Professional Documents
Culture Documents
Topik
: Darah
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
C. Dasar Teori
Darah merupakan unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk
membantu proses fisiologis. Darah terdiri dari dua komponen, yaitu plasma darah dan selsel darah. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat
unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan
satu perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan
45% sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau
volume sel darah yang didapatkan berkisar antara 40 sampai 47. Fungsi utama darah
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan
tubuh dari berbagai penyakit. Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme,
obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang
sebagai air seni. Pada waktu sehat volume darah konstan dan sampai batas tertentu diatur
oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan (Evelyn, 2009).
Terdapat 3 macam sel darah , yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keeping darah (trombosit). Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
berfungsi mengikat oksigen dan sedikit karbondioksida untuk diangkut didalam darah
(Tim Pembina, 2012). Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen,
dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah, melalui fungsi
ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan. Oksihemoglobin beredar ke
seluruh jaringan tubuh apabila kadar oksigen dalam tubuh lebih rendah dari pada dalam
paru-paru maka oksihemoglobin dibebaskan dan oksigen digunakan dalam metabolisme
sel. Hemoglobin juga penting dalam pengangkutan karbondioksida dari jaringan ke paru-
paru. Selain itu hemoglobin berperan dalam menjaga keseimbangan asam dan basa
(penyanggah asam dan basa) (Evelyn, 2009).
pertahanan tubuh non spesifik dari system imun. Sedangkan trombosit berfungsi dalam
hemostasis (pembekuan darah). Volume sel-sel darah dalam darah berkisar antara 40%45% volume, sedangkan plasma berkisar antara 55%- 60% volume (Tim Pembina, 2012).
Darah termasuk jenis jaringan ikat cair, yang terdiri dari suatu matrik cair (plasma)
dimana sel-sela darah berada. Sifat serabut dari matrik cair jaringan ikat akan nampak
apabila darah mengalami pembekuan. Matriks tersebut akan berubah menjadi benangbenang fibrin, yang akan membentuk dasar struktural dari peristiwa pembekuan darah.
Pembekuan darah atau koagulasi merupakan bagian dari perlindungan tubuh untuk
menghentikan kehilangan darah apabila pembuluh darah luka. Proses ini memerlukan
interaksi berbagai zat yang secara normal berada dalam plasma ( faktor pembeku, atau
prokoagulan). Secara normal, apabila darah dikeluarkan dari dalam tubuh akan membeku
dalam waktu 2 sampai 6 menit (Tim pembina, 2012).
Golongan darah, darah dibagi dalam berbagai golongan berdasarkan tipe antigen
yang terdapat dialam sel. Membran eritrosit mengandung dua antigen, yaitu tipe-A dan
tipe-B. Antigen ini disebut aglutinogen. Sebaliknya antibodi yang terdapat dalam plasma
akan bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-A atau antigen tipe B yang dapat
menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) eritrosit. Antibodi plasma yang menyebabkan
penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin. Ada dua macam aglutinin, yaitu aglutinin-a
(zat anti-A) dan aglutinin-b (zat anti-B). Menurut Diah ( 2007), golongan darah secara
umum dikenal dengan sistem A, B, O didasarkan pada ada atau tidaknya aglutinogen
dalam darah. Empat golongan darah dikelompokkan menjadi golongan A, golongan B,
golongan AB, golongan O.
Golongan darah AB, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-A dan B, dan
plasma darah tidak memiliki aglutinin.
Golongan darah O, yaitu jika eritrosit tidak memiliki aglutinogen-A dan B, dan
plasma darah memiliki aglutinin-a dan b.
Untuk melakukan penghitungan sel darah merah dan sel darah putih secara
langsung, maka perlu dilarutkan sejumlah darah yang diketahui volumenya kedalam suatu
larutan yang besifat antikoagulasi yang juga diketahui volumenya. Dengan cara ini maka
diketahui besarnya pengenceran darah yang akan dihitung. Darah yang sudah diencerkan
tersebut kemudian ditempatkan pada kaca penghitung. Darah yang sudah diencerkan
tersebut kemudian ditempatkan pada kaca penghitung hemasitometer. Sel-sel darah
kemudian dihitung dibawah mikroskop. Larutan pengencer untuk sel darah merah dan
putih berbeda. Prinsipnya larutan tersebut isotonis dengan sel darah yang akan dihitung
dan menyebabkan lisisnya sel-sel darah yang tidak dihitung. Misalnya, bila sel darah
merah yang akan dihitung, sehingga tidak mengganggu proses perhitungan, dan
sebaliknya (Tim Pembina, 2012).
D. Alat dan Bahan
Alat :
1. Hemositometer
2. Pipet sel darah merah
3. Pipet sel darah putih
4. Mikroskop cahaya
5. Blood lancet
6. Kaca benda
7. Stopwatch
8. Jarum pentul
9. Tusuk gigi
10. Kain lap yang lembut
11. LEICE-Hb METER
Bahan :
1. Larutan hayem 1%
2. Alcohol 70%
3. Serum anti A dan
serum anti B
4. Kapas
E. Prosedur Kerja
1. Menghitung Sel Darah Putih
Menyiapkan bahan yang
diperlukan yaitu, kapas,
alkohol, asam asetat 1%, blood
lancet, pipet sel darah putih,
hemasitometer yang sudah
dipasang di mikroskop
F. Data Pengamatan
1. Menghitung Sel Darah
No
Sel darah putih
1
435
Perlakuan
Normal (tanpa Na oksalat)
Ditetesi Na oksalat
Waktu
8,5 menit
10,5 menit
Perlakuan
Ditetesi serum anti A
Ditetesi serum anti B
Hasil
Menggumpal
Tidak menggumpal
Golongan darah
A
Nama
Sintya Yuliandini
Kadar
70%
G. Analisis Data
1. Menghitung Sel Darah
a. Menghitung Jumlah Leukosit
Praktikum menghitung jumlah leukosit mempunyai tujuan mengetahui jumlah
leukosit pada manusia. Ujung jari tengah atau jari manis dibersihkan dengan
alkohol 70%. Hal ini dilakukan agar ujung jari praktikan menjadi steril dan tidak
infeksi. Jari yang dipakai adalah jari tengah atau jari manis tangan kiri. Jari ditusuk
dengan jarum lanset. Penusukan ini bertujuan untuk membuat luka (merusak)
pembuluh darah sehingga darah mengucur keluar. Kemudian dengan cepat darah
yang mengucur keluar dihisap dengan pipet sel darah putih hingga angka 1 ml.
Pada saat penghisapan diusahakan tidak ada udara yang masuk, jika ada udara yang
masuk maka darah yang terhisap dibuangdan diulangi lagi. Setelah itu, dengan
segera dilanjutkan menghisap larutan asam asetat 1% hingga batas tanda 11.0.
Kedua ujung pipet ditutup dengan jari dan dikocok secara horizontal dengan hatihati selama 2 menit. 3-4 tetes pertama campuran darah dan larutan asam asetat
dibuang kemudian diteteskan pada counting chamber dan diberi kaca penutup.
Campuran darah dan larutan didiamkan selama 1-2 menit dan siap untuk diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X, jumlah leukosit dihitung pada kotak
W di counting chamber dihitung menggunakan tally counter.
angka 0,5 ml. Pada saat penghisapan diusahakan tidak ada udara yang masuk, jika
ada udara yang masuk maka darah yang terhisap dibuangdan diulangi lagi. Setelah
itu, dengan segera dilanjutkan menghisap larutan hayem hingga batas tanda 101.
Setelah diencerkan dengan larutan hayem, kedua ujung pipet ditutup dengan jari
dan dikocok secara horizontal dengan hati-hati selama 2 menit. 3-4 tetes pertama
campuran darah dan larutan hayem dibuang kemudian diteteskan pada counting
chamber dan diberi kaca penutup. Campuran darah dan larutan didiamkan selama
1-2 menit dan siap untuk diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X,
jumlah eritrosit dihitung pada kotak R di counting chamber dihitung menggunakan
tally counter. Hasil penghitungan eritrosit dirata-rata dan dihitung volume leukosit
per mm3 menggunakan rumus perhitungan hemositometer dan didapatkan hasil
perhitungan sejumlah 4,35 juta butir per mililiternya. Jumlah eritrosit normal pada
manusia yaitu berkisar 4 juta butir hingga 5,2 juta butir per milimeternya.
2. Menguji Kecepatan Pembekuan Darah
Pada uji kecepatan pembekuan darah subyek membersihkan ujung jari dan
lanset yang akan dengan alcohol 70%, kemudian subyek menusuk ujung jari dengan
lanset sampai keluar darah dan menghapus tetesan darah pertama dengan kapas,
kemudian subyek meneteskan tetes darah berikutnya ke kaca benda. Bersamaan
dengan keluarnya darah kedua ini dari ujung jari, dipenjet stopwatch. Selanjutnya
subyek menusuk-nusuk darah menggunakan jarum pentul sampai benang-benang
fibril muncul. Bersamaan dengan munculnya benang fibrin, stopwatch dihentikan.
Waktu yang ditunjukkan merupakan waktu pembekuan darah. Kemudian subyek
melakukan perlakuan yang sama tetapi dengan diberi perlakuan yaitu penambahan Na
Oksalat pada darah yang diuji. Pada hasil praktikum kami didapatkan hasil waktu
pembekuan darah tanpa penambahan Na Oksalat adalah 8,5 menit sedangkan waktu
pembekuan darah dengan penambahan Na Oksalat adalah 10,5 menit. Pada hasil
praktikum kami waktu yang diperlukan dalam pembekuan darah tanpa Na Oksalat
lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan dengan penambahan Na Oksalat. Hal itu
terjadi karena Na Oksalat merupakan anti koagulan yang menghambat proses
terjadinya penggumpalan sehingga waktu yang diperlukan dalam pembekuan darah
lebih cepat dibandingkan tanpa pemberian Na Okasalat.
= 11,2 gram/dl
Jadi, kadar hemoglobin dari Sintya sebesar 11,2 gram/dl dengan persentase
70%.
H. Pembahasan
1. Menghitung Sel Darah
Hemositometer adalah alat yang dipakai untuk menghitung jumlah sel darah dan
terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan dua macam pipet. Mutu kamar hitung
serta pipet-pipet harus memenuhi syarat-syarat ketelitian tertentu. Sedangkan prinsip
kerja hemasitometer yaitu dengan menghitung langsung jumlah sel di bawah
perbesaran mikroskop. Bentuknya terdiri dari 2 counting chamber dan tiap chamber-
nya memiliki garis-garis mikroskopis pada permukaan kaca. Ada 5 buah kotak yang
menjadi sampel kita dan kemudian dari kelimanya dirata-rata sehingga didapat
kerapatan sel dalam volume tertentu. Hasil yang diperoleh dikonversi ke dalam satuan
jumlah sel per mililiter suspensi. Metode ini relatif cepat dan dapat digunakan untuk
menghitung suspensi sel dengan konsentrasi rendah. Namun hemasitometer ini
mempunyai beberapa kekurangan antara lain tidak digunakan untuk mengamatai sel
yang berukuran sangat kecil, tingkat validitas rendah, dan sulit untuk membedakan
antara sel hidup dengan sel yang mati (Madigan et al. 2003).
a. Menghitung Jumlah Leukosit
Perhitungan jumlah sel darah putih menggunakan hemasitometer, yang terdiri
dari counting chamber dan pipet pengencer yang mempunyai skala 11 untuk leukosit.
Haemocytometer merupakan sebuah ruang kaca tergores dengan sisi terangkat dengan
coverslip kuarsa tepatnya 0,1 m diatas floor chamber. Ruang penghitungan dengan
luas permukaan total 9 mm (Kosasih, 2008).
Pada perhitungan leukosit setelah darah dihisap hingga skala 1,0 selanjutnya
larutan asam asetat dihisap hingga skala 11. Larutan asam asetat adalah larutan yang
sejenis dengan larutan Hayem, hanya saja fungsi dan komposisinya yang berbeda.
Larutan ini digunakan untuk pengencer darah dengan melisiskan trombosit dan
eritrosit, sehingga hanya leukosit yang bisa diamati (Syaifuddin, 1997).
Pada kegiatan menghitung jumlah leukosit yang kami lakukan, didapatkan hasil
perhitungan jumlah leukositnya sebanyak 150 butir per mm3 pada praktikan yang
berjenis kelamin perempuan. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah eritrosit pada
praktikan adalah abnormal, karena tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
jumlah leukosit normal pada wanita yaitu 5000 butir sampai dengan 10.000 butir per
mili liternyanya (Champbell, 2000). Pada praktikum ini kemungkinan terjadi
kesalahan saat menghitungnya.
b. Menghitung Jumlah Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah adalah sel yang terbanyak dalam darah perifer.
Jumlahnya pada orang dewasa normal berkisar antara 4- 6 juta sel/ul. Eritrosit
mempunyai bentuk bikonkaf yang berfungsi dalam transport gas. Eritrosit merupakan
satu-satunya sel dalam tubuh yang fungsinya lengkap tanpa suatu nukleus dan juga
2.
3.
Merintangi pembekuan
4.
5.
aglutinasi. ( Syaifuddin,1997 )
Eritrosit dihitung dalam 5 bidang sedang yang terletak dibidang basar
paling tengah. 5 bidang tersebut terdiri dari 4 bidang dipinggir dan 1 bidang
ditengan (bertanda
R)
tiap-tiap
bidang
menjadi 16
petak-
dihitung
dalam
80
petak
petak
kecil,
luas
keseluruhan
ialah
eritrosit normal pada wanita yaitu 4 juta butir per mm3 sampai dengan 5,2 juta butir
per mm3 (Soewolo, 2000).
dengan
penambahan
penambahan
Na
Oksalat
Na
Oksalat,
sebagai
kerja
kalsium
anitkoagulan
sehingga
pembentukan protombin akan terhambat pula dan akan membentuk trombin dalam
waktu lama, hal itu menyebabkan terbentuknya benang-benang fibrin yang juga akan
lama sehingga pembekuan darah berlangsung lambat. Sedangkan pada percobaan
tanpa penambahan berlangsung cepat karena tidak ada zat yang menghambat kerja
Ca++.
Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium
sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk tranfusi, karena tidak tosik.
Tetapi dosis yang terlalu tinggi umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 ml
dapat menyebabkan depresi jantung. Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya
digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh (in vitro), sebab terlalu toksis untuk
penggunaan in vivo (di dalam tubuh). Natrium adetat mengikat kalsium menjadi
kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan.
yaitu
aglutinogen
dan
aglutinogen
B.
Aglutinogen
merupakan polisakarida, dan tidak hanya di dalam sel darah merah tetapi juga
dikelenjar ludah, hati, ginjal, paru-paru, testis dan semen ( Wulangi, 1993 ).
Berdasarkan Wulangi (1993) seseorang disebut mempunyai golongan darah A bila di
dalam sel darah merahnya terdapat aglutinogen A, golongan darah B dalam sel
darahnya mengandung aglutinogen B, golongan darah AB bila mengandung
aglutinogen A dan B, dan golongan darah O bila didalam darah merahnya tidak
mengandung aglutinogen ( Soewolo, 2005 ). Berdasarkan hasil praktikum
golongan darah pada subjek perempuan, yaitu subyek bergolongan darah A. Hal
tersebut dibuktikan ketika darah diteteskan pada serum anti A dan serum anti B. Pada
percobaan diperoleh hasil serum anti A yang ditetesi darah mengalami penggumpalan,
dan darah yang diteteskan pada serum anti B tidak terjadi penggupalan darah. Hal ini
sesuai dengan Wulangi (1993) yang berarti bahwa di dalam sel darah m e r a h subyek
terdapat aglutinogen A, sehingga ketika diberi serum anti A maka darah akan
mengalami penggumpalan.
4. Memperkirakan Kadar Hemoglobin
Setelah dilakukan perhitungan indeks warna menurut The Williams & Wilkins
(1958), bahwa 100% kadar hemoglobin sebesar 16 gram/dl. Pada persentase seorang
wanita yang bernama Sintya yang diuji kadar hemoglobinnya dengan persentase 70%.
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh kadar hemoglobinnya sebesar 11,2 gram/dl.
Menurut Rahardja (2002), Kadar hemoglobin yang normal pada pria sebesar 14-18
gram/ml dan pada wanita 12-15 gram/dl. Sedangkan pada kadar hemoglobin Sintya
sebesar 11,2 gram/dl. Hal ini menunjukkan bahwa kadar hemoglobin dari Sintya dapat
dikatakan normal karena masih mendekati kadar Hb normal yaitu 12-15 gr/dl.
` Rendahnya kandungan hemoglobin dapat menyebabkan anemia. Selain itu
anemia jugadapat disebabkan jumlah rendah eritrosit yang tidak normal atau
disebabkan keduanya. Rendahnya kandungan Hb penderita biasanya menyebabkan
wajah pucat. Kondisi ini mengarah pada lemah dan tidak toleran terhadap dingin.
Kedua kondisi ini dikaitkan dengan kurangnya oksigen yang diperlukan untuk
produksi panas dan energi. Namn, diagnosis tak dapat dibuat, dan perlakuan tak dapat
dimulai, sampai penyebab anemia ditemukan (Soewolo, 1999).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin pada makhluk hidup
adalah jenis kelamin, spesies, jumlah sel darah merah, kondisi kesehatan individu, dan
ketinggian tempat tinggal. Bahwa seseorang yang berada pada tempat yang tinggi
misalnya daerah pegunungan, jumlah kadar hemoglobinnya cenderung lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang berada di daerah yang tempatnya lebih rendah atau
datar. Selain dipengaruhi oleh diferensiasi zat besi gizi tekanan kurang baik,
kekurangan asam folat, vitamin C yang kurang, kekurangan vitamin B12 dan
hemolisa sel darah merah dapat menyebabkan anemia (Frandson, 1992). Menurut
Sonjaya (2012), hemoglobin adalah protein dengan berat molekul sekitar 65.000.
adanya hemoglobin dalam erittrosit berfungsi untuk membawa oksigen dan warna sel
darah merah. Dengan adanya hemoglobin, darah dapat membawa oksigen yang
berasal dari udara 60 kali lebih banyak.
I. Kesimpulan
1. Pada kegiatan menghitung jumlah leukosit didapatkan hasil perhitungan jumlah
eritrositnya sebanyak 150 butir. Jumlah leukosit normal yaitu 5000 butir sampai
dengan 10.000 butir per mm3. Pada kegiatan menghitung jumlah eritrosit
didapatkan hasil perhitungan jumlah eritrositnya sebanyak 4.350.000 butir.
Jumlah eritrosit normal yaitu 4 juta butir sampai dengan 5,2 juta butir per mm3.
2. Waktu yang diperlukan dalam pembekuan darah pada perlakuan dengan tanpa
penambahan Na Oksalat lebih cepat dibandingkan dengan penambahan Na
Oksalat karena Na Oksalat merupakan antikoagulan yang menghambat proses
pembekuan darah. Na Oksalat memperlambat terjadinya koagulasi dengan cara
pembentukan fibrin.
3. Golongan darah subyek adalag golongan darah A, sebab pada saat darah
diteteskan pada serum Anti A darah menggumpal, dan ketika darah diteteskan
pada serum anti B darah tidak mengalami penggumpalan. Darah menggumpal
karena adanya aglutinogen pada darah.
4. Kadar hemoglobin Sintya (pelaku percobaan) adalah termasuk normal yaitu 11,2
gram/dl. Kadar hemoglobin ditentukan faktor-faktor yaitu jenis kelamin, spesies,
jumlah sel darah merah, kondisi kesehatan individu, dan ketinggian tempat
tinggal, serta kekurangan gizi dapat menyebabkan anemia.
J. Daftar Rujukan
Abbas, M. 1997. Biologi. Jakarta : Yudistira.
Chambell et all. 2000. Biologi. Jilid 3. Edisi 5. Jakarta: Erlangga
Depkes RI.1989. Hematologi. Pusdiknes Depkes RI: Jakarta
Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2. Jakarta: Esis
Rahardja 2002. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik Edisi III. Makassar:
LPI UNHAS.
R.Gandasoebrata . 2007. Penuntun Laboratorium Klinik, Cetakan 13.Jakarta : Dian
Rakyat
Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang : IMSTEP-JICA FMIPA UM.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan.Proyek Pengembangan Guru Sekolah
Menengah: Malang
Sonjaya, Herry. 2012. Dasar Fisiologi Ternak. Bogor : IPB Press.