You are on page 1of 10

B.

Konsep Keperawatan
Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode
proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap,
yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
1. Pengkajian
Gejala gejala fraktur tergantung pada lokasi, berat dan jumlah
kerusakan pada struktur lain. Berdasarkan klasifikasi Doenges dan kawan
kawannya (2000), riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala:
Keterbatasan gerak /kehilangan fungsi motorik pada bagian yang
terkena (mungkin segera akibat langsung dari fraktur atau akibat
sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri). Adanya kesulitan
dalam istirahat-tidur akibat dari nyeri.
b. Sirkulasi
Tanda :
Peningkatan tekanan darah mungkin terjadi akibat respons
terhadap nyeri/ansietas, sebaliknya dapat terjadi penurunan
tekanan darah bila terjadi pendarahan.
Takikardia (respon stres, hipovolemia)
Penurunan / tak ada denyut nadi pada bagian distal area
cedera, pengisian kapiler lambat, pucat pada area fraktur.
Hematoma area fraktur
c. Neurosensori
Gejala :
Hilang gerakan / sensasi
Kesemutan (parastesia)
Tanda :

Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,


krepitasi, spasme otot, kelemahan/kehilangan fungsi.
Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera akibat langsung dari fraktur atau akibat
sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri).
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau
trauma lain).
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri hebat tiba tiba pada saat cedera (mungkin
terlokalisasi pada area fraktur, berkurang pada imobilisasi).
Spasme/kram otot setelah imobilisasi

e. Keamanan

Tanda :
Lasserasi kulit, pendarahan
Pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap atau tiba
tiba).
f. Penyuluhan / Pembelajaran
Imobilisasi
Bantuan aktivitas perawatan diri
Prosedur terapi medis dan keperawatan
g. Integritas Ego
Gejala: perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor faktor
stres multiple, misalnya finansial, hubungan, gaya hidup
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka
rangsang, stimulus simpatis
2. Diagnosa Keperawatan
Secara umum Doenges (2002) merumuskan 8 diagnosis keperawatan,
yaitu :
1) Risiko tinggi trauma tambahan
2) Nyeri b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, cedera pada
jaringan lunak, stres, ansietas, alat traksi/imobilisasi
3) Risiko tinggi terhadap neurovaskuler perifer
4) Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas
5) Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskular
6) Kerusakan integritas kulit / jaringan /d cedera tusuk, fraktur
terbuka,
pemasangan
pen
traksi,
perubahan
sensasi,
immobilisasi fisik
7) Risiko tinggi terhadap infeksi
8) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan
Sedangkan Smeltzer (2002) merumuskan 3 diagnosis keperawatan yang
dapat terjadi pada fraktur tertutup, yaitu :
1) Nyeri b/d fraktur
2) Risiko terhadap cedera b/d kerusakaan neurovaskular,
tekanan dan disuse
3) Kurang
perawatan
diri
b/d
hilangnya
kemampuan
menjalankan aktivitas kehidupan sehari hari
Berdasarkan 2 pendapat tersebut daapt disimpulkan bahwa ada 9
diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien fraktur, yaitu
sebagai berikut :
1) Risiko tinggi trauma tambahan b/d kerusakan neurovaskular,
tekanan dan disuse
2) Nyeri b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, cedera pada
jaringan lunak, stres, ansietas, alat traksi/imobilisasi
3) Risiko tinggi terhadap disfungsi neuroaskular perifer
4) Risiko tinggi terhadap pertukaran gas

5) Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neoromuskular


6) Kurang perawatan diri b/d hilangnya kemampuan menjalankan
aktivitas kehidupan sehari hari
7) Kerusakan integritas kulit/jaringan b/d cedera tusuk, fraktur terbuka,
pemasangan pen traksi, perubahan sensasi, imobilisasi fisik
8) Risiko tinggi terhadap infeksi
9) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
3. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan berikut ini diuraikan meliputi diagnosis
keperawatan, tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi, serta
rasionalisasi dari masing masing tindakan keperawatan.
1. Risiko tinggi trauma tambahan b/d kerusakan neurovaskular, tekanan dan
disuse
Tindakan
Mandiri
1. Pertahankan tirah baring
sesuai indikasi. Berikan
sokongan sendi di atas
dan di bawah fraktur bila
bergerak/membalik
2. Letakkan papan di bawah
tempat tidur atau
tempatkan klien pada
tempat tidur ortopedik

Gips / Bebat
3. Sokong fraktur dengan
bantal/gulungan selimut.
Pertahankan posisi netral
pada bagian yang sakit
dengan bantal pasir,
pembebat, gulungan
trokanter atau papan
kaki.
4. Tugaskan petugas yang
cukup untuk membalik
klien. Hindari
menggunakan papan
abduksi untuk membalik
klien dengan gips spika
5. Evaluasi pembebat
ekstremitas terhadap
resolusi edema

Rasional
1. Meningkatkan stabilitas,
menurunkan kemungkinan
gangguan posisi/penyembuhan

2. Tempat tidur lembut atau lentur


dapat membuat deformasi gips yang
masih basah, mematahkan gips
yang sudah kering atau
memengaruhi dengan penarikan
traksi.
3. Mencegah gerakan yang tak perlu
dan perubahan posisi. Posisi yang
tepat dari abntal juga dapat
mencegah tekanan deformitas pada
gips yang kering.

4. Gips panggul/tubuh atau multipel


daapt membuat berat dan tidak
praktis secara ekstrem. Kegagalan
untuk menyokong ekstremitas yang
di gips dapat menyebabkan gips
patah
5. Pembebat koaptasi (misalnya jepitan
Jones-Sugar) mungkin digunakan
untuk memberikan imobilisasi
fraktur di mana edema jaringan

Traksi
6. Pertahankan
posisi/integritas traksi
(misalnya Buck, Dunlop,
Pearson, Russel)

7. Yakinkan bahwa semua


klem berfungsi. Membri
minyak apda katrol dan
periksa tali terhadap
tegangan. Amankan dan
tutup ikatan dengan
plester perekat.
8. Pertahankan katrol tidak
terhambat dengan beban
bebas menggantung,
hindari
mengangkat/menghilang
kan berat
9. Bantu meletakkan beban
di bawah roda tempat
tidur bila ada indikasi
10.Kaji ulang tahanan yang
muingkin timbul karena
terapi, contoh
pergelangan tidak
menekuk/duduk dengan
traksi Buck atau tidak
memutar di bawah
pergelangan dengan
traksi Russel
11.Kaji integritas alat fiksasi
eksternal

berlebihan. Seiring dengan


berkurangnya edema, penilaian
kembali pembebat atau penggunaan
gips plester mungkin diperlukan
untuk mempertahankan kesejajaran
fraktur.
6. Traksi memungkinkan traikan pada
aksis panjang fraktur tulang dan
mengatasi tegangan
otot/pemendekan untuk
memudahkan posisi/penyatuan.
Traksi tulang (pen, kawat, jepitan)
memungkinkan penggunaan berat
lebih besar untuk penarikan traksi
daripada digunakan untuk jaringan
kulit
7. Meyakinkan bahwa susunan traksi
berfungsi dengan tepat untuk
menghindari interupsi
penyambungan fraktur

8. Jumlah beban traksi optimal


dipertahankan

9. Membantu ketepatan posisi klien


dan fungsi traksi dengan
memberikan keseimbangan timbal
balik
10.Mempertahankan integritas tarikan
traksi

11.Traksi Hoffman memberikan


stabilisasi dan sokongan kaku untuk
tulang fraktur tanpa menggunakan
katrol, tali atau beban,
memungkinkan
mobilitas/kenyamanan klien lebih

besar dan memudahkan perawatan


luka
12.Kaji ulang/evaluasi foto

13.Berikan/pertahankan
stimulasi listrik bila
digunakan

12.Memberikan bukti visual mulainya


pembentukan kalus/proses
penyembuhan untuk menetukan
tingkat aktivitas dan kebutuhan
perubahan/tambahan terapi
13.Memungkinkan diindikasikan untuk
meningkatkan pertumbuhan tulang
pada keterlambatan
penyembuhan/tidak menyatu.

2. Nyeri b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, cedera pada jaringan
lunak, stres, ansietas, alat traksi/imobilisasi
Tindakan
1. Pertahankan imobilisasi
bagian yang sakit
dengan tirah baring, gips
dan pembebat
2. Tinggikan ekstremitas
yang sakit
3. Hindari penggunaan
sprei/bantal plastik di
bawah ekstremitas dalam
gips
4. Tinggikan penutup
tempat tidur,
pertahankan linen
terbuka pada ibu jari kaki
5. Evaluasi nyeri : lokasi,
karakteristik, intensitas.
Perhatikan petunjuk nyeri
nonverbal.
6. Lakukan dan awasi
latihan dan rentang
gerak pasif/aktif
7. Dorong penggunaan
manajemen tres seperti
relaksasi progresif,
latihan napas dalam,
imajinasi visualisasi dan
sentuhan terapeutik

Rasional
1. Mengurangi nyeri dan mencegah
kesalahan posisi tulang/tegangan
jaringan yang cedera
2. Meningkatkan aliran balik vena,
mengurangi edema dan mengurangi
nyeri
3. Meningkatkan kenyamanan karena
peningkatan produksi panas dalam
gips yang kering
4. Mempertahankan kehangatan tubuh
tanpa ketidaknyamanan karena
tekanan selimut pada bagian yang
sakit.
5. Memengaruhi efektivitas intervensi.
Tingkat ansietas dapat
memengaruhi persepsi/reaksi
terhadap nyeri.
6. Mempertahankan
kekuatan/mobilitas otot yang sakit
dan memudahkan resolusi inflamasi
pada jaringan yang cedera
7. Memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan rasa kontrol dan
dapat meningkatkan kemampuan
koping dalam manajemen nyeri,
yang mungkin menetap untuk
periode yang lama

8. Lakukan kompres dingin


24-48 jam pertama
sesuai kebutuhan

8. Menrunkan edema atau


pembentukan hematom,
menurunkan sensasi nyeri.

3. Risiko tinggi terhadap disfungsi neuroaskular perifer


Tindakan
1. Lepaskan perhiasan dari
ekstremitas yang sakit
2. Evaluasi kualitas nadi
perifer distal terhadap
cedra dengan palpasi.
Bandingkan dengan
ekstremitas dengan yang
sehat
3. Kaji aliran kapiler, warna
kulit dan kehangatan
distal pada fraktur
4. Pantau TTV, perhatikan
tanda tanda
pucat/sianosis umum,
kulit dingin dan
perubahan mental.
5. Berikan kompre es
sekitar fraktur sesuai
indikasi.

Rasional
1. Dapat menyebabkan bendungan
sirkulasi bila terjadi edema
2. Penurunan/tak adanya nadi dapat
mengggambarkan cedera vaskular
dan perlunya evaluasi medik segera
terhadap status sirkulasi.

3. CRT(<3 detik). Warna kulit putih


menunjukkan gangguan arterial.
Sianosis diduga ada gangguan vena.
4. Ketidakadekuatan volume sirkulasi
akan memengaruhi sistem perfusi
jaringan.

5. Menrunkan edema/pembentukan
hematom yang dapat mengganggu
sirkulasi

4. Risiko tinggi terhadap pertukaran gas


Tindakan
1. Pantau frekuensi pernapasan
dan upaya napas. Perhatikan
adanya stridor, penggunaan
otot bantu pernapasan,
retraksi dan terjadinya
sianosis sentral.

2. Auskultasi bunyi napas,


perhatikan terjadinya
ketidaksamaan, bunyi
hiperresonan, juga adanya
ronchi, inspirasi mengorok dan
sesak napas

Rasional
1. Takipnea, dispnea serta
perubahan mental merupakan
tanda dini insufisiensi
pernapasan dan mungkin
hanya indikator terjadi emboli
paru pada tahap awal. Masih
adanya tanda/gejala
menunjukkan distres
pernapasan luas/cenderung
kegagalan
2. Adanya bunyi tambahan
menunjukkan terjadinya
komplikasi pernapasan.
Inspirasi mengorok
menunjukkan adanya edema
jalan napas atau diduga emboli
lemak

3. Berikan oksigen sesuai


kebutuhan

3. Memaksimalkan
ventilasi/oksigenasi dan
meminimalkan atelektasis

5. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskular


Tindakan
1. Dorong partisipasi pada
aktivitas/rekreasi.
Pertahankan rangsang
lingkungan seperti radio, TV,
koran, barang milik pribadi,
jam, kalender, kunjungan
keluarga/teman
2. Instruksikan klien untuk
latihan rentang gerak
aktif/pasif pada ekstremitas
yang sehat/sakit

1.

2.

3. Dorong penggunaan latihan


isometrik mulai dengan
tungkai yang sakit

3.

4. Bantu dalam mobilisasi


dengan alat mobilisasi
sesegera mungkin.
Instruksikan keamanan dalam
alat mobilitas
5. Pantau TD dalam melakukan
aktivitas. Perhatikan adanya
keluhan pusing

4.

Rasional
Memberikan kesempatan untuk
mengeluarkan energi,
memfokuskan kembali
prhatian, meningkatkan rasa
kontrol harga diri dan
membantu menurunkan isolasi
sosial
Meningkatkan aliran darah ke
otot dan tulang untuk
meningkatkan tonus otot,
mempertahankan gerak sendi,
mencegah kontraktur dan
reasobsi kalsium karena tidak
digunakan
Kontraksi otot isometrik tanpa
menekuk sendi atau
menggerakkan tungkai dan
membantu mempertahankan
kekuatan dan massa otot.
Mobilisasi dini merunkan
komplikasi tirah baring dan
meningkatkan penyembuhan
dan normalisasi fungsi organ

5. Hipotensi postural adalah


masalah umum yang menyertai
tirah baring lama dan
memerlukan intervensi khusus.

6. Kurang perawatan diri b/d hilangnya kemampuan menjalankan aktivitas


kehidupan sehari hari
Tindakan
1. Dorong klien
mengekspresikan perasaan
dan mendiskusikan cedera
dan masalah yang
berhubungan dengan cedera.
Dengarkan secara aktif
2. Motivasi penggunaan
mekanisme penyelesaian
masalah secara adaptif

Rasional
1. Fraktur memengaruhi
kemampuan seseorang
melakukan aktivitas sehari
hari seperti kehilangan
pekerjaan dan perubahan gaya
hidup
2. Penghentian mendadak
rutinitas dan rencana
memerlukan penyelesaian

masalah

3. Libatkan orang yang berarti


dan layanan dukungan bila
diperlukan
4. Modifikasi lingkungan rumah
bila diperlukan

5. Dorong klien berpartisipasi


dalam pengembangan
program terapi

3. Orang lain dapat membantu


klien melakukan aktivitas
sehari hari
4. Akomodasi untuk
penatalaksanaan di rumah
mungkin diperlukan untuk
meningkatkan perawatan diri
dan keamanan
5. Klien mampu memperoleh
kembali kemandirian dengan
partisipasi atif dalam
pengambilan keputusan
rencana terapi

7. Kerusakan integritas kulit/jaringan b/d cedera tusuk, fraktur terbuka,


pemasangan pen traksi, perubahan sensasi, imobilisasi fisik
Tindakan
1. Kaji kulit dari adanya benda
asing, kemerahan,
pendarahan, perubahan warna

2. Masase kulit dan area


tonjuolan tulang
3. Ubah posisi cincin bebat pada
alat traksi
4. Ubah posisi dengan sering

Rasional
1. Memberikan informasi tentang
sirkulasi kulit dan maslah yang
mungkin disebabkan oleh alat
dan/atau pemasangan
gips/bebat atau traksi,
pembentukan edeman yang
membutuhkan inversensi
medik lanjut
2. Menurunkan tekanan pada area
yang peka dan risiko
abrasi/kerusakan kulit
3. Posisi yang tidak tepat dapat
menyebabkan
cedera/kerusakan kulit
4. Mengurangi tekanan konstan
pada area yang sama dan
meminimalkan risiko kerusakan
kulit

8. Risiko tinggi terhadap infeksi


Tindakan
1. Inspeksi kulit dari adanya
iritasi atau robekan
kontinuitas

Rasional
1. Pin atau kawat tidak harus
dimasukkan melalui kulit yang
terinfeksi, kemerahan atau

2. Kaji sisi pin/kawat, perhatikan


keluhan peningkatan
nyeri/rasa terbakar atau
adanya edema, drainasebau
tidak enak
3. Lakukan perawatan pin atau
kawat steril sesuai protokol
dan mencuci tangan
4. Observasi luka dari
pembentukan bila, krepitasi,
perubahan warna kulit
kecoklatan, bau drainase tidak
enak

abrasi dan dapat menimbulkan


infeksi
2. Dapat mengindikasikan
timbulnya infeksi lokal/nekrosis
jaringan, yang daapt
menimbulkan osteomielitis
3. Mencegah kontaminasi silang
dan kemungkinan infeksi
4. Tanda perkiraan infeksi gas
gangren

9. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan


Tindakan
1. Beri penguatan metode
mobilitas dan ambulasi sesuai
instruksi terapis fisik bila
diindikasikan

2. Buat daftar aktivitas, minta


klien melakukan secara
mandiri dan yang memerlukan
bantuan
3. Dorong klien melakukan
latihan akif untuk sendi di atas
dan di bawah fraktur

4. Diskusikan pentingnya
evaluasi klinis

Rasional
1. Banyak fraktur memerlukan
gips, bebat atau penjepit
selama proses penyembuhan.
Kerusakan lanjut dan
keterlambatan penyembuhan
daapt terjadi sekunder
terhadap ketidaktepatan
penggunaan alat ambulasi
2. Penyusunan aktivitas seputar
kebutuhan dan yang
memerlukan bantuan
3. Mencegah kekakuan sendi,
kontraktur dan kelelahan otot,
meningkatkan kembalinya
aktivitas sehari hari secara
dini
4. Penyembuhan fraktur
memerlukan waktu tahunan
untuk sembuh total, dan kerja
sama klien dalam program
pengobatan membantu
penyatuan yang tepat dari
tulang

4. Implementasi Keperawatan
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah ada
5. Evaluasi
Nyeri berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan

Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai


Pasien menunjukkan tingkat mobilitas yang lebih baik
Tidak terjadi disfungsi neurovaskular perifer
Pertukaran gas adekuat
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Infeksi tidak terjadi
Meningkatnya pemahaman klien tentang penyakit yang dialaminya.
Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur
dan proses pengobatan

DAFTAR PUSTAKA

Kristayanasari weni dan jitowiyono sugeng. 2010. Asuhan Keperawatan Post


Operasi Pendekatan Nanda,NIC,NOC. Yogyakarta : Mulia Medika.
Lukman dan ningsih nurna. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskletal. Jakarta : Salemba Medika.

You might also like