochterman, Joanne McCloskey. 2008.
Nursing Intervention Classification Fifth Edition. USA: Mosby.
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Nursing Diagnoses: Definitions And Classification
2012-2014. Philadelphia: NANDA International.
Moorhead, Sue; Johnson, Marison; Maas, Meridean L; Swanson, Elizabeth. 2008.
Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. USA: Mosby.

You might also like