You are on page 1of 38

Mendaki gunung adalah suatu kegiatan keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan,

kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan yang seakan hendak
mengungguli, merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk
bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti
keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya
sendiri.
B. PENGERTIAN DAN TUJUAN KEGIATAN MOUNTAINEERING
- Mountain = Gunung
- Mountaineer = Orang yang berkegiatan di gunung
- Mountaineering = Segala sesuatu yang berkaitan dengan gunung atau dalam arti yang luas
berarti suatu perjalanan yang meliputi mulai dari hill walking sampai pendakian ke puncakpuncak gunung yang sulit
Banyak alasan orang melakukan kegiatan mountaineering namun pada dasarnya keitan itu
dilakukan untuk :
1. Mata pencaharian
2. Adat Istiadat
3. Agama /Kepercayaan
4. Ilmu Pengetahuan
5. Petualangan
6. Olahraga
7. Rekreasi
C. TERMONOLOGI GUNUNG
a) Gunung : Suatu puncak ketinggian dari atas permukaan laut dan dataran di sekelilingnya.
b) Pegunungan : Barisan/sekumpulan gunung yang saling berdekatan.
c) Bukit : Gunung Yang ketinggianya tidak lebih dari 600 mdpl
d) Perbukitan : Barisan/sekumpulan bukit yang saling berdekatan.
e) Tebing : Lereng pada dinding gunung yang terjal
f) Sadel : Pertemuan dua titik pada satu punggungan

g) Pass : Celah panjang diantara dua punggungan


h) Col : Celah sempit diantara dua puncak
i) Plateau : Dataran tinggi diatas daerah ketinggian
j) Summit : Puncak
D. SEJARAH SINGKAT MOUNTAINEERING
Pendakian gunung sebenarnya telah dilakukan oleh para nenek moyang kita yang dimulai
dengan bapak manuasia Nabi Adam AS yang menjelajahi bukit tursina untuk mencari cintanya
Siti Hawa. Siti Hajar yang telah lintas dari bukit marwah ke bukit Safa ditemani dengan sherpa
JIBRIL untuk mencari air bagi ismail yang lagi kehausan. Dan pendakian demi pendakian
hingga saat ini masih terus berlangsung dan kelak (tak lama lagi ) giliran kalian untuk
melanjutkan amanah menjaga kelanggengan kemanusian.
a. Sejarah Dunia
1942 : Anthoine de Ville memanjat tebing Mont Aiguille (2907 m) di pegunungan alpen untuk
berburu chamois (Kambing gunung)
1624 : Pastor pastor Jesuit, melintasi pegunungan himalaya dari gharwal di Iindia ke Tibet
menjalankan tugas misionarisnya
1760 : Professoe de Saussure menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang dapat
menaklukkan puncak mont blanc guna kepentingan ilmiahnya.
1786 : Puncak tertinggi di pegunungan alpen Mont Blanc (4807 m) akhirnya dicapai oleh Dr.
Michel Paccaro dan Jacquet Balmat.
1852 : Batu pertama jaman keemasan dunia keemasan di Alpen diletakkan oleh Alfred Wills
dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3.708 m), cikal bakal pendakian gunung sebagai
olah raga.
1852 : Sir George Everest, akhirnya menentukan ketinggian puncak tertinggi dunia, dan di
abadikan dengan namanya (8.848 m), orang Nepal menyebut puncak ini dengan nama
sagarmatha, orang tibet menyebutnya chomolungma.
1878 : Clinton Dent (bukan pepsoden) memnjat tebing Aigullie de dru di perancis yang memicu
trend pemanjatan tebing yang tidak terlalu tinggi tetapi cukup curam dan sulit, banyak orang
menganggap peristiwa ini adalah kelahiran panjat tebing
1895 : AF Mummery orang yang disebut sebagai bapak pendakian gunung modern hilang di
Nanga Parbat (8.125 m), pendakian ini adalah pendakian pertama puncak di atas ketinggian
8.000 m
1924 : Mallory dan Irvina mencoba lagi mendaki Everest, keduanya hilang di ketinggian sekitar
8.400 m
1953 : Pada tanggal 29 mei Sir Edmund Hillary dan Sherpa Tenzing Norgay akhirnya mencapai

atap dunia puncak everest.


b. Sejarah Indonesia
1623 : Yan Carstenz adalah orang pertama melihat adanya pegunungan sangat tinggi, dan
tertutup salju di pedalaman irian
1899 : Ekspedisi Belanda pembuat peta di Irian menemukan kebenaran laporan Yan Carstensz
hampir 3 abad sebelumnya tentang pegunungan yang sangat tinggi, di beberapa tempat
tertutup salju! di perdalaman Irian. Maka namanya diabadikan sebagai nama puncak yang
kemudian ternyata merupakan puncak gunung tertinggi di Indonesia.
1962 : Puncak Carstenz akhirnya berhasil dicapai oleh tim pimpinan Heinrich Harrer.
1964 : Beberapa pendaki Jepang dan 3 orang Indonesia, yaitu Fred Athaboe, Sudarto dan
Sugirin, yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih, berhasil mencapai Puncak Jaya di Irian.
Puncak yang berhasil didaki itu sempat dianggap Puncak Carstensz, sebelum kemudian
dibuktikan salah.
Puncak Eidenburg, juga di Irian, berhasil di daki oleh ekspedisi yang dipimpin Philip Temple.
Dua perkumpulan pendaki gunung tertua di Indonesia lahir : Wanadri di Bandung dan Mapala
UI di Jakarta, lalu di susul oleh perkumpulan perhimpunan pencinta alam lainnya mulai dari,
MPA,SISPALA, KPA, ERNIPALA, MODIPALA dan sebagainya
1972 : Mapala UI, diantaranya adalah Herman O. Lantang dan Rudy Badil, berhasil mencapai
Puncak cartenz. Mereka merupakan orang-orang sipil pertama dari Indonesia yang mencapai
puncak ini.
E. PERSIAPAN DALAM SEBUAH PERJALANAN
1. Dapat berpikir secara logis.
Ini adalah elemen yang terpenting dalam membuat keputusan selama pendakian, dimana cara
berpikir seperti ini lebih banyak mempertimbangkan faktor safety atau keselamatannya.
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan.
Meliputi pengetahuan tentang medan ( navigasi darat) ,cuaca dan teknik pendakian ,
pengetahuan tentang alat pendakian atau pemanjatan dan sebagainya.
3. Dapat mengkoordinir tubuh kita.
a. koordinasi antara otak dengan anggota tubuh.
- Haruslah terdapat keseimbangan antara apa yang dipikirkan di
Otak dan apa yang sanggup dilakukan oleh tubuh.
- Keseimbangan antara emosi dan kemampuan diri.

- Ketenangan dalam melakukan tindakan .


b. koordinasi antar anggota tubuh.
Ialah keseimbangan dan irama anggota tubuh itu sendiri dalam membuat gerakan-gerakan atau
langkah- langkah ketika berjalan atau diam
4. kondisi fisik yang memadai.
Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk dalam olahraga yang cukup berat .
Seringkali berhasil tidaknya suatu pendakian / pemanjatan bergantung pada kekuatan fisik.
Untuk mempunyai kondisi fisik yang baik dan selalu siap maka jalan satu-satunya haruslah
berlatih.
5. Berdoa
Selamat Mendaki !!!!!
F. Jenis Perjalanan Berdasarkan Tingkat Kesulitan Medan.
Perjalanan baik pendakian atau pemanjatan berdasarkan pada tingkat kesulitan medan yang
dihadapi dapat dibagi sebagai berikut:
1. Walking : Berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki yang serius.
2. Hiking (hill walking) : Medan sedikit bertambah sulit sehingga dibutuhkan perlengkapan kaki
yang memadai.
3. Climbing
a. Rock Climbing : Pemanjatan pada medan batu .
- Scrambling : Medan semakin curam sehingga dibutuhkan bantuan tangan untuk menjaga
keseimbangan tubuh. Praktis tidak memerlukan tali ataupun perlengkapan lainnya yang khusus.
- Technical Climbing : Pemanjatan pada permukaan tebing yang sulit. Dibutuhkan teknik khusus
dan bantuan peralatan. Jenis ini di bagi dua, yaitu :
Free Climbing: Rute yang dilalui sulit sehingga dibutuhkan tali, alat-alat dan teknik yang
khusus untuk melindungi bila terjatuh . Patut diperhatikan bahwa alat alat disini hanya
berfungsi sebagai alat- alat pengaman saja dan bukan sebagai penambah ketinggian.
Artificial Climbing: Tebing hanya memberikan celah yang sangat tipis atau bahkan tidak ada
sehingga penggunaan tangan dan kaki saja adalah mustahil. Untuk itu pendakian jenis ini
sepenuhnya tergantung kepada perealatan yang juga dipergunakan secara langsung untuk
menambah ketinggian . Dapat dikatakan ketinggian kita dapat terus bertambah hanya sematamata karena bantuan alat-alat seperti tangga tali dfan sebagainya.
b. Snow/Ice Climbing : Pemanjatan pada medan es dan salju
4. Expedition : Kegiatan pendakian yang membutuhkan berbagai pengetahuan dan

membutuhkan waktu yang lama serta memerlukan pengorganisasian tertentu dengan berbagai
variasi medan yang harus dilalui
G. Sistem/Teknik pendakian
Tidak semua medan yang dilalui untuk menuju puncak itu seragam sehingga ada beberapa
sistem/teknik yang dilakukan untuk menuju puncak yang harus disesuaikan dengan karakter
medan. Pada beberapa pendakian kita kenal ada tiga buah sistem/teknik pendakian yaitu :
1. Alpin Taktik : sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya tidak terlalu
jauh, dan tidak kembali lagi ke base camp serta seluruh tim pendaki harus dapat mencapi
puncak (taktik ini berkembang di pegunungan alpen yang karakternya sangat sesuai dengan
taktik ini)
2. Himalayan taktik : Sistem pendakian ini biasa dilakukan pada medan yang jaraknya cukup
jauh sehingga untuk menuju puncak ada beberapa base camp yang didirikan guna melakukan
sistem drop barang, pada taktik ini tidak semua anggota tim harus mencapai puncak (taktik ini
berkembang di pegunungan himalaya yang karakternya sangat sesuai dengantaktik ini)
3. Siege taktik : Gabungan antara Alpin Taktik dan Himalayan taktik.

Mendaki gunung seperti kegiatan petualangan lainnya merupakan sebuah aktivitas olahraga
berat. Kegiatan itu memerlukan kondisi kebugaran pendaki yang prima. Bedanya dengan
olahraga yang lain, mendaki gunung dilakukan di tengah alam terbuka yang liar, sebuah
lingkungan yang sesungguhnya bukan habitat manusia, apalagi anak kota.

Pendaki yang baik sadar adanya bahaya yang bakal menghadang dalam aktivitasnya yang
diistilahkan dengan bahaya obyektif dan bahaya subyektif. Bahaya obyektif adalah bahaya
yang datang dari sifat-sifat alam itu sendiri. Misalnya saja gunung memiliki suhu udara yang
lebih dingin ditambah angin yang membekukan, adanya hujan tanpa tempat berteduh,
kecuraman permukaan yang dapat menyebabkan orang tergelincir sekaligus berisiko jatuhnya
batu-batuan, dan malam yang gelap pekat. Sifat bahaya tersebut tidak dapat diubah manusia.

Hanya saja, sering kali pendaki pemula menganggap mendaki gunung sebagai rekreasi
biasa. Apalagi untuk gunung-gunung populer dan mudah didaki, seperti Gede, Pangrango
atau Salak. Akibatnya, mereka lalai dengan persiapan fisik maupun perlengkapan pendakian.
Tidak jarang di antara tubuh mereka hanya berlapiskan kaus oblong dengan bekal biskuit atau
air ala kadarnya.
Meski tidak dapat diubah, sebenarnya pendaki dapat mengurangi dampak negatifnya. Misalnya
dengan membawa baju hangat dan jaket tebal untuk melindungi diri dari dinginnya udara.

Membawa tenda untuk melindungi diri dari hujan bila berkemah, membawa lampu senter, dan
sebagainya.
Sementara bahaya subyektif datangnya dari diri orang itu sendiri, yaitu seberapa siap dia dapat
mendaki gunung. Apakah dia cukup sehat, cukup kuat, pengetahuannya tentang peta kompas
memadai (karena tidak ada rambu-rambu lalu lintas di gunung), dan sebagainya.

Sebagai gambaran, Badan SAR Nasional mendata bahwa dari bulan Januari 1998 sampai
dengan April 2001 tercatat 47 korban pendakian gunung di Indonesia yang terdiri dari 10 orang
meninggal, 8 orang hilang, 29 orang selamat, 2 orang luka berat dan 1 orang luka ringan, dari
seluruh pendakian yang tercatat (Badan SAR Nasional, 2001)

Data lain, sejak tahun 1969 sampai 2001, gunung Gede dan Pangrango di Jawa Barat telah
memakan korban jiwa sebanyak 34 orang. Selanjutnya, dari 4000 orang yang berusaha
mendaki puncak Everest sebagai puncak gunung tertinggi di dunia, hanya 400 orang yang
berhasil mencapai puncak dan sekitar 100 orang meninggal. Rata-rata kecelakaan yang terjadi
pada pendakian dibawah 8000 m telah tercatat sebanyak 25% pada setiap periode pendakian.

Kedua bahaya itu dapat jauh dikurangi dengan persiapan. Persiapan umum yang harus dimiliki
seorang pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain:
1.

Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur
ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki
harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali
mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan
berpengetahuan mendalam tentang navigasi.

2.

Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara
rutin sebelum mendaki.

3.

Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan
pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet atau
boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.

4.

Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak


harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas. Bawalah wadah air
yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.

5.

Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi
penderita penyakit tertentu.

6.

Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang kini
telah tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas.

7.

Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk
kembali pulang.

Memang, mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah sebagai satu
bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai hasil perjalanan dan selalu
berakhir dengan perasaan puas karena suksesnya perjalanan tersebut. Perasaan yang muncul
saat bertualang adalah rasa takut menghadapi bahaya secara fisik atau psikologis. Tanpa
adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena tidak ada pula tantangan.

Risiko mendaki gunung yang tinggi, tidak menghalangi para pendaki untuk tetap melanjutan
pendakian, karena Zuckerma menyatakan bahwa para pendaki gunung memiliki
kecenderungan sensation seeking [pemburuan sensasi] tinggi. Para sensation seeker
menganggap dan menerima risiko sebagai nilai atau harga dari sesuatu yang didapatkan dari
sensasi atau pengalaman itu sendiri. Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun
kurang menyenangkan tersebut membentuk self-esteem [kebanggaan /kepercayaan diri].

Pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menimbulkan perasaan individu tentang dirinya, baik


perasaan positif maupun perasaan negatif. Perjalanan pendakian yang dilakukan oleh para
pendaki menghasilkan pengalaman, yaitu pengalaman keberhasilan dan sukses mendaki
gunung, atau gagal mendaki gunung. Kesuksesan yang merupakan faktor penunjang tinggi
rendahnya self-esteem, merupakan bagian dari pengalaman para pendaki dalam mendaki
gunung.

Fenomena yang terjadi adalah apakah mendaki gunung bagi para pendaki merupakan
sensation seeking untuk meningkatkan self-esteem mereka? Selanjutnya, sensation seeking
bagi para pendaki gunung kemungkinan memiliki hubungan dengan self-esteem pendaki
tersebut. Karena pengalaman yang dialami para pendaki dalam pendakian dapat berupa
keberhasilan maupun kegagalan.
Persiapan mendaki gunung
Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika, pengetahuan
dan ketrampilan.

Kesiapan mental.
Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan fit, tetapi bisa
saja terjadi sebaliknya.

Kesiapan fisik.
Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya : Stretching /perenggangan [sebelum
dan sesudah melakukan aktifitas olahraga, lakukanlah perenggangan, agar tubuh kita dapat
terlatih kelenturannya]. Jogging (lari pelan-pelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan
kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu kita tambah dari waktu sebelumnya.
Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up Lakukan sesuai kemampuan kita dan
tambahlah porsinya melebihi porsi sebelumnya.

Kesiapan administrasi.
Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang
akan dituju.

Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.


Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi pendaki
adalah pengetahuan tentang navigasi darat, survival serta EMC [emergency medical care]
praktis.
Perencanan pendakian.
Hal pertama yang ahrus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data-data
kita dapat memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang
kita butuhkan atau dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang akan
kita tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa saja yang
mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan kita daki.
Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan secara detail
dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung,
perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya
perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki di
daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu
sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan anggota
pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus istirahat, dan
sebagainya.
Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan :
Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
Mempelajari medan yang akan ditempuh.
Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
Perlengkapan dasar perjalanan
Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
Ransel / carrier.

Perlengkapan pembantu
Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
Jam tangan.
Packing atau menyusun perlengkapan kedalam ransel.

Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis jenisnya.

Masukkan dalam kantong plastik.

Letakkan barang barang yang ringan dan jarang penggunananya (mis : Perlengkapan
tidur) pada yang paling dalam.

Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan sedekat mungkin dengan
tubuh dan mudah diambil.

Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan
badan / punggung.

Buat Checklist barang barang tersebut.


Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian
Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak aktif. Berdasar
bentuknya dibagi menjadi :
1.

Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) == seperti perisai

2.

Gunung berapi strato

3.

Gunung berapi maar == Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas
vulkanisme terhenti, yang tinggal hanya kawahnya saja.

Macam dan tingkat pendakian gunung macam pendakian, yaitu pendakian gunung bersalju (es)
dan gunung batu. Keduanya mambutuhkan persiapan dan perlengkapan yang matang. Menurut
Club Mountaineers, Seatle Washington, dasar pembagian tingkat pendakian ada dua cara.
1. Berdasar penggunaan alat teknis yang dipakai ( class)

class 1 ; lintas alam tanpa bantuan tangan

class 2 ; dibutuhkan bantuan tangan

class 3 ; pendakian yang mudah memerlukan kaki dan tangan dalam mendaki, tali
mungkin dibutuhkan oleh pemula
class 4 ; pendakian memerlukan tali pengaman

class 5 ; dibutuhkan tali dan pengaman peralatan lain seperti : piton, runner, chocks dll
class 6 ; mandaki dengan tali dengan peralatan bantuan sepenuhnya berpijak diatas
paku tebing, memenjat rantai sling atau mengunakan stirupss
Pendakian claass 4 masuk dalam katagori scrembling [Mendaki dengan cara mempergunakan
badan sebagai keseimbangan serta tangan untuk berpegangan dengan medan yang miring
sampai 45 derajat] dan class 5 6 sudah dapat dikatagorikan sebagai climbing [panjat].
Dimana class 5 merupakan free-climbing [Pemanjatan dengan tanpa menggunakan alat tehnis
untuk menambah ketinggian, alat hanya sebagai pengaman saja ] dan class 6 adalah artificial
climbing [Pemanjatan dengan menggunakan alat tehnis sebagai pembantu menambah
ketinggian, misalnya dipijak atau disentak dan dipegang ]. Apa bila dilakukan di gunung batu /
cadas disebut rock climbing dan bila dilakukan di gunung es disebut dengan snow and ice
climbing .
Ulasan mengenai hal ini dibahas dalam materi tersendiri.
2. Berdasar lama waktu akibat sukarnya pendakian dalam medan pendakian (grade)

grade I, bagian yang sukar dapat ditempuh dalam beberapa jam

grade II, bagian yang sukar ditempuh dalam setengah hari

grade III, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh

grade IV, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh dan memerlukan bantuan
lereng-lereng sempit untuk bisa naik
grade V, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 1,5-2,5 hari
grade VI, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 2 hari atau lebih dan dengan
banyak sekali kesulitan
Ulasan mengenai hal ini dibahas dalam materi panjat tebing.
3. Berdasarkan tingkat kemanan pemanjat dari kemampuan alat yang digunakan

A1 ;aman sekali, peralatan yang dipasang dan digunakan dapat diandalkan untuk
menjaga keselamatan pendaki

A2 ;aman, jikapun terjadi maslah, alat masih dapat diandalkan untuk mencegah akibat
yang lebih fatal [misalnya jatuh tidak sampai kedasar]

A3 ;penggunan alat pengaman cukup aman tetapi tidak dapat diandalkan untuk
menjaga resiko jatuh, kecuali dengan pemasngan yang sangat teliti dan fall-faktor yang tidak
terlal;u berbeban tinggi. Bila fall faktor tinggi, maka alat-alat akan copot dan pendaki bisa
menerima akibat fatal

A4 ;pengaman yang digunakan tidak dapat diharapkan untuk dapat menahan beban
jatuh, cenderung hanya sebagai pengaman psykologis untuk menguatkan mental pendaki

4. Berdasarkan tingkat kesulitan [difficult] medan pendakian


Tingkatan pedakian dengan dasar perhitungan ini bisa disebut juga dengan Yossemite Decimal
System [YDS]. Pang-katagorian berasal dari USA dan saat ini banyak di gunakan untuk
menentukan grade kesulitan panjat tebing. Oleh karena itu YDS dimulai dengan grade 5 dan
seterusnya. Pengkatagorian demikian biasanya digunakan untuk jenis pendakian free-climbing
atau free-soloing [Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan pengaman apapun, biasanya pada
jalur pendek]
Anehnya YDS sendiri menyalahi kaidah matematis penghitungan decimal, dimana misalnya
suatu jalur mempunyai ketinggian 5,9 [lima point sembilan] lalu grade selanjutnya menjadi 5.10
[lima point sepuluh]. Peng-angka-an ini menjadi aneh akibat grade 5.9 lebih rendah dibanding
dengan 5.10, padahal dalam matematika sebaliknya.
YDS sendiri diawali dengan grade 5.8 atau 5.9, selanjutnya 5.10, 5.11, 5.12, 5.13 dan 5.14.
Sampai saat ini tidak ada grade melebihi 5.14.
Perkembangan keanehan peng-angka-an decimal ini menurut beberapa diskusi pegiatan
pendakian dan panjat tebing akibat keselahan memprediksikan kemampuan pendakian pada
saat system YDS dipublikasikan. Dimana pada saat itu diperkirakan kemampuan pendakian /
panjat hanya sampai grade 5.9. Padahal dalam kemudian berkembangan kemampuan
pendakian / pemanjatan yang lebih mutakhir dan luar bisa.
Bahkan saking sulitnya menentukan dengan hanya angka-angka decimal yang terbatas, seiring
dengan banyaknya jalur pendakian/pemanjatan yang dibuat oleh kalangan pemanjat, maka
grade decimalpun ditambahkan dibelangkannya dengan alfhabet.
Contoh; 5.12a, 5.13 d atau 5.14 c
Memang sampai saat sekarang barangkali hanya ada beberapa jalur yang dibuat manusia
dengan grade 5.14, itupun terbatas pada jalur-jalur pendek.
Secara umum grading dengan YDS dapat dijelaskan sebagai berikut :

5.8 ; jalur yang ditempuh mudah, grip [pegangan] sangat bisa digunakan oleh bagian
tubuh yang ada untuk menambah ketinggian
5.9 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari

5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari, hanya saja perlu
keseimbangan [balance] yang baik

5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan satu diantaranya sangat minim dan
perlu keseimbangan. Jalur hang hampir bisa dipastikan memiliki grade demikian.

5.12 ; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk menambah
ketinggian. Dengan kondisi grip yang kecil di satu bagiannya atau paling tidak sama

5.13 ; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk
menambah ketinggian, itupun dengan grip yang sangat minim.

5.14 ; mulus seperti kaca, tidak mungkin terpikirkan untuk dapat dibuat jalur
pendakian/pemanjatan
Makanan (logistik).
Makanan yang dibawa seharusnya dapat memenuhi kebutuhan energi pendaki, selama
pendakian seserorang membutuhkan sitar 5.000 kalori dan 100 gram protein, kalori dapat
dipenuhi dengan mengkonsumsi nasi. Namun ada baiknya hanya memakan nasi satu kali
sehari di kala malam (saat berkemah) alasayanya beras realtif berat dan memerluakan waktu
yang lama untu memasak serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras dapat diganti
dengan roti, biskuit, coklat, dan hevermit.
Hal yang perlu diperjatikan hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak lebih dahulu
selama mendaki, karena hal ini hanya akan merepotkan dan menghabiskan waktu perjalanan.
Pilihlah makanan praktis seperti coklat, roti, agar-agar, buah-buahan, dapat juga dibuat mixfood
yang terdiri atas kacang, coklat, biskuit dan kismis.
Umumnya makanan yang paling praktis dibawa adalah makanan instan yang memiliki
kemasan, buanglah kemasan karton sebelum dimasukan dalam ransel dengan demikian berat
ransel dapat berkurang dan makanan yang dibawapun tidak banyak memakan tempat didalam
ransel.
Peralatan lain
Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil yang
terdanag dirasa sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat-obatan seperti
pelester, obat merah, tisu basah dan kering, senter, benang, jarum jahit, jam dan alat tulis.
Peralatan itu terkandang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau menjaga tubuh tetap bersih.
Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa membawa tas / kantong plastik, tas
plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang yang kotor dan basah sebelum
dicuci dan tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali sampah-sampah pendakian,
sampah-sampah sisa makanan atau berkemah, janganlah dibuang begitu saja di alam terbuka.
Selain megotori, membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan bagi
pendaki yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha pencarian oarang tersesat
terbantu dengan petunjuk dari barang-barang yang tercecer.

Pengetahuan Dasar Survival

Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan
tertentu. Dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis.
Sedangkan Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.
Survival adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup. Survival
merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi yang
memungkinkan. Kuncinya adalah menggunakan otak untuk improvisasi.
Statistik membuktikan hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu yang singkat
hanya 3 hari atau 72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan cukup lama tercatat
sangat sedikit sekitar 5 persen itupun karena pengetahuan dan pengalamannya.
Dalam situasi survival janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival karena dapat
berakibat salah, gagasan kaku yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan berakibat fatal.
Ketepatan memutuskan dengan didukung pengalaman dan hasil diskusi dapat menguntungkan
karena situasi darurat perlu pertimbangan dan sikap tegas dalam mencapai tujuan akhir.
Dalam keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan
mutlak mengerti secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh lingkungan.
menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat keadaan darurat adalah kunci dari
survival. Pengaturan disini adalah memelihara ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol
sumber daya didalam diri dan kemampuan memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru,
tidak hanya badan terganggu akan tetapi dapat langsung berdampak terhadap kemampuan
untuk tetap hidup. Memahami jenis kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat
menguntungkan didalam situasi survival.
Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau psikologis
untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya dibutuhkan gagasan-gagasan
dengan dasar pertimbangan dari pengalaman atau pendidikan yang pernah diikutinya,
pengalaman hidup dengan resiko tinggi dan aktivitas menantang terbukti dapat membuat orang
belajar untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan adaptasi efektif.
Berikut adalah contoh susunan prioritas dalam keadaan survival :

1.

Tentunya yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap detik untuk
bertahan hidup oleh karena itu udara mendapat prioritas utama untuk bertahan hidup.
survival tanpa udara umumnya hanya bertahan selama 3 sampai 5 menit.

2.

Selanjutnya dibutuhkan perlin- dungan, dari cuaca buruk dan keganasan alam. sejak
keberadaannya manusia dibatasi lingkungannya sendiri mulai dari temperatur yang sangat
berpengaruh pada tubuh. Untuk itu diperlukan sesuatu yang dapat melindunginya contohnya
api yang dapat menghangatkan dan menjaga temperatur tubuh, jika tidak ada rumah, tenda
atau gua. Api dapat dimasukkan kedalam prioritas kedua

3.

Istirahat, sepele namun dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan terbebas dari
CO2, asam dan pemborosan lain. Istirahat yang dimaksud adalah istirahat fisik dan juga
mental sebab stress dapat mengurangi kemampuan untuk bertahan. Dengan demikian
istirahat dapat dimasukkan kedalam prioritas ketiga.

4.

Air. Kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak dapat diminum adalah persoalan
didalam survival. Tubuh manusia kira-kira terdiri dari 2/3 jaringan yang mengandung air dan
merupakan bagian sistem sirkulasi di dalam organ tubuh. Air dapat menjaga suhu tubuh,
memperlancar buang air dan mencerna makanan. Kondisi lingkungan yang exstrem tanpa
air dapat mengurangi kemampuan bertahan hidup hingga tiga hari, sehingga air dapat
dimasukkan kedalam prioritas keempat. Sangatlah bijaksana apabila pemakaian air dapat
dihemat.

5.

Tubuh manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. Tetapi sementara banyak
manusia di benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan tidak makan berharihari. Catatan menunjukkan bahwa tanpa makanan survivor dapat bertahan selama 40
sampai 70 hari. Keharusan untuk mendapatkan makanan adalah prioritas terakhir dalam
survival. Penghematan energi adalah salah satu cara untuk mengimbangi kekurangan
makanan.

Sikap dalam Survival

Sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap orang harus dapat
berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan pandangan terhadap lingkungan darurat. Hal ini
tidak mudah karena sikap ini perlu latar belakang pengetahuan dan keterampilan. Bila semua
prioritas telah diperoleh, tetapi masih kehilangan kemauan untuk hidup atau kemampuan untuk
menguasai mental yang disebabkan kondisi fisik, maka akhirnya akan hilang sama sekali.
Kondisi yang demikian sangat membahayakan dan bahkan sesuatu yang menguntungkan pun
akan dibuangnya. Juga yang perlu diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat.
Sikap mental positif sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan dengan
tubuh.
Apa saja yang berguna dalam mengha- dapi situasi survival dapat dilihat dalam dua persoalan :

1.

Kesiapan mendiskusikan dengan jelas apakah anda ingin hidup ?, ungkapan yang
sederhana. Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk menjaga diri. Banyak
kegiatan survival yang menunjukkan adanya jalan keluar dari periode fisik ekstrem dan
mental stress ke posisi tenang. Sadar atau tidak orang mempunyai kekuatan untuk dirinya
sendiri terhadap kematian. Oleh karena itu setiap orang juga mempunyai kekuatan untuk
dirinya sendiri terhadap kehidupan.

2.

Kemampuan untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu
mempertahankan kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum dengan
temperatur 37 derajat C. Mengabaikan temperatur lingkungan akan menyebabkan
penyempitan susunan fungsi inti didalam tubuh yang efektivitasnya tinggi yang pada
akhirnya akan mengganggu peredaran darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya otak
cepat kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional berbarengan
dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal. Pengetahuan dan pengalaman
tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan separuh kemampuannya, penghematan
sumberdaya seperti energi, panas dan air adalah penting.

Mengapa ada Survival ?

Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang
dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :

Keadaan alam (cuaca dan medan)

Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)

Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)

Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita


sendiri. Dalam keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang Survivor mampu
bertahan atau tidak, antara lain : mental, kurang lebih 80% kesiapan kita dalam survival terletak
dari kesiapan mental kita.
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang
dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :

Keadaan alam (cuaca dan medan)

Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)

Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)


Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita
sendiri.

Definisi Survival

Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah
menurut versi pencinta alam ;

Sadarkan diri dalam keadaan gawat darurat


Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
Rasa takut dan putus asa harus hilangkan
Vitalitas mesti ditingkatkan
Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
Variasi alam bisa dimanfaatkan

Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya


Lancar dan selamat

Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tersebut, agar dapat
membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah
STOP yang artinya :

Stop & seating / berhenti dan duduklah


Thingking / berpikirlah
Observe / amati keadaan sekitar
Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor adalah :
1.

Sikap mental ; Semangat untuk tetap hidup, Kepercayaan diri, Akal sehat, Disiplin dan
rencana matang serta Kemampuan belajar dari pengalaman]

2.

Pengetahuan ; Cara membuat bivak, Cara memperoleh air, Cara mendapatkan


makanan, Cara membuat api, Pengetahuan orientasi medan, Cara mengatasi gangguan
binatang, Cara mencari pertolongan

3.

Pengalaman dan latihan ; Latihan mengidentifikasikan tanaman, Latihan membuat trap,


dll

4.

Peralatan ; Kotak survival, Pisau jungle , dll

Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :


1.

Mengkoordinasi anggota

2.

Melakukan pertolongan pertama

3.

Melihat kemampuan anggota

4.

Mengadakan orientasi medan

5.

Mengadakan penjatahan makanan

6.

Membuat rencana dan pembagian tugas

7.

Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar

8.

Membuat jejak dan perhatian

9.

Mendapatkan pertolongan

Bahaya-bahaya dalam Survival


Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
Ketegangan dan panik

Cara Pencegahan : Sering berlatih, Berpikir positif dan optimis dan Persiapan fisik dan mental

Matahari / panas

Kelelahan panas

Kejang panas

Sengatan panas

Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas : Penyakit akut / kronis, Baru
sembuh dari penyakit Demam, Baru memperoleh vaksinasi, Kurang tidur, Kelelahan, Terlalu
gemuk, Penyakit kulit yang merata, Pernah mengalami sengatan udara panas, Minum alkohol,
Dehidrasi.
Pencegahan keadaan panas :

Aklimitasi

Persedian air

Mengurangi aktivitas

Garam dapur

Pakaian : Longgar, Lengan panjang, Celana pendek, Kaos oblong


Serangan penyakit
Penyakit yang biasa diderita pegiat alam bebas adalah

emam, Disentri, Typus, Malaria

Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah atau keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang dan tentu saja banyak berlatih

Bahaya binatang beracun dan berbisa


Keracunan

Gejala ; Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret, kejang
kejang seluruh badan, bisa pingsan.

Penyebab : Makanan dan minuman beracun


Pencegahan : Air garam di minum, Minum air sabun mandi panas, Minum teh pekat
atau di tohok anak tekaknya
Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori dan Membatasi kegiatan

Bahaya lainnya dalam survival adalah : Kelaparan, Lecet, Kedinginan [untuk penurunan suhu
tubuh 30 C bisa menyebabkan kematian]

Membuat Bivouck (Shelter)

Membuat bivouck atau shelter perlindungan dalam keadaaan darurat sebenarnya bertujuan
untuk untuk melindungi diri dari angin, panas, hujan, dingin dan gangguan binatang.

Macam macam bivouck :


1.

Shelter asli alam ; Gua [yang bukan tempat persembunyian binatang, tidak ada gas
beracun dan tidak mudah longsor]. Ingat ! didalam gua jangan berteriak karena dapat
meruntuhkan dinding gua.

2.

Shelter buatan dari alam ; daun-daunan yang lebar, ranting kayu, atau separuhnya alam
dan separuhnya butan [misalnya ponco di kombinasi dengan ceruk batu atau pohon
tumbang atau ranting kayu]

Syarat bivouck :

Hindari daerah aliran air [bila terpaksa, maka gunakan bivouck panggung]

Di atas bivouck / shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh

Bukan sarang nyamuk/serangga

Bahan kuat

Jangan terlalu merusak alam sekitar

Terlindung langsung dari angin


Mengatasi Gangguan Binatang
Nyamuk ; Obat nyamuk, autan, dll , Bunga kluwih dibakar, Gombal / kain butut [dalam keadaan
memaksa, penulis pernah memotong lengan baju kaos sebagai pengganti gombal] dan minyak
tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk , Gosokkan sedikit
garam pada bekas gigitan nyamuk

Laron ; Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
Disengat Lebah ; Oleskan air bawang merah pada luka bekas sengatan berkali-kali, Tempelkan
tanah basah/liat di atas luka sengatan, Jangan dipijit-pijit, Tempelkan pecahan genting panas di
atas luka, Olesi dengan petsin untuk mencegah pembengkakan
Gigitan Lintah ; Teteskan air tembakau pada lintahnya, Taburkan garam di atas lintahnya,
Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya, Taburkan abu rokok di atas lintahnya, Membuang
[mengais] lintah upayakan dengan patahan kayu hidup yang ada kambiumnya.
Semut Gatal ; Gosokkan obat gosok pada luka gigitan, Letakkan cabe merah pada jalan semut,
Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
Kalajengking dan lipan; Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar, Ikatlah tubuh di
sebelah pangkal yang digigit, Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka, Taburkan serbuk
lada dan minyak goreng pada luka, Taburkan garam di sekeliling bivouck untuk pencegahan
Ular dll ; Untuk mencegah dan mengobati secara darurat gigitan dan sengatan binatang berbisa
mematikan harus mempelajari Emergency Medical Care [EMC]

Membaca Jejak

Ada beberapa jenis jejak yang dapat diidentifikasi, yaitu jejak buatan, maksudnya adalah jejak
yang dibuat oleh manusia dan jejak alami yaitu tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan.
Jejak alami biasanya menyatakan tentang jenis binatang yang lewat dan ada disekitar, arah
gerak binatang, besar kecilnya binatang, cepat lambatnya gerak binatang. Untuk membaca
jejak alami [binatang] dapat diketahui dari telapak yang ditinggalkan, kotoran yang tersisa,
pohon atau ranting yang patah, lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput.

Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 30 hari tanpa makan,
tapi orang tersebut hanya dapat bertahan hidup 3 5 hari saja tanpa air.
Ada air yang tidak perlu dimurnikan, seperti air hujan langsung. Untuk memperoleh air hujan
langsung dalam keadaaan sirvive di alam bebas, maka dapat dengan cara memampung
dengan ponco atau daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan [nesting atau
phipless]
Air dari tanaman rambat/rotan atau bambu. Cara memperolehnya, yaitu potong setinggi
mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung
atau diteteskan ke dalam mulut.
Selain rotan, bambu dan tumbuhan rambat, air juga dapat diperoleh pada bunga (kantung
semar) dan lumut.
Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu antara lain adalah air sungai besar, air sungai
tergenang, air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang
surut). Untuk mendaptkan air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di
bawah batuan
Berikutnya air juga dapat diperoleh dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang,
sehingga yang tersisa tinggal bawahnya [bongkahnya] lalu buat lubang ditengahnya maka air
akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan.

Makanan

Dalam kondisi hidup dialam bebas ada berbagai makanan yang dapat di konsumsi, tetapi harus
memperhatikan beberapa syarat dan patokan berikut :

Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia

Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok

Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo dan
pepaya.

Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan, lengan, bibir dan
atau lidah, tunggu sesaat. Apabila terasa aman bisa dimakan.

Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam


Note ;

Hubungan air dan makanan; Untuk makanan yang mengandung karbohidrat memerlukan air
yang sedikit, Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan, Makanan yang
mengandung protein butuh air yang banyak.

Tumbuhan yang dapat dimakan dapat diketahui dari ciri-ciri fisik, misalnya : Permukaan daun
atau batang yang tidak berbulu atau berduri, tidak mengeluarkan getah yang sangat lekat, tidak
menimbulkan rasa gatal, hal ini dapat dicoba dengan mengoleskan daunnya pada kulit atau
bibir dan tidak menimbulkan rasa pahit yang sangat [dapat dicoba di ujung lidah]

Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa batangnya :

Batang pohon pisang (putihnya)

Bambu yang masih muda (rebung)

Pakis dalamnya berwarna putih

Sagu dalamnya berwarna putih

Tebu
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa daunnya :

Selada air

Rasamala (yang masih muda)

Daun mlinjo

Singkong

Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa akar dan umbinya :

Ubi jalar, talas, singkong


Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa Buahnya :
Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :

Jamur merang, jamur kayu. Tetapi ada beberapa jenis jamur mempunyai beracun yang
ciri-cirinya adalah :

Mempunyai warna mencolok

Baunya tidak sedap

Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning

Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan

Bila diraba mudah hancur

Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya

Tumbuh dari kotoran hewan

Mengeluarkan getah putih

Selain tumbuhan, berbagai hewan yang ditemukan di alam dapat dimakan juga, misalnya
Belalang, Jangkrik, Tempayak putih (gendon), Cacing, burung, Laron, Lebah, larva,
Siput/bekicot, Kadal [bagia belakang dan ekor], Katak hijau, Ular [1/3 bagian tubuh tengahnya],
Binatang besar lainnya.

Ada beberapa ciri binatang yang tidak dapat dimakan, yaitu :

Binatang yang mengandung bisa : lipan dan kalajengking

Binatang yang mengandung racun : penyu laut

Binatang yang mengandung bau yang khas : sigung / senggung


Api

Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat
api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang
dihasilkan merata.

Cara membuat api dalam keadaan darurat :

Dengan lensa / Kaca pembesar ; Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan
bahan yang mudah terbakar.

Gesekan kayu dengan kayu ; Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan
menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan
penyala, sehingga terbakar

Busur dan gurdi ; Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau
parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan
penyala agar mudah tebakar. Bahan penyala yang baik adalah kawul / sabut terdapat pada
dasar kelapa, atau daun aren
Survival kits

Survical kits adalah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan sebagai
alat berjaga-jaga bila terjadi keadaan darurat atau juga dapat digunakan selama perjalanan.

Beberapa contoh survival kits adalah :

Mata pancing /kait

Pisau / sangkur / vitrorinoc

Tali kecil

Senter

Cermin suryakanta, cermin kecil

Peluit

Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air [tube roll film]

Tablet garam, norit

Obat-obatan pribadi

Jarum + benang + peniti

Ponco / jas hujan / rain coat

Lain-lain

Pengetahuan Dasar Navigasi Darat

Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih.
Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika
mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan
seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi
kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau
menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan
membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah
kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju
dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.
Beberapa media dasar navigasi darat adalah :
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan
permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan
perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan
tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi
bentuk garis kontur.
Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :

Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta


Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa
menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya

Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang
berketinggian sama diatas permukaan laut.

Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada
dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti
dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis
(biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka).

Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk
memudahkan pembaca menganalisa peta.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu

peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service)
dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.
Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain
itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang
lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran
Bakosurtanal biasanya berwarna.
Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta
dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori,
koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan
menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama
lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
1.

Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis


bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis
lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat
geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal,
biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu
kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu
karvak sama dengan 30 detik (30), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan
1 menit (60).

2.

Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik
dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada
disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke
utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4
angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu
karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4
angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi
terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka
dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).

Analisa Peta

Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu
peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan
medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.

1.

Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali
kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat,
legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik
(berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan
vegetasinya.

2.

Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta,
kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang
perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan

o
o

Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang


berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah
Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah

o
o

Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal


mempunyai kontur rapat.
Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:

1.
1.

Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengahtengah lingkaran kontur lainnya.

2.

Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya


melengkung menjauhi puncak

3.

Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam


menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.

4.

Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian

5.

Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian

6.

Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya
ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur
sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.

7.

Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat
jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk

8.

Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam
menyusun perencanaan perjalanan

Kompas

Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu
menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang
sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :

Badan, tempat komponen lainnya berada


Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet
lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi
horizontal.

Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.


Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik
(misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk
membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva.
Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan
efisien.

Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas
yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan
tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan
harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital
dalam navigasi darat

Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi
satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas.

Orientasi Peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan
kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi
peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya
di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll.
Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi
untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah
orientasi peta:
1.
2.

Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat
tanda-tanda medan yang menyolok.
Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar

3.

Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan
arah medan sebenarnya

4.

Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda
medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan

5.

Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya.Ingat halhal khas dari tanda medan.

Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar,
dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode
resection.

Resection

Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih
tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat
jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya
dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat
dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
1.

Lakukan orientasi peta

2.

Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah

3.

Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut
(untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).

4.

Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas
bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.

5.

Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut
pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.

6.

Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita
dipeta.

Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan
dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk

mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk
dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus
yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan
resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
1.

Lakukan orientasi peta

2.

Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.

3.

Bidik obyek yang kita amati

4.

Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta

5.

Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3

6.

Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang
dimaksud.

Azimuth Back Azimuth

Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth
disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah
sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back
azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:

Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180 maka back azimuth adalah azimuth
dikurangi 180. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200. Back azimuthnya
adalah 200- 180 = 20

Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180, maka back azimuthnya adalah 180
ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160,
maka back azimuthnya adalah 180+160 = 340
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan
ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas
dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa
digunakan untuk Kompas Bintang). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus
dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.

Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang
menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut
ini dinamakan back azimuth.

2.

Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan.Perhatikan tanda
medan lain pada lintasan yang dilalui.

3.

Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di
ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.

4.

Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk
mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).

5.

Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai
sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan
semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.

Merencanakan Jalur Lintasan

Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan
dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung,
tapi dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta
topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat
menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara
keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus
tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk
menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain
seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan
sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika
anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya
keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya.
Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama
adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan
titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis
lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian
kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide
punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi
menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan
pergerakannya.

Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1.
2.

Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan
memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya

3.

Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan
sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di
peta sesering mungkin.

4.

Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan


vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa
memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa
tanjakan terjal dan sebagainya.

5.

Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi
dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko
bisa diminimalkan.

Penampang Lintasan

Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika dilihat
dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui
bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita
untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama
menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kirakira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan
dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan.

Beberapa manfaat penampang lintasan :


1.

Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan

2.

Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan

3.

Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu

4.

Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block,


guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.

Langkah-langkah membuat penampang lintasan:

1.

Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang
runcing, penggaris dan penghapus

2.

Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari
lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan
satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau
dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.

3.

Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut.
Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian
sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat. Demikian seterusnya
hingga titik akhir.

4.

Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama
lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.

5.

Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama


sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat),
ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan,
dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang
yang telah dibuat.

Ingatlah hai engkau penjelahan alam :


1.

Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]

2.

Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]

3.

Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]

dan senantiasa ;
1.

Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

2.

Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan pegiat dan peralatan serta
perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya
oleh teman tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya]

3.

Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala
sesuatunya dengan semaksimal mungkin

Management Perjalanan & Peralatan

Persiapan
Untuk merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus ada persiapan dan penyusunan
secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H, yang kepanjangannya
adalah Where, Who, Why, When dan How.
Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut:

Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui dimana
yang akan kita digunakan

Who (Siapa), apakah anda akan melakukan kegiatan alam tersebut sendiri atau dengan
berkelompok. Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa
bermacam- macam. When (Kapan) waktu pelaksanaan kegiatan tersebut, berapa lama
Untuk How [Bagaimana] merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari jawaban
pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :

Bagaimana kondisi lokasi

Bagaimana cuaca disana

Bagaimana perizinannya

Bagaimana mendapatkan air

Bagaimana pengaturan tugas panitia

Bagaimana acara akan berlangsung

Bagaimana materi yang disampaikan

dan masih banyak bagaimana ? lagi (silahkan anda mengembangkannya lagi)


Dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun rencana
kegiatan yang didalamnya mencakup rincian :
1.

Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu dan


sebagainya.

2.

Pengurusan perizinan

3.

Pembagian tugas panitia

4.

Persiapan kebutuhan acara

5.

Kebutuhan peralatan dan perlengkapan

6.

dan lain sebagainya.

Yang tidak kalah pentingnya adalah anda akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya
yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Packing
Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan dan
perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya mempacking barangbarang tersebut ke dalam carier atau backpack.Packing yang baik menjadikan perjalanan anda
nyaman karena ringkas dan tidak menyulitkan.
Prinsip dasar yang mutlak dalam mempacking adalah :
1.

Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak, Mengapa beban
harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan [misalnya pendakian]
kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak, jika salah mempacking barang dan
beban terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak dan
menjadi cepat lelah karena beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat :
Letakkan barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung.

2.

Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak Tujuannya
adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan memudahkan anda menjaga
keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang membutuhkan keseimbangan
seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon, berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya.
Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut :

Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung untuk
mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh dalam satu kantung plastik.

Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan dibiarkan
kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier, isikan bahan makanan
kedalamnya, misal : beras dan telur.

Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada saat
diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier.

Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang diluar carrier


akan mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut dan berkesan berantakan,
usahakan semuanya dapat dipacking dalam carrier.
Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu angka
yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan anda , tetapi ini kembali lagi
ke kemampuan fisik setiap individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi
pula anda dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih
barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya membawa barang
yang benar-benar perlu.
Memilih dan Menempatkan Barang
Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas selalu cari
alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk meringankan

berat beban yang harus anda bawa, contoh : Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa
untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga tidak
memakan tempat di carrier.
Matras ; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi kelokasi yang
hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian baru. Banyak rekan pendaki yang
lebih senang mengikatkan matras diluar, memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada
di jalur pendakian, baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras sering nyangkut ke
batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan matrasnya sudah kotor.
Kantung Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena akan berguna
sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun, baju basah dan lain
sebagainya. Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir barang barang didalam
carrier anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya), ini
untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan dsb.
Menyimpan Pakaian ;
Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian
anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab.
Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan
pakaian bersih.
Menyimpan Makanan ;
Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan plastik
dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet didekat puncak /
base camp terakhir suka membongkar isi tenda untuk mencari makanan.
Menyimpan Korek Api Batangan ;
Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu
kering.
Packing Barang / Menyusun Barang Di Carrier ;
Selalu simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat carrier
digunakan, beban terberat berada dipundak anda dan bukan di pinggang anda hingga
memudahkan kaki melangkah.
Perlengkapan Pribadi Alam Bebas
Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko dan
memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil musibah akan
mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat bahwa salah satu
kegiatan alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang resiko
kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil formula-1.
Tentu saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi perhatian yang serius,
tetapi apabila safety-procedure diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko tersebut dapat
ditekan sampai titik paling aman.
Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan waktu yang
kadang tidak bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena itu perlu dipersiapkan
perlengkapan yang memadai.

Salah satu perisai diri ketika melakukan aktivitas alam bebas adalah perlengkapan diri pribadi.
Berikut digambarkan beberapa perlengkapan pribadi standard.
1. Tutup kepala/topi
Untuk melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala. Dalam keadaan
panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik adalah yang juga dapat melindungi kepala dan
wajah sekaligus. Untuk ini pilihan terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya pelindung
keliling. Topi pet atau topi softball tidak direkomendasikan.
Pada cuaca dingin malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik adlah
yang dapat memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau biasa disebut kupluk.
2. Syal-slayer
Slayer atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi sebetulnya
mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk menghangatkan leher ketika
cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai saringan air ketika survival. Syal/slayer juga
sangat berguna ketika dalam keadaan darurat, baik digunakan untuk perban darurat atau
sebagai alat peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan syal/slayer yang
berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat menyerap air namun cepat
kering.
3. Baju
Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa ini, maka kulit
akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang dapat menyerap keringat, tidak
disarankan menggunakan baju dari bahan nilon karena panas dan tidak dapat meyerap
keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah planel atau paling tidak kaos dari
bahan katun.
Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah yang mencolok
agar bia terjadi keadaan darurat [misalnya hilang] dapat dengan mudah diidentifikasi dan
dikenali.
Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal ini karena
aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat badan kita
berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.
4. Celana
Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan dapat
menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena berat dan
susah kering dan membuat lecet. Celana yang baik adalah kain dengan tenunan ripstop [bila
berlubang kecil tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas dilakukan di daerah
pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut tipis.
Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga untuk
menyediakan serep ganti.
5. Jaket
Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket digunakan untuk
melindungi diri dari dingin bahkan sengatan matahari atau hujan.
Jaket yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini
juga biasanya dilengkapi dengan penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang
memiliki dua lapisan (double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan
menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan
dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman
dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah mengeluarkan

keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proff) sayang,
bahan ini masih mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari bulu angsa-biasanya digunakan
untuk kegiatan pendakian gunung es].
6. Slepping bag
Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan seharian.
Tempat istirahat yang ideal adah dengan menggunakan slepping bag [kantong tidur]. Slepping
bag yang baik juga biasanya terbuat dari dua sisi, yaitu yang dingin, licin dan tahan air satu sisi,
dan yang hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai dengan cuaca saat istirahat.
7. Sepatu
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal tidak mudah
sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur
batu. bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, ada lubang
ventilasi bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat dikencangkan dan dieratkan
pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh longgar karena
akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang berakibat lecet. Penggunaan sepatu
juga harus dibarengi dengan kaos kaki. Untuk ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep
bial suatu saat basah.
8. Carrier
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlampau
kecil, artinya mapu menampung perlengkapan dan peralatan yang dibawa. Sebaiknya jangan
menggunakan carrier yang mempunyai banyak kantong dibagian luar karena dalam keadaan
tertentu ini akan menghambat pergerakan. Gunakan carrier yang ramping walaupun agak
tinggi, ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi rendah. Sebelum berangkat harus diperhatikan
jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada jahitan terutama sabuk sandang akan berakibat
sangat fatal.
9. Alat masak, makan dan mandi
Perlengkapan sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi. Bagimanapun juga
dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan bahan masalak. Gunakan
alat dari alumunium karena cepat panas, untuk ini nesting menjadi pilihan yang sangat baik,
disamping dia ringkas dan serba guna. Juga perlu dipersiapkan alat bantu makan lainnya
(sendok, piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk memasak / membuat api seperti lilin,
spirtus, parafin, dll.
Jangan lupa juga siapkan phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia
model dan jenis phipless].
Perlengkapan mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan dilakukan berhari-hari
dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti sabun yang berkemasan tube agar
mudah disimpan dan tidak perlu membuang sampah bungkusan disembarang tempat.
10. Obat-obatan dan Survival Kits
Perlengkapan pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau pegiat
mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping obat-obatan juga setidaknya
mempunyai kelengkapan survival kits [lihat pada bagian lain]

Salam lestari,
Tidak mungkin saya mengatakan bahwa tulisan Pengetahuan Dasar Mendaki Gunung ini
adalah karya saya, melainkan bisa dibilang hanya mengumpulkan dan menulis ulang dari hasil
comot sana comot sini dari berbagai sumber yang [dengan sangat mohon maaf] tidak dapat
saya sampaikan. Kenapa ? karena begitu banyaknya sumber dan lamanya waktu pembelajaran
dan kolekting, disamping dikolekting secara tertulis, juga berdasarkan ingatan dan sekelumit
pengalaman penyusun.
Terima kasih kepada Kanda-kanda senior saya di MAPALA JUSTITIA FH. UNLAM
BANJARMASIN, dan dangsanak sekalian di sekre terutama dari divisi mountainering yang
sangat membantu penyusun. Penyusunan tulisan ini diharapkan untuk dapat membantu
memberikan informasi bagi segenap pihak, terutama adik-adik Junior dan peminat alam bebas
lainnya.Pokoknya tulisan yang sederhana ini semoga berguna bagi semua orang.

You might also like