You are on page 1of 21

KEPUTUSAN

DIREKTUR RS.OMNI ALAM SUTERA


Nomor: 2II/RS.OMNIIAKRE/VI/2012
tentang
PEDOMAN MANAJEMEN LIMBAH)
RUMAH SAKIT OMNI ALAM SUTERA

DIREKTUR RS OMNI ALAM SUTERA


Menimbang :
1. Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang padat karya, pakar, padat modal dan padat
teknologi, namun keberadaan Rumah Sakit juga memiliki dampak negatif terhadap
timbulnya penyakit dan kecelakaan kerja.
2. Keadaan bencana dapat terjadi pula di Rumah Sakit dan sekitarnya misalnya kelalaian
manusia seperti kebakaran di Rumah sakit, kecelakaan kerja maupun bencana alam seperti
gempa bumi, banjir dan lain-lain.
3. Bahwa falsafah K3L adalah mempersiapkan, mencegah dan mengatasi apabila terjadi
bencana/kejadian yang tidak diharapkan, serta peduli terhadap kesehatan lingkungan rumah
sakit untuk menjamin dan menjaga keselamatan hidup pasien, karyawan, pengunjung dan
lingkungan sekitar.
4. Berdasarkan butir 1, 2 dan 3 tersebut, maka Direktur perlu mengeluarkan Surat Keputusan
mengenai Pedoman Manajemen Limbah di Rumah Sakit Omni Alam Sutera.
Mengingat :
1. Peraturan Menteri kesehatan No. 159B/Men.Kes/Per/ll/1988 tentang Rumah Sakit.
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 351/Menkes/SK/lll/2003 tentang Komite dan
Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor HK.07.06/III/383/08. Tentang
Pemberian Izin Penyelenggaraan kepada PT. Sarana Meditama International
5. Surat Keputusan Presiden Direktur no. 001/SMI-Pres.Dir/II/201 1 tentang Penetapan Dr.
Maria Theresia Yulita sebagai Direktur Rumah Sakit Omni Alam Sutera
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama
: Keputusan Direktur RS. Omni Alam Sutera tentang Pedoman Manajemen Limbah di
Rumah Sakit Omni Alam Sutera.
Kedua
: Adapun Pedoman Manajemen Limbah seperti yang tercantum dalam Lampiran
Surat Keputusan ini.

Ketiga

: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan diadakan
perbaikan seperlunya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
Ditetapkan di
PadaTanggal

: Tangerang
: 15 Juni 2012

Dr. Maria Theresia Yulita


Direktur

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Tahun demi tahun kualitas lingkungan semakin menurun. Penurunan ini disebabkan oleh
terjadinya pencemaran atau masuknya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain
kepada lingkungan. Pencemaran ini berasal dari setiap aktivitas yang dilakukan manusia.
Rumah sakit adalah suatu sarana dimana didalamnya terdapat beberapa kegiatan baik kegiatan
medis maupun non medis. Dalam melaksanakan kegiatannya rumah sakit meughasilkan limbah
atau sumber pencemar yang berpotensi merusak Iingkungan. Untuk mengurangi kerusakan yang
dapat ditimbulkan, maka diperlukan suatu manajemen atau pengelolaan limbah rumah sakit.
[Kepmenkes No. 1204/MENKES/SKIXI2004 Lapiran I bagian IV. A 1.].
1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Rumah Sakit Omni Alam Sutera sebagai salah satu rumah sakit yang memiliki
pengelolaan limbah yang sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga RS. omni
merupakan sarana pelayanan kesehatan yang ramah terhadap lingkungan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1.2.2.1. Limbah Padat
1. Karyawan dapat melakukan pemilahan sampah sesuai denan sifat dari
limbah padat/sampah.
2. Karyawan dapat mengetahui prosedur pengelolaan sampah mulai dari
pemilahan, transportasi sampai pengolahan sampah sesuai dengan sifat
sampah.
3. Tidak terjadinya penyalahgunaan sampah padat yang dapat membahayakan
masyarakat sekitar.
4. RS. Omni Alam Sutera tidak menimbulkan kerusakan Iingkungan akibat
limbah padat/sampah.
1.2.2.2. Limbah Cair
1. Karyawan dapat melakukan pemisahan limbah cair sesuai dengan sifatnya.
2. Karyawan dapat mengetahui prosedur pembuangan limbah cair sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. RS. Onmi Alam Sutera tidak menimbulkan kerusakan lingkungan akibat
limbah cair.
1.2.2.3. Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
1. Karyawan dapat melakukan pemilahan Iimbah B3 sesuai dengan
karakteristiknya.
2. Karyawan mengetahui prosedur pembuangan limbah B3.
3. Tercapainya zero accident yang disebabkan oleh pembuangan B3 yang salah.
4. RS. Omni Alam Sutera tidak menimbulkan kerusakan lingkungan akibat
limbah B3.

1.3. LANDASAN DAN REFERENSI


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/ MENKES/SK/ X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
4. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 68/BAPEDAL/05/1994 tentang Tata Cara Memperoleh
Izin Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan, Pengolahan dan
Penimbunan Akhir Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
5. Keputusan Kepala Bapedal Nomor O1/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
6. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3.
7. Keputusan Kepala Bapedal Nomor O3/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah B3.
8. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah
B3.
9. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-205/BAPEDAL/07/1 996 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.
10. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Daerah.
11. Keputusan Kepala Bapedal Nomor O4/BAPEDAL/0 1/1998 tentang Penetapan Prioritas
Daerah Tingkat I Program Kemitraan dalam pengelolaan limbah B3.
12. Surat Edaran Kepala Bapedal Nomor 08/SE/02/1997 tentang Penyerahan Minyak Pelumas
Bekas.
1.4. KERANGKA KERJA (FRAMEWORK)

Planning

Continuous

Action

improvement

Evaluation

Monitoring

1.5. RUANG LINGKUP


1.5.1. Planning
1. Identifikasi aspek-aspek penanganan limbah RS.
2. Mengumpulkan peraturan dan literatur yang berhubungan dengan manajemen
limbah RS.
3. Menyusun pedoman manajemen hmbah.
4. Pengorganisasian
5. Penyusunan kebijakan dan prosedur dibidang Sistem Manajemen Limbah Rumah
Sakit.
6. Berkoordinasi dengan:
a. Direktorat & Komite Keperawatan,
b. Direktorat & Komite Medik,
c. Direktorat Umum dan SDM,
d. Direktorat Keuangan,
e. Departemen Mutu,
f. Tim K3L- RS,
g. KPPI
h. KKP-MRK.
1.5.2. Action
1.5.2.1. Limbah Padat
1. Pemilahan, pewadahan, penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan
limbah padat/sampah domestik.
2. Pemilahan, pewadahan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan limbah padat/sampah medis.
1.5.22. Limbah Cair
1. Penggelontoran, pengolahan dan pembuangan limbah cair.
1.52.3. Limbah B3
1. Mengawasi pembuangan limbah B3 ke Pihak pengelola limbah B3 yang telah
berizin.
2. Pemilahan, pewadahan, pelabelan, penyimpanan, pengangkutan, dan
pembuangan limbah B3.

3.2. ALUR PENGELOLAAN LIMBAR PADAT

Gambar 3.2 Alur Pengelolaan Limbah Padat

Pemilahan Limbah Padat


*. Pemilahan limbah padat dilakukan oleh penghasil limbah (masing-masing unit)
*. Pemilahan limbah padat dimonitoring oleh unit sanitasi

Pemngumpulan Limbah Padat


*. Pengumpulan limbah padat dilakukan oleh ISS
*. Pengumpulan limbah padat dimonitoring oleh unit sanitasi dan housekeeping

Pengangkutan Limbah Padat


*. Pengangkutan limbah padat dilakukan oleh ISS
*. Pengangkutan limbah padat dimonitoring oleh unit sanitasi dan housekeeping

Penyimpanan Limbah Padat


*. Penyimpanan limbah padat dikelola oleh unit sanitasi

Pembuangan Limbah Padat


*. Pembuangan limbah padat dikelola oleh PD kebersihan dan dimonitoring oleh unit
sanitasi
*. Limbah padat yang memiliki nilai jual seperti kardus dikelola oleh unit general
affairs dan dimonitoring oleh sanitasi

3.3. SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT


Gambar 3.3 Alur Sistem Pengelolaan Limbah Padat

Lt. 3

Lt. 4
Umum/Domestik
Kering

Umum/Domestik
Kering

Janitor

Janitor

Lt. 5

Lt. 2
Umum/Domestik
Kering

Umum/Domestik
Kering

Janitor

Janitor

Lt. 1

Umum/Domestik
Basah

Lt. 6
Umum/Domestik
Kering

Janitor

Umum/Domestik
Kering

Janitor

Lt. B

Umum/Domestik
Basah

Janitor

Umum/Domestik
Kering

Umum/Domestik
Kering dan Basah

TPS
PD Kebersihan

Umum/Domestik
Yang mempunyai
Nilai jual
(misal : kardus bekas)

Pihak pemanfaat
sampah

3.4. SARANA DAN PRASARANA


3.4.1.1. Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Tempat penampungan sementara terletak di sebelah utara IGD dekat dengan
gudang gas medis. Gambaran detail mengenai TPS dapat dilihat pada Pedoman
Sanitasi Rumah Sakit
3.4.1.2. Pewadahan Limbah Padat
1. Kantung Plastik
Warna kantung limbah domestik adalah berwarna hitam
2. Tempat Sampah
Jenis tempat sampah di tiap ruangan terdapat dua tipe, yaitu:
a. Tipe pedal berada pada area pelayanan
b. Tipe swing berada pada area perkantoran
Untuk tempat sampah domestik diberi stiker bertuliskan SAMPAH DOMESTIK
berwarna hitam dengan stiker pemilahan sampah organic warna hijau dan anorganik
wama biru.
3. Wheel Bin (Tempat sampah beroda)
Wheel bin digunakan sebagai alat yang digunakan untuk proses pemindahan limbah
padat dan janitor ke TPS, dengan pemisahan warna wheel bin untuk sampah
domestik berwarna hijau, sedangkan sampah medis berwarna kuning

BAB 4
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
4.1 PENGERTIAN
Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme dan bahan kimia beracun yang berbahaya bagi
kesehatan
4.3.1. SARANA DAN PRASARANA
4.3.1.1. Instalasi Pengolahan Air Limbah
Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah instalasi yang berfungsi untuk mengolah air limbah
sehingga tidak menimbuilkan dampak negatif bagi lingkungan
Air limbah yang diolah oleh instalasi air limbah (Sewage Treatment Plant) meliputi:
- Air Limbah Laundry
- Air Limbah Dapur
- Air Limbah Specimen Laboratorium
- Air Limbah dan kegiatan medis (contoh: darah)
- Air Limbah Kamar Mandi, dan
- Semua air limbah dari pelayanan rumah sakit, administrasi rumah sakit dan lain-lain
instalasi pengolahan air limbah yang dimiliki oleh RS. Omni Alam Sutera terdini dan 3 jenis
pengolahan yaitu pengolahan fisika, biologi dan kimia.
Setelah dilakukannya pengolah limbah, diharapkan kualitas effluent limbah yang dikelola
memenuhi persyaratan baku mutu sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit atau
peraturan daerah yang berlaku. Instalasi Pengolahan Air Limbah dalam kegiatannya
dilakukan monitoring minimal 3 bulan sekali dan akan dilaporkan kepada Badan
Pengendalian Lingkungan Hidup. Secara lebih jelas gambaran mengenai Sewage Treatment
Plant (STP) dapat dilihat dalam Pedoman Sanitasi Rumah Sakit

BAB 5
PENGELOLAAN LIMBAH B3
5.1. PENGERTIAN
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan
lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan Iingkungan hidp, kesehatan,
kelangsungan hadup manusia serta mahluk hidup lain.
Limbah B3 terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Iimbah B3 padat dan cair:
1. Limbah B3 Padat adalah limbah padat yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun, yaitu:
a. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dan limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, Iimbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat
yang tinggi.
i.
LIMBAH INFEKSIUS adalah limbah yang terinfeksi organisme pathogen yang tidak
secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi
yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
ii.
LIMBAH PATOLOGI adalah limbah yang terdiri dari jaringan, organ / bagian tubuh,
fetus manusia dan bangkai binatang.
iii.
LIMBAH BENDA TAJAM adalah limbah benda-benda yang meliputi jarum, jarum
hipodermik, pisau bedah, pisau, peralatan gergaji operasi, pecahan gelas, dan paku
yang dapat menyebabkan luka tertusuk atau terluka.
iv.
LIMBAH FARMASI adalah limbah yang meliputi produk farmasi yang kadaluarsa,
tidak digunakan, tertumpah, atau terkontaminasi. Antara lain: botol, kardus
mengandung residu, sarung tangan, masker, pipet dan ampul obat.
v.
LJMBAH SITOTOTKSIK adalah limbah dan baban yang terkontaminasi dalam
persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
vi.
LIMBAH KIMIAWI adalah limbah bahan kimia selain obat yang termasuk dalam
golongan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) seperti batu baterai, minyak pelumas
bekas, aki bekas dan kemasan B3.
vii.
LIMBAH KONTAINER BERTEKANAN adalah limbah tabung gas bertekanan yang telah
digunakan dan dapat dimanfaatkan kembali apabila masih utuh atau didaur ulang.
viii.
Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
b. Limbah lumpur STP adalah lumpur yang terjadi akibat proses pengolahan air limbah
dalam Sewage Treatement Plant (STP).
Untuk secara lebih jelasnya pengelompokan limbah B3 padat dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

2. Limbah B3 cair adalah Iimbah sisa usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
beracun dan berbabaya dalam bentuk cair, yaitu:
a. Cairan reagen lab B3 kadaluarsa,
b. Limbah reagen lab (Ethidium bromide, Dimethyl formamide, Ammonium sulfate,
HC1, H2S04, Asam nitrat pekat, Perak nitrat, Acetic acid glacial)
c. Limbah developer dan limbah fixer hasil cuci cetak film radiologi,
d. Minyak pelumas bekas, dan
e. Aki bekas.
3. Hal yang perlu diperhatikan sebelum membuang B3, yaitu:
a. Menggunakan kemasan yang lebih kecil untuk bahan-bahan yang jarang untuk
mengurangi resiko kadaluarsa
b. Selalu mengosongkan kemasan/memakai seluruli B3 dan kemasan sehingga
mengurangi resiko terlepasnya B3 tersebut ke lingkungan
4. Pemisahan Penempatan Limbali B3:
Limbah B3 harus dikumpulkan dalam container yang berbeda, berdasarkan sifat bahan
kimia yang dibuang, kategori minimal yang dapat diikuti adalah :
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
x.

Pelarut organic bebas halogen dan bihan organic dalam larutan,


Pelarut organic mengandung halogen dan bahan organic dalam larutan,
Residu padat bahan kimia organic
Larutan garam : stabilkan isi container agar PH mencapai range 6-8
Residu bahan inorganic beracun dan garam logam berat dan larutannya.
Bahan mudah menyala dan beracun
Merkuri dan sisa merkuri inorganic.
Residu garani logam, setiap logam dikumpulkan terpisah,
Padatan inorganic.
Pisahkan pegumpulan limbah gelas, logam dan plastic.

Perlu diingat, sebelum pencampuran limbah yang berkategori sama, diharuskan


melihat MSDS untuk melihat kesaling-sesuaian bahan dan untuk meyakinkan antara
bahan satu dengan lainnya tidak saling bereaksi.
5. Pengelolaan limbah B3.
Pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan sendiri atau dilimpahkan pada pihak ke-3. Persyaratan
pengelola limbah B3 adalah mempunyai izin pengelolaan limbah tersebut secara spesifik dari
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Hal ini menandakan bahwa pengelolaan limbah ini telah
layak dan tidak mencemari lingkungan.

5.4. SARANA DAN PRASARANA


5.4.1. Tempat Penyimpanan Limbah B3
Persyaratan tempat penyimpanan limbah B3 :
1. Tata Cara Penyimpanan Kemasan Limbah B3
a. Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas
2 (dua) x 2 (dua) kemasan, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh
terhadap setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat
segera ditangani.
b. Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang
untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas
kendaraan pengangkut limbah disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya.
c. Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan
tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka
tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dilapisi palet (setiap
palet mengalasi 4 drum). Jika tumpukan terdiri lebih dan 3 (tiga) lapis atau
kemasan terbuat dan plastik maka harus dipergunakan rak.
d. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap
atau dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dan 1 (satu) meter.
e. Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan
secara terpisab, tidak dalam sam blok dan tidak dalam bagian penyimpanan
yang sama. Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada
kemungkinan bagi limbah-limbah yang tersebut jika tergulmg/tumpah akan
tercampur masuk ke dalam bak penampungan bagian penyimpanan lain.
2. Persyaratan Bangunan Penyimpanan Limbah B3
A. Persyaratan bangunan penyimpanan kemasan limbah B3
1) Bangunan tempat penyimpanan kemasan limbah B3 harus :
a. Memililki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai
dengan karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/ akan
disimpan.
b. Terlindung dan masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak
langsung
c. Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai
untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan,
serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya
burung atau binatang kecil lainnya kedalam ruang penyimpanan.
d. Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai
untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan
lampu, maka lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas
kemasan dengan saklar (stop contact) harus terpasang disisi luar
bangunan.
e. Dilengkapi dengan sistem penangkal petir.

f.

Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol) sesuai


dengan yang berlaku.
2) Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat
dan tidak retak Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak
penampungan dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar
bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa agar air hujan dapat
mengalir ke arah menjauh bangunan penyimpanan.
3) Tempat penyimpanan digunakan untuk menyimpan lebih dan 1 (satu)
karakteristik B3, maka ruang penyimpananan:
a. Harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penympanan, dengan
ketentuan setiap bagian penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan
satu karakteristik limbh B3 atau limbah-limbah B3 yang saling cocok.
b. Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat tanggul
atau tembok pemisah untuk menghindarkan tercampumya atau
masuknya tumpahan Iimbah B3 ke bagian penyimpanan lainnya.
c. Setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai bak
penampung tumpahan limbah dengan kapasitas memadai.
d. Sistem dan ukuran saluran yang akan dibuat sebanding dengan kapasitas
maksimum limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan yang masuk
kedalamnya dapat mengalir dengan lancar ke tempat penampungan
yang telah disediakan.
4) Sarana lain yang harus tersedia:
a. Peralatan dan sistem pemadam kebakaran
b. Pagar pengaman
c. Fasilitas pertolongan pertama
d. Peralatan komunikasi
e. Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan
f. Pintu darurat
g. Alarm.
B. Persyaratan khusus bangunan penyimpanan limbah B3
1) Persyaratan khusus bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar
a. Jika bangunan berdampingan dengan gudang lain maka harus dibuat tembok
pemisah tahan api, berupa:
Tembok beton bertulang, tebal minimum 15 cm, atau
Tembok bata merah, tebal minimum 23 cm; atau
b. Pintu darurat dibuat tidak pada tembok tahan api pada butir a.
c. Jika bangunan terbuat terpisah dengan bangunan lain, maka jarak minimum
dengan bangunan lain adalah 20 meter.
d. Untuk kestabilan struktur pada tembok penahan api dianjurkan agar digunakan
tiang-tiang beton bertulang yang tidak ditembusi oleh kabel listrik.

10. Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasan yang tidak digunakan
kembali sebagai kemasan limbah B3 harus diperlakukan sebagai limbah B3.
5.4.3. Simbol dan Label B3
Pelabelan limbah B3 dimaksudkan untuk memberikan identitas limbah sehingga kehadiran
limbah B3 dalam suatu tempat dapat dikenali. Melalui pelabelan dapat diketahui informasi
dasar tentang jenis dan karakteristik/sifat limbah B3 bagi orang yang melaksanakan
pengelolaan limbah B3 serta orang disekitarnya. Tanda yang digunakan untuk penandaan
ada 2 (dua) jenis yaitu simbol dan label.
5.4.3.1. Simbol B3
a. Limbah B3 Mudah meledak
Warna dasar oranye. Simbol berupa gambar berwarna hitam suatu materi lmbah
yang menunjukan meledak, yang terletak di tepi antara sudut atas dan sudut kiri
belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan MUDAH
MELEDAK berwarna hitam yang diapit oleh 2 (dua) bangunan segitiga sama kaki
pada bagian dalam belah ketupat. Blok segilima berwarna merah.
b. Limbah B3 mudah terbakar
i.
Simbol cairan mudah terbakar
Bahan dasar berwarna merah. Gambar simbol berupa lidah api berwarna putih
yang menyala pada suatu permukaan berwarna putih. Gambar terletak di bawah
sudut atas garis ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan
CAIRAN dan dibawabnya terdapat tulisan MUDAH TERBAKAR berwarna
putih.
ii.
Simbol padatan mudah terbakar
Dasar Simbol terdiri dan warna merah dan putih yang berjajar vertikal
berselingan. Gambar simbol berupa lidah api berwarna hitam yang menyala
pada satu bidang berwama hitam. Pada bagian tengah terdapat tulisan
PADATAN dan dibawahnya terdapat tulisan MUDAH TERBAKAR berwarna
hitam. Blok segilima berwarna kebalikan dari warna dasar simbol
c. Limbah B3 Reaktif
Bahan dasar berwarna kuning dengan blok segilima berwanna merah. Simbol berupa
lingkaran hitam dengan asap berwarna hitam mengarah ke atas yang terletak pada
suatu permukaan garis berwarna hitam. Di sebelali bawah gambar simbol terdapat
tulisan REAKTIF berwarna hitam
d. Limbah B3 beracun
Bahan dasar berwarna putih dengan blok segilima berwarna merah. Simbol berupa
tengkorak manusia dengan tulang bersilang berwarna hitam. Garis tepi simbol
berwarna hitam. Pada sebelah bawah gambar simbol terdapat tulisan BERACUN
berwarna hitam.

e. Limbah B3 Korosif
Belah ketupat terbagi pada garis horizontal menjadi dua bidang segitiga. Pada
bagian atas terdapat 2 gambar, yaitu : di sebelah kiri adalah gambar tetesan limbah
korosif yang merusak pelat bahan berwarna hitam, dan di sebelah kanan adalah
gambar lengan yang terkena tetesan limbah korosif. Pada bagian bawah, bidang
segitiga berwarna hitam, terdapat tulisan KOROSIF berwarna putih, serta blok
segitiga berwarna merah
f. Limbah B3 Menimbulkan Infeksi
Wama dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat bagian
dalam berwarna hitam. Simbol infeksi berwarna hitam terletak di sebelah bawah
sudut atas garis belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan
INFEKSI berwama hitam, dan dibawahnya terdapat blok segilima berwarna merah.
g. Limbah B3 Klasifikasi Campuran
Warna dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat bagian
dalam berwarna hitam. Gambar simbol berupa tanda seru berwarna hitam terletak
di sebelah bawah sudut atas garis belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah
bawah terdapat tulisan CAMPURAN berwarna hitam serta blok segilima berwarna
merah.
5.4.3.2. Label B3
Label merupakan penandaan yang berfungsi memberikan informasi mengenai kondisi dari
suatu limbah B3 yang dikemas. Terdapat 3 (tiga) jenis label yang berkaitan dengan sistem
pengemasan limbah B3, yaitu:
a. Label identitas limbah
Label identitas limbah berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul limbah,
identitas limbah serta kuantitas limbah dalam kemasan suatu kemasan limbah B3. Label
identitas limbah berukuran minimum 15 cm x 20 cm atau lebih besar, dengan warna
dasar kuning dan tulisan serta garis tepi berwarna hitam, dan tulisan PERINGATAN !
dengan huruf besar berwarna merah.
b. Label untuk Penunjuk Tutup Kemasan
Label dengan warna dasar putih dan gambar hitam. Gambar terdapat dalam frame
hitam, terdiri dan 2 buah anak panah mengarah ke atas di atas balok hitam. Label
terbuat dan bahan yang tidak mudah rusak karena goresan atau akibat terkena limbah
dan bahan kimia lainnya.
Label dipasang dekat tutup kemasan dengan arah panah menunjukan posisi penutup
kemasan. Label harus terpasang kuat pada setiap kemasan limbah B3., baik yang telah
diisi limbah B3, maupun kemasan yang akan digunakan untuk mengemas limbah B3.

BAB 6
PATIENT & STAFF SAFETY, INFECTION PREVENTION & CONTROL
6.1. IDENTIFIXL&SI RESIKO KESELAMATAN, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Proses pengelolaan limbah yang terdiri dan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
penyimpanan, pengolahan/pembuangan merupakan proses yang penuh dengan resiko keselamatan
dan infeksi, baik untuk staf, pengunjung, pasien, bahkan pihak di luar rumah sakit. Resiko-resiko
tersebut adalah :
1. Terjadinya tumpahan dan ceceran limbah,
2. Tertusuk limbah benda tajam, dan
3. Terpapar Iimbah B3.
6.2. MANAJEMEN RESIKO PADA SISTEM MANAJEMEN LIMBAH RUMAH SAK1T
Bekerjasama dengan Tim K3L - RS dibidang operasional pengelolaan limbah di rumah sakit yang
meliputi:
6.2.1. Pemakaian alat Pelindung Diri
1. Pengelolaan Limbah Padat
Petugas cleaning service memakai masker, sarung tangan karet.
2. Pengelolaan Limbah Cair
Petugas sanitasi memakai googles, respirator dengan cartridge, chemicals apron, sarung
tangan karet dan sepatu boot.
3. Pengelolaan Limbah B3
a. Petugas sanitasi memakai masker, sarung tangan karet dan sepatu boot.
b. Petugas cleaning service memakai masker, sarung tangan karet.
6.2.2. Prosedur Keselamatan dan Pencegahan serta Pengendalian Infeksi
Merencanakan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko yang timbul, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pembudayaan cuci tangan sesuai ketentuan


Pembuatan signed,
Penggunaan warna kantung plastik yang sesuai dengan jenis sampah yang dibuang,
Sosialisasi pemilahan dan pembuangan limbah,
Sosialisasi penanganan tumpahan dan ceceran limbah,
Pengawasan ketepatan pengelolaan, penanganan tumpahan & ceceran limbah,
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan masing-masing karakteristik
limbah B3. Untuk secara spesiiik, akan diatur dalam SOP.
8. Pelaporan kecelakaan kerja,
9. Meriview sistem pencegahan resiko keselamatan, pencegahan dan pengendalian infeksi
serta melakukan perbaikan apabila perlu.

BAB7
MONITORING, EVALUASI DAN CONTINUOUS IMPROVEMENT
7.1. MONITORING
Monitoring adalah suatu upaya untuk mengamati dan melihat hasil (kualitas dan kuantitas) dan
proses/ semua kegiatan yang terdapat pada Sistem Manajemen Limbah, yaitu:
7.1.1. Monitoring yang Dilakukan
1. Walk trough survey pengelolaan limbah dimulai dari sumber penghasil limbah
sampai dengan pengolahan/pembuangannya, dalam walk trough survey ini
dibutuhkan checklist monitoring.
2. Melakukan monitoring terhadap limbah cair setelah diolah, dan harus memenuhi
persyaratan baku mutu sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
Kep-58/MENLH/I2/1995.
7.1.2. Tujuan Monitoring
1. Mengumpulkan data yang dipakai untuk mengukur kinerja maupun mutu baik
pelayanan maupun staf.
2. Data tersebut digunakan untuk mengukur input, proses atau output.
7.1.3. Indikator
1. Pengolahan Limbah Padat Berbahaya sesuai dengan aturan
Judul
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi
Operasional

Frekuensi
Pengumpulan Data
Periode Analisa
Numerator
Denominator
Sumber data
Standar
Penanggung Jawab
Pengumpul Data

Pengolahan limbah padat berbahaya sesuai dengan aturan


Keselamatan
Tergambarnya mutu penanganan limbah padat infeksius di rumah sakit
Limbah padat berbahaya adalah sampah akibat proses pelayanan yang
mengandung bahan-bahan yang tercemar jasad renik yang dapat menularkan
penyakit dan/ atau dapat mencederai antara lain :
1. Sisa jarum suntik
2. Sisa ampul
3. Kasa bekas
4. Sisa jaringan
1 bulan
Tiga bulan sekali
Jumlah limbah padat yang dikelola sesuai dengan standar prosedur
operasional yang diamati (kg)
Jumlah seluruh limbah padat yang dihasilkan (kg)
Hasil pengamatan
100%
Supervisor sanitasi

2. Baku Mutu Limbah Cair


Judul
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi
Operasional

Frekuensi
Pengumpulan Data
Periode Analisa
Numerator
Denominator
Sumber Data
Standar
Penanggung Jawab
Pengumpulan Data

Baku mutu limbah cair


Keselamatan
Tergambarnya keperdulian rumah sakit terhadap keamanan limbah cair rumah
sakit
Baku mutu adalah standar minimal pada limbah cair yang dianggap aman bagi
kesehatan yang merupakan amabang batas yang ditolerir dan diukur dengan
indikator :
BOD (Biological Oxygen Demand) : 30 mg/Liter
COD (Chemical Oxygen Demand) : 80 mg/Liter
TSS (Total Suspend Solid) : 30 mg/Liter
PH : 6-9
Tiga bulan
Tiga bulan sekali
Hasil laboratorium pemeriksaan limbah cair rumah sakit yang sesuai dengan
baku mutu
Jumlah seluruh pemeriksaan limbah cair
Hasil pemeriksaan
100%
Supervisor Sanitasi/K3 RS

3. Ketepatan Pemilahan Sampah


Judul
Dimensi Mutu
Tujuan

Ketepatan pemilahan sampah


Keselamatan
Tergambarnya kepatuhan staf dalam membuang sampah pada tempat yang
ditentukan

Definisi
Operasional

Frekuensi
Pengumpulan Data
Periode Analisa
Numerator

Ketepatan pemilahan sampah adalah ketepatan penggunaan tempat


sampah sesuai dengan peruntukannya
Monitoring ketepatan pemilihan sampah dilakukan di unit-unit di bawah
Departemen Keperawatan, Departemen Pelayanan Medik, Departemen
Penunjang Medik, Departemen Pelayanan Rawat jalan
Sampling dilakukan terhadap minimal 200 tampat sampah per bulan,
dengan sampling harian ke 2 unit yang berbeda minimal 4 tempat sampah
berbeda tiap menit
Monitoring dilakukan setiap hari kerja minimal 2 tempat sampah secara
sampling
Harian
Tiga Bulang
Jumlah tempat sampah yang diamati dan isinya sesuai dengan ketentuan pada

Denominator
Sumber Data
Standar
Penanggung Jawab
Penanggung Jawab
Pengumpulan Data
Analisa

bulan tersebut
Jumlah tempat sampah yang di amati pada bulan tersebut
Observasi
100%
Supervisor Sanitasi
Komite K3L-RS, Departemen Housekeeping (termasuk seluruh taman &
seluruh area yang tidak tercover oleh komite K3L)
Dept. Mutu, Dept. Keperawatan, Dept. Pelayanan Medik, Dept. Penunjang
Medik, SPI & pihak terkait

7.2. EVALUASI
Tujuan dilakukan evaluasi adalah untuk mengukur kinerja dan program-program Manajemen
Limbah, evaluasi dilakukan terhadap:
7.2.1. Data Hasil Monitoring
Data hasil monitoring dikumpulkan, disajikan dalam bentuk grafik, kemudian dibandingkan
dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Data dibuat trend dan dilakukan analisa setiap
3 bulan sekali.
Data dibandingkan dengan standar atau nilai yang diharapkan dan setiap indikator /
parameter yang diukur.
Analisa dilakukan untuk mencari penyebab dari penyimpangan yang ditemukan dari proses
pengumpulan data.
7.2.2. Hasil Proses Monitoring
Selain melakukan analisa data indikator yang diukur, analisa juga dilakukan terhadap data
subjektif hasil pengawasan (Observasi) pelaksanaan SOP di lapangan. Adapun proses-proses
yang esensial untuk dilakukan pengawasan di lapangan oleh supervisor Sanitasi:
1. Proses pemilahan Iimbah
2. Proses pengangkutan limbah
7.2.3. Insiden / Kejadian
Setiap insiden yang berhubungan dengan sistem manajemen limbah OMNI terutama untuk
keselamatan pasien / staf dikumpulkan dan dicatat oleh Komite K3L-RS, kemudian dilakukan
analisa insiden.. Untuk kejadian atau insiden keselamatan baik pasien, pengunjung maupun
staf, akan dilakukan grading oleh tim K3L-RS atau KKP-MRIC Bila grading biru atau bijau,
maka analisa dilakukan oleh supervisor Sanitasi dengan cara investigasi sederhana.
Hasil analisa tersebut berbuah pada kesimpulan / rekomendasi.

7.2.4. Evaluasi Tahunan


Setiap tahunnya kegiatan management limbah ini dievaluasi secara tahunan, dan evaluasi ini
dilakukan terhadap:
a. Evaluasi terhadap monitoring seperti dibahas pada sub bab 7.2.1 s/d 7.2.3,
b. Mereview standar pencapaian ( goals) untuk tahun berikutnya.
c. Rekomendasi program/kebijakan dan progam pelatihan yang harus ditambahkan /
diubah.
7.3. CONTINUOUS IMPROVEMENT
Setelah dilakukan analisis, maka hasil dilaporkan kepada Manager Maintenance dan manajemen
terkait. Tindak lanjut akan berupa :
1. Perbaikan Kebijakan / Prosedur atau Pembuatan Kebijakan / Prosedur Baru.
2. Pelatihan / Sosialisasi baik ke staf, dokter, jajaran managerial, maupun pengunjung OMNI.
3. Perbaikan pedoman Sistem Manajemen Limbah Rumah Sakit.
4. Penambahan/penggantian sarana dan prasarana sistem manajemen limbah Rumah Sakit

BAB 8
STAFF DEVELOPMENT
8.1. PELATIHAN STAF (STAFF DEVELOPMENT)
Seperti jenis operasional lainnya, pelatihan kerja, termasuk pelatihan pengelolaan limbah juga harus
dilakukan, yaitu:
1. Pelatihan pemilahan limbah padat sesuai dengan jenisnya.
2. Pelatihan pengelolaan limbah, termasuk prosedur, dan alat pelindung diri yang harus
digunakan.
3. Uji coba dan pengkajian pemilahan limbah padat termasuk uji coba dan simulasi.
Seseorang yang akan bekerja khusus untuk menangani limbah tidak diizinkan bekerja pada bidang
tersebut, sebelum mendapatkan pelatihan minimal seperti di atas. Selain persyaratan di atas,
beberapa persyaratan yang berkaitan dengan kompetensi pelatihan tenaga kerja yang berkaitan
dengan pengelolaan limbah, yaitu:
1. Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang:
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat kerja,
b. Semua pengamanan dan alat-alat pelindung yang diharuskan dalam semua tempat
kerjanya,
c. Alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan,
d. Cara-cara dan sikap aman dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja dalam pencegahan kecelakaan
dan peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan
pertama dalam kecelakaan akibat limbah B3/Hazmat.
3. Jumlah sumber daya manusia dengan kualifikasi yang memenuhi persyaratan harus
memadai jumlahnya

You might also like