You are on page 1of 23

ANALISIS PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

PADA DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA


PROVINSI SUMATERA SELATAN

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Di ajukan Oleh :
Ayu Ruti Sitohang
11.12.12.0234. P

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRIDINANTI
PALEMBANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah
provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap
daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota mempunyai pemerintah daerah yang
diatur dengan undang-undang. Pemerintahan daerah adalah penyelenggara urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam UUD 1945.
Otonomi daerah secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari
2001, yang dimaksudkan agar daerah dapat mencari sumber penerimaan yang dapat
membiayai pengeluaran pemerintahan dan pembangunan. Otonomi daerah memiliki
pengertian sebagai salah satu bentuk kewenangan yang diberikan daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah melaksanakan berbagai urusan
rumah tanggganya sendiri termasuk mengatur sumber keuangan daerah. Dan perlu
menggali sumber-sumber pendapatan daerah masing-masing.
Sebenarnya dasar pertimbangan terselenggaranya otonomi daerah (Otoda)
adalah perkembangan kondisi di dalam negeri yang mengindikasikan bahwa rakyat
menghendaki keterbukaan dan kemandirian (desentralisasi) (Abdul halim,2004).
Keadaan diluar negeri juga menujukkan semakin maraknya globalisasi yang menuntut
daya saing tiap negara, dan termasuk daya saing tiap daerahnya. Tujuan mendasar dari
otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah,
mengurangi kesenjangan antar daerah dan juga meningkatkan kualitas pelayanan publik
agar lebih efisien dan responsif terhadap kebutuhan, potensi maupun kareteristik di
daerah masing-masing.

Anggaran berbasis kinerja pada dasarnya merupakan sistem penyusunan dan


pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaiaan hasil atau kinerja.
Adapun kinerja tersebut mencerminkan efisiensi dan efktifitas pelayanan publik, yang
berorientasi dengan kepentingan publik. Anggaran dengan model ini telah banyak
dipergunakan oleh beberapa dinas pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan
daerahnya masing-masing. Termasuk juga telah diterapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan. Pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
Provinsi Sumatera Selatan penerapaan anggaran berbasis kinerja ini baru dimulai pada
tahun 2008 setelah sebelumnya pada tahun anggaran sebelumnya baru disosialisasikan
pasca dikeluarkaanya Permendagri No.13 tahun 2006 yang berisi tentang aturan baru
dalam Pengelolaan Keuangan Negara.
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan, merupakan
dinas/instansi

pemerintah

yang

mempunyai

tugas

pokok

pelaksanaan

tugas

desentralisasi di bidang Pembangunan Jalan, dan Jembatan serta bidang pemeliharaan


jalan dan jembatan yang mencakup wilayah daerah Sumatera Selatan. Berdasarkan
tugas pokok diatas semoga dapat dapat menjadi pendukung keberhasilan kebijaksanaan
pemerintah daerah di dalam bidang pembangunan. Untuk mencapai tujuan dimaksud
yang dimaksud, maka itu Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dengan membuat
kebijakan dapat dijadikan pedoman agar dapat menyediakan sarana dan prasarana
penunjang pembangunan di berbagai sektor khususnya peningkatan kualitas dalam
pembangunan jalan dan jembatan yang ada diwilayah Sumatera Selatan. Dengan adanya
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sumatera Selatan
diharapkan dapat lebih memudahkan penanganan dan pengendalian berbagai tugas dan
tanggung jawab, sehingga pelaksanaan rutin yang telah di program kan dapat
terlaksanaan dengan baik, lancar, tepat waktu dan sesuai sasaran yang dituju. Demi
menunjang

faktor-faktor

tersebut

diatas

membutuhkan

suatu

gambaran

keberhasilan/tingkat pencapaian (kinerja).


Proses penyusunan Anggaran berbasis kinerja yang diterapkan Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan berpedoman sesuai dengan pedoman
Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja yang disusun oleh Deputi IV BPKP tahun 2005

Kinerja adalah gambaran tentang tingkat pencapaian pelaksanaan suatu


kegiatan/program dinas dalam mewujudkan tujuan dinas, outcome hasil kerja dians
dalam mewujudkan tujuan strategis yang ditetapkan oleh dinas, kepuasaan publik, serta
kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu anggaran
berbasis kinerja yang telah diterapkan oleh Dinas Perkerjaan Umum Bina Marga
Provinsi Sumatera Selatan melalui dukungan dana dari APBD Provinsi Sumatera
Selatan. Untuk pengalokasian kegiatan belanja Pembangunan dan Belanja Rutin harus
menampilkan implementasinya, misalnya dalam peningkatan kinerja di Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan.
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : Analisis Penerapan Anggaran Berbasis
Kinerja Pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana penerapan anggaran berbasis kinerja pada Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut untuk mengetahui
kesesuaian penerapan Anggaran Berbasis Kinerja di Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga Provinsi Sumatera Selatan.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini yaitu :
1.

Bagi Penulis :
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penilaian penerapan
Anggaran Berbasis Kinerja di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi
Sumatera Selatan khususnya sesuai dengan Anggaran Belanja Negara

2.

Bagi Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan :


Untuk menjadi referensi dalam mengalisis kinerja keuangan yang seiring dengan
pemberlakuan penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja.

3.

Bagi Pihak Lain :


Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut serta untuk menambah wawasan
dan pengetahuan tentang anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan
pemerintah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teoritis
2.1.1. Konsep Anggaran Sektor Publik
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
mencapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran financial
(Mardiasmo 2005: 62). Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang dipersentasikan
dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Bisa
dikatakan anggaran publik merupakan suatu dokumen yang mengambarkan kondisi
keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja
dan aktivitas.
Purwatiningsih dan Maudy Warrow (2000;3) adalah :
Anggaran adalah suatu proses mengembangkan tujuan perusahaan dan
memilih kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang untuk
mencapai tujuan.

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa ada dua hal yang harus ada pada
suatu rencana dalam hal ini dalam anggaran publik yaitu adanya estimasi-estimasi:
1. Perolehan pendapatan
Pada bagian ini hendaknya anggaran yang baik dapat mecantumkan sumber
dana yang dipakai. Karena sektor publik berbeda dengan sektor swasta dimana sumber
dana sektor publik biasaya berasal dari sumber-sumber dana publik dan dana ini harus
dikelola dengan baik dan penuh dengan transparansi.

2. Belanja.
Maksud dari belanja ini yaitu estimasi jumlah biaya - biaya yang akan dipakai.
Dalam hal ini anggaran sebagai dasar perencanaan hendaknya mecantumkan akan
dipakai apa sumber dana tersebut dengan pertimbangan dapat mendatangkan dampak
positif bagi publik.

Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran sektor publik merupakan suatu
rencana finansial yang menyatakan:
1.

Berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja) dan

2.

Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai rencana
tersebut (pendapatan)

2.1.1.1. Fungsi Anggaran Sektor Publik


Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, (Mardiasmo,2005 :
65) yaitu :
(1) sebagai alat perencanaan,
(2) alat pengendalian,
(3) alat kebijakan fiscal,
(4) alat politik,
(5) alat koordinasi dan komunikasi,
(6) alat penilaian kinerja,
(7) alat motivasi dan
(8) alat menciptakan ruang publik.
2.1.2. Anggaran Berbasis Kinerja
2.1.2.1. Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja
Menurut Dirjen Anggaran Depkeu (2010) Anggaran Kinerja mencerminkan
beberapa hal. Pertama, maksud dan tujuan permintaan dana. Kedua, biaya dari programprogram yang diusulkan dalam mencapai tujuan ini. Dan yang ketiga, data kuantitatif
yang dapat mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap
program.
Sedangkan menurut (Marc and Jim,2005) Anggaran berbasis kinerja dapat
diartikan sebagai produser atau mekanisme untuk memperkuat keterkaitan antara dana
yang diberikan kepada instansi/lembaga pemerintah dengan outcome (hasil/dampak)
dan/atau output (keluaran), melalui pepngalokasian anggaran yang didasarkan pada
informasi formal tentang kinerja. Informasi kinerja formal mencakup informasi
mengenai ukuran kinerja (performance measure), ukuran biaya untuk masing-masing

kelompok output dan outcome, dan penilaian atas efektivitas dan efisiensi belanja
melalui berbagai alat analisis.

Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) menurut pedoman penyusunan APBD


berbasis kinerja (revisi) deputi IV BPKP, yaitu suatu sistem penganggaran yang dapat
memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahuanan akan terlihat adanya
keterkaitan anatara dana yang tersedia dan hasil yang diharapkan. Anggaran berbasis
Kinerja adalah sistem penganggaran yng mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja
atau output yang ditetapkan.

Program pada Anggaran Berbasis Kinerja didefinisikan sebagai instrument


kebijakan yang berisi satu atau lebih yang akan dilaksanakan oleh instansi
pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi
anggaran atau kegiatan masyarakat yang di koordinasikan oleh instasi pemerintah.
Elemen elemen yang penting untuk diperhatikan dalam penganggaran berbasis kinerja
adalah : (Pedoman penyusunan APBD berbasis kinerja (revisi) deputi IV BPKP)
1.

Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya

2.

Pengumpulan informasi yang sistematis atas realisasi pencapaian kinerja dapat


diandalkan dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara biaya dengan
presentasinya.

2.1.2.2.

Dasar Hukum Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja

Deputi IV Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (2005) mencantumkan


dasar hukum penyusunan anggaran berbasis kinerja di dalam penyusunan Anggaran
Berbasis Kinerja.
Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyusunan Anggaran Berbasis
Kinerja adalah :
1.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3.

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional

4.

Undang-undang Nomor 32 tentang Pemerintah Daerah

5.

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

6.

Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengeloalaan Keuangan Daerah

7.

Draft revisi Kepmendagri No 29 tahun 2002 tentang pedoman dan penyusunan,


pertanggung jawaban dan pengawasan Keuangan Daerah serta Tata cara
penyusunan APBD, pelaksanaan Tata Usaha keuangan daerah dan penyusunan
perhitungan APBD

8.

Draft Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

2.1.2.3. Tujuan Pedoman Anggaran Berbasis Kinerja


Tujuan disusunnya Anggaran Berbasis Kinerja adalah meningkatkan efisiensi
alokasi dan produktivitas dari belanja pemerintah.
Tujuan dilakukan penyusunan anggaran Berbasis Kinerja meliputi :
Efisiensi pelaksaan anggaran dengan menghubungkan kerja dan kegiatan
terhadap biaya
Mendukung alokasi anggaran prioritas program dan kegiataan
Meningkatkan kualitas pelayanaan public

2.2.

Penelitian Lain Yang Relevan


Didalam penelitian ini terdapat perbedaan antara penelitian yang terdahulu

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Berikut ini persamaan dan perbedaan
tersebut penulis sajikan dalam bentuk tabel 1.1. berikut ini :

Tabel 2.1
Penelitian Lain yang Relevan
No
1

Judul

Kesimpulan

Persamaan

Perbedaan

Peranan Partisipasi

Perananan

Membahas

- Dinas Pekerjaan

Anggaran Terhadap

Partisipasi

Anggaran

Umum Bina Marga

Kinerja pada Badan

anggaran

Kinerja

Provinsi Sumatera

Perencanaan

terhadap kinerja

Pembangunan Daerah

Pada BAPPEDA

(BAPPEDA) Provinsi

Provinsi

anggaran

Sumatera Selatan

Sumetera

diklafisikan sesuai

(Dania Febriyanti :

Selatan Sudah

belanja menurut

2012)

berjalan dgn

urusan, kegiatan,

baik

rincian biaya

Selatan
- Rencana kerja

Penerapan dan

Pengelolaan

Membahas

Implementasi

anggaran negara

Anggaran

Umum Bina Marga

Anggaran berbasis

membutuhkan

berbasis

Provinsi Sumatera

Kinerja pada Badan

dukungan sistem Kinerja

Dinas Kesehatan Kota

penganggaran

Palembang (istianah

yang lebih

kebutuhan belanja

Tahun 2005)

responsif dalam

pun telah diterapkan

memfasilitasi

antara aparatur dan

peningkatan

pelayan publik

kinerja,

sesuai program dan

pembangunan,

kegiatan di Dinas

kualitas layanan

PU Bina Marga

dan efisiensi

Provinsi Sumatera

pemanfaatan

Selatan

sumber daya.

- Dinas Pekerjaan

Selatan
- Pemisahan

2.3.

Kerangka Berfikir
Anggaran Berbasis Kinerja sebagai suatu rangkaian prosedur atau mekanisme

untuk memperkuat keterkaitan antara dana yang diberikan kepada lembaga pemerintah
dengan hasil/dampak atau keluaran, melalui pengalokasian anggaran yang didasarkan
pada informasi tentang kinerja.
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berfikir
Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Sumatera
Selatan

Proses Penyusunan
Anggaran Berbassis
Kinerja

Analisis Penerapan
Anggaran Berbasis Kinerja

Realisasi

Anggaran

Efektif / Tidak Efektif

BAB III
METODE PENELITIAN

1.1.

Tempat Dan Waktu Penelitian


Dalam penelitian skripsi ini penulis melakukan penelitian pada Dinas Pekerjaan

Umum Bina Marga Provinsi Sumetera Selatan yang beralamat Jalan Ade Irma Nasution
No.10 Palembang.
Waktu penelitian dilakukan selama enam (6) bulan di mulai bulan di mulai pada
bulan Mei 2013 sampai Oktober 2013

1.2.

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

1.2.1. Sumber Data


Pengumpulan data dapat dilakukan dalam beberapa setting, berbagai sumber,
dan berbagai cara menurut Sugiono (2004:129) bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat digunakan sumber primer dan sumber sekunder. Untuk
memperoleh data yang akurat dalam penulisan ini maka sumber data yang digunakan
adalah :
a.

Data Primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukan. Data primer
diperoleh dan hasil wawancara dan pihak yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.

b.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan dan sumbersumber yang telah ada. Data ini diperoleh dari perpustakan atau laporan-laporan
peneliti yang terdahulu. Adapun data sekunder yang diperoleh di Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga adalah :
1.

Sejarah singkat Instansi

2.

Kegiatan Kegiatan, struktur organisasi dan pembagian tugas

1.2.2.

Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah


(Indrianto, Nur dan bambang. 2002)
1.

Interview (wawancara), pengumpulan data dengan melaksanakan Tanya jawab


secara langsung kepada staf staf pegawai yang terkait yang berhubungan dengan
penelitian

2.

Studi kepustakaan, merupakan metode pengumpulan data sekunder dengan


mengambil data dari literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian

Teknik, dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari


sumber informasi, bahan-bahan tertulis atau tercatat yang berhubungan dengan
penelitian pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan.
2.3.

Populasi, Sampel, dan Sampling

2.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri dari objek yang mempunyai
kualitas karakteristik tertentu yang diterapkan oleh ppeneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan Sugiono (2006:55). Populasi data penelitian adalah
Anggaran Berbasis Kinerja
2.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan kareteristik yang dimiliki oleh populasi,
sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Anggaran Berbasis Kinerja
pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan pada tahun
2012
2.3.3. Sampling
Pada penelitian ini peneliti mengunakan teknik purposive sampling, purposive
sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tertentu. Penulis mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata random atau
daerah tapi berdasarkan adanya tujuan tertentu dan dilakukan pertimbangan,
dimana data yang penulis pilih sudah ditentukan yaitu Anggaran Berbasis
Kinerja pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera
Selatan.Pada tahun 2012

2.4.

Rancangan Penelitian
Ditinjau dari permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini merupakan

penelitian deskritif kuantitatif, langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik analisis


data kualitatif sebagaimana dijelaskan dalam Sugiono (2007:17-19) adalah sebagai
berikut :
1.

Tahap orientasi/Deskritif
Mendeskripsikan apa yang dilihat, dirasakan, dan ditanya, di sini informasi baru
dikenal secara sepintas

2.

Tahap Reduksi/Fokus
Mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama, yaitu dengan
memfokuskan pada masalah tertentu, dalam tahap ini dilakukan untuk menyortir
data dengan cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna dan baru

3.

Tahap Seleksi
Tahap ini menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci, setelah
melakukan anlisis yang lebih mendalam terhadap data dan informasi yang
diperoleh, maka kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan atau menemukan
informasi-informasi yang berguna.
Dalam penelitian data yang didapat melalui wawancara, obsevarsi,

dokumentasi dan studi kepustakaan diolah berdasarkan tahapan diatas, data tersebut
kemudian disusun dan dipaparkan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat untuk
mendapatkan hasil yang optimal dari penelitian yang dilakukan.

3.5.

Variabel dan Definisi Operasional


a. Variabel Penelitian
Variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari objek yang
mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mepelajari
dan ditarik kesimpulannya.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pejelasan setiap variabel secara konsepsional
oleh sejumlah teori ilmiah agar dapat dikatakn sebagai variabel ilmiah

Tabel. 3.1
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel

Definisi Operasional

Indikator

Anggaran

Merupakan pedoman tindakan

- Masukan (Inputs)

berbasis

yang

- Keluaran (Outputs)

Kinerja

pemerintah meliputi rencana,

akan

belanja,

dilaksanakan

transfer,

pembiayaan

yang

- Hasil (outcome)

dan
diukur

dalam satuan rupiah, yang


disusun menurut klasifikasi
tertentu

secara

sistematis

untuk suatu periode (Abdul


hafiz

tanjung

standar

akuntasi pemerintahan)

3.6. Instrumen Penelitian


Menurut Sugiono (2004:97) instrument penelitian adalah suatu alata yang
digunakan untuk emngukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam
penelitian ini alat penulis gunakan untuk mengumpul data adalah wawancara, membaca
buku-buku dan catatan-catatan serta dokumen maupun arsip, dengan cara mempelajari
meneliti buku-buku dan catatan-catatan serta dokumen dan arsip pada Dinas Pekrerjaan
Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan yang sangat berhubungan dengan
penelitian ini.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1.

Sejarah Singkat
Dinas Pekerjaan Umum ini adalah Intansi yang melakukan aktivitas pembinaan

jalan, pembangunan, dan jembatan. Pada mulanya Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
ini sesuai dengan surat keputusan Gubernur Nomor 651/ KPTS/XII/1984 pada tanggal
18 September 1984 hanya merupakan sub bagian dari Dinas Pekerjaan Umum Sumatera
Selatan, akan tetapi karena semakin meningkatnya volume pekerjaan yang harus
dikelola dan dilaksanakan serta adanya tantangan kemajuan teknologi dan globalisasi
politik, ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan dan keamanan rakyat yang
menghendaki pembangunan di segala bidang, dalam hal ini pemerintah mengambil
kebijaksanaan mangadakan reorganisasi baik administrasi maupun teknis dalam rangka
ikut serta memperdayakan sumber daya manusia ke sektor-sektor dan unit terkecil untuk
menjangkau dan menyebar luaskan pemerataan pembangunan di segala pelosok desa
terpencil dan langkah yang diambil adalah menjadikan Bina Marga yang semula hanya
sub bagian menjadi sebuah Dinas. Pemekaran yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi Sumatera Selatan adalah dengan menjadikan tiga dinas. Ketiga dinas
tersebut adalah
1. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
2. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya
3. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga diatur dengan Peraturan Tingkat daerah
provinsi Nomor 9 Tahun 1995 tangggal 1 Maret 1995. Dengan adanya peraturan ini
maka Bina Marga yang semula hanya sub bagian yang tunduk dan bertanggung jawab
kepada kepala Dinas, sekarang menjadi Dinas yang bertanggung jawab langsung kepada
Gubernur dengan adanya pemekaran tersebut berarti ada kewenangan anggaran rutin
dan pembangunan.

Dinas PU Binamarga memiliki cabang di berbagai penjuru tanah air tetapi


setelah adanya otonomi daerah Dinas ini di pecah sehingga terdapat di berbagai daerah
dan kabupaten. Dinas PU Binamarga yang merupakan unsur pelaksana Pemerintah
Daerah Provinsi Sumatera Selatan yang dipimpin seorang Kepala Dinas, berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2000, Dinas Pekerjaan
Provinsi Sumatera Selatan melakukan pemekaran yang dibagi menjadi tiga Dinas yaitu :
1.

Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan.

2.

Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Provinsi Sumatera Selatan.

3.

Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Sumatera Selatan.

4.2.

Pembahasan dan Interprestasi

4.2.1

Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Dinas Pekerjaan Umum


Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan.
Anggaran Berbasis kinerja mulai diterapkan di Dinas Pekerjaan Umum Bina

Marga Provinsi Sumatera Selatan tahun 2012. Dasar hukum penerapan anggaran
berbasis kinerja adalah undang-undang no 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara:
1.

Dalam rangka penyusunan RAPBN, menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna


anggaran/pengguna

barang

menyusun

rencana

kerja

dan

anggaran

kementerian/lembaga. (pasal 14 ayat 1)


2.

RKAKL sebagaimana dimaksuud ayat 1 disusun berdasarkan prestasi kerja/kinerja


yang akan dicapai (pasal 14 ayat 2)
Dengan melihat dasar hukum di atas, penerapan anggaran berbasis kinerja pada

Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan telah dilaksanakan
sesuai dengan kententuan.

Dalam penyusunan anggaran instansi telah menyusun

Rencana Kerja Anggaran sebagai langkah awal pedoman dalam melaksanakan kegiatan
dan program yang telah dianggarkan.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu bagian terpenting
dalam anggaran berbasis kinerja adalah penetapan indikator kinerja, maka dalam
penerapannya Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan juga telah
menetapkan indikator-indikator dalam penyusunan anggarannya, sehingga dari

indikator-indikator tersebut dapat dilihat sejauh mana pencapaian kinerja yang


dihasilkan.
Berikut ini beberapa indikator kinerja yang telah diterapkan oleh Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan :
a.

Masukan (Input)
Masukan merupakan sumber daya yang digunakan untuk memberikan

pelayanan pemerintah. Tolak ukur kinerjanya berdasarkan tingkat atau besarnya dana,
sumber daya manusia, material, waktu, teknologi, dan sebagainya yang digunakan untuk
melaksanakan program atau aktifitas kegiatan.
Dalam Tahun Anggaran 2012, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi
Sumatera

Selatan

menerima

pembiayaan

untuk

seluruh

kegiatan

sebesar

Rp.137,306,161,944,16 yang terdiri dari :

Belanja Pegawai

: Rp. 7.644.043.696.16

Belanja Barang

: Rp. 19.627.946.670.00

Belanja Modal

: Rp. 110.144.431.578.00

Seluruh kegiatan yang telah diprogramkan untuk tahun anggaran 2012 dengan
persentase kegiatan phisik 88,44 % (Rp.110.144.431.578.00)
Dalam melaksanakan kegiatan program di tahun 2012 tersebut, Dinas
Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan didukunng sumber daya,
dalam hal ini personil sebanyak 450 orang yang jika dilihat dari tingkatan pendidikan
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4
DAFTAR JUMLAH PEGAWAI DI DINAS PU BINA MARGA PROVINSI
SUMATERA SELATAN BERDASARKAN PENDIDIKAN
No.

Jenjang Pendidikan

Teknik

Non
Teknik

1.

SD

2.

SLTP

3.

SLTA

70

126

4.

D3

20

5.

S1

99

70

6.

S2

15

26

7.

S3

208

242

JUMLAH
TOTAL

450

Sumber : Bidang Kepegawaian Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera
Selatan 2013
b. Keluaran (Output)
Indikator keluaran dapat menjadi landasan Instansi Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga Provinsi Sumatera Selatan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila target
kinerjanya (tolok ukur) dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi
dengan baik dan terukur. Karenanya, indikator keluaran harus sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi unit organisasi yang bersangkutan.
Indikator keluaran (ouput) digunakan untuk memonitor seberapa banyak yang
dapat dihasilkan atau disediakan oleh instansi atau lembaga dalam hal ini Dinas
Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan. Indikator tersebut di
identifikasikan dengan banyaknya satuan hasil, produk-produk, tindakan-tindakan, dan
lain sebagainya.
c.

Hasil (outcome)
Indikator keluaran ini mengambarkan hasil nyata dari keluaran (output) suatu

kegiatan. Ukuran hasil (outcome) digunakkan untuk menentukan seberapa jauh tujuan
dari setiap fungsi utama, yang dicapai dari output suatu aktifitas (produk atau jasa
pelayanan), telah memenuhi keinginan masyarakat yang dituju.
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan telah
mengunakan indikator masukan (input) khususnya dana APBD yang dituangkan dalama
Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) untuk membiayai kegiatan yang telah
diprogramkan untuk mendukung kegiatan utama. Kegiatan Utama yang dimaksudkan
disini adalah kegiatan yang mendukung pencapaian Visi dan Misi Dinas.

Pada dasarnya penerapan anggaran berbasis kinerja yang dilaksanakan Dinas


Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan telah cukup baik, dan sesuai
dengan peraturan-peraturan yang ada. Tetapi, memang diakui dalam pelakasanaannya
dirasakan masih memerlukan banyak pembelajaran mengingat aturan tetang penerapan
anggaran berbasis kinerja ini adalah sumber daya manusia nya sendiri, keterbatasan
pengalaman dan pengetahuan juga menjadi kendala teknis di sini.
Selain itu dalam penerapan anggaran berbasis kinerja di Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan ini masih memerlukan pembenahan pada
pembuatan RKA nya. Indikator kinerja yang tercantum dalam RKA Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan dirasa kurang spesifik, dan masih bersifat
umum, sehingga kurang jelas bagaimana mengukurnya dan berapa target yang harus
dicapai. Untuk itu pembenahan perlu dilakukan agar dapat dirasakan manfaat yang
sebesar-besarnya dari sumber daya yang ada, sehingga dapat mendukung perbaikan
efisiensi dan efektifitas dalam pemanfaatan sumber daya, serta memperkuat proses
pengambilan keputusan yang diperlukan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai Analisis penerapaan anggaran berbasis

kinerja di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan telah
mengunakan indikator masukan (input) khususnya dana APBD untuk
menjalankan setiap program kinerja yang telah dianggarkan. Ditekankan pula
segi-segi fungsional pengelompokan setiap kegiatan proyek yang berorientasi
pada pengendalian anggaran dan menekankan pula pada efisiensi pelaksanaan
program.
2. Keluaran (output) upaya pencapaian hasil kerja atau output dari alokasi biaya
atau input yang ditetapkan sesuai dengan penganggaran yang mengaitkan
setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran
dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari
keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja
pada setiap unit kerja.
3. Hasil (outcome) yang dihasilkan dari setiap program dan pelayanan yang
dilakukan dapat diketahui dengan jelas target tingkat pencapaian output dan
outcome.Terkaitnya biaya atau input yang dikorbankan dengan hasil yang
diinginkan dan proses perencanaan strategis yang sebelumnya dilakukandan
dapat diketahuinya urutan prioritas untuk setiap jenis pengeluaran yang
dilakukan oleh unit kerja setiap unitnya atau satuan kerja dapat diminta
pertanggung-jawaban atas hasil yang dicapainya.

5.2

Saran
Saran yang bisa penulis berikan sehubungan dengan permasalahan tentang

penerapan Anggaran Berbasis Kinerja di harapkan dapat dijadikan masukan dalam


mengelola serta dalam mengambil keputusan dapat dijadikan masukan dalam mengelola

serta dalam mengambil keputusan di masa yang akan datang bagi Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan. Adapun saran saran yang
dimaksudkan adalah sebagai berikut :
1. Dalam penyusunan anggaran yang diperoleh dari dana APBD sebagai Input
(masukan) diharapkan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera
Selatan dalam penyusunan program dan kegiatannya menyajikan tolak ukur
kinerjanya secara lebih spesifik dan jelas agar tidak menyebabkan kesulitan
dalam menganalisa dan mengukur kinerja di akhir pelaksanaan anggaran.
2. Di akui pada proses pengerjaan penyusunan anggaran berbasis kinerja salah
satu kendalanya adalah masih terbatasnya sumber daya manusianya. Sehingga
penyusunan anggaran belum bisa mengukur kinerja disetiap program apakah
sudah tepat sasaran atau belum
3. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera selatan, dapat
mengadakan pelatihan dalam proses penyusunan sehingga pemahaman dan
kemampuan pegawai dalam menyusun anggaran dapat terlaksana.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini,Yunita, dan B.Hendra Puranta.2010.Anggaran Berbasis Kinerja: Penyusunan
APBD Secara Komprehensif.Yogyakarta : Penerbit Unit Penerbit dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Deddi,Nordiawan, dan, Ayuningtyas Hertianti,2010, Akuntasi Sektor Publik. Penerbit :
Salemba Empat
Deputi IV Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan.2005. Pedoman Penyusunan
Anggaran

Berbasis

Kinerja

(Revisi).

Jakarta

Deputi

IV

BPKP

(www.bpkp.go.id)
Fakultas Ekonomi, 2008, Pedoman Penulisan Skripsi dan Laporan Akhir, UTP
Halim,Abdul.2004.Akuntansi Keuangan Daerah.Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Indra Bastian, 2006, Akuntansi Sektor Publik : suatu pengantar, edisi pertama, Penerbit :
Erlangga, Yogyakarta
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen.Edisi 1.Yogyakarta:Penerbit BPFE Yogyakarta
Mardiasmo.2005. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Penerbit Andi
Purwatiningsih, dan, Maudy Warrow, 2000, Anggaran Perencanaan dan Pengendalian
Biaya Penerbit : Salemba Empat
Sugiono, 2005, Metodelogi Penelitian, Penerbit : Erlangga
Febrianti,Dania, 2012, Peranan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Sumatera Selatan,
Skripsi Fakultas Universitas Sriwijaya.
Istianah,2005, Penerapan dan Implementasi anggaran berbasis kinerja pada badan
dinas Kesehatan Kota Palembang, universitas tridinanti Palembang

You might also like