You are on page 1of 18

PERANCANGAN SENSOR SUHU

MENGGUNAKAN SENSOR PT100


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sistem Instrumentasi Elektronika

OLEH:
AHMAD ZUBAIDI

(0810630028)

ROBITH URWATAL W.

(0810633080)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
MALANG

2011PENGANTAR
Sistem instrumentasi yang berbentuk akuisisi data telah dipergunakan secara
luas dalam kegiatan perindustrian karena merupakan bagian dari proses kontrol.
Pengukuran besaran fisis adalah salah satu langkah dalam akuisisi data. Temperatur
merupakan salah satu besaran fisis yang sering dipakai dalam suatu sistem kontrol
baik hanya untuk sistem monitoring saja atau untuk proses pengendalian lebih lanjut.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka kami membuat sebuah alat pendeteksi
suhu yang dapat di kontrol oleh sebuah mikrokontroller. Dengan menampilkan suatu
hasil pengukuran secara digital, pemantauan terhadap proses dapat dilakukan dengan
lebih mudah.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebakaran yanag dijuluki masyarakat sebagai Si Jago Merah, merupakaan
momok yang paling ditakuti oleh masyarakat. Kebakaran terjadi karena berbagai hal,
mulai dari hubungan arus pendek, meledaknya kompor gas sampai kelalaian manusia
dengan membuang putung rokok sembarangan. Kebakaran tidak akan sampai
membesar jika ditangani dengan secepatnya. Dipihak lain kebakaran terjadi ketika
penghuni sedang tertidur pulas atau sedang bepergian, sehingga tidak ada yang
mengetahui ketika di rumah sedang terjadi kebakaran.
Merujuk pada sedikit alasan diatas kami ingin membuat sebuah sensor suhu.
Sensor suhu selain untuk mendeteksi adanya kebakaran juga bisa untuk kepentingan
pengontrolan suhu dalam sebuah peralatan. Penunjukan suhu pada oven, mesin presto,
dan mesin penetas telur merupaka contoh peralatan yang menggunakan sensor suhu.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang mencakup perancangan dan ruang lingkup kajian ini
meliputi:
1. Bagaimana merancang sebuah sensor suhu dengan menggunakan sensor
PT100 dan ditampilkan di LCD dengan menggunakan Mikrokontroler
ATmega8535?
2. Bagaimana analisa sensor suhu dengan menggunakan sensor PT100 dan
ditampilkan di LCD dengan menggunakan Mikrokontroler ATmega8535
untuk setiap bloknya?
1.3. Batasan Masalah
Dalam pembuatan tugas ini penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Range akuisisi data adalah 0C sampai dengan 200C.
2. Data pengukuran ditampilkan pada sebuah LCD sebagai peralatan
monitoring tanpa melakukan proses pengendalian.

3. Konfigurasi ADC dan tampilan di LCD diatur dalam mikrokontroler


ATmega8535.
1.4. Tujuan
1. Mendapatkan sebuah sensor suhu dengan range 00-2000C.
2. Mendapatkan sebuah sensor multifungsi dengan tampilan pada LCD.
1.5. Manfaat
Manfaat perancangan ini adalah menambah wawasan dan memberikan
motivasi bagi penulis dan pembaca tentang perencanaan dan pembuatan sensor suhu.
Serta dapat dihasilkan sebuah sensor suhu yang bisa digunakan dalam berbagai hal.
Pembacaan sensor yang ditampilkan ke LCD menggunakan Mikrokontroller
ATmega8535 sehingga menambah pemahaman dalam mata kuliah Sistem
Instrumentasi Elektronika.

BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1. Sensor Suhu PT100

PT100 merupakan salah satu jenis sensor suhu yang terkenal dengan
keakurasiannya. PT100 termasuk golongan RTD (Resistive Temperature Detector)
dengan koefisien suhu positif, yang berarti nilai resistansinya naik seiring dengan
naiknya suhu.
PT100 terbuat dari logam platinum. Oleh karenanya namanya diawali dengan
PT. Disebut PT100 karena sensor ini dikalibrasi pada suhu 0C pada nilai resistansi
100 ohm. Ada juga PT1000 yang dikalibrasi pada nilai resistansi 1000 ohm pada suhu
0C.
Menurut keakurasiannya, terdapat dua jenis PT100, yakni Class-A dan ClassB. PT100 Class-A memiliki akurasi 0,06 ohm dan PT100 Class-B memiliki akurasi
0,12 ohm. Keakurasian ini menurun seiring dengan naiknya suhu. Akurasi PT100
Class-A bisa menurun hingga 0,43 ohm (1,45C) pada suhu 600C, dan PT100
Class-B bisa menurun hingga 1,06 ohm (3,3C) pada suhu 600C.
PT100 tipe DIN (Standard Eropa) memiliki resolusi 0,385 ohm per 1C. Jadi
resistansinya akan naik sebesar 0,385 ohm untuk setiap kenaikan suhu 1C. Untuk
mengukur suhu secara elektronik menggunakan sensor suhu PT100, maka kita harus
mengeksitasinya dengan arus yang tidak boleh melebihi nilai 1mA. Hal ini karena jika
dialiri arus melebihi 1 mA, maka akan timbul efek self-heating. Jadi, seperti layaknya
komponen resistor, maka kelebihan arus akan diubah menjadi panas. Akibatnya hasil
pengukuran menjadi tidak sesuai lagi.

2.2.

Penguat Instrumentasi

Penguat instrumentasi merupakan suatu penguat di mana tegangan


keluarannya atau Vo merupakan hasil selisih antara kedua buah tegangan masukan
pada terminal inverting dan non-invertingnya. Rumus umum yang berlaku untuk
penguat differensial adalah sebagai berikut:

2R
Vout 1 1
RG

R3

V2 V1
R2

Rangkaian penguat instrumentasi ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Penguat Instrumentasi

2.3.

Mikrokontroler ATmega8535

Mikrokontroller adalah piranti elektronik berupa IC (Integrated Circuit) yang


memiliki kemampuan manipulasi data (informasi) berdasarkan suatu urutan instruksi
(program) yang dibuat oleh programmer. Mikrokontroller merupakan contoh suatu
sistem komputer sederhana yang masuk dalam kategori embedded komputer. Dalam
sebuah struktur mikrokontroller akan kita temukan juga komponen-komponen seperti:
processor, memory, clock dll.
Spesifikasi dari mikrokontroller jenis ATMEL AVR RISC:
a) ATMEL AVR RISC memiliki fasilitas dan kefungsian yang lengkap
dengan harga yang relatif murah.
b) Kecepatan maksimum eksekusi instruksi mikrokontroller mencapai 16
MIPS (Million Instruction per Second), yang berarti hanya dibutuhkan 1
clock untuk 1 eksekusi instruksi.
c) Konsumsi daya yang rendah jika dibandingkan dengan kecepatan
eksekusi instruksi.
d) Ketersediaan kompiler

(CV AVR)

yang

memudahkan

user

memprogram menggunakan bahasa C.

Gambar 2. Konfigurasi pin Atmega 8535

ATMEGA8535 memiliki 4 buah port input/output 8 bit, yaitu PORTA,


PORTB, PORTC, dan PORTD. Selain sebagai input/output masing masing port juga

memiliki fungsi yang lain. PORTA dapat difungsikan sebagai ADC (Analog to Digital
Converter), PORTB dapat difungsikan sebagai SPI (Serial Peripheral Interface)
communication. Fungsi-fungsi yang lain dapat dilihat pada datasheet ATMEGA8535.
ADC (Analog to Digital Converter)
ADC (Analog to Digital

Converter)

adalah

salah

satu

fasilitas

mikrokontroller ATMEGA8535 yang berfungsi untuk mengubah data analog menjadi


data digital. ADC memiliki 2 karakter prinsip, yaitu kecepatan sampling dan resolusi.
Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal analog
dikonversikan ke bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan
sampling biasanya dinyatakan dalam sample per second (SPS).
Resolusi ADC menentukan ketelitian nilai hasil konversi ADC. Sebagai
contoh: ADC 8 bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input
dapat dinyatakan dalam 255 (2n 1) nilai diskrit. ADC 12 bit memiliki 12 bit output
data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 4096 nilai diskrit. Dari
contoh diatas ADC 12 bit akan memberikan ketelitian nilai hasil konversi yang jauh
lebih baik daripada ADC 8 bit.
Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog ke dalam bentuk
besaran yang merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi.
Sebagai contoh, bila tegangan referensi 5 volt, tegangan input 3 volt, rasio input
terhadap referensi adalah 60%. Jadi, jika menggunakan ADC 8 bit dengan skala
maksimum 255, akan didapatkan sinyal digital sebesar 60% x 255 = 153 (bentuk
decimal) atau 10011001 (bentuk biner).
2.4.

Jembatan Wheatstone
Rangkaian jembatan

digunakan

untuk

mengkonversi

perubahan impedansi menjadi perubahan tegangan, terutama untuk


fraksi perubahan yang kecil. Keluarannya dapat dibuat berubah di
sekitar

nol,

sehingga

penguatan

dapat

digunakan

untuk

memperbesar level sinyal (guna meningkatkan sensitivitas terhadap


perubahan impedansi).

Gambar 3. Rangkaian jembatan wheatstone

V Va Vb
dengan : Va = potensial titik a terhadap titik c
Vb = potensial titik b terhadap titik c
VR3
VR4
Va
Vb
R1 R3
R2 R4
V

VR3
R3 R2 R1 R4
VR4

V
R1 R3 R2 R4
( R1 R3 )( R2 R4 )

BAB III
PERANCANGAN

3.1.

Spesifikasi Rancangan

3.1.1. Plant
Plant adalah bagian (atau sub-sistem) kendali atau bagian yang dikendalikan dan
bisa merupakan peralatan, perangkat, atau proses yang menghasilkan keluaran
(output, hasil, produk, output signal) karena dikendalikan oleh bagian pengendali.
Dalam sistem ini plant adalah segala sesuatu yang ingin diukur suhunya.
9

3.1.2. Sensor
Sensor adalah sesuatu yang digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan
lingkungan fisik atau kimia. Variabel keluaran dari sensor yang diubah menjadi
besaran listrik disebut transduser. Dalam sistem ini yang digunakan adalah sensur
suhu karena sistem ingin mengukur temperatur plant. Sensor suhu adalah alat yang
digunakan untuk mengubah besaran panas menjadi besaran listrik yang dapat dengan
mudah dianalisis besarnya. Ada beberapa metode yang digunakan untuk membuat
sensor ini, salah satunya dengan cara menggunakan material yang berubah
hambatannya terhadap arus listrik sesuai dengan suhunya.

3.1.3. Pengkondisi Sinyal


Pengkondisi sinyal dibutuhkan dalam sistem karena tegangan keluaran sensor
suhu relatif kecil (biasanya dalam orde mV) sedangkan tegangan masukan yang
dibutuhkan blok sistem selanjutanya membutuhkan tegangan dengan orde volt. Oleh
karena itu, dibutuhkan penguat sebagai penghubung antara keluaran sensor suhu
dengan masukan blok selanjutnya. Penguat yang digunakan dalam sistem dapat dibuat
dari aplikasi op-amp.

3.1.4. ADC
ADC (Analog to Digital Converter) adalah suatu alat elektronik yang mengubah
sinyal analog menjadi sinyal digital. Banyak masukan, terutama yang berasal dari
transduser, merupakan sinyal analog yang harus diubah menjadi sinyal digital
sebelum masukan itu diproses, dianalisa, atau disimpan di dalam suatu peralatan
digital. ADC mengambil masukan berupa sinyal analog dan menghasilkan suatu
sinyal digital bersandi yang sesuai dengan resolusi dari sinyal analog yang sedang
diubah. Keluaran digital bisa berderet (bit demi bit) atau berjajar dengan semua bit
yang diubah dihasilkan secara serentak.

10

Dalam sistem ini ADC dibutuhkan karena keluaran pengkondisi sinyal berupa
sinyal analog dan untuk menampilkannya ke dalam LCD, maka sinyal tersebut harus
diubah ke dalam sinyal digital.

3.1.5. LCD
LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu jenis media tampilan yang
menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. Untuk memasukkan data digital
yang dihasilkan ADC dan menampilkannya dalam LCD, maka dibutuhkan
Mikrokontroller Atmega8535.

3.2.

Blok Diagram

Gambar 4. Diagram Blok Sistem Sensor Suhu

3.3.

PEMILIHAN DAN PERANCANGAN SENSOR

Pemilihan Sensor Suhu PT100


PT100 merupakan salah satu jenis sensor suhu yang terkenal dengan
keakurasiannya. PT100 termasuk golongan RTD (Resistive Temperature Detector)
dengan koefisien suhu positif, yang berarti nilai resistansinya naik seiring dengan
11

naiknya suhu. Untuk mengkonversikan menjadi perubahan tegangan maka digunakan


rangkaian jembatan wheatstone.

Gambar 5. Jembatan wheatstone

Resistansi dari PT100


RPT 100=100+(0,386 / suhu )

Pada 0oC ; Va=

100
5 V =2,5 V
100+100

Pada 200oC ; Va=

3.4.

177,2
5 V =3,2V
100+177,2

PERANCANGAN RANGKAIAN PENGKONDISI SINYAL

Perancangan Rangkaian Pengkondisi Sinyal

12

Rangkaian pengkondisi sinyal berfungsi untuk menguatkan tegangan keluaran


sensor suhu PT100 agar mampu diproses pada peralatan selanjutnya dalam hal ini
oleh MK ATmega8535. Diinginkan bahwa pengukuran suhu dapat dilakukan pada
range 0C - 200C. Dari konvigurasi jembatan DC pada suhu 0C - 200C diperoleh
tegangan antara 0V-0.7V. Sedangkan masukan pada Mikrokontroler yang diinginkan
adalah daro 0V 4.9804. untunk menghasilkan penguatan ini digunakan penguat
instrumentasi dengan alasan lebih baik daripada yang lainya.

Gambar 6. Penguat instrumentasi Dalam Sistem

Pada suhu 200oC keluaran ADC adalah 1111 1111, tegangan yang dibutuhkan ADC
untuk menghasilkan keluaran ADC tersebut adalah (Vref = 5V)
Vin=Vref (a1 21+ a2 22 +a 3 23 ++ a8 28)
Vin=5 V

( 12 + 14 + 18 + 161 + 321 + 641 + 1281 + 2561 )

Vin = 4,9804 V
Perhitungan komponen penguat instrumentasi
V

pada suhu 200oC adalah

3,2 V- 2,5 V= 0,7 V

13

Karena perubahan tegangan linier dapat kita tuliskan


Vout =mV 1 +V 0
sehingga kita dapatkan 2 persamaan
0=m ( 0 ) +V 0

; V 0=0

4,9804=m ( 0,7 ) +V 0
m=

4,9804
=7,1148
0,7

Maka kita dapat tuliskan kembali persamaannya menjadi:


Vout=7,1148 Vin

Menghitung nilai resistansi / komponen penguat instrumentasi


Missal R1 = 100K , R2 = 1K , R3= 1K
m=1+
Rg=

2R1
Rg

; 7,1148=1+

2 R1
Rg

200 k
=32,707 k
6,1148

Perhitungan resolusi rangkaian.


suhu maksimum yang bisa diukur
resolusi ADC

200 0 C
28

14

=0.78=0.4% FS

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis perancangan kami maka, didapatkan sebuah


rangkaian sensor suhu yang dapat mengukur suhu antara 0oC sampai 200oC. keluaran
hasil pembacaan sensor ini ditampilkan dalam sebuah LCD yang memudahkan
pembacaan suhu.
Dalam perancangan sensor suhu ini kami hanya melakukan analisis
perhitungan berdasarkan kajian teori pada referensi yang ada. Dalam perancangan alat
ini sendiri, kami belum merealisasikannya. Kami berharap melalui makalah ini
pembaca dapat mengerti cara merangkai sensor suhu dan mampu merealisasikannya.

15

16

17

18

You might also like