You are on page 1of 13

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN

PENDAPATAN NASIONAL RIIL TERHADAP JUMLAH UANG


BEREDAR: IMPLEMENTASI ERROR CORRECTION MODEL
Femia Niken Susanti
Ghozali Maski
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

Abstraksi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah antara tingkat suku
bunga dan pendapatan nasional riil berpengaruh terhadap jumlah
uang beredar (M l maupun M2). Seberapa besar pengaruh variabel
tingkat suku bunga dan variabel pendapatan nasional riil terhadap
jumlah uang beredar. Di samping itu, penerapan Error Correction
Model (ECM) dalam penelitian ini tidak lain untuk memperoleh
gambaran pengaruh predictor variable (bunga dan pendapatan) dalam
jangka pendek dan dalamjangka panjang. Dengan ECM diharapkan
akan diperoleh model estimasi yang tidak spurious (lancung) dan
menjadi inti permasalahan dan pembahasan yang diangkat dalam
penelitian ini. Dalam beberapa teori dikemukakan bahwa penawaran
uang tergantung pada tiga variabel, yaitu kebijakan moneter
pemerintah, aktivitas perbankan, dan perilaku portofolio masyarakat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model koreksi
kesalahan yang merupakan penurunan dari fungsi biaya kuadrat
tunggal. Domowitz dan Elbadawipada tahun 1987telah menawarkan
fungsi biaya kuadrat tunggal yang cocok untuk menurunkan ECM,
yaitu memasukkan vektor yang mempengaruhi variabel tak bebas
dengan bobot tertentu dan diasumsikan secara linear tergantung pada
variabel bebas pada komponen biaya penyesuaian.
Kata kunci: suku bunga, pendapatan nasional, jumlah uang
beredar, fungsi biaya kuadrat tunggal

1. Pendahuluan
Sektor moneter merupakan salah satu sisi perekonomian yang harus
mendapat perhatian dalam pembangunan ekonomi di samping sektor riil dalam
rangka mencapai stabilitas ekonomi yang mantap. Stabilitas yang diperlukan
diantaranya adalah laju inflasi, tingkat pengangguran dan keseimbangan neraca
pem bayaran yang merupakan perm asalahan jan gk a pendek, disamping
pertumbuhan ekonomi nasional yang merupakan permasalahan jangka panjang

175

Susanti dan Maski, Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Pendapatan Nasional Riil

(Boediono, 1983:2).
Hal di atas diperlukan untuk menciptakan suasana yang mendorong
kegiatan produksi, alokasi dana dan mobilisasi sumber daya. Secara umum dapat
dikatakan bahwa program stabilisasi adalah mengurangi atau menghapus
ketimpangan antara permintaan uang dan penawaran uang dalam perekonomian
yang secara khusus dicerminkan oleh kenaikan tingkat harga dan defisit neraca
pembayaran internasional (Nopirin, 1989:24).
Berkaitan dengan masalah tersebut, teori moderen sangat memperhatikan
jumlah uang beredar dan tingkat perubahannya, sebagai faktor yang sangat
menentukan dalam proses bagaimana ekonomi bekeija. Jumlah uang beredar
mempunyai efek yang penting dalam mempengaruhi tingkat pengangguran,
pendapatan nasional, dan tingkat inflasi. Oleh karena itu, sangatlah perlu untuk
menentukan bagaimanajumlah uang beredar tercipta dan tersedia dalam ekonomi.
Pengamatan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar
dan analisa penawaran uang merupakan variabel kunci bagi penguasa moneter
untuk menetapkan variabel ekonomi mana yang harus diambil dalam rangka
mencapai tujuan stabilisasi ekonomi. Dari beberapa teori penawaran uang,
terutama aliran Klasik, Tradisional dan Keynes, merumuskan bahwa jumlah uang
beredar sepenuhnya berada dalam kekuasaan pemerintah. Artinya bahwa
jumlahnya telah ditetapkan dalam variabel eksogen di dalam model. Hal itu berlaku
bagi negara dengan ekonomi tertutup, di mana penguasa moneter dapat
menentukan proses jumlah uang beredar, menstabilkan preferensi dan perilaku
bank komersial serta masyarakat umum.
Lain halnya dengan teori penawaran yang moderen di mana permintaan
bukan satu-satunya sumber penawaran uang. Jumlah uang beredar ditentukan
oleh interaksi-interaksi pelaku ekonomi, penguasa moneter sebagai pencipta uang
primer, bank komersial sebagai pencipta uang giral dan masyarakat umum. Jadi,
penawaran uang merupakan refleksi portofolio decession dari ketiga pelaku
ekonomi tersebut (Burger, 1971:21).
Berpijak dari hal tersebut, maka untuk menentukan suatu fungsi
penawaran uang di suatu negara haruslah dikaitkan dengan perkembangan
lembaga keuangan yang ada. Dengan sudut panjang ini seharusnya perkembangan
penawaran uang dilihat dari segi proses pembangunan ekonomi, khususnyayang
menyangkut perkembangan sistem moneter di suatu negara.

1.1 Permasalahan
Berkaitan dengan teori penawaran uang yang baru, Pierce dan Shaw,
Vane dan Thompson, Mayer dan Stevenson berpendapat bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi rasio antara uang kartal dan giro serta rasio-rasio
lainnya. Faktor-faktor tersebut tentu saja akan mempengaruhi variasi angka
pengganda uang dan pada gilirannya akan mempengaruhi uang beredar
(Insukindro, 1992).
Sehubungan dengan besamya rasio uang giral dan kartal yang diinginkan
oleh masyarakat, Pierce and Show (1974) mengatakan bahwa pendapatan nasional
riil dan suku bunga merupakan variasi-variasi penting yang mempengaruhi variasi
rasio antara uang kartal dan uang giral serta rasio-rasio lainnya. Jika pendapatan
nasional naik, maka permintaan uang kartal akan naik lebih cepat dibandingkan
dengan kenaikan uang giral. Jadi, rasio uang kartal dan giral akan turun dan
angka pengganda uang akan naik serta jumlah uang beredar akan meningkat

176

TEMA, Volume II, Nomor 2, September 2001

(Insukindro, 1995:38).
Selain itu, dalam teori preferensi likuiditas bunga dinyatakan bahwa
hubungan antara suku bunga dengan kuantitas atau jumlah uang beredar adalah
negatif. Hal ini dimaksudkan jika suku bunga mengalami peningkatan, maka
jumlah uang beredar akan turun; dan sebaliknya jika suku bunga mengalami
penurunan (Lipsey, Courant, Purvis & Steiner, 1995 :234-235).
Dalam kerangka kebijakan makro ekonomi, meskipun pemerintah dapat
menentukan besamya uang inti, tetapi perubahan jumlahnya ditentukan oleh
interaksi antara masyarakat, lembaga keuangan, dan Bank Sentral. Dengan kata
lain pemerintah sendiri sebenarnya tidak sepenuhnya dapat mempengaruhi jumlah
uang beredar melalui kebijaksanaan pengaturan uang inti. Oleh karena itu,
penelitian ini akan mencoba menganalisis sejauh mana kedua faktor tersebut
berpengaruh terhadap jumlah uang beredar.

2. Tinjauan Pustaka
Studi tentang penawaran uang beredar yang dilakukan oleh David I. Fand
memformulasikan penggunaan model penawaran uang yang difokuskan pada
jumlah uang beredar. Menurut model Fand, jumlah uang beredar dipengaruhi
oleh konsekuensi dari pem ilihan portofolio, Bank Sentral, dan masyarakat. Studi
lain yang berkaitan dengan jumlah uang beredar di Indonesia dilakukan oleh
Insukindro dengan menggunakan pendekatan tradisional. Studi ini menggunakan
pendekatan angka pengganda uang yang akan menambah jumlah uang beredar.
Angka pengganda uang diciptakan melalui kegiatan bank-bank umum yang dapat
m enciptakan uang giral dari deposito. Prinsip utama pendekatan ini
mengasumsikan bahwa angka pengganda uang adalah tetap. Akan tetapi hasil
studi empirik menunjukkan hasil yang berbeda, khususnya untuk uang kuasi
dan M2.
Studi Aghevli tahun 1976 meneliti pengaruh langsung penawaran uang
pada harga, sedangkan pada tahun 1977 ia memasukkan pengaruh neraca
pembayaran, anggaran pemerintah, dan kebijaksanaan moneter terhadap money
base, yang selanjutnya berpengaruh terhadap penawaran uang dan akhimya
harga. Modelnya meliputi empat sektor, yaitu: permintaan uang, perawaran uang,
anggaran pemerintah, dan neraca pembayaran (Wijaya, 1992:119). Boediono selain
meneliti tentang permintaan uang (1974), juga memformulasikan model makro
triwulanan untuk Indonesia dengan nama Herti-1 yang merupakan model
simultan dari variabel-variabel moneter yang ada dan dapat mengatasi tidak
tersedianya data triwulan dari variabel yang dipakai. Anwar Nasution (1983) dalam
Financial Institution and Policies in Indonesia merumuskan model sektor moneter
di Indonesia yang meliputi penawaran dan permintaan uang, neraca pembayaran,
anggaran pemerintah, dan agregat demand, di mana model yang dipakai
merupakan pengembangan dari model Aghevli sebelumnya.
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep tentang Uang
Berdasarkan laporan bulanan dan tahunan Bank Indonesia, ada 3 (tiga)
konsep uang yang berlaku di Indonesia, yaitu: uang primer atau uang inti atau
MO (Reserve money), uang dalam arti sempit atau M1 dan uang dalam arti luas

177

Susanti dan Maski, Pengaruh Tingkat Suku Eiunga dan Pendapatan Nasional Riil

atau M2. Uang primer merupakan kewajiban Otoritas Moneter yang terdiri atas
uang kartal yang berada di luar Bank Indonesia dan Kas Negara, dan rekening
giro Bank Pencipta Uang Giral (BPUG) dan sektor swasta di Bank Indonesia. Ini
berarti bahwa uang kartal yang dipegang oleh pemerintah (kas pemerintah atau
kas negara) dan simpanan giral pemerintah yang ada di otoritas moneter (Bank
Indonesia) tidak diperhitungkan sebagai komponen dari uang primer.
Kita mengenal dua rasio yaitu: Rasio Uang Kartal Deposito (cu) yaitu rasio
yang mencerminkan perilaku masyarakat dan Rasio Cadangan-Deposito (re) yang
ditentukan oleh dua perangkat pertimbangan. Pertama, sistem perbankan tunduk
kepada peraturan dan kedua, bank mungkin ingin menyimpan cadangan lebih
(excess reserve) di luar tingkat cadangan yang diperlukan.
2.1.2 Penciptaan Uang
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral memberi dua macam kredit, yaitu
kredit kepada bank-bank umum dan kredit langsung khususnya kepada lembagalembaga atau perusahaan negara dan swasta untuk tujuan pembangunan
ekonomi.
Perubahan besarnya kredit yang diberikan oleh bank dipengaruhi oleh
angka pengganda aktiva bank dan uang inti. Perubahan angka pengganda aktiva
bank tergantung pada komposisi aktiva dan pasiva yang mempengaruhi uang
inti. Adanya perubahan kedua besaran ekonomi tersebut akan berpengaruh
terhadap besarnya kredit yang diberikan dan pada akhirnya mempengaruhi juga
uang beredar.
2.1.3 Penawaran Uang
Sejak tahun 1960, beberapa ekonom telah berusaha menspesifikasi fungsi
penawaran uang berdasarkan pada hubungan antara beberapa variabel moneter.
Dalam konteks ini dijelaskan secara singkat beberapa pendekatan yang
dikembangkan oleh Friedman-Scwartz, Cagan, Brunner-Meltzer, dan Albert Burger.
2.1.3.1 Friedman-Scwartz dan Cagan
Friedman-Scwartz menganalisa faktor yang menentukan jumlah uang
beredar di Amerika Serikat dengan menggunakan identitas hubungan jumlah
uang beredar dengan tiga faktor penentu yaitu, uang primer, deposito to reserve
ratio, dan deposito to currency ratio, di mana ketiganya mencerminkan perilaku
dari tiga sektor dalam perekonomian.
Pendekatan Cagan hampir serupa dengan kedua ekonom di atas, hanya
perumusan mengenai multiplier uang saja yang membedakannya. Cagan
merumuskan identitas jumlah uang beredar sebagai berikut:

M - H ----------------------C/M+R/M-C/MJt/D

#Q 1)

Dari kedua studi ini disimpulkan bahwa faktor uang primer (H) merupakan
faktor yang paling utama dalam menentukan jumlah uang beredar.

178

TEMA, Volume II, Nomor 2, September 2001

2.1.3.2 Brunner-Meltzer
Brunner-Meltzer mengembangkan analisis yang kompleks dari hubungan
linear dan non linear dari proses penawaran uang. Mereka merumuskan
penawaran uang sebagai berikut:
M l = mlO + m il (B+L) - ml2(CP- (l-m l2 ) (T2 - ml4(ER2 (2.2)
M2 = m20 + m21 (B+L) - m22(CP + m23(T2 - m24(ER2
(2.3)
di mana:
ml
m21
(B+L)
CP2
T2
ER2

= multiplier M 1
= multiplier M2
= uang primer termasuk reserve liberated
= bagian currency yang dipegang publik
= bagian time deposit yang ada di bank
= bagian excess reserve dari bank

Hasil analisa Brunner-Meltzer menyimpulkan perubahan jumlah uang


beredar ditentukan terutama oleh perubahan uang primer dan public currencies
behavior; open market operation sangat menentukan uang primer dan tentu saja
jumlah uang beredar; dan tingkat bunga mempunyai efek yang kecil terhadap
jumlah uang beredar.
2.1.3.3 Albert Burger
Burger memakai tiga sektor dal am mempengaruhi jumlah uang beredar,
yaitu penguasa moneter, bank komersial, dan publik non-bank (masyarakat).
Dal am analisanya, pertama-tama ia merumuskan uang primer dengan berbagai
faktor yang mempengaruhinya, yaitu antara lain pinjaman dari bank sentral, stock
emas, treasury deposit dan foreign deposit. Burger menurunkan multiplier uang
(m l untuk M 1 dan m2 untuk M2) sebagai berikut:

ml
ml
Di mana:

0 +^)

= ----------- --------- ------------

{r-b).{\ + t + d) + K

(2.4)

-------------------

(2.5)

= -----------

(r-b).(\ + t + d) + K
K
t
d
b
r

: currency/demand deposit
: time deposit/demand deposit
: treasury deposit/demand deposit
: borrowing reserve ratio
: reaserve ratio

Hasil penelitiannya menemukan hal yang sama dengan hasil penelitian


sebelumnya, yaitu pemerintah dalam jangka pendek dapat mengontrol uang primer
yang diberikan pada bank komersial dan masyarakat, dan bahwa uang primer
merupakan faktor utama dalam penentuan perubahan jumlah uang beredar.

179

Susanti dan Maski, Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Pendapatan Nasional Riil

2.1.3.4. Karl Brunner


Analisa Brunner tentang proses penawaran uang adalah berdasarkan pada
identitas penawaran uang Brunner- Meltzer, yaitu :
M=mB

(2 .6 )

Di mana M adalah penawaran uang, m merupakan multiplier uang, dan B


adalah uang primer. Bila ketiga peneliti sebelumnya mendasarkan pada situasi
ekonomi tertutup, maka Karl Brunner berdasarkan pada ekonomi terbuka di mana
money base dipengaruhi selain oleh faktor dalam negeri juga dipengaruhi oleh
faktor luar begeri, atau :
B = BD1+DB2+FB1+FB2
Di mana:
B
DB 1

DB2
FB1
FB2

(2.7)

= uang primer
= komponen domestik uang primer yang meliputi government
securities dan pinjaman pemerintah dan simpanan bersih
pemerintah pada bank sentral.
= komponen domestik uang primer selain DB 1
= komponen autonomous yang berhubungan dengan neraca
pembayaran
= net foreign posisition dari masyarakat

3. Metode Penelitian
3.1. Model yang Ditaksir
Berdasarkan teori yang terkait seperti dijelaskan di atas, maka untuk
penawaran uang di Indonesia dapat dibuat model yang ditaksir sebagai berikut:
M = f(IR,YR)

(3.1)

Di mana : M = jumlah uang beredar


IR = tingkat suku bunga
YR = pendapatan nasional riil
Dari persamaan di atas bila dituliskan dalam model ECM akan menjadi:
DM1, = So + Si DYRt+52 DIRt+ 83YR ,+ 54IRt-i + S5ECT

(3.2)

DM2t= 5o + 5i DYRt+82DIRt+ S3YRt+54IR^ + 55ECT

(3.3)

3.2 Pendekatan Kointegrasi


Berkaitan dengan isu tersebut, pengujian terhadap perilaku data runtun
waktu (time series) atau integrasinya dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagi
digunakannya pendekatan kointegrasi. Untuk itu, pertama-tama harus diamati
perilaku data ekonomi runtun waktu yang akan digunakan. Ini berarti pengamat
harus yakin terlebih dahulu apakah data yang digunakan stasioner atau tidak,

180

TBMA, Volume II, Nomor 2, September 2001

yang antara lain dapat dilakukan dengan uni akar-akar unit (testing for unit
roots) dan uji derajat integrasi (testing fo r degree of integration).
Uji akar-akar unit dapat pula dipandang sebagai uji stationeritas, karena pada
prinsipnya uji tersebut dimaksudkan untuk mengamati apakah koefisien tertentu
dari model otoregresif ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak. Uji yang
dikembangkan oleh Dickey dan Fuller menggunakan penaksiran otoregresif berikut
ini:
DX, = a 0 + axBX, +

b,BD X t

(3.4

1=1

DXt =

c0+ c1T + c2BX, +

djB'DX,

(3.5

i= i

di mana :

DXt
BXt
T
Xt
B
K

= Xt-Xt-1
= X t-l
= tren waktu
= variabel yang diamati pada periode t
= operasi kelambanan ke udik (backward lag operator)
= N1/3 di mana N adalah jumlah observasi

Dari persamaan di atas, kemudian dihitung nilai statisktik DF (DickeyFuller) dan ADF (Augumented Dickey-Fuller). Nilai DF dan ADF untuk hipotesa
bahwa al=0 dan c2=0 ditunjukkan oleh nisbah t pada koefisien BXt. Selanjutnya
nisbah t tersebut dibandingkan dengan nilai kritis statistik DF dan ADF tabel
untuk mengetahui ada atau tidaknya akar-akar unit. Dari Fuller (1976) dapat
diketahui bahwa nilai kritis N=50 dan N=100 besarnya masing-masing -2.93 dan
-2.89 untuk DF serta -3.50 dan -3.45 untuk ADF.
Uji derajat integrasi dilakukan apabila pada uji akar-akar unit yang telah
dilakukan, data yang diamati ternyata tidak stasioner. Uji ini untuk mengetahui
pada derajat atau order diferensi ke berapa data yang diamati akan stationer.
Selain itu pula, uji ini merupakan perluasan dari uji akar-akar unit, sehingga
untuk dapat menerapkan uji ini, perlu dilakukan uji model otoregresif berikut:
k

D 2 X t = e0 +e1BDXt + ^ J f iB iD 2 X t

(3 .6 )

/ =l

k
D 2 X t = g 0 + g\T + g 2B D X t + J ^ h iB i D 2 X t

(3.7)

i=i

di mana :

D2Xt
BDXt
T
Xt
B
k

= DXt - DXt-1
= DXt-l
= trend waktu
= variabel yang diamati pada periode Taala
= operasi kelambanan ke udik (backward lag operator)
= N1/3 di mana N adalah jumlah observasi

Nilai statistik DF dan ADF untuk mengetahui pada derajat keberapa suatu
data akan stasioner dapat dilihat pada rasio T pada koefisien BXt pada persamaan
(3.6) dan (3.7). Jika e l dan g2 sama dengan satu, maka variabel Xt dikatakan

181

Susanti dan Maski, Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Pendapatan Nasional Riil

stationer pda diferensi pertama atau berintegrasi pada derajat satu atau I = (1).
Sebaliknya, bila e 1 dan g2 sama dengan nol, maka variabel X dikatakan belum
stasioner pada diferensi pertama. Bila hal ini terjadi, maka uji derajat integrasi
perlu dilanjutkan sehingga diperoleh data yang stasioner.
3.3 Uji Kointegrasi
Untuk mendapatkan gambaran mengenai pendekatan kointerasi,
anggaplah kita memiliki satu himpunan variabel runtun waktu X. Komponen X
dikatakan berkointegrasi pada derajat d, b atau ditulis ( (d,b) bila :
1. Setiap komponen dari X berkointegrasi pada derajat d atau I (d)
2. Terdapat suatu vektor ( yang tidak sama dengan nol (( ( 0), sehingga Zt =
(lX(I(d,b), di mana b>0 dan ( adalah vektor kointegrasi
Implikasi penting dari ilustrasi dan definisi di atas adalah bahwa jika dua
variabel atau lebih mempunyai derajat integrasi yang berbeda, katakanlah X = I
(1) dan Y = 1(2), kedua variabel tersebut tidak dapat berkointegrasi. Selanjutnya
bersamaan dengan uji kointegrasi, Engle dan Granger berpendapat bahwa dari
tujuh uji statistik yang diketengahkan untuk menguji hipotesis nol tidak adanya
kointegrasi, ternyata uji CRWD (Cointegration-Regression Durbin-Watson), DF
(Dickey-Fuller), dan ADF (Augemented Dickey-Fuller) merupakan uji statistik yang
paling disukai. Untuk menghitung statistik CRDW, DF dan ADF ditaksir dengan
regresi kointegrasi berikut ini dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least
squares=OLS), dengan melakukan estimasi menggunakan model berikut:
LM2t= (0 +(1 LYRt +(2 IRt +Ut

(3.8)

Untuk mendapatkan nilai DF uji kointegrasi, yang ditunjukkan oleh rasio


pada koefisien But pada persamaan (3.9) dan persamaan (3.10) untuk
mendapatkan nilai ADF uji kointegrasi, ditunjukkan oleh rasio pada koefisien
But pada persamaan (3.10):
(3.9)

D U t= pi B u t
k

(3-10)
i=i

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan


4.1 Uji Akar-akar unit dan uji Derajat Kointegrasi
Tabel 1.
Hasil Uji Akar Unit Variabel LMlt,LM2t, LYRt, dan IRt
Variabel
L M lt
LM2t
LYRt
IRt

182

Uji Akar-Akar Unit


DF
-0.9021
-0.9238
-0.2180
-2.2683

AD F
-3.6661
-2.6294
-2.0431
-2.5718

TEMA, Volume II, Nomor 2, September 2001

Dari keseluruhan hasil nilai uji akar-akar unit terhadap keempat variabel
(LMlt, LM2t, LYRt, dan IRt) dapat disimpulkan bahwa semua variabel IRt juga
tidak stasioner sehingga perlu dilakukan uji derajat stasioner yang berikutnya
yaitu uji derajat integrasi.
Tabel 2.
Hasil Uji Derajat IntegrasiVariabel LMlt,
LM2t, LYRt, dan IRt
v a iia D ei
L M lt
LM2t
LYRt
IRt

U ji Derajat K ointegrasi
ADF
DF
-3.2161
-3.3932
-5.2771
-5.3882
-4.7547
-4.7534
-2.1851
-2.1490

Dari hasil perhitungan uji derajat integrasi, didapat bahwa semua variabel
baik itu LM1, LM2, LYRt maupun IRt sudah stasioner pada derajat 1. Dengan
demikian tidak perlu dilakukan lagi uji derajat integrasi selanjutnya untuk
menemukan nilai uji derajat yang stasioner.
4.2. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi yang digunakan dalam penelitian ini kointegrasi mencakup
tiga jenis. Pertama, uji CWRD (Cointegration-Regression Durbin Watson), uji DF
(Dickey Fuller) dan uji ADF (Augumented Dickey-Fuller). Untuk menghitung statistik
CRDW, DF dan ADF ditaksir dengan regresi kointegrasi dengan metode kuadrat
terkecil (Ordinary Least Squares=OLS).
Dari hasil regresi persamaan (3.8) pada tampilan 1 di atas, didapat nilai
CRDW= 0.846116. Jika dibandingkan dengan nilai kritis nilai CRDW maka dapat
dikatakan bahwa nilai CRDW variabel M l lolos uji kointegrasi. Untuk nilai DF
dan ADF variabel yang sama juga lolos uji kointegrasi. Hal tersebut didapat setelah
membandingkan hasil DF dan ADF hitung terhadap nilai kritis DF dan ADF pada
signifikan 5% dan jumlah data N=50.
Untuk variabel M2 dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan baik itu
uji nilai CRDW, DF dan ADF mengindikasikan bahwa data pada variabel M2 telah
lolos uji kointegrasi. Hal itu dapat dilihat dari nilai ketigametode yang diterapkan.
Variabel M2 mempunyai nilai CRDW = 1.980091, nilai DF dan ADF bila
dibandingkan dengan nilai kritis DF dan ADF didapat bahwa variabel data-data
pada variabel M2 lolos uji kointegrasi.
4.3. Pendekatan Kointegrasi dan ECM
DLM1= 0.4001947 DLYR - 0.0092510 DIR - 0.2056883 U
DLM2 = -1.0240210 DLYR + 0.016742 DIR - 0.7060545 U
Dari hasil yang ditampilkan dapat dikatakan bahwa variabel j angka pendek
yang dipilih sudah signifikan secara statistik. Dengan kata lain dalam jangka
pendek pendapatan nasional riil dan tingkat suku bunga deposito mempunyai
pengaruh terhadap jumlah M l di Indonesia. Pendapatan nasional riil mempunyai
pengaruh positif, sedang suku bunga berpengaruh ngatif. Artinya, se suai dengan

183

Susanti dan Maski, Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Pendapatan Nasional Riil

hasil regresi yang ditampilkan pada tampilan M1 hasil kointegrasi ECM jika teij adi
kenaikan pendapatan nasional riil 1% maka dalam jangka pendek akan teijadi
kenaikan jumlah M l sebanyak 0.4%. Namun sebaliknya jika kenaikan teijadi
pada suku bunga sebanyak 1%, maka akan menyebabkan penurunan jumlah
M1 sebanyak 0.009%. Dengan angkayang sangat kecil= 0.009%, ditengarai bahwa
pengaruh kenaikan tingkat suku bunga tidak begitu besar, atau sangat lemah
jika mencari tahu pengaruhnya dalam masayang sangat singkat.
Dari hasil tersebut, sekarang kita tinjau pengaruh variabel bebas terhadap
variabel tak bebas M2. Indikasi awai dari kesuksesan penggunaan model koreksi
kesalahan E-G ini dapat dilihat signifikannya nilai koefisien BUt dengan koefisien
negatif seperti yang diharapkan yaitu sebesar -0.7060545.
Kendati begitu, variabel jangka pendek yang dipilih (LYR) tidak mempunyai
pengaruh terhadap jumlah M2 karena koefisiennya tidak signifikan secara statistik.
Sedang untuk variabel IR, dia mempunyai pengaruh positif terhadap M2, yang
berarti bahwa jika IR mengalami kenaikan 1%, maka jumlah M2 akan naik
sebanyak 0.016%.
4.4. Error Corection Model
D L M l = 0 .1 5 9 0 1 6 4 -0 .3 6 9 7 3 0 6 DLYRt - 0.0259810 DIRt - 0.00929 LYRt-i (0.7972907)
0.1271033)
(0.0149194)
(0.0623525)
0.0504120 IRt-i + 0.0330518 ECT..............................
(0.0425466)
(0.0422035)
R2 = 0.452335

D-W = 1.561308

(4.1)

F= 5.41152

DLM2 = -20.201790 + 0.8853400 DLYRt + 0.0419013 DIRt + 0.0419013 LYRt-i(1.0382114)


(0.3628095)
(0.0442288)
(0.0877273)
0.7541421 IRt-i + 0.7865562 ECT.............................
(0.0390133)
(0.0336412)
R2 = 0.962610

D-W = 1.324861

(4.2)

F = 1 62 .916 7

Dengan menganggap bahwa hasil estimasi model ECM di atas dihasilkan


transformasi Kyock, maka dapat dikemukakan bahwa besamya nilai tingkat
penurunan (rate of decline), c6 = 0.0330518 dan mean lag adalah (c6/(l-c6)) =
0.0330518/(1-0.0330518) = 0.034181551. Hal tersebut mempunyai arti bahwa
3.3% dari gap akan tertutup dalam suatu periode dengan kecepatan LM lt dalam
merespons perubahan LYRt dan IRt adalah 0.0342 x 3 bulan = 0.1016 bulan atau
tak sampai dalam 1 bulan.
Untuk menghitung besaran (nilai) koefisien jangka panjang hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut:
K o n s t a n ta
LYRt
IR t

= c0/o5
= (c3+c5)/c5
= (c4+c5)/c5

= 0.1 5902 /0.033 05


= (-0.00909 + (0.03305))/ 0.03305
= (-0.05041+0.03305)/ 0.03305

= 4 .8 1 1 4 9
= 0 .7 2 4 9 6
= -0 .5 2 5 2 6

Dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa dalam jangka panjang, jumlah
M1 di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional riil,
tapi juga tingkat suku bunga. Kedua koefisien variabel baik itu tingkat suku bunga

184

TEMA, Volume II, Nomor 2, September 2001

maupun pendapatan nasional riil tampak signifikan dan sesuai dengan teori yang
ada. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bila tingkat suku bunga naik 1% maka
teijadi penurunan padajumlah M1 sebesar 0.53%. Sedangkan bila teijadi kenaikan
pada tingkat pendapatan nasional sebesar 1% akan teijadi juga peningkatan
jumlah M l sebesar 0.72%.
Untuk variabel M2 seperti yang terlihat pada persamaan (4.2), dapat dilihat
bahwa hasil ECT yang positif, koefisiennya signifikan secara statistik dan terletak
antara 0 dan 1 atau o(c6( 1, maka dapat dikatakan bahwa model yang digunakan
sahih/valid.
Nilai R2 = 0.962610 menunjukkan bahwa sebanyak 0.962 atau 96.3%
dari variabel M2 (uang dalam arti luas) mampu dijelaskan oleh variabel-variabel
bebasnya. Nilai F statistik yang signifikan menunjukkan bahwa secara keseluruhan
variabel bebas (DLYRt, DIRt,DLYRt-l, dan DIRt-1) mempengaruhi variabel tak
bebas LM2t.
Dengan menganggap bahwa hasil estimasi model ECM di atas dihasilkan
transformasi Kyock, maka dapat dikemukakan bahwa besamya nilai tingkat
penurunan(rate ofdecline), c6 = 0.7866 danmeanlagadalah(c6/(l-c6)) = 0.7866/
(1-0.7866)=3.68604. Hal tersebut mempunyai arti bahwa 78% dari gap akan
tertutup dalam suatu periode dengan kecepatan LM2t dalam merespons perubahan
LYRt danIRt adalah 3.68604 x 3 bulan= 11.05812 bulanatau dibulatkan menjadi
11 bulan.
Untuk menghitung besaran (nilai) koefisien jangka panjang digunakan
rumusyang telah dibahas di atas. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
Konstanta = c0/c5 = -20.201790/0.786562 = -25.68385
LYRt = (c3+c5)/c5 = (1.71971 + 0.78656)/0.78656 = 3.18637
IRt = (c4+c5)/c5 = (-0.75414 + 0.78656)/0.78656 = 0.04122
Dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa dalamjangka panjang, jumlah
M2 di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional riil,
tapi juga tingkat suku bunga. Kendati koefisien tingkat suku bunga tidak signifikan
dan tak sesuai dengan teori yang ada, hal itu sah-sah saja mengingat dalam M2
terdapat j enis uang kuasi yang kadang pertambahan jumlahnya ditentukan oleh
peningkatan tingkat suku bunga. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bila tingkat
suku bunganaik 1% maka teijadi kenaikan pula padajumlah M2 sebesar 0.041%.
Sedangkan bila teijadi kenaikan pada tingkat pendapatan nasional sebesar 1%
akan teijadi juga peningkatan jumlah M2 sebesar 3.1864%.

5. Kesimpulan dan Saran


5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa terhadap jumlah uang beradar
dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari pengamatan terhadap variabel yang berpengaruh terhadap jumlah uang
beredar di Indonesia, menunjukkan bahwa teori penawaran uang moderen
berlaku pula di Indonesia sebagai negara berkembang dengan perekonomian
terbuka dan proses monetisasi sedang meluas, yaitu bahwa gerak arah
perubahan jumlah uang beredar di masyarakat dipengaruhi oleh tiga sektor

185

Susanti dan Maski, Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Pendapatan Nasional Riil

2.

3.

4.

5.

dalam perekonomian, yaitu pemerintah sebagai penguasa moneter, bank-bank


umum sebagai pencipta uang sekunder/giral dan perilaku masyarakat yang
berinteraksi dengan lembaga-lembaga keuangan dalam mengambil keputusan
portofolionya.
Dengan teijadinya kelebihan pendapatan, maka masyarakat menyesuaikannya
dengan memegang uang sempit lebih banyak daripada uang luas dalam jangka
pendek, dan sebaliknya dalam jangka panjang. Elastisitas pendapatan yang
tinggi dalam jangka panjang menunjukkan bahwa aset-aset finansial di Indo
nesia belum berkembang, sehingga masyarakat menyimpan kelebihan
pendapatannya dalam bentuk kekayaan moneter. Hal ini cukup wajar teijadi
di Indonesia sebagai negara berkembang di mana pasar model belum
berkembang dan proses monetisasi sedang meluas.
Meluasnya jaringan perbankan, terutama setelah adanya deregulasi telah
menambah interaksi masyarakat dengan lembaga keuangan tersebut sehingga
turut pula mempengaruhi gerak arah perubahan jumlah uang beredar.
Perubahan tingkat bunga deposito secara langsung mempengaruhi tingkah
laku portepel (portofolio) atau keputusan penyimpanan kekayaan masyarakat.
Hal ini terlihat dari pengaruh tingkat suku bunga yang negatif terhadap M 1
dan positif terhadap M2, yang menunjukkan dengan meningkatnya tingkat
suku bunga yang ditawarkan oleh perbankan, masyarakat akan menggeser
aset/kekayaannya dari uang kartal dan uang giral kepada j enis deposito dan
tabungan yang menjanjikan keuntungan lebih besar.
Dua deregulasi yang paling mendasar pada dunia perbankan Indonesia, yaitu
deregulasi 1 Juni 1983 dan deregulasi 27 Oktober 1988 yang mengubah
praktek politik moneter pemerintah dari pengendalian jumlah uang beredar
secara langsung menjadi tidak langsung, ternyata berpengaruh pula terhadap
jumlah uang beredar di masyarakat, di mana deregulasi 1 Juni 1983
berpengaruh terhadap M l, dan sebaliknya positif terhadap M2. Sedangkan
deregulasi 27 Oktober 1988 berpengaruh positif baik terhadap M l maupun
terhadap M2.

5.2. Saran
1. Praktek politik moneter pemerintah dalam mengendalikanjumlah uang beredar
dari pengaruran secara langsung menjadi tidak langsung harus tetap
dipertahankan dan konsekuen untuk dijalankan seiring dengan perkembangan
sektor moneter yang semakin mandiri dan dewasa.
2. Perlunya pemerintah menjaga tingkat kepercayaan terhadap rupiah dengan
menempuh kebijakan moneter yang konsisten agar tidak menimbulkan efek
yang negatif bagi sektor moneter baik jangka pendek maupun panjang.
3. Dari perkembangan sektor moneter yang ada terutama adalah deregulasi
dilancarkan, menuntut penguasa moneter untuk mengamati lebih dalam dari
perilaku yang ada baik faktor-faktor yang mempengaruhi base money maupun
faktor-faktor yang mempengaruhi multiplier uang, sehingga seperti mengambil
tindakan yang tepat dalam mengendalikan jumlah uang beredar untuk tujuan
stabilisasi.

186

TBMA, Volume II, Nomor 2, September 2001

Daftar Pustaka
Nasution, Anwar, 1988, Kebijaksanaan Moneter Setelah Pakto 27, Harian KOMPAS
edisi 1 Desember 1988, Dokumentasi Kliping CSIS
Nasution, Anwar, 1991, Tinjauan Ekonomi Atas Dampak Paket Deregulasi Tahun
1988 Pada Sistem Keuangan Indonesia, Cet II, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Boediono, 1983, Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta
Burger, Albert E, 1971, The Money Supply Process, Wedsworsth Publishing Company, Inc., Belmont California
Wijaya, Faried, dan Soetatwo Hadiwigeno, 1992, Ekonomi Moneter dan Perbankan,
Untaian Bacaan terpilih, BPFE-UGM, Yogyakarta
Goldfleld, Stephen M, 1996, Ekonomi Uang Dan Bank, cet III, Erlangga, Jakarta
Insukindro, 1992, Pendekatan Kointegrasi Dalam Analisis Ekonomi: Studi Kasus
Permintaan Deposito Dalam Valuta Asing Di Indonesia, Jurnal Ekonomi
Indonesia
Insukindro, 1997, Ekonomi Uang dan Bank, Teori dan Pengalaman di Indonesia,
BPFE, Yogyakarta
Nopirin, 1995, Ekonomi Moneter, BPFE Yogyakarta
Sukindro, Sadono,1985, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Bina Grafika, Jakarta
Joyosumarto, Subarjo, 1987, Thesis Doctor, School of the University of Colorado
(tidak diterbitkan)

187

You might also like