You are on page 1of 3

"Asuransi keluarga di saat krisis finansial"

Saya kuatir dengan investasi


saya di unitlink dan jenis
asuransi yang lain di
dua perusahaan asuransi
joint venture saat ini. Berita
kesulitan keuangan
perusahaan asuransi tersebut
karena krisis finansial global
benar-benar meresahkan. Mau
keluar, posisi saya sudah
di tahun ke 3 dan masih
minus apalagi nilai unit link
tahun ini rontok lebih 30%.
Apa yang harus saya
lakukan? Email-email
dengan isi yang hampir sama
makin sering saya terima di
halaman inbox. Anda
mungkin juga sering menemui
pembahasan topik ini di berbagai milis komunitas dunia maya, maupun di harian media
cetak. Hingga kini belum ada rujukan yang bisa kita jadikan pegangan bagaimana berasuransi
terkait krisis finansial global. Lagi-lagi kita panik tiap kali keadaan bergerak tidak sesuai
harapan, dan makin bingung dengan komentar-komentar para pakar keuangan yang nyaris
sama semuanya terserah anda
Berhenti Atau Maju Terus
Terus gimana dong, berhenti atau maju terus nih dengan asuransi kita? Pertanyaan itu
memang tidak semudah menjawab apakah kita harus menjual, menahan atau membeli saham
saat ini. Berasuransi membuat kita memiliki hubungan langsung ke perusahaan asuransinya
tanpa melalui bursa, seperti kita menabung ke bank. Jika bank mengalami kesulitan
keuangan, bisa-bisa simpanan kita tidak bisa diambil. Untungnya pemerintah melalui LPS
telah menaikkan tingkat penjaminan simpanan dana nasabah menjadi Rp 2 milyar. Ini bisa
memberikan sedikit ketenangan dan meredam kepanikan masyarakat atas nasib simpanannya
di bank. Tetapi tidak demikian dengan polis asuransi yang kita beli dari perusahaan
asuransi. Tidak ada skema yang penjaminan pemerintah atas polis asuransi kita di
perusahaan asuransi. Padahal terkait krisis finansial global saat ini, mengakibatkan beberapa
perusahaan asuransi asing yang juga membuka perusahaan patungan disini mengalami
kesulitan keuangan. Permasalahan yang terjadi bukan saja karena kinerja dana kelolaan yang
underperformed, tetapi juga masalah fundamental dari perusahaan asuransi itu sendiri,
ditambah lagi krisis kepercayaan dari para investornya.
Tidak ada seorang yang bisa memastikan bagaimana kondisi perusahaan asuransi atau bank
ke depannya. Yang pasti kita memang membutuhkan perusahaan asuransi sama seperti kita
membutuhkan bank , hanya saja dengan tujuan yang berbeda yaitu proteksi keuangan
keluarga (protection oriented). Dengan berpedoman pada tujuan proteksi keuangan keluarga
barulah berasuransi dan produk-produk asuransi akan memberi manfaat yang sebesar-

besarnya untuk anda.


Dasar Dasar Berasuransi
Produk-produk asuransi digunakan agar sebuah keluarga dapat mencapai salah satu tujuan
keuangan keluarga, yaitu mengantisipasi risiko keuangan keluarga yang berdampak finansial
atau lazim di kenal dengan proteksi keuangan keluarga. Adapun proteksi dapat dilakukan
sebagai langkah pencegahan yaitu pada saat risiko belum terjadi metode ini namanya Risk
Control. Sebaliknya proteksi pun meliputi langkah-langkah pengobatan yang dilakukan
apabila risiko sudah terjadi ini namanya Risk Financing. Agar sebuah keluarga mampu
membiayai kerugian finansial setelah risiko terjadi (risk financing) maka dipakailah dua
pendekatan sehubungan dengan ketersediaan dana yang dibutuhkan, yaitu :
a. Risk retention : kemampuan tanggung sendiri, disini anda menyiapkan sejumlah dana
tertentu yang khusus digunakan untuk membiayai kerugian finansial saat risiko terjadi.
Contoh : membentuk dana darurat. Untuk membentuk kemampuan tanggung sendiri ini anda
perlu menabung ke dalam suatu produk investasi yang likuid dan tidak membuat anda
kehilangan modal awal. Karena dana ini harus bisa diakses setiap saat maka produk investasi
jangka pendeklah yang cocok digunakan seperti tabungan, deposito atau reksa dana pasar
uang.
b. Risk Transfer : pengalihan kemampuan tanggung sendiri kepada pihak lain dalam
membiayai kerugian finansial saat risiko terjadi. Contoh : membeli produk asuransi. Ketika
membeli asuransi maka kita membayar premi secara rutin selama kontrak asuransinya, atau
bisa membayar premi sekali saja dimuka. Jika risiko yang dicover terjadi, maka pemegang
polis mendapat pembayaran sejumlah Uang Pertanggungan.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa konsep proteksi keuangan keluarga selalu merupakan
kombinasi / gabungan dari menabung sendiri dengan berasuransi karena alasan sebagai
berikut :(a) Tidak semua risiko keuangan keluarga bisa ditransfer ke asuransi ; (b) anda
membutuhkan dana talangan sebelum bisa me-reimburse biaya kerugian ke perusahaan
asuransi
Proteksi, Bukan Untung Rugi
Dalam berasuransi kebanyakan orang menganut prinsip membayar premi sekecil kecilnya
untuk mendapat UP sebesar-besarnya. Tidak heran orang berlomba-lomba mencari asuransi
berjangka (term life), yang merupakan asuransi murni. Anda hanya perlu membayar sejumlah
premi proteksi, untuk sejumlah Uang Pertanggungan yang besarnya berkali lipat dari jumlah
preminya. Inilah mengapa jaman dulu orang menganggap asuransi seperti bertaruh. Jika
terjadi risiko pemegang polis dapat uang banyak. Anehnya jika tidak terjadi risiko (bukannya
bersyukur!) malah merasa rugi, walaupun hanya kehilangan uang sejumlah premi yang sudah
di bayar saja. Ini menguntungkan pemegang polis dan merugikan perusahaan asuransi.
Makanya perusahaan asuransi sudah jarang sekali menjual termlife. Yang dikedepankan saat
ini adalah produk campuran antara asuransi, menabung dan investasi, seperti endowment,
wholelife atau unitlink. Artinya, mereka bersedia membayar UP yang menjadi hak anda
asalkan anda mau mengendapkan dana lebih banyak untuk mereka kelola. Cara
ini menimbulkan pro dan kontra sebab jika misalnya dengan jumlah premi yang sama
dengan termlife anda hanya mendapatkan jauh lebih kecil UP. Karena sejumlah tertentu
preminya dialokasikan untuk bagian tabungan atau investasinya, yang mana hasilnya belum

bisa dipastikan. Karena itu produk asuransi campuran umumnya memerlukan waktu lebih
lama agar hasilnya bisa dipetik, terkait kinerja pasar finansial yang fluktuatif. Barangkali
metode Risk Transfer ini harus kita evaluasi kembali. Kenyataannya kita tidak bisa
sepenuhnya mengalihkan risiko kerugian finansial keluarga kepada perusahaan asuransi.
Nampaknya kita hanya bisa mengalihkan tanggung jawab tersebut sejumlah tertentu saja,
sisanya harus kita siapkan dengan menabung.
Relokasi Asuransi
Saat ini sudah lazim orang memiliki rekening di beberapa bank yang berbeda. Alasannya,
jika bank yang satu sedang bermasalah kita bisa menggunakan bank yang lain. Intinya demi
kemudahan dan kenyamanan dalam menyimpan uang, boleh saja kita menyebar simpanan
kita di beberapa bank. Ini persis seperti metode relokasi investasi pada tulisan saya di rubrik
FUND edisi sebelumnya. Kita juga bisa mengaplikasikannya pada asuransi dengan
melakukan relokasi asuransi. Jadi daripada mempunyai polis senilai Rp. 1 milyar di satu
perusahaan asuransi, kita mungkin bisa menyebarnya. Misalnya 1 polis senilai Rp. 400 juta di
perusahaan asuransi lokal dan 2 polis senilai @ Rp. 300 juta di perusahaan asuransi asing /
joint venture dari dua negara yang berbeda. Sehingga kalau ada yang satu mengalami
kesulitan keuangan kita masih ada cadangan asuransi di perusahaan asuransi yang lain. Yang
paling penting tentunya memilih perusahaan asuransi yang sehat yang memiliki kekuatan
modal dan solvensi yang baik sesuai dengan standar kriteria perusahaan asuransi yang sehat
dari pemerintah.

Mike Rini Sutikno, CFP


PT. Mitra Rencana Edukasi - Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Kemandirian Finansial
Source Link :
Asuransi keluarga di saat krisis finansial, Asuransi keluarga di saat krisis finansial

You might also like