Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
KELAS A
KELOMPOK 7
MUH. SYARIFURISMAN
MUSFIRAH
NUR FAUZIAH KASIM
NUREVA RAMLI
NURFAEDAH KARIM
NURNANENGSIH
pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu,
generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga
mengurangi kemampuannya melintasi otak.
Sedangkan generasi ketiga merupakan derivat dari generasi kedua, berupa
metabolit (desloratadine dan fexofenadine) dan enansiomer (levocetirizine). Pencarian
generasi ketiga ini dimaksudkan untuk memperoleh profil antihistamin yang lebih baik
dengan efikasi tinggi serta efek samping lebih minimal.
C. Farmakologi
Sebagai inverse agonist, antihistamin H1 beraksi dengan bergabung bersama dan
menstabilkan reseptor H1 yang belum aktif, sehingga berada pada status yang tidak
aktif. Penghambatan reseptor histamin H1 ini bisa mengurangi permeabilitas vaskular,
pengurangan pruritus, dan relaksasi otot polos saluran cerna serta napas. Secara klinis,
antihistamin H1 generasi pertama ditemukan sangat efektif berbagai gejala rhinitis
alergi reaksi fase awal, sepertirhinorrhea, pruritus, dan sneezing. Tapi, obat ini kurang
efektif untuk mengontrol nasal congestion yang terkait dengan reaksi fase akhir.
Sementara itu antihistamin generasi kedua dan ketiga memiliki profil farmakologi
yang lebih baik. Keduanya lebih selektif pada reseptor perifer dan juga bisa
menurunkan lipofilisitas, sehingga efek samping pada SSP lebih minimal. Di samping
itu, obat ini juga memiliki kemampuan anti alergi tambahan, yakni sebagai antagonis
histamin. Antihistamin generasi baru ini mempengaruhi pelepasan mediator dari sel
mast dengan menghambat influks ion kalsium melintasi sel mast atau membaran basofil
plasma, atau menghambat pelepasan ion kalsium intraseluler dalam sel. Obat ini
menghambat reaksi alergi dengan bekerja pada leukotriene dan prostaglandin, atau
dengan menghasilkan efek anti-platelet activating factor.
Antihistamin H1 diduga juga memiliki efek anti inflamasi. Hal ini terlihat dari
studi in vitro desloratadine, suatu antihistamin H1 generasi ketiga. Studi menunjukkan,
desloratadine
memiliki
efek
langsung
pada
mediator
inflamatori,
seperti
D. Farmakokinetik
Setelah pemberian oral atau parenteral, antihistamin H1 diabsorpsi secara
baik. Pemberian antihistamin H1 secara oral efeknya timbul 15-30 menit dan maksimal
setelah 1-2 jam, mencapai konsentrasi puncak plasma rata-rata dalam 2 jam. Ikatan
dengan protein plasma berkisar antara 78-99%. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru
sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot, dan kulit kadarnya lebih rendah. Sebagian
besar antihistamin H1dimetabolisme melalui hepatic microsomal mixed-function
oxygenase system, tetapi dapat juga melalui paru-paru dan ginjal. Konsentrasi plasma
yang relatif rendah setelah pemberian dosis tunggal menunjukkan kemungkinan terjadi
efek lintas pertama oleh hati. Antihistamin H1 dieksresi melalui urin setelah 24 jam,
terutama dalam bentuk metabolitnya.
Waktu paruh antihistamin H1 sangat bervariasi. Klorfeniramin memiliki waktu
paruh cukup panjang sekitar 24 jam, sedang akrivastin hanya 2 jam. Waktu paruh
metabolit aktif juga sangat berbeda jauh dengan obat induknya, seperti astemizole 1,1
hari sementara metabolit aktifnya, N-desmethylastemizole, memiliki waktu paruh 9,5
hari. Hal inilah yang mungkin menjelaskan kenapa efek antihistamin H1 rata-rata masih
eksis meski kadarnya dalam darah sudah tidak terdeteksi lagi. Waktu paruh beberapa
antihistamin H1 menjadi lebih pendek pada anak dan jadi lebih panjang pada orang tua,
pasien disfungsi hati, dan pasien yang menerima ketokonazol, eritromisin, atau
penghambat microsomal oxygenase lainnya.
E. Penggunaan Klinis (Indikasi)
Antihistamin H1 berguna untuk pengobatan simptomatik berbagai penyakit alergi
dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. Antihistamin generasi pertama
digunakan untuk mengatasi hipersensitifitas, reaksi tipe I yang mencakup rhinitis alergi
musiman atau tahunan, rhinitis vasomotor, alergi konjunktivitas, dan urtikaria. Agen ini
juga bisa digunakan sebagai terapi anafilaksis adjuvan.
Difenhidramin, hidroksizin, dan prometazin memiliki indikasi lain disamping
untuk reaksi alergi. Difenhidramin digunakan sebagai antitusif, sleep aid, antiparkinsonism atau motion sickness. Hidroksizin bisa digunakan sebagai pre-medikasi
atau sesudah anestesi umum, analgesik adjuvan pada pre-operasi atau prepartum, dan
sebagai anti-emetik. Prometazin digunakan untuk motion sickness, pre- dan
postoperative atau obstetric sedation.
F. Efek Samping
Pada dosis terapi, semua antihistamin H1 menimbulkan efek samping walaupun
jarang bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Terdapat
variasi yang besar dalam toleransi obat antar individu, kadang-kadang efek samping ini
sangat mengganggu sehingga terapi perlu dihentikan.
Efek Samping Antihistamin H1 Generasi Pertama :
- Alergi : fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.
- Kardiovaskular : hipotensi postural, palpitasi, refleks takikardia, trombosis vena
-
(nasal spray)
Antihistamin Generasi kedua dan ketiga :
- Alergi : fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.
- SSP : mengantuk/ drowsiness, sakit kepala, fatigue, sedasi
- Respiratori : mulut kering
- Gastrointestinal : nausea, vomiting, abdominal distress (cetirizine, fexofenadine)
Efek samping SSP sebanding dengan placebo pada uji klinis, kecuali cetirizine
yang tampak lebih sedatif ketimbang placebo dan mungkin sama dengan generasi
pertama. Efek samping pada respiratori dan gastrointestinal lebih jarang dibanding
generasi pertama.
Beberapa efek samping lain dari antihistamin :
a. Efek sedasi
Dari hasil penelitian oleh perocek, dibandingkan difenhidramin 250 mg
dengan loratadine dosis tunggal 20 mg. Hasilnya memperlihatkan efek sedasi
difenhidramin
lebih
besar
dibanding
loratadine.
Jadi
loratadine
tidak
G. Kontra Indikasi
Antihistamin generasi pertama:
-
H. Obat-Obat Antihistamin H1
1. CHLORPHENIRAMINE
Indikasi
: Alergi seperti rhinitis, urtikaria,asma bronchial, udem
angloneuritik, dermatitis atopik, alergi eksim, gatal.
Dosis
: 3-4 x sehari
Kontra Indikasi
: serangan asma, bayi prematur
Perhatian
: Glaukoma, wanita hamil, retensi urin, hipertrifi prostat.
Efek Samping
: Sedasi, gangguan GIT, efek antimuskarinik, hipertensi,
kelemahan otot.
Kemasan
Nama paten
: Tablet 4 mg
: Pehachlor
2. PROMETAZINE
Indikasi
: Asma, hipersensitif
: Dapat mengganggu
kemampuan
mengemudi
atau
menjalankan mesin.
Efek Samping
Mengantuk,
sedasi,
penglihatan
kabur,
disorientasi,
Wanita menyusui, karena kandungan aktif cetirizine diekskresi pada air susu
ibu.
Dosis:
-
Dewasa dan anak usia diatas 12 tahun : 1 tablet 10 mg, 1 kali sehari
Penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal : dosis sebaiknya dikurangi
menjadi tablet sehari.
Perhatian
Kemasan
4. LORATADINE
Indikasi
: Cetirizine 10 mg tablet.
: Rinitis alergi seperti bersin, pilek, rasa gatal pada hidung, rasa
adalah
antihistamin
kerja
panjang
yang
sehari.
Khasiat dan keamanan penggunaan pada anak-anak usia dibawah 2 tahun
belum terbukti
Kontra Indikasi
: Hipersensitif atau idiosinkrasi terhadap komponennya
Kemasan
: Loratadine 10 mg tablet; Loratadine 5 mg / 5 mL Sirup.
Nama Paten
: Claritin 10 mg tablet
5. FEXOFENADINE
Indikasi
: Meredakan gejala-gejala yang berhubungan dengan alergi
seperti rinitis alergika & urtikaria (biduran/kaligata) idiopatik kronik pada orang
dewasa & anak berusia 12 tahun atau lebih.
Dosis
: Dewasa & anak 12 tahun : 1 kali sehari 1 tablet
Pemberian Obat
: Berikan sebelum makan. Jangan diberikan bersama jus buah.
Efek Samping
: Sakit kepala, mengantuk, mual, pusing, lelah
Interaksi Obat
: pemakaian bersama dengan antasida yang mengandung
Aluminium dan Magnesium Hidroksida dalam waktu 15 menit menyebabkan
penurunan bioavailabilitas Feksofenadin HCl.
Kemasan
: Tablet salut film OD 120 mg
Nama Paten
: Telfast OD 120 mg tablet
6. ASTEMIZOL
Indikasi
: Rinitis alergi, konjungtivitis alergi, urtikaria kronis dan
kondisi alergi lainnya.
Dosis
: Dewasa dan anak usia diatas 12 tahun: sehari 10 mg; 6-12
tahun: sehari 5 mg; usia dibawah 6 tahun: 2 mg/kgBB/hari
Perhatian
: Gangguan hati, hipokalemia.
Efek Samping
: Kenaikan berat badan pada pemakaian jangka panjang.
Interaksi Obat
: azoles, makrolida
Nama Paten
: Comaz 10 mg tablet
7. DESLORATADIN
Indikasi
:
- Menghilangkan gejala pada hidung dan bukan hidung dari rinitis alergika
-
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Buku Saku Obat Generik. Aesculapius: Makassar.
Anonim. 2010. Antihistamin. http://www.welcometomyblog-antihistamin.com. Diakses pada
tanggal 30 November 2013.
Anonim. http://www.apotikantar.com. Diakses pada tanggal 1 Desember 2013.
Anonim.2013. Trade Names of Generic Drugs. http://www.merckmanual.com. Diakses pada
tanggal 1 Desember 2013.
Susanto, Lim. 2013. Produsen Obat Berkualitas dan Ekonomis: PT. Hexpharm Jaya
Laboratoties. http://hexpharmjaya.com. Diakses pada tanggal 1 Desember 2013.