You are on page 1of 39

PENATALAKSANAAN

TRAUMA OROFASIOAL

Pendahuluan
Dokter

gigi dilibatkan pada perawatan


trauma rahang kerena menguasai
pengetahuan tentang gigi dan oklusi

Dokter

gigi umum biasanya tenaga medis


yang dihubungi pasien pertama kali bila
terjadi cedera rongga mulut

Peran

dokter gigi: sebagai pendiagnosis


dan melakukan perawatan yang tidak
terlalu rumit untuk trauma dentoalveolar
atau merujuk pasien kepada spesialis
bedah mulut apabila diperlukan perawatan
yang lebih sulit

Diagnosis Trauma Orofasial

Riwayat :
tgl, waktu kejadian, penyebab cedera, keadaan pesien
(mabuk, sadar, )
Penyebab trauma orofasial:
DEWASA
Kecelakaan lalulintas 40 45 %
Penganiayaan
30 35 %
Olah raga
5 _ 10 %
Jatuh
5%
Lain-lain
5- 10 %

ANAK-ANAK
Kecelakaan

lalulintas
Penganiayaan
Olah raga /naik sepeda
Jatuh

10 -15 %
5 -10 %
50 - 60 %
5 10 %

Pemeriksaan Klinis
Pernapasan

dan perdarahan
Pendekatan awal pasien trauma orofasial
akut, perhatian segera diarahkan thd
saluran pernpasan, adekuasi ventilasi dan
kontrol perdarahan eksternal.
Pemeriksan tanda vital
Status neorologis

Prioritas pada pelaksanaan korban


trauma
Prioritas

maksimum (tindakan penyelamat

jiwa):
Imobilisasi vertebrae cervicalis
Mempertahankan jalan pernapasan
Mempertahankan ventilasi yang memadai
Kontrol perdarahan eksternal
Mengembalikan volume intravaskuler

Prioritas Tinggi (triage decision making):

Mengamati tanda vital, keseimbangan cairan


Riwayat singkat oleh staf UGD
Pemeriksaan cepat dan lengkap
Ro foto vertebra servicalis (trauma benda tumpul)
Identifikasi sumber perdarahan (dada, perut, pelvis)
Pemeriksaan darah
Antibiotik, profilaksis tetanus

Menilai kesadaran
dg kemampuan membuka mata
Skor
1
2

Mata(E) Verbal(V) Motorik(M)


respons(-) Respon(-) Respon(-)
buka, sakit tak dipahami

Pemeriksaan
Pemeriksaan

awal pada leher dan kepala lokasi,


panjang dan kedalaman
Tes saraf kranial pada gerakan alis, bola mata,
pupil thd sinar, sudut mulut
Wajah bag tengah : bag infraorbita sampai
maxilla
Mandibula ada pergeseran, asimetris
P mulut cek oklusi apa ada step deformitas,
bagian gigi goyah, geser, ovulsi, tl alv
Jaringan lunak rongga mulut, sobek, hematom

Pemeriksaan Radiografis
Servical

; proyeksi vertebrae cervicalis

lateral
Mandibula: Panoramik, lateral mandibula
oblik kanan d kiri, Skull AP , Proyeksi TMJ,
oklusal maupun periapikal
Maxilla: panoramik, Waters, proyeksi
facial anterior lateral
Orbita: waters, caldwell, tomografi

Penatalaksanaan
pasien trauma akut
Perhatikan

pernapasan ada sumbatan ?


Aspirasi darah dan serpihan atau benda
asing
Perdarahan:

perdarahan pada orofasial


jarang sebabkan fatal , penekanan dg jari,
kassa kadang perlu klem dan penjahitan

CEDERA JARINGAN KERAS


Trauma pada gigi
Cedera

gigi :
Fraktur koronal, luksasi sampai avulsi
Merawat

gigi goyah:
Stabilisasi splint, Jahit, kawat, arch bar
Replantasi:
Keberhasilan

dipengaruhi waktu, luasnya


kerusakan ligamentum periodontal,
Bila berhasil terjadi ankilosis

FRAKTUR RAHANG
Difinisi:
Hilangnya

kontinuan yg bisa diikuti terputusnya


neurovasculer dan cidera jaringan sekitar

Akibatnya

:
Pergeseran fragmen krn arah gaya tekanan atau
tarikan otot
Garis fraktur berpengaruh pergeseran fragmen
bisa menguntungkan atau tidak menguntungkan
Cidera saraf
Perdarahan

Penyembuhan fraktur

Penyembuhan
dipengaruhi pada reduksi( pengaturan pengembalian
fragmen) dan imobilisasi
Proses penyembuhan
Hematom dg proliferasi pembuluh darah pada tahap
vaskuler
Kemudian aktivitas fibroblas dg terbentuknya kalus
fibrous
Kalus primer dari tulang muda terbentuk setelah 10 30
hari
Kalus sekunder atau tulang yang matang menunjang
penyatuan fragmen secara mekanis pada minggu 5 - 6

Remodeling bentuk tulang dipengaruhi fungsi


tulang dan aktivitas dari osteoblas serta
osteoklas
Komplikasi Fraktur:
Infeksi
Nonunion (tak sambung)
Malunion (salah sambung)
Delayed union atau pertumbuhan tertunda

Yang

pengaruhi komplikasi :
Reduksi dan imobilisasi kurang baik,
adanya pergeresan waktu penyembuhan,
mobilisasi terlalu awal, infeksi, faktor
sistemik

FRAKTUR PROSESUS
ALVEOLARIS
Klasifikasi:

sederhana yang melibatkan 1


gigi sampai parah terbuka dg beberapa
gigi avulsi. Bahkan sering alami
pergeseran .

Penatalaksanaan

dokter gigi umum

bisa dilakuka oleh

Diagnosis
Pemeriksaan:
Klinis

: pergeseran segmen dan diskontinuitas


lengkung rahang, hematom atau sobek gusi,
maloklusi
Palpasi: gigi goyah, segmen tlng alv.dan nyeri
tekan.
Radiologis:
Proyeksi

oklusal, periapikal, panoramik, skull AP

Penatalaksanaan
Perawatan

yang baik segera sesudah


kecelakaan sampai 72 jam stlh
kecelakaan dg bantuan anestesi lokal.
Segmen fraktur direduksi, juga reposisi
gigi yang goyah cek oklusi
Stabilisasi dan fiksasi; wire, arch bar, ortho
fix
Gingiva yang sobek dijahit dg chromic,
catgut atau side ukuran 3-0 ; 4-0

Antibiotik,

analgesik, anti inflamasi

Kontrol:

diteliti infeksi, perubahan oklusi dan


stabilitas alat
Alat fiksasi dilepas setelah 4-6 minggu
Perubahan warna gigi menunjukan
perubahan vitalitas gigi

Pemeriksaan
Radiologis:
Untuk

mempetegas diagnosis

Penatalaksanaan

Fraktur Mandibula
Ada 3 cara: reduksi tertutup/ konservatif ,
reduksi terbuka/ bedah, atau
kombinasi dari 1 dan 2. Cara ketiga fiksasi
skeletal eksternal

Reduksi terutup
Dengan

alat : Wire, elastik , arch bar,


ortho cekat

Fiksasi:

intermaksiler menggunakan
elastik atau kawat, gunning splint untuk
pasien tak bergigi (mirip basis protesa)

Reduksi terbuka
Pada

fraktur mandibula, insisi bila melalui


kulit atau oral

Reduksi

tulang peroral
Reduksi tulang perkutan
Bahan

reduksi dapat dengan kawat atau


pelat tulang

Perawatan yang tertunda


Perawatan

yang lebih dari 14 hari sampai


tahunan. 14 hari sudah terjadi kalus
fibrous atau jaringan ikat

FRAKTUR BAGIAN TENGAH


WAJAH
Fraktur

Le Fort I:
Merupakan jenis fraktur paling sering
terjadi yang menyebabkan terpisahnya
prosesus alveolaris dan palatum durum
dari basis maksila atau palatinanya
Klinis:
Pemeriksaan

kadang maksila dapat


bergerak, gigitan terbuka daerah anterior

Radiologi
Waters,

Skull AP, panoramic

Penatalaksanaan:
Wire

atau kawat

Pelat
Reduksi:
Tertutup
Terbuka

Le

fort II:
Secara Klinis seperti fraktur hidung,
bentuk fraktur piramida melibatkan sutura
Zygomaticomaxillaris dan nasofrontalis
Radiologi
Proyeksi

anterolateral, waters

Le

Fort III:
Sering disebut fraktur craniofacial
disfunction merupakan cidera yang parah
bagian tengah wajah benar-benar tepisah
dari basis cranii, biasanya disertai dengan
cedera kranioserebral, kelopak mata alami
pembengkaan

You might also like