You are on page 1of 17

A.

Topik

: Darah

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :

Menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih

Menguji kecepatan pembekuan darah

Menguji golonga darah

Memperkirakan kadar hemoglobin dalam darah

C. Dasar Teori
Darah merupakan unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk
membantu proses fisiologis. Darah terdiri dari dua komponen, yaitu plasma darah dan selsel darah. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat
unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan
satu perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan
45% sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau
volume sel darah yang didapatkan berkisar antara 40 sampai 47. Fungsi utama darah
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan
tubuh dari berbagai penyakit. Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme,
obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang
sebagai air seni. Pada waktu sehat volume darah konstan dan sampai batas tertentu diatur
oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan (Evelyn, 2009).
Terdapat 3 macam sel darah , yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keeping darah (trombosit). Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
berfungsi mengikat oksigen dan sedikit karbondioksida untuk diangkut didalam darah
(Tim Pembina, 2012). Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen,
dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah, melalui fungsi
ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan. Oksihemoglobin beredar ke
seluruh jaringan tubuh apabila kadar oksigen dalam tubuh lebih rendah dari pada dalam
paru-paru maka oksihemoglobin dibebaskan dan oksigen digunakan dalam metabolisme
sel. Hemoglobin juga penting dalam pengangkutan karbondioksida dari jaringan ke paru-

paru. Selain itu hemoglobin berperan dalam menjaga keseimbangan asam dan basa
(penyanggah asam dan basa) (Evelyn, 2009).

Sel darah putih merupakan bagian

pertahanan tubuh non spesifik dari system imun. Sedangkan trombosit berfungsi dalam
hemostasis (pembekuan darah). Volume sel-sel darah dalam darah berkisar antara 40%45% volume, sedangkan plasma berkisar antara 55%- 60% volume (Tim Pembina, 2012).
Darah termasuk jenis jaringan ikat cair, yang terdiri dari suatu matrik cair (plasma)
dimana sel-sela darah berada. Sifat serabut dari matrik cair jaringan ikat akan nampak
apabila darah mengalami pembekuan. Matriks tersebut akan berubah menjadi benangbenang fibrin, yang akan membentuk dasar struktural dari peristiwa pembekuan darah.
Pembekuan darah atau koagulasi merupakan bagian dari perlindungan tubuh untuk
menghentikan kehilangan darah apabila pembuluh darah luka. Proses ini memerlukan
interaksi berbagai zat yang secara normal berada dalam plasma ( faktor pembeku, atau
prokoagulan). Secara normal, apabila darah dikeluarkan dari dalam tubuh akan membeku
dalam waktu 2 sampai 6 menit (Tim pembina, 2012).
Golongan darah, darah dibagi dalam berbagai golongan berdasarkan tipe antigen
yang terdapat dialam sel. Membran eritrosit mengandung dua antigen, yaitu tipe-A dan
tipe-B. Antigen ini disebut aglutinogen. Sebaliknya antibodi yang terdapat dalam plasma
akan bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-A atau antigen tipe B yang dapat
menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) eritrosit. Antibodi plasma yang menyebabkan
penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin. Ada dua macam aglutinin, yaitu aglutinin-a
(zat anti-A) dan aglutinin-b (zat anti-B). Menurut Diah ( 2007), golongan darah secara
umum dikenal dengan sistem A, B, O didasarkan pada ada atau tidaknya aglutinogen
dalam darah. Empat golongan darah dikelompokkan menjadi golongan A, golongan B,
golongan AB, golongan O.

Golongan darah A, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-A dan aglutinin-b


dalam plasma darah.

Golongan darah B, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-B dan aglutinin-a


dalam plasma darah.

Golongan darah AB, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-A dan B, dan
plasma darah tidak memiliki aglutinin.

Golongan darah O, yaitu jika eritrosit tidak memiliki aglutinogen-A dan B, dan
plasma darah memiliki aglutinin-a dan b.

Untuk melakukan penghitungan sel darah merah dan sel darah putih secara
langsung, maka perlu dilarutkan sejumlah darah yang diketahui volumenya kedalam suatu
larutan yang besifat antikoagulasi yang juga diketahui volumenya. Dengan cara ini maka
diketahui besarnya pengenceran darah yang akan dihitung. Darah yang sudah diencerkan
tersebut kemudian ditempatkan pada kaca penghitung. Darah yang sudah diencerkan
tersebut kemudian ditempatkan pada kaca penghitung hemasitometer. Sel-sel darah
kemudian dihitung dibawah mikroskop. Larutan pengencer untuk sel darah merah dan
putih berbeda. Prinsipnya larutan tersebut isotonis dengan sel darah yang akan dihitung
dan menyebabkan lisisnya sel-sel darah yang tidak dihitung. Misalnya, bila sel darah
merah yang akan dihitung, sehingga tidak mengganggu proses perhitungan, dan
sebaliknya (Tim Pembina, 2012).
D. Alat dan Bahan
Alat :
1. Hemositometer
2. Pipet sel darah merah
3. Pipet sel darah putih
4. Mikroskop cahaya
5. Blood lancet
6. Kaca benda
7. Stopwatch
8. Jarum pentul
9. Tusuk gigi
10. Kain lap yang lembut
11. LEICE-Hb METER
Bahan :
1. Larutan hayem 1%
2. Alcohol 70%
3. Serum anti A dan
serum anti B
4. Kapas

E. Prosedur Kerja
1. Menghitung Sel Darah Putih
Menyiapkan bahan yang
diperlukan yaitu, kapas,
alkohol, asam asetat 1%, blood
lancet, pipet sel darah putih,
hemasitometer yang sudah
dipasang di mikroskop

Menempelkan ujung pipet sel darah


putih pada darah diujung jari,
kemudian menghisap darah dalam
pipet sampai batas 1 ml.
Memasukkan ujung pipet ke dalam
asam asetat 1%, dengan cepat dan
hati-hati hisap asam asetat 1% ke
dalam pipet sampai batas tanda 11,0

Membersihkan salah satu dari 3


ujung jari tengah dengan kapas yang
dibasahi alkohol, kemudian
mengayunkan tangan supaya
alkoholnya kering. Membersihkan
pula blood lancet dengan alkohol,
dan dibiarkan kering.

Mengatur panjang lancet sesuai yang


dikehendaki, kemudian menempelkan
ujungnya pada jari dan dengan cepat
pencet tombol blood lancet sehingga
lancet menusuk jari. Menghapus tetes
darah pertama yang keluar luka
dengan kapas bersih.

Mengocok pipet dengan posisi horizontal


dengan ujung pipet masing-masing pada
ibu jari dan jari kedua selama 2-3 menit,
lalu buang 2-3 tetes darah dari dalam pipet.

2. Menghitung Sel Darah Merah


Menyiapkan bahan yang
diperlukan yaitu, kapas, alkohol,
larutann Hayem, blood lancet,
pipet sel darah merah,
hemasitometer yang sudah
dipasang di mikroskop

Menempelkan ujung pipet sel


darah merah pada darah diujung
jari, kemudian menghisap darah
dalam pipet sampai batas 0,5 ml.
Memasukkan ujung pipet ke
dalam larutan Hayem, dengan
cepat dan hati-hati hisap asam
larutan Hayem ke dalam pipet
sampai batas tanda 101

Membersihkan salah satu dari 3 ujung


jari tengah dengan kapas yang dibasahi
alkohol, kemudian mengayunkan
tangan supaya alkoholnya kering.
Membersihkan pula blood lancet
dengan alkohol, dan dibiarkan kering.

Mengatur panjang lancet sesuai yang


dikehendaki, kemudian menempelkan
ujungnya pada jari dan dengan cepat pencet
tombol blood lancet sehingga lancet menusuk
jari. Menghapus tetes darah pertama yang
keluar luka dengan kapas bersih.

Mengocok pipet dengan posisi horizontal dengan


ujung pipet masing-masing pada ibu jari dan jari
kedua selama 2-3 menit, lalu buang 2-3 tetes darah
dari dalam pipet.

Memasang kaca penutup pada


hemasitometer, kemudian meneteskan
darah dari pipet ke batas antara
hemasitometer an kaca penutup.
Menjaga jangan sampai tetesan darah
terlalu banyak.

Memasang hemasitometer pada


meja mikroskop dalam posisi
mendatar dengan perbesaran
10X, memfokuskan bidang
pandang ke kotak penghitung sel
darah merah.

Menunggu sampai darah dalam bidang pandang


tenang , kemusian melakukan penghitungan sel
darah merah pada 5 daerah perhitungan sel darah
merah dan mencatat hasilnya.

3. Menguji Kecepatan Pembekuan darah


Menyiapkan kaca benda
bersih.

Waktu pembekuan darah


yang normal bekisar
antara 5-15 menit.

Membersihkan ujung jari dan lanset


dengan alkohol 70%, membiarkan kering
sendiri. Menusuk ujung jari kemudian
meneteskan tetes darah berikutnya ke
kaca benda. Bersamaan dengan keluarnya
darah, memencet stopwatch.

Menggunakan jarum pentul untuk


menusuk-nusuk darah sampai benang
fibril muncul. Bersamaan munculnya
benang fibril, menghentikan stopwatch.
Waktu yang ditunjukkan merupakan
waktu pembekuan darah.

4. Menguji Golongan Darah


Menyiapkan kaca benda
bersih, serum anti A, serum
anti B, tusuk gigi, lancet,
alkohol 70% dan kapas.

Dengan cepat mengaduk


darah yang telah diteteskan
pada anti serrum tersebut
dengan tusuk gigi,
mengamati terjadinya
penggumpalan darah

Bila pada A terjadi penggumpalan,


sedangkan B tidak, maka golongan
darah adalah A. Bila terjadi
sebaliknya, maka golongan darah
adalah B. Bila kedua-duanya terjadi
penggumpalan, maka golongan darah
adalah AB, dan sebaliknya adalah
golongan darah O

Mengambil satu kaca benda,


memberi tanda A di sebelah kiri,
dan B di sebelah kanan.
Meneteskan serum anti A di sebelah
kiri dan serum anti B di sebelah
kanan.

Membeersihkan ujung jari dan lanset


dengan alkohol 70%. Menusuk ujung jari
dengan lanset sampai keluar darah.
Menghapus tetes darah pertama dengan
kapas keudian meneteskan tetes darah
berikutnya satu tetes pada seum anti A dan
juga pada serum anti B

Mencatat golongan darah teman


sekelas, kemudian mencari
besarnya presentase setiap
golongan darahnya. Dan
mendiskusikan hasilnya.
Mendiskusikan pula apakah ada
kecenderungan jenis kelamin
tertentu memiliki golongan darah
tertentu.

F. Data Pengamatan
1. Menghitung Sel Darah
No
Sel darah putih
1

Sel darah merah

Jumlah sel darah merah

Jumlah sel darah putih

435

2. Menguji Kecepatan Pembekuan Darah


No
1.
2.

Perlakuan
Normal (tanpa Na oksalat)
Ditetesi Na oksalat

Waktu
8,5 menit
10,5 menit

3. Menguji Golongan Darah


No
1.
2.

Perlakuan
Ditetesi serum anti A
Ditetesi serum anti B

Hasil
Menggumpal
Tidak menggumpal

Golongan darah
A

4. Memperkirakan Kadar Hemoglobin


No
1.

Nama
Sintya Yuliandini

Kadar
70%

G. Analisis Data
1. Menghitung Sel Darah
a. Menghitung Jumlah Leukosit
Praktikum menghitung jumlah leukosit mempunyai tujuan mengetahui jumlah
leukosit pada manusia. Ujung jari tengah atau jari manis dibersihkan dengan
alkohol 70%. Hal ini dilakukan agar ujung jari praktikan menjadi steril dan tidak
infeksi. Jari yang dipakai adalah jari tengah atau jari manis tangan kiri. Jari ditusuk
dengan jarum lanset. Penusukan ini bertujuan untuk membuat luka (merusak)
pembuluh darah sehingga darah mengucur keluar. Kemudian dengan cepat darah
yang mengucur keluar dihisap dengan pipet sel darah putih hingga angka 1 ml.
Pada saat penghisapan diusahakan tidak ada udara yang masuk, jika ada udara yang
masuk maka darah yang terhisap dibuangdan diulangi lagi. Setelah itu, dengan
segera dilanjutkan menghisap larutan asam asetat 1% hingga batas tanda 11.0.
Kedua ujung pipet ditutup dengan jari dan dikocok secara horizontal dengan hatihati selama 2 menit. 3-4 tetes pertama campuran darah dan larutan asam asetat
dibuang kemudian diteteskan pada counting chamber dan diberi kaca penutup.
Campuran darah dan larutan didiamkan selama 1-2 menit dan siap untuk diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X, jumlah leukosit dihitung pada kotak
W di counting chamber dihitung menggunakan tally counter.

b. Menghitung Jumlah Eritrosit


Praktikum menghitung jumlah eritrosit mempunyai tujuan mengetahui
jumlah eritrosit pada manusia . Ujung jari tengah atau jari manis dibersihkan
dengan alkohol 70%. Hal ini dilakukan agar ujung jari praktikan menjadi steril dan
tidak infeksi. Jari yang dipakai adalah jari tengah atau jari manis tangan kiri. Jari
ditusuk dengan jarum lanset. Penusukan ini bertujuan untuk membuat luka
(merusak) pembuluh darah sehingga darah mengucur keluar. Kemudian dengan
cepat darah yang mengucur keluar dihisap dengan pipet sel darah merah hingga

angka 0,5 ml. Pada saat penghisapan diusahakan tidak ada udara yang masuk, jika
ada udara yang masuk maka darah yang terhisap dibuangdan diulangi lagi. Setelah
itu, dengan segera dilanjutkan menghisap larutan hayem hingga batas tanda 101.
Setelah diencerkan dengan larutan hayem, kedua ujung pipet ditutup dengan jari
dan dikocok secara horizontal dengan hati-hati selama 2 menit. 3-4 tetes pertama
campuran darah dan larutan hayem dibuang kemudian diteteskan pada counting
chamber dan diberi kaca penutup. Campuran darah dan larutan didiamkan selama
1-2 menit dan siap untuk diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X,
jumlah eritrosit dihitung pada kotak R di counting chamber dihitung menggunakan
tally counter. Hasil penghitungan eritrosit dirata-rata dan dihitung volume leukosit
per mm3 menggunakan rumus perhitungan hemositometer dan didapatkan hasil
perhitungan sejumlah 4,35 juta butir per mililiternya. Jumlah eritrosit normal pada
manusia yaitu berkisar 4 juta butir hingga 5,2 juta butir per milimeternya.
2. Menguji Kecepatan Pembekuan Darah
Pada uji kecepatan pembekuan darah subyek membersihkan ujung jari dan
lanset yang akan dengan alcohol 70%, kemudian subyek menusuk ujung jari dengan
lanset sampai keluar darah dan menghapus tetesan darah pertama dengan kapas,
kemudian subyek meneteskan tetes darah berikutnya ke kaca benda. Bersamaan
dengan keluarnya darah kedua ini dari ujung jari, dipenjet stopwatch. Selanjutnya
subyek menusuk-nusuk darah menggunakan jarum pentul sampai benang-benang
fibril muncul. Bersamaan dengan munculnya benang fibrin, stopwatch dihentikan.
Waktu yang ditunjukkan merupakan waktu pembekuan darah. Kemudian subyek
melakukan perlakuan yang sama tetapi dengan diberi perlakuan yaitu penambahan Na
Oksalat pada darah yang diuji. Pada hasil praktikum kami didapatkan hasil waktu
pembekuan darah tanpa penambahan Na Oksalat adalah 8,5 menit sedangkan waktu
pembekuan darah dengan penambahan Na Oksalat adalah 10,5 menit. Pada hasil
praktikum kami waktu yang diperlukan dalam pembekuan darah tanpa Na Oksalat
lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan dengan penambahan Na Oksalat. Hal itu
terjadi karena Na Oksalat merupakan anti koagulan yang menghambat proses
terjadinya penggumpalan sehingga waktu yang diperlukan dalam pembekuan darah
lebih cepat dibandingkan tanpa pemberian Na Okasalat.

3. Menguji Golongan Darah


Pada praktikum menguji golongan darah menggunakan subjek seorang
perempuan. Pada praktikum ini menggunakan serum anti A dan serum anti B
sebagai larutan pengujinya. Setelah menusuk ujung jari dengan lanset
sampai keluar darah, kemudian meneteskan tetes darah pada serum anti A dan
serum anti B,yang masing-masing mengaduknya dengan menggunakan tusuk gigi.
Pada serum anti A yang ditetesi darah kemudian mengaduknya terjadi penggumpalan
darah, sedangkan pada serum anti B yang ditetesi darah kemudian mengaduknya
dengan tusuk gigi tidak terjadi penggumpalan darah melainkan darah larut dengan
serum anti B. Hal ini dapat disimpulkan bahwa golongan darah subjek tersebut adalah
golongan darah A.

4. Memperkirakan Kadar Hemoglobin


Pada praktikum menghitung kadar hemoglobin seorang wanita yang bernama
Sintya, pertama membersihkan jari dan blood lancet dengan alkohol 70%, kemudian
menusuk ujung jari dengan blood lancet kemudian darah yang keluar diseka dengan
kertas saring, setelah itu menentukan kadar hemoglobin darah dengan melihat standar
nilai hemoglobin pada buku skala Hb (hemometer talquist) dan kadar darah
menunjukkan 70%. Perincian dan pembagian skala pada metode Talquist adalah 100
% = 16 gram/ dl. Bila persentase kadar hemoglobinnya 70% maka,
Kadar hemoglobin =

= 11,2 gram/dl

Jadi, kadar hemoglobin dari Sintya sebesar 11,2 gram/dl dengan persentase
70%.
H. Pembahasan
1. Menghitung Sel Darah
Hemositometer adalah alat yang dipakai untuk menghitung jumlah sel darah dan
terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan dua macam pipet. Mutu kamar hitung
serta pipet-pipet harus memenuhi syarat-syarat ketelitian tertentu. Sedangkan prinsip
kerja hemasitometer yaitu dengan menghitung langsung jumlah sel di bawah
perbesaran mikroskop. Bentuknya terdiri dari 2 counting chamber dan tiap chamber-

nya memiliki garis-garis mikroskopis pada permukaan kaca. Ada 5 buah kotak yang
menjadi sampel kita dan kemudian dari kelimanya dirata-rata sehingga didapat
kerapatan sel dalam volume tertentu. Hasil yang diperoleh dikonversi ke dalam satuan
jumlah sel per mililiter suspensi. Metode ini relatif cepat dan dapat digunakan untuk
menghitung suspensi sel dengan konsentrasi rendah. Namun hemasitometer ini
mempunyai beberapa kekurangan antara lain tidak digunakan untuk mengamatai sel
yang berukuran sangat kecil, tingkat validitas rendah, dan sulit untuk membedakan
antara sel hidup dengan sel yang mati (Madigan et al. 2003).
a. Menghitung Jumlah Leukosit
Perhitungan jumlah sel darah putih menggunakan hemasitometer, yang terdiri
dari counting chamber dan pipet pengencer yang mempunyai skala 11 untuk leukosit.
Haemocytometer merupakan sebuah ruang kaca tergores dengan sisi terangkat dengan
coverslip kuarsa tepatnya 0,1 m diatas floor chamber. Ruang penghitungan dengan
luas permukaan total 9 mm (Kosasih, 2008).
Pada perhitungan leukosit setelah darah dihisap hingga skala 1,0 selanjutnya
larutan asam asetat dihisap hingga skala 11. Larutan asam asetat adalah larutan yang
sejenis dengan larutan Hayem, hanya saja fungsi dan komposisinya yang berbeda.
Larutan ini digunakan untuk pengencer darah dengan melisiskan trombosit dan
eritrosit, sehingga hanya leukosit yang bisa diamati (Syaifuddin, 1997).
Pada kegiatan menghitung jumlah leukosit yang kami lakukan, didapatkan hasil
perhitungan jumlah leukositnya sebanyak 150 butir per mm3 pada praktikan yang
berjenis kelamin perempuan. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah eritrosit pada
praktikan adalah abnormal, karena tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
jumlah leukosit normal pada wanita yaitu 5000 butir sampai dengan 10.000 butir per
mili liternyanya (Champbell, 2000). Pada praktikum ini kemungkinan terjadi
kesalahan saat menghitungnya.
b. Menghitung Jumlah Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah adalah sel yang terbanyak dalam darah perifer.
Jumlahnya pada orang dewasa normal berkisar antara 4- 6 juta sel/ul. Eritrosit
mempunyai bentuk bikonkaf yang berfungsi dalam transport gas. Eritrosit merupakan
satu-satunya sel dalam tubuh yang fungsinya lengkap tanpa suatu nukleus dan juga

unik yaitu mempunyai metabolisme aerobik yang minimal (misalnya tidak


mempunyai mitokondria). Eritrosit bersifat fleksibilitas dan fluiditas untuk
menjalankan peranannya dalam pertukaran gas ke jaringan dan dari jaringan (Kosasih,
2008). Jumlah eritrosit dalam unit Internasional (SI), dinyatakan sebagai jumlah
eritrosit per liter darah. Jadi jumlah eritrosit 5 juta/mm3 dinyatakan dalam SI adalah 5
x 1012 /L (Gandasoebrata, 2007). Nilai normal eritrosit untuk pria 5,90 x 1012/L dan
wanita 4,00 - 5,20 x 1012/L (Kosasih, 2008).
Pada praktikum menghitung jumlah eritrosit, larutan yang digunakan untuk
mengencerkan darah adalah larutan Hayem. Larutan Hayem terdiri dari Natrium
Sulfat yang merupakan zat anti koagulan yang akan mencegah terjadinya aglutinasi.
Selain itu Natrium Sulfat 5 gr berfungsi untuk melisiskan leukosit dan trombosit,
sehingga yang dapat diamati eritrosit saja. Larutan Natrium clorit 1 gr bersifat isotonis
pada eritrosit (Syaifuddin,1997). Kandungan lain adalah formalin 40 % yang
berfungsi untuk mengawetkan/mempertahankan bentuk diskoid eritrosit. Kandungan
larutan Hayem ini mengakibatkan larutan Hayem

dikenal sebagai larutan

Formasitrat. Fungsi dari larutan hayem antara lain adalah :


1.

Isotonis pada eritrosit

2.

Untuk pengencer eritrosit

3.

Merintangi pembekuan

4.

Memperjelas bentuk eritrosit

5.

Mempertahankan bentuk diskoid eritrosit dan tidak menyebabkan

aglutinasi. ( Syaifuddin,1997 )
Eritrosit dihitung dalam 5 bidang sedang yang terletak dibidang basar
paling tengah. 5 bidang tersebut terdiri dari 4 bidang dipinggir dan 1 bidang
ditengan (bertanda

R)

tiap-tiap

bidang

ini dibagi lagi

menjadi 16

petak-

petak kecil yang masing-masing luasnya adalah 1/400mm2. Dengan demikian


eritrosit

dihitung

dalam

80

petak

petak

kecil,

luas

keseluruhan

ialah

80 x 1/400 mm2=1/5mm2 (Depkes RI, 1989).


Pada kegiatan menghitung jumlah eritrosit yang kami lakukan, didapatkan hasil
perhitungan jumlah eritrositnya sebanyak 4.350.000 butir pada praktikan yang
berjenis kelamin perempuan. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah eritrosit pada
praktikan adalah normal, karena sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jumlah

eritrosit normal pada wanita yaitu 4 juta butir per mm3 sampai dengan 5,2 juta butir
per mm3 (Soewolo, 2000).

2. Menguji Kecepatan Pembekuan Darah


Pada hasil praktikum kami, waktu yang diperlukan dalam pembekuan darah
adalah normal yaitu 8,5 menit dan 10, 5 menit. Hal tersebut sesuai dengan literatur
menurut Soewolo (2000) bahwa waktu koagulasi (waktu pembekuan darah) adalah,
waktu yang diperlukan darah untuk membeku. Waktu pembekuan berkisar antara 5-15
menit. Pada hasil praktikum tanpa pemberian Na Oksalat waktu pembekuannya lebih
cepat dibandingkan dengan penambhan Na Oksalat. Hal tersebut terjadi karena Na
Oksalat merupakan bahan antikoagulan yang menghambat proses pembekuan darah
dengan cara menyingkirkan ion-ion kalsium yang berperan dalam proses koagulasi
sehingga proses koagulasi berlangsung lama. Hal tersesbut sesuai literatur menurut
Soewolo (2000) bahwa perubahan protombin menjadi trombin juga dipengaruhi oleh
faktor lain seperti faktor V, faktor VII, faktor X, ion kalsium, dan fosfolipid; (4)
Faktor IV (ion kalsium=Ca++), sangat penting dalam pembentukan aktivator
protombin dan pembentukan fibrin.
Darah adalah cairan yang berwarna merah yang terdapat dalam pembuluh
darah. Volume darah manusia 7 % dari berat badan atau 5 liter untuk lakilaki dan
4,5 liter untuk perempuan. Penyimpanan darah dapat dilakukan dengan memberikan
natrium sitrat atau natrium oksalat, karena garam-garam ini menyingkirkan ionion
kalsium dari darah yang berperan penting dalam proses pembekuan darah (Abbas,
1997). Pada percobaan dengan
dihambat

dengan

penambahan

penambahan
Na

Oksalat

Na

Oksalat,

sebagai

kerja

kalsium

anitkoagulan

sehingga

pembentukan protombin akan terhambat pula dan akan membentuk trombin dalam
waktu lama, hal itu menyebabkan terbentuknya benang-benang fibrin yang juga akan
lama sehingga pembekuan darah berlangsung lambat. Sedangkan pada percobaan
tanpa penambahan berlangsung cepat karena tidak ada zat yang menghambat kerja
Ca++.
Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium
sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk tranfusi, karena tidak tosik.
Tetapi dosis yang terlalu tinggi umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 ml

dapat menyebabkan depresi jantung. Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya
digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh (in vitro), sebab terlalu toksis untuk
penggunaan in vivo (di dalam tubuh). Natrium adetat mengikat kalsium menjadi
kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan.

3. Menguji Golongan Darah


Pada manusia darah dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu A, B,
AB, dan O. Pengelompokan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu
didalam sel sel darah merah, yaitu aglutinogen (antigen). Terdapat dua macam
aglutinogen

yaitu

aglutinogen

dan

aglutinogen

B.

Aglutinogen

merupakan polisakarida, dan tidak hanya di dalam sel darah merah tetapi juga
dikelenjar ludah, hati, ginjal, paru-paru, testis dan semen ( Wulangi, 1993 ).
Berdasarkan Wulangi (1993) seseorang disebut mempunyai golongan darah A bila di
dalam sel darah merahnya terdapat aglutinogen A, golongan darah B dalam sel
darahnya mengandung aglutinogen B, golongan darah AB bila mengandung
aglutinogen A dan B, dan golongan darah O bila didalam darah merahnya tidak
mengandung aglutinogen ( Soewolo, 2005 ). Berdasarkan hasil praktikum
golongan darah pada subjek perempuan, yaitu subyek bergolongan darah A. Hal
tersebut dibuktikan ketika darah diteteskan pada serum anti A dan serum anti B. Pada
percobaan diperoleh hasil serum anti A yang ditetesi darah mengalami penggumpalan,
dan darah yang diteteskan pada serum anti B tidak terjadi penggupalan darah. Hal ini
sesuai dengan Wulangi (1993) yang berarti bahwa di dalam sel darah m e r a h subyek
terdapat aglutinogen A, sehingga ketika diberi serum anti A maka darah akan
mengalami penggumpalan.
4. Memperkirakan Kadar Hemoglobin
Setelah dilakukan perhitungan indeks warna menurut The Williams & Wilkins
(1958), bahwa 100% kadar hemoglobin sebesar 16 gram/dl. Pada persentase seorang
wanita yang bernama Sintya yang diuji kadar hemoglobinnya dengan persentase 70%.
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh kadar hemoglobinnya sebesar 11,2 gram/dl.
Menurut Rahardja (2002), Kadar hemoglobin yang normal pada pria sebesar 14-18
gram/ml dan pada wanita 12-15 gram/dl. Sedangkan pada kadar hemoglobin Sintya

sebesar 11,2 gram/dl. Hal ini menunjukkan bahwa kadar hemoglobin dari Sintya dapat
dikatakan normal karena masih mendekati kadar Hb normal yaitu 12-15 gr/dl.
` Rendahnya kandungan hemoglobin dapat menyebabkan anemia. Selain itu
anemia jugadapat disebabkan jumlah rendah eritrosit yang tidak normal atau
disebabkan keduanya. Rendahnya kandungan Hb penderita biasanya menyebabkan
wajah pucat. Kondisi ini mengarah pada lemah dan tidak toleran terhadap dingin.
Kedua kondisi ini dikaitkan dengan kurangnya oksigen yang diperlukan untuk
produksi panas dan energi. Namn, diagnosis tak dapat dibuat, dan perlakuan tak dapat
dimulai, sampai penyebab anemia ditemukan (Soewolo, 1999).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin pada makhluk hidup
adalah jenis kelamin, spesies, jumlah sel darah merah, kondisi kesehatan individu, dan
ketinggian tempat tinggal. Bahwa seseorang yang berada pada tempat yang tinggi
misalnya daerah pegunungan, jumlah kadar hemoglobinnya cenderung lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang berada di daerah yang tempatnya lebih rendah atau
datar. Selain dipengaruhi oleh diferensiasi zat besi gizi tekanan kurang baik,
kekurangan asam folat, vitamin C yang kurang, kekurangan vitamin B12 dan
hemolisa sel darah merah dapat menyebabkan anemia (Frandson, 1992). Menurut
Sonjaya (2012), hemoglobin adalah protein dengan berat molekul sekitar 65.000.
adanya hemoglobin dalam erittrosit berfungsi untuk membawa oksigen dan warna sel
darah merah. Dengan adanya hemoglobin, darah dapat membawa oksigen yang
berasal dari udara 60 kali lebih banyak.

I. Kesimpulan
1. Pada kegiatan menghitung jumlah leukosit didapatkan hasil perhitungan jumlah
eritrositnya sebanyak 150 butir. Jumlah leukosit normal yaitu 5000 butir sampai
dengan 10.000 butir per mm3. Pada kegiatan menghitung jumlah eritrosit
didapatkan hasil perhitungan jumlah eritrositnya sebanyak 4.350.000 butir.
Jumlah eritrosit normal yaitu 4 juta butir sampai dengan 5,2 juta butir per mm3.
2. Waktu yang diperlukan dalam pembekuan darah pada perlakuan dengan tanpa
penambahan Na Oksalat lebih cepat dibandingkan dengan penambahan Na
Oksalat karena Na Oksalat merupakan antikoagulan yang menghambat proses
pembekuan darah. Na Oksalat memperlambat terjadinya koagulasi dengan cara

menyingkirkan ion Ca++

yang berperan sebagai aktivator protombin dan

pembentukan fibrin.
3. Golongan darah subyek adalag golongan darah A, sebab pada saat darah
diteteskan pada serum Anti A darah menggumpal, dan ketika darah diteteskan
pada serum anti B darah tidak mengalami penggumpalan. Darah menggumpal
karena adanya aglutinogen pada darah.
4. Kadar hemoglobin Sintya (pelaku percobaan) adalah termasuk normal yaitu 11,2
gram/dl. Kadar hemoglobin ditentukan faktor-faktor yaitu jenis kelamin, spesies,
jumlah sel darah merah, kondisi kesehatan individu, dan ketinggian tempat
tinggal, serta kekurangan gizi dapat menyebabkan anemia.
J. Daftar Rujukan
Abbas, M. 1997. Biologi. Jakarta : Yudistira.
Chambell et all. 2000. Biologi. Jilid 3. Edisi 5. Jakarta: Erlangga
Depkes RI.1989. Hematologi. Pusdiknes Depkes RI: Jakarta
Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2. Jakarta: Esis

EN. Kosasih.2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik.Jakarta: Karisma


Publising Group
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi 4. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Madigan. Michael T et al. 2003. Biology of Microorganism. 10th ed.Southern Illinois
University Carbondale: New York
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Rahardja 2002. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik Edisi III. Makassar:
LPI UNHAS.
R.Gandasoebrata . 2007. Penuntun Laboratorium Klinik, Cetakan 13.Jakarta : Dian
Rakyat
Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang : IMSTEP-JICA FMIPA UM.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan.Proyek Pengembangan Guru Sekolah
Menengah: Malang
Sonjaya, Herry. 2012. Dasar Fisiologi Ternak. Bogor : IPB Press.

Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang


Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. Buku Kedokteran EGC:Jakarta
The Williams & Wilkins, Baltimore. Darmady, E.M. dandavenport, S.G.T.1958
Haematologycal Technique edisi II. London : J & A Churchill.
Tim Pembina MK Fisiologi Hewan. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Malang : Universitas Negeri Malang
Wulangi & Kartolo. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Depdikbud
Drijen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kerja Kependidikan Pendidikan Tinggi.
Z. Effendi.2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamsi Alergik dalamTubuh.
Histologi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara

You might also like