You are on page 1of 38

LAPORAN FIELD STUDY

FAMILY MEDICINE
ANAK DENGAN EPILEPSI POST TRAUMA DAN GANGGUAN
TUMBUH KEMBANG PADA KELUARGA MAJEMUK

Kelompok 25

Pembimbing : dr. Anisah


Disusun oleh :.
1. Astria Puspita Sari
0910211066
2. Yunita Amelia

0910211038

3. Ni Putu Anisa

0910211040

4. Anisa Dian

0810211006

5. Reza Fahlevi

0819211062

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN


JAKARTA
1

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANAK DENGAN EPILEPSI POST TRAUMA DAN GANGGUAN


TUMBUH KEMBANG PADA KELUARGA MAJEMUK

1. Astria Puspita Sari

0910211066

2. Yunita Amelia

0910211038

3. Ni Putu Anisa

0910211040

4. Anisa Dian

0810211006

5. Reza Fahlevi

0819211062

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.

Jakarta, 21 Januari 2013


Pembimbing Lapangan

dr. Anisah

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah Field Study ini dapat kami selesaikan. Kami
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing kami dr. Anisah yang telah membantu dalam proses
pembuatan makalah field study, serta teman teman kelompok yang telah berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun dari hasilkunjungan kami selama field study. Dengan demikian mahasiswa
dituntut untuk mampu berpikir secara kritis dan mampu untuk menganalisis suatu data, sehingga
mahasiswa dapat memahami konsep serta mampu memecahkan masalah dalam kasus- kasus yang
terjadi.
Tujuannya adalah untuk memperkaya pengetahuan mahasiswa, agar kita dapat selalu
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam ilmu kedokteran. Penulis
menyadari kekurangan dalam penulisan makalah ini. Jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini,
kritik dan saran sangat kami harapkan guna perbaikan di kemudian hari.

Jakarta, Januari 2013

Penyusun

Kelompok 25

Epilepsi Post Trauma dengan Gangguan Tumbuh Kembang Pada


Keluarga Majemuk:
Pelayanan Kedokteran Keluarga
Astria Puspita Sari, Reza Fahlevi, Yunita Amelia, Anisa Dian, Ni Putu Anisa

Abstrak
Epilepsi adalah kejang yang menyerang seseorang yang tampak sehat atau sebagai suatu
eksaserbasi (kekambuhan) dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat disfungsi otak dimanifestasikan
sebagai fenomena motorik, sensorik, otonomik atau psikis yang abnormal. Faktor genetik memiliki
peran penting pada terjadinya epilepsi. Menurut usianya, faktor penyebab epilepsi pada pasien
berkaitan dengan trauma lahir, malformasi congenital, infeksi, trauma, kelainan metabolik, dan
idiopatik (genetik). Tindakan kuratif yang dilakukan adalah dengan melakukan tindakan nonfarmakologi dan farmakolgi yang teratur dan tepat untuk menangani resiko kelainan yang lebih besar.
Epilepsi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Tujuan dari laporan kasus ini
pembuktian bahwa pelayanan kedokteran keluarga dapat berfungsi untuk deteksi dini maupun untuk
penyelesaian kasus dan partisipasi keluarga turut menentukan keberhasilan pelayanan. Pasien adalah
anak berusia 2 tahun dari keluarga inti, ibu selaku pelaku rawat yang memiliki pendidikan tamat SMA
dan ayah selaku kepala keluarga bekerja sebagai kurir dengan pendidikan tamat SMA yang juga
perokok aktif. Pasien menderita epilepsi dengan faktor pencetus berupa trauma atau benturan pada
kepala. Pasien melakukan pemeriksaan rutin dan diberikan tatalaksana tepat berupa tatalaksana nonfarmakologi dan farmakologi. Peran orangtua, khususnya pelaku rawat memiliki peran penting pada
tumbuh kembang pasien, pelaku rawat telah cukup mengerti tentang penyakit pasien dan kebutuhan
gizi pasien. Lingkungan rumah yang tidak cukup bersih dan sehat, menyebabkan pasien mudah
terkena

infeksi.

Penerapan

bentuk

pelayanan

kesehatan

yang

holistik,

komprehensif,

berkesinambungan, terpadu dan paripurna, dengan memandang pasien sebagai bagian dari dirinya
sendiri, keluarga dan lingkungannya, serta adanya kemitraan kerja merupakan karakteristik dari
praktik dokter keluarga.
Kata kunci: Epilepsi, Epilepsi Pasca Trauma, Dokter Keluarga

Abstract
Epilepsy is a repetitive seizures suddenly attack people look healthy or an exacerbation in
chronic disease as caused of brain dysfunction such a motoric dysorder, sensoric, otonomic, or mental
abnormality. Genetic factor has important role in epilepsy. By the age, the cause factor of epilepsy
correlated by born-trauma, congenital malformation, infection, trauma, metabolic disorder, and
idiopathic (mostly genetic). Holistic treatment given is to do routine and proper non-pharmacologic
treatment and pharmacologic treatment (medicine) to reduce bigger disability risks. Epilepsy
influences growth of child. The aim of case study is as evidence that family medicine services can
have function as early determination and or a case-solving, family participation influences health
services succeed. Patient is a 2 years old child, mother as a sitter with last education as high school
and father as a head-family worked as employee with last education as high-school. Patient is
diagnosed as epilepsy caused by trauma on head (post-trauma epilepsy). Patient does routine general
check up and given proper and holistic treatment with non-pharmacology and pharmacology
treatment. Parents role, as a sitter have an important role in patients growth, and they understand
enough about patients disease, treatment, and nutrition need. Home environment that is not clean and
healthy enough is causing the patient to be infections. Application form of holistic health care,
comprehensive, continuous, integrated and complete, in view of the patient as a part of himself, his
family and the environment, as well as the working partnership is a characteristic of the practice of
family physicians.
Key Word: Epilepsy, Epilepsy Post Trauma, Family Medicine

Pendahuluan
Epilepsi merupakan salah satu gangguan neurologi yang umum terjadi didunia.(WHO, 2001).
Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf kronik kejang berulang muncul tanpa diprovokasi.
Penyebabnya adalah kelainan bangkitan listrik jaringan saraf yang tidak terkontrol baik sebagian
maupun seluruh bagian otak. Keadaan ini bisa di indikasikan sebagai disfungsi otak (Shorvon, 2001).
Insiden epilepsi di negara maju ditemukan sekitar 50/100,000 sementara di negara berkembang
mencapai 100/100,000. Pendataan secara global ditemukan 3.5 juta kasus baru per tahun diantaranya
40% adalah anak-anak dan dewasa sekitar 40% serta 20% lainnya ditemukan pada usia lanjut (WHO,
2001). Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang.
Prevalensi epilepsi di seluruh dunia mencapai 5-20 orang per 1000 penduduk. Sayangnya belum ada
penelitian tentang berapa tepatnya prevalensi epilepsi di Indonesia. Namun diperkirakan berkisar
antara 0,5-1,2% (WHO,2001).
Epilepsi yang merupakan penyakit saraf kronik masih tetap merupakan problem medik dan
sosial (WHO,2001). Masalah medik yang disebabkan oleh gangguan komunikasi neuron bisa
berdampak pada gangguan fisik dan mental dalam hal gangguan kognitif (WHO,2001). Epilepsi dapat
mengakibatkan kualitas hidup penderita memburuk karena dampak sosial dan psikologis yang dialami
oleh penderitanya. Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan
konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang rendah, pengangguran yang
tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri ) (Pinzon,2006). Sebagian besar kasus epilepsi dimulai pada
masa anak-anak (Purba,2008).
Berdasarkan hal tersebut diatas, diperlukan pendekatan kedokteran keluarga yang
komprehensif.

Ilustrasi Kasus
Seorang anak laki-laki, H , usia 2 tahun, adalah anak dari keluarga majemuk yang mempunyai
ayah sebagai kurir agen perjalanan dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Saat ini berat badan pasien 15
kg dengan tinggi badan 72 cm. Ibu pasien mengaku sewaktu mengandung melakukan ANC lengkap,
yaitu 3 kali selama hamil. Pasien lahir normal.
Dari anamnesis dengan ibu pasien, didapatkan bahwa anaknya tidak dapat berdiri dan berjalan.
Ketika usia 1 tahun anak H jatuh dan kepalanya terbentur dinding. Setelah itu pandangan pasien
kosong ke depan, semua ekstremitas kaku,pasien tidak dapat merenspon orang lain, kemudian pasien
terjatuh. Kedua mata tidak mendelik ke atas, mulut tidak mengeluarkan busa, kepala tidak menoleh,
lidah tidak tergigit. Durasi selama beberapa detik. Kemudian pasien sadar seperti biasa dan mengeluh
sakit. Sejak kejadian tersebut, pasien mengalami kejang seluruh ekstremitas berulang sebanyak 12 kali
berturu-turut. Serangan biasanya muncul tiba-tiba. Setelah kejadian tersebut pasien sering panas 40C
tapi tidak menimbulkan kejang. Riwayat imunisasi lengkap, riwayat kehamilan dan persalinan normal.
Kemudian pasien dibawa berobat jalan ke RS Mitra Keluarga oleh ibu dan neneknya.Setelah di
rumah pasien mengalami kejang sebanyak 12 kali dan pasien kemudian dirawat di RS Mitra
Keluarga,dari pemeriksaan CT Scan didapatkan tidak ditemukan kelainan. Dari pemeriksaan
Elektroensefalografi (EEG) didapatkan hasil gejala epilepsi. Pasien sedang dalam pengobatan epilepsi
yang dikontrol secara rutin sebulan sekali ke rumah sakit. Tidak ada anggota keluarga yang menderita
keluhan yang sama. Pasien diberi obat untuk pengobatan epilepsinya yang diminum setiap hari
sebanyak 3 kali sehari. Setelah itu keluhan sudah tidak timbul lagi .Selain itu, setiap 1 kali
seminggu,pasien menjalani terapi pijat kaki tradisional.
Di rumah pasien tinggal bersama nenek, ayah, ibu, paman dan bibinya. Ayah pasien, Tn. S, 34
tahun, tamat SMA, sebagai kurir agen perjalanan, ayah bekerja dari pagi hingga malam, status
pernikahan adalah pernikahan pertama dan menikah ketika berumur 31 tahun. Ibu pasien sebagai
pelaku rawat, Ny.S, 23 tahun, tamat SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, status pernikahan adalah
pernikahan pertama dan menikah ketika berumur 20 tahun.
Rumah pasien berada di lingkungan padat penduduk dengan ukuran 8m x 5m, tampak belum
pernah dilakukan renovasi. Tembok dilapisi cat namun warnanya agak kotor. Sinar matahari sedikit
yang dapat masuk ke dalam rumah. Jendela < 20% dar luas lantai. Atap terbuat dari asbes dengan
7

langit-langit terbuat dari triplek. Lantai terbuat dari keramik. Dinding jenis tembok. Terdapat 2 kamar
masing-masing berukuran 2,5m x 2,5m , terdapat 1 buah gudang yang berukuran 2m x 2,5m dan dapur
dengan ukuran 3m x 2,5m. Kamar mandi dan jamban digunakan bersama dengan tetangga di
sebelahnya. Ventilasi kurang sehingga rumah terasa lembab. Hanya ada jendela berukuran 120cm x
120cm .Kebersihan dan kerapihan rumah kurang. Gaji kepala keluarga Rp.800.000/bulan. Keluarga
pasien memiliki Jamsostek. Selama ini keluarga berobat ke puskesmas dan ketika sakit pasien
menggunakan jamsostek yang dia miliki.

3M

KAMAR
TIDUR
2,4 M

RUANG TAMU DAN RUANG


KELUARGA
KAMAR TIDUR

2,6 M

2,5
MM
2M

3M

DAPUR

2,5
M

8M

GUDANG

KAMAR MANDI DAN TOILET

5M

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan seorang anak dengan kesadaran kompos mentis,
dengan status generalis dalam batas normal, status gizi baik, BB 15 kg, TB 72 cm dan pada
pemeriksaan kedua kaki pasien tampak normal namun pasien tidak dapat berdiri dan berjalan sendiri.

Penilaian Struktur dan Komposisi Keluarga


Keluarga terdiri atas 3 generasi dengan kepala keluarga berusia 34 tahun, dan ibu berusia 23
tahun. Bentuk keluarga adalah keluarga majemuk. Dari perkawinan ini mereka empunyai seorang anak
(pasien) An. H yang berusia 2 tahun yang tinggal bersama orang tua dan neneknya.

Ny. D
60 thn
Ny. S
26 thn

+
Tn. H
30 thn
Ny. S
23 thn

Tn. S
34 thn

An. H
2
thn

Perempua
n
Laki-laki

Meninggal
Pasien

Cera
i

Tinggal
satu
rumah

Gambar 1. Genogram

Penilaian Terhadap Keluarga


Dalam penatalaksanaan penyakit pasien sangat diperlukan peran serta dan peran aktif seluruh
anggota keluarga, terutama ibu pasien dalam merawat dan memperhatikan setiap perkembangan
pasien. Pembinaan kesehatan dilakukan untuk meningkatkan partisipasi keluarga dalam upaya
meningkatkan kesehatan fisik, mental, psikologik, sosial dan lingkungan keluarga, maka dilakukan
kunjungan rumah pada tanggal 19 Desember 2012, 5 Januari 2013 dan 15 Januari 2013.

Identifikasi Masalah Keluarga


Masalah yang ditemukan antara lain :
1. Masalah dalam anggota keluarga : bentuk keluarga pasien adalah keluarga majemuk. tanggung
jawab, beban keluarga ditanggung oleh ayah dan dibantu oleh nenek namun ayah tidak terbuka
dalam masalah keuangannya.
2. Masalah dalam fungsi biologis : Pasien tidak dapat berdiri dan berjalan sendiri, pasien sering
tidak nafsu makan. Nenek pasien mengalami hipertensi.
3. Masalah dalam fungsi psikologis : Hubungan orang tua dan pasien cukup baik, namun
hubungan ayah dan neneknya kurang baik. Hubungan dengan anggota keluarga yang lainnya
baik.
4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan : Penghasilan kepala keluarga
kurang, pekerjaan kepala keluarga sebagai kurir agen perjalanan sekitar Rp.800.000/bulan,
biaya berobat diambil dari pengasilan sehari-hari.
5. Masalah dalam perilaku kesehatan : Keluarga cukup mengerti akan pentingnya kesehatan. Pola
makan pasien tidak teratur, pasien malas makan hanya mau minum susu. Dalam merawat
pasien, pelaku rawat kurang memperhatikan higiene hal ini terlihat dari kuku pasien yang kotor
dan panjang, baju pasien kotor, ini dikarenakan karena pelaku rawat tidak rutin
6. Masalah lingkungan : Rumah pasien terletak di lingkungan yang padat. Pencahayaan dan
ventilasi kurang memadai sehingga rumah agak gelap. Keadaan rumah cukup sempit. WC dan
kamar mandi digunakan bersama-sama dengan tetangga diseblahnya. Tata letak barang dalam
rumah kurang tertata rapih, baju menggantung di belakang pintu kamar, peralatan dapur
digantung di dinding kamar mandi.
7. Masalah sosial : Tidak ada masalah. Orang tua memiliki rencana untuk masa depan anak,
hubungan dengan tetangga baik.

10

Diagnostik Holistik ( 19 Desember 2012 ; primary care)


Aspek Personal

: Pasien belum memiliki harapan dan kekhawatiran

Aspek Klinis

: Epilepsi post traumatik dengan gangguan tumbuh kembang

Aspek Individual

: Pasien perlu bantuan orang atau pelaku rawat

Aspek Psikososial

: Keluarga berpenghasilan rendah, masalah

kebersihan rumah yang

kurang, lingkungan rumah yang padat


Aspek Fungsional

:Pasien tidak dapat berbuat apa-apa karena ketergantungan

dengan

pelaku rawat, dan keluarga berpartisipasi untuk kesembuhan pasien.

Diagnosis Keluarga
Keluarga majemuk dengan kepala keluarga yang mempunyai pekerjaan dengan penghasilan
rendah. Orang tua berharap anaknya bisa sembuh dan bias berdiri serta berjalan sendiri.

Tujuan Umum Penyelesaian Masalah Pasien dan Keluarga


Terciptanya keluarga yang berpartisipasi dan mandiri dalam menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga agar pasien bisa sembuh, berdiri dan berjalan sendiri serta agar anggota keluarga dapat sehat.

Indikator Keberhasilan
Tidak terjadinya kekambuhan epilepsi pasien. Pasien rajin kontrol ke rumah sakit, rajin menjalani
terapi pijat kaki dan minum obat setiap hari sesuai anjuran dokter. Pasien tidak buang air kecil
sembarangan. Keluarga pasien rajin melatih pasien untuk berdiri dan berjalan. Orang tua,khususnya
ibu pasien yang bertindak sebagai pelaku rawat memahami prinsip gizi seimbang dan pemberian
nutrisi sesuai usia dan kebutuhan pasien. Setiap anggota keluarga memahami pentingnya peranan
11

keluarga dalam memperbaiki kesehatan keluarga.Terciptanya kerapihan dan kebersihan rumah. Nenek
pasien dapat menjaga pola makan, menghindari stress dan tekanan darah dapat turun.

Tindak lanjut Terhadap Pasien dan Keluarga


Pada kunjungan pertama dilakukan wawancara kepada semua anggota keluarga untuk mengetahui
permasalahan-permasalahan kesehatan yang terjadi pada masing-masing anggota keluarga. Selain itu,
pasien dan keluarganya juga diberikan masukan untuk memeriksakan keadaan pasien ke dokter agar
dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat untuk pasien. Permasalahan-permasalahan tersebut
kemudian didiskusikan dan dibuat suatu perencanaan intervensi untuk kunjungan kedua.
Pada kunjungan kedua,diberikan penyuluhan mengenai pennyakit epilepsi, tumbuh kembang
anak, dan hipertensi. Selain itu keluarga pasien juga diberikan informasi tambahan menganai konsep
menu makan sehat, seimbang dan bergizi

Alur Intervensi
12

Dengan masalah yang ada berupa penyakit epilepsi dan gangguan tumbuh kembang pada anak dan
penyakit hipertensi yang diderita nenek maka di lakukan berbagai tindakan untuk membantu pasien
menangani masalah-masalah yang ada, diantaranya :
13

1. Memberikan edukasi pengetahuan Penyakit Epilpesi dan Pencegahannya kepada keluarga pasien
a. Menerangkan kepada orang tua pasien tentang proses penyakit dan perkembangan
penyakitnya serta resiko yang akan dialami pasien bila tidak dilakukan pengobatan dan
perawatan
b. Menerangkan hal-hal yang dapat menyebabkan kekambuhan penyakit yang diderita
anak agar dihindari
c. Mengingatkan orang tua pasien untuk kontrol status kesehatan anaknya sesuai jadwal
yang ditetapkan dokter
d.
2. Memberikan Edukasi Pengetahuan Tentang Gangguan Tumbuh Kembang Anak
a. Menerangkan kepada orang tua pasien tentang Gangguan Tumbuh Kembang Anak serta
resiko yang akan dialami pasien bila tidak dilakukan penanganan dan pelatihan.
b. Memberikan poster tentang urutan tumbuh kembang anak sesuai umur.
c. Menerangkan cara melatih anak agar aktif berdiri dan berjalan dengan membirikan
playskool
3. Memberikan edukasi pengetahuan penyakit hipertensi kepada keluarga dan penanganan nya.
a. Menerangkan kepada orang tua pasien tentang proses penyakit dan perkembangan
penyakitnya serta resiko yang akan dialami pasien bila tidak dilakukan pengobatan dan
perawatan
b. Melakukan penilaian tekanan darah setiap kali kunjungan
c. Menerangkan cara mencegah penyakit dan memberikan garam hipertensi yang
bertujuan untuk mencegah penyakit
4. Memberikan edukasi tentang Kesehatan keluarga dan pembinaan keluarga yang bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan keluarga dengan cara kunjungan rumah, untuk identifikasi masalah
yang berkaitan dengan kesehatan pasien, maupun kesehatan anggota keluarga lain nya.
a.
b.
c.
d.

Menerangkan 10 indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)


Menilai struktur rumah sesuai dengan standard rumah sehat
Menilai struktur keluarga (genogram)
Memberikan jadwal kebersihan untuk meningkatkan status kesehatan di keluarga
berupa check list

14

Dilakukan penilaian terhadap penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi yang dapat dilihat
dari table 1.Penilaian kemampuan mengatasi masalah secara keseluruhan dan kemampuan adaptasi
dengan skala :
99

: Tidak dapat dinilai

: Tidak ada partisipasi, menolak, tidak ada penyelesaian walaupun sarana tersedia

: Partisipasi keluarga hanya beupa keinginan saja karena tidak mampu, tidak ada sumber,
penyelesaian sepenuhnya dilakukan oleh dokter/orang lain/pelayanan kesehatan

: Ada keinginan untuk penyelesaian, terdapat sumber namun perlu penggalian yang belum
dimanfaatkan, hanya sedikit atas partisipasi keluarga dan sebagian besar masih dilakukan
provider

: Penyelesaian hampir seluruhnya oleh keluarga dengan sedikit petunjuk dari orang
lain/dokter/pelayanan kesehatan

: Dapat diselesaikan sepenuhnya oleh pasien dan keluarga

Table 1. Penilaian Kemampuan mengatasi masalah ( Koping Keluarga)


No

Masalah

Rencana Intervensi

Hasil

Nilai Kopling
Awal
Akhir

1.

Biologis:
Edukasi mengenai

Ibu pasien mengerti

berdiri dan berjalan

penyakit,

tentang epilepsi

sendiri, pasien sering

pencegahannya

tidak nafsu makan

melalui penyuluhan
3

1.1 Pasien tidak dapat

Pemberian mainan

Pasien dapat berdiri

untuk melatih berdiri, sebentar namun


dan beErjalan

belum dapat berjalan

(playskool)
15

Edukasi tentang gizi

Pasien susah makan

1.2 Nenek pasien

seimbang dan menu

namun lebih sering

mengalami

makanan sesuai usia

minum susu

hipertensi

pasien , pemberian

Edukasi mengenai

Tekanan darah sedikit 3

penyakit,pencegahan

menurun dan nenek

nya melalui

pasien sudah dapat

penyuluhan, dan

mengerti tentang

pemberian garam

makanan yang harus

Nutrisaline

dihindari dan faktor

susu formula

pencetus (stress)
2.

Kebersihan diri:
2.1 Pelaku rawat kurang
memperhatikan

Edukasi mengenai

Tidak ada perubahan

Edukasi mengenai

Pasien sudah member

toilet training

tahu jika ingin buang

mengenai Barang-barang masih 2

kebersihan diri

kebersihan diri
pasien, kuku pasien
tidak di potong
2.2 Pasien buang air
kecil sembarangan

air kecil
3.

Kebersihan rumah:
3.1 Kebersihan kurang Edukasi
terjaga,

barang- kebersihan

barang

berantakan, dan lingkungan

pakaian

digantung

dibelakang pintu

rumah berantakan
Pakaian

masih 2

digantung dibelakang
pintu

16

3.2

Ventilasi
penerangan

dan Edukasi

tentang Rumah masih gelap

22
2,4

27
3

rumah pencahayaan rumah

kurang
Total koping
Rata-rata

Pada awal studi diperoleh nilai 2, yaitu keluarga cukup mampu menyelesaikan sedikit masalahnya dan
masih memerlukan petunjuk penyelesaian maslah dari orang lain/dokter/pelayanan kesehatan. Pada
akhir studi dilakukan penilaian kembali kemampuan keluarga menyelesaikan masalahnya. Nilai akhir
koping keluarga yang didapat adalah 3, yaitu Ada keinginan untuk penyelesaian, terdapat sumber
namun perlu penggalian yang belum dimanfaatkan, hanya sedikit atas partisipasi keluarga dan
sebagian besar masih dilakukan oleh orang lain/dokter/pelayanan kesehatan.

Hasil Intervensi
1. Orang tua pasien mengupayakan untuk terus melatih anaknya berjalan untuk membantu
menguatkan otot kakinya.
2. Dianjurkan untuk rajin kontrol setiap bulan ke dokter anak agar penyakitnya dapat dipantau.

17

3. Telah dilakukan edukasi kepada orang tua pasien untuk terus meminum obatnya tepat waktu
dan hindari stress pada anak seperti memberi perhatian dan jangan sampai anak kelelahan
ketika bermain.
4. Telah dilakukan juga edukasi mengenai gizi seimbang pada orang tua pasien dan orang tua
pasien bersedia untuk mengatur pola makan anak yang sedikit namun sering.
5. Orang tua pasien mengupayakan pemberian gizi seimbang yang berarti mendapatkan cukup
semua kelompok zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta air
untuk keperluan tubuh yang sesuai dengan kebutuhan anak.
6. Orang tua pasien bersedia untuk lebih menjaga kebersihan lingkungan rumah.
7. Menjaga kebersihan pasien agar tidak terkena infeksi yang bisa memicu gejalanya kembali
kambuh.
Hasil

pembinaan

keluarga

secara

keseluruhan

menunjukkan

peningkatan

indeks

koping/penguasaan masalah dari 2,8 sebelum pembinaan menjadi 3,3 setelah pembinaan. Konsep
pelayanan kedokteran keluarga telah dijalankan dan perlu ditunjang dengan kerjasama yang baik
antara provider kesehatan serta keluarga.

Pembahasan
Dalam penanganan kasus ini dilakukan pendekatan kedokteran keluarga untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, berkesinambungan, terpadu dan paripurna, dengan
memandang pasien sebagai bagian dari dirinya sendiri, keluarga dan lingkungannya.

18

Pasien An. H (2 tahun) didiagnosis epilepsi berdasarkan anamnesa adanya kejang berulang
yang ditemui lebih dari dua kali dalm waktu kurang dari 24 jam. Epilepsi adalah kejang yang
menyerang seseorang yang tampak sehat atau sebagai suatu eksaserbasi (kekambuhan) dalam kondisi
sakit kronis sebagai akibat disfungsi otak dimanifestasikan sebagai fenomena motorik, sensorik,
otonomik atau psikis yang abnormal.
Kejang (konvulsion) adalah aktivitas motorik dan gangguan fenomena sensorik akibat dari
pelepasan muatan listrik secara tiba-tiba yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang
ditandai dengan serangan tiba-tiba dan disertai gangguan kesadaran. Kejang merupakan pergerakan
abnormal akibat perubahan tonus otot yang distimulasi oleh pelepasan muatan listrik yang tidak
terkontrol.
Faktor genetik memiliki peran penting pada terjadinya epilepsi. Menurut usianya, faktor
penyebab epilepsi pada An.H berkaitan dengan trauma lahir, malformasi congenital, infeksi, trauma,
kelainan metabolik, dan idiopatik (genetik). Penyebab lain terjadinya epilepsi yang jarang ditemukan
pada usia bayi dan anak-anak adalah yang berkaitan dengan obat, neoplasma, alkohol, dan penyakit
pembuluh darah. Epilepsi umum primer atau idiopatik biasanya terjadi sebeum usia 18 tahun. Kejang
pertama yang terjadi pada usia lebih dari 18 tahun biasanya akibat proses fokal atau kelainan
metabolik.
Menurut hasil allo-anamnesa, An. H mengalami epilepsi setelah trauma kepala yang diderita,
kurang dari 24 jam setelah trauma pasien mengalami kejang sebanyak 12 kali berturut-turut sampai
diberikan penanganan di rumah sakit. Epilepsi pasca trauma cenderung mempunyai riwayat keluarga
yang menderita epilepsi..
Patofisiologi dari epilepsi adalah kelainan aktivitas listrik neuron. Serangan epilepsi akan
muncul apabila sekelompok kecil neuron abnormal mengalami depolarisasi yang berkepanjangan
berkenaan dengan cetusan potensial aksi secara tepat dan berulang-ulang. Secara klinis serangan
epilepsi akan tampak apabila cetusan listrik dari sejumlah besar neuron abnormal muncul secara
bersamasama, membentuk suatu badai aktivitas listrik di dalam otak. Badai listrik tadi menimbulkan
bermacam-macam serangan epilepsi yang berbeda (lebih dari 20 macam), bergantung pada daerah dan
fungsi otak yang terkena dan terlibat.
Terdapat macam-macam kejang pada epilepsi,

Kejang Tonik

19

Bentuk klinis kejang tonik yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstremitas atau
pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai desebrasi, atau
ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortifikasi. Peningkatan mendadak
tonus otot (menjadi kaku, kontraksi) wajah dan tubuh bagian atas; fleksi lengan dan ekstensi
tungkai.

Kejang Klonik
Bentuk klinik kejang fokal berlangsung antara 1 - 3 detik, terlokalisasi dengan baik,
tidak disertai gangguan kesadaran, dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini
disebabkan oleh kontusio serebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau
oleh ensefalopati metabolik. Gerakan menyentak, repetitive, tajam, lambat, dan tunggal atau
multiple di lengan, tungkai dan torso.

Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat
anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat.
Menurut hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, kejang yang diderita An. Hf merupakan

kejang tonik tanpa penurunan kesadaran. Didapatkan kejang pada pasien berupa kekakuan pada
ekstremitas, peningkatan mendadak tonus otot (kaku dan kontraksi) pada wajah dan tubuh bagian atas,
dengan ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah.
Gejala epilepsi (ILAE) untuk tipe serangan kejang/bangkitan epilepsi.
1. Serangan parsial
a. Serangan parsial sederhana (kesadaran baik).
i. Motorik
ii. Sensorik
iii. Otonom
iv. Psikis
b. Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu)
i. Serangan parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran.
ii. Gangguan kesadaran saat awal serangan.
20

c. Serangan umum sekunder


i. Parsial sederhana menjadi tonik klonik.
ii. Parsial kompleks menjadi tonik klonik
iii. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik klonik.
2. Serangan umum.
a. Abscence (Lena / Petit Mal) kehilangan kesadaran
b. Mioklonik
c. Klonik
d. Tonik
e. Tonik Klonik (Grand Mal)
f. Atonik.
3. Tak tergolongkan.
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis epilepsi juga dapat ditegakkan dari
pemeriksaan laboratorium, EEG (electroencephalography), CT Scan, dan MRI (Magnetic Resonance
Imagine), serta pemeriksaan penunjang lainnya. Pada An. H, pemeriksaan laboratorium normal,
menunjukkan tidak ada kelainan metabolik pada pasien, CT Scan normal, tetapi ditemukan hasil
abnormal pada EEG sehingga bisa ditegakkan diagnosis epilepsi pada pasien.
Tatalaksana epilepsi memiliki prinsip mengontrol agar tidak terjadi kejang dan meminimalisasi
adverse affect of drug. Strategi terapi adalah dengan mencegah atau menurunkan lepasnya muatan
listrik syaraf yang berlebihan melalui perubahan pada kanal ion atau mengatur ketersediaan
neurotransmitter. Monoterapi lebih baik digunakan karena dapat mengurangi resiko adverse affect of
drug dan meningkatkan kepatuhan pasien. Meminimalisasi penggunaan antiepilepsi sedatif, mulai
dengan dosis terkecil, dan sesuaikan dengan penyebab epilepsi.

Non farmakologi:
Amati faktor pemicu
Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress, olahraga berat, konsumsi kopi atau
alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.
Fisioterapi
Farmakologi (Obat Anti Epilepsi / Antiepileptic Drug / AED)
Obat-obatan yang meningkatkan inaktivasi kanal Na: Fenitoin, Karbamazepin, Lomotigrin,

Oskarbazepin, Valproat
Agonis GABA
Menghambat GABA transaminase

: Benzodiazepine, Barbiturat
: Vigabatrin
21

Menghambat GABA transporter


: Tiagabin
Meningkatkan konsentrasi GABA pada cabang serebrospinal: Gabapentin

Lebih dari 50% penderita epilepsi pasca trauma berkembang dalam tahun pertama setelah
trauma, dan lebih dari 80% berkembang dalam 4 tahun setelah trauma. Jangan hentikan pengobatan
anti kejang dengan mendadak, penghentian obat harus melalui tahapan pengurangan takaran selang
beberapa minggu.
An. H sudah tidak mengalami kejang selama terapi secara rutin melalui terapi non-farmakologi
dan farmakologi. Terapi non-farmakologi berupa fisioterapi dilakukan untuk memberikan tatalaksana
terhadap kelemahan pada ekstremitas bawah yang disebabkan oleh epilepsi pasien. Kecukupan gizi
pada pasien harus dipenuhi untuk mengejar pertumbuhan pasien yang terhambat.
Kecukupan gizi pada pasien ditentukan dari pendapatan orangtua, atau status ekonominya.
Pendapatan keluarga pada pasien adalah dalam kategori rendah. Pemenuhan kebutuhan keluarga
sepenuhnya hanya dari penghasilan kepala keluarga. Namun, orangtua berusaha memenuhi kebutuhan
gizi dan pengobatan pada pasien sebagai skala prioritas. Pada awal sebelum pembinaan, diberikan
menu yang sesuai dengan usia pasien dan penjelasan tentang tumbuh kembang anak agar keluarga
dapat memantau perkembangan dan pertumbuhan pasien. Setelah dilakukan pembinaan mengenai
edukasi pentingnya gizi seimbang terutama untuk balita, keluarga mulai memprioritaskan makanan
yang bergizi untuk pemenuhan kebutuhan pangan.
Pola pengasuhan anak cukup memadai. Setiap keluarga diharapkan dapat menyediakan waktu,
perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental
dan sosial. Hal ini berkaitan dengan tingkat pengetahuan dalam pola asuh, dalam kesehatan anak,
khususnya mengenai gizi. Pelaku rawat memiliki pendidikan terakhir SMA dan kepala keluarga SMA.
Dari tingkat pendidikan sebenarnya pengetahuan mereka cukup dan sudah cukup mengerti bagaimana
merawat anaknya. Faktor sosial pelaku rawat juga sudah mengajari pasien bagaimana bersosialisasi
paling tidak dengan balita seusianya di lingkungan perumahan dan mengajari agar pasien tidak minder
dengan keadaannya juga memotivasi pasien untuk sembuh. Seringnya pasien terkena penyakit infeksi
juga menunjukkan kurangnya pengetahuan pasien mengenai pencegahan penyakit menular. Kondisi
higiene pasien menjadi salah satu penyebab utama mudahnya pasien sakit selain kondisi status
gizinya.
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi yang diberikan kepada
bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya setelah umur 4 bulan. Pada umur 4-6 bulan (masa
22

transisi), bayi terus minum ASI dan mulai diperkenalkan dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
MP-ASI berbentuk lumat atau setengah cair. Pemberian ASI harus didahulukan sebelum MP-ASI
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
Pada umur 6-9 bulan, kuantitas dan kualitas MP-ASI perlu diperhatikan. MP-ASI diberikan
sesuai umur bayi, minimal diberikan 3 x sehari. Porsi MP-ASI setiap kali makan sebagai berikut:
Pada umur 6 bulan, berikan minimal 6 sendok makan
Pada umur 7 bulan, berikan minimal 7 sendok makan
Pada umur 8 dan 9 bulan, berturut-turut berikan 8 dan 9 sendok
makan.

Sejak umur 10 bulan, makanan keluarga perlu diperkenalkan kepada bayi, agar pada saat
berumur 12 bulan, bayi sudah dapat makan bersama keluarga. Porsi makanan anak 12 bulan kira-kira
separuh dari porsi orang dewasa. Pemberian ASI tetap diteruskan sampai bayi berumur 2 tahun.
Makanan selingan yang bergizi (bubur kacang hijau, biskuit, pepaya/jeruk) perlu diberikan.Pada umur
24 bulan, secara bertahap anak perlu disapih. Antara lain dengan menjarangkan waktu menyusui.
Pada usia balita terjadi pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat. Karena itu kebutuhan zat
gizi tiap satuan berat badan relatif lebih tinggi dari kelompok umur lain. Contohnya adalah kebutuhan
energi bayi/balita 100-120 kilokalori per kilogram berat badan, sedangkan pada orang dewasa 40-50
kilokalori per kilogram berat badan. Kebutuhan protein bayi/balita: 2-2,5 gram/kilogram berat badan,
sedangkan untuk orang dewasa 1 gram per kilogram berat badan. Dari contoh ini terlihat, bahwa
makin bertambah umur, kebutuhan zat gizi seseorang relatif lebih rendah untuk tiap kilogram berat
badannya (Departemen Kesehatan RI, 2006). ASI hanya baik komposisinya sampai usia 6 bulan dan
perlu ditambahkan makanan pendamping ASI samapai usia 24 bulan, setelah itu komposisi ASI baik
kualitas dan kuantitasnya menjadi sangat berkurang.
Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang
beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik
kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu,
makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas
kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa
dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya
23

kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara
lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mie. Minyak, margarin dan
santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga
menunjang aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan
nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan,
ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang. Makanan sumber zat pengatur adalah semua
sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang
berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
Kondisi rumah yang perlu diperhatikan adalah kecukupan ventilasi dan kebersihan di dalam
rumah. Lingkungan padat berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi dengan mudah. Ventilasi
rumah kurang memadai, hal ini berdampak buruk bagi kesehatan antara lain: berkurangnya kadar
oksigen, adanya bau pengap, suhu udara ruangan menjadi naik, dan kelembapan udara menjadi
bertambah. Kecepatan aliran udara penting untuk mempercepat pembersihan udara ruangan.
Kecepatan udara dikatakan sedang jika gerak udara 5-20 cm per detik atau volume pertukaran udara
bersih antara 25-30 cfm (cubic feet per minute) untuk setiap orang yang berada di dalam ruangan. Hal
yang sama juga pada luas rumah. Kepadatan penghuni pada keluarga ini memenuhi standar ( 2 orang
per 8 m2). Luas rumah adalah 12,375 m2, anggota keluarga dihitung 2,5 karena pasien masih berumur
38 bulan. Sesuai dengan ketentuan anak < 1 tahun tidak diperhitungkan dan umur 1-10 tahun dihitung
setengah. Maka kepadatan adalah 2 orang per 4,95 m2.

Saran
1. Komunikasi :
Dalam melakukan edukasi tentang penatalaksanaan penyakit, melatih tumbuh kembang anak,
mengingat pendidikan orang tua pasien yang rendah, maka harus dijelaskan dengan menggunakan
bahasa yang sederhana, mudah dimengerti dan media yang dapat diterima oleh pasien.
24

2. Fasilitas dan pelayanan kesehatan keluarga


Meningkatkan penyediaan pelayanan dan fasilitas guna meningkatkan penegakan diagnosis dan
evaluasi penyakit.
3. Dana
Adanya dana khusus bagi pasien-pasien yang tak mampu untuk mendapatkan perawatan yang sangat
dibutuhkan.
4. Lingkungan penderita
Membantu dan memberi dukungan terhadap keluarga pasien dan tidak memberikan komentar negatif
yang dapat mengganggu psikologi pasien dan keluarga dan menyebabkan hambatan dalam proses
kesembuhan pasien.

Penutup
Epilepsi dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti genetik, trauma kepala, dan lain-lain.
Disamping itu pola asuh yang salah, dan kurangnya perhatian kepada pasien dapat memperburuk
keadaannya. Epilepsi dapat menyebabkan gangguan mental, fisik, psikologis. Salah satunya dapat
mempengaruhi tumbuh kembang seseorang. Oleh karena itu, pendekatan kedokteran keluarga sangat
diperlukan dalam penanganan masalah gizi di masyarakat.

Ucapan Terima Kasih


Studi ini dilaksanakan oleh mahasiswa kedokteran yang di tugaskan oleh FK UPN Veteran
Jakarta. Kepada dr. Anisah, selaku pembimbing, dan seluruh staf pengajar family medicine Fakultas
Kedokteran UPN veteran Jakarta kami ucapkan terima kasih. Kepada semua yang terlibat dalam
penyelenggaraan studi ini staf dan karyawan puskesmas sukmajaya, dan keluarga pasien kami ucapkan
terimakasih. Semoga apa yang telah kita laksanakan untuk perkembangan dan perbaikan kesehatan
25

pasien dan keluarga serta perbaikan konsep pelayanan keluarga yang bermutu sesuai standar
pelayanan kesehatan keluarga yang telah ditetapkan.

Daftar Pustaka
Pinzon, Rizaldy. Karakteristik Prognosis Epilepsi. Dexa Medica, No. 3, Vol. 19, Juli - September
2006.
Purba, Jan Sudir. Epilepsi : Permasalahan di reseptor atau neurotransmitter. Medicinus Scientific
Journal of pharmaceutical development and medical application. Vol 21, nov-des, no.4.2008.
26

Shorvon S. Status epilepticus. Program and abstracts of the 17th World Congress of Neurology; June
17-22, 2001; London, UK. J Neurol Sci. 2001;187(suppl 1):S213
WHO. Epilepsy: aetiology, epidemiology and prognosis. 2001. (WWW) http://www.who.intf
mediacentre facts heets1fs165fen print. html (14/ 02/2006).
WHO. Epilepsy in The World. Health Report: Mental Health : New Understanding, New Hope,
WHO , 2001
WHO. Epilepsy : Social Consequences and Economic Aspects, WHO Fact Sheet No. 166, 2001

Lampiran
BERKAS KELUARGA

PROGRAM PENINGKATAN BELAJAR MAHASISWA DI LAPANGAN


FK UPN VETERAN JAKARTA
27

(berkas ini merupakan rekam medik yang harus dijaga kerahasiaannya,identitas keluarga hanya boleh dicantumkan inisial
dalam penulisan laporan dan presentasi , namun dicantumkan lengkap dalam berkas ini)

Nama dan NIM :

Kelompok : 25

Astria Puspita Sari

Reza Fahlevi
(0810211062)
Yunita Amelia (0910211038)
Anisa Dian
(0810211006)
Ni Putu Anisa (0910211040)

(0910211066)

Pembimbing : dr. Anisah

Durasi Pembinaan :
Tgl Bertemu : I.

19 Desember 2012

II. 05 Januari 2013


III. 12 Januari 2013

TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH

I. Identitas Keluarga
a. Nama kepala keluarga : Bpk. Sulaiman
b. Alamat rumah : jln. M. Yusuf Rt 1 Rw 21, Kelurahan Mekar jaya Depok
c. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah :
KEDUDUKAN
NO

DALAM

L/P

UMUR

Djuriah
Sulaiman

KELUARGA
Nenek
Kepala

P
L

60 thn
34 thn

3.
4.

Siti Romlah
Hafidz

Keluarga/Ayah
Ibu
Anak

P
L

5.

Rumsiah

Kakak ipar

1.
2.

NAMA

PENDIDIKAN

PEKERJAAN

Tamat SD
Tamat SMA

Ibu Rumah Tangga


Kurir Agen

23 thn
2 thn

Tamat SMA

Perjalanan
Ibu Rumah Tangga

26 thn

Tamat SMA

Karyawan Swasta

30 thn

Tamat D3

Karyawan Swasta

KETERANGAN

Belum sekolah

kepala keluarga

5.

Handriantono

Suami kakak
Ipar kepala

28

keluarga

d. Bentuk Keluarga : 1. Keluarga inti

2. Keluarga ortu tunggal

3. Keluarga ekstended

4. Keluarga majemuk 5. Bentuk keluarga lainnya .


e. Siklus kehidupan keluarga :
1. Kel.baru menikah 2. Kel. dengan bayi dan balita

3. Kel.anak usia sekolah

4. Kel.dengan remaja 5. Kel.ortu usia pertengahan

6. Kel.ortu lansia

f. Deskripsi Identitas Keluarga


Keluarga ini adalah keluarga majemuk yang terdiri dari 6 orang dalam satu rumah. Banyaknya orang
dewasa dengan mobilitas tinggi dan rumah yang sempit. Hanya 3 orang dewasa yang bekerja dan hanya
1 orang yang dapat diandalkan dalam permasalahan ekonomi. Keluargaa tersebut mempunyai batita.
Pendidikan terakhir kepala keluarga adalah Sma, pendidikan terakhir istri kepala keluarga adalah Sma,
dan kakak ipar kepala keluarga pendidikan terakhirnya adalah Sma, sedangkan suami kakak ipar kepala
keluarga pendidikan terakhir nya adalah diploma 3. Pendidikan rata-rata keluarga ini adalah Sma.
Kepala keluarga kurang terbuka mengenai penghasilan kepada istrinya. Kepala keluarga kurang
memerhatikan kesehatan anaknya. Ny.
Ini Dmerupakan kendala hidup sehat pada keluarga ini.
60 thn

Ny. S
26 thn

g. Genogram

+
Tn. H
30 thn
Ny. S
23 thn

Tn. S
34 thn

An. H
2
thn

Perempua
n
Laki-laki

Meninggal
Pasien

Cera
i
Gambar 1. Genogram

Tinggal
satu
rumah

29

II. Keadaan Rumah


a. Gambar denah bangunan rumah (cantumkan ukuran , jendela , pintu)
3M

KAMAR
TIDUR
2,4 M

RUANG TAMU DAN RUANG


KELUARGA
KAMAR TIDUR

2,6 M

2,5
MM
8M

2M

3M

2,5
M

DAPUR

GUDANG

KAMAR MANDI DAN TOILET

5M

b. Jenis Lantai

: 1. Tanah dikeraskan

2.Plesteran Semen

3. Ubin

4. Keramik

5. Marmer

c. Jenis Atap

: 1. Seng

2. Asbes

3. Genteng

d. Jenis Dinding

: 1. Anyaman

2. Tripleks

3. Kayu

4. Bata tanpa

plester
5. Tembok dilapisi cat
30

e. Apakah dapat membaca tulisan /huruf didalam rumah tanpa bantuan sinar lampu listrik pada
siang hari ?
1. Ya

2. Tidak

f. Perbandingan luas jendela/lantai di ruang tidur

: 1. <20%

2. >20%

Perbandingan luas jendela/lantai di ruang keluarga : 1. <20%

2. >20%

g. Deskripsi mengenai keadaan rumah :


Rumah keluarga yang berada dilingkungan padat penduduk. Tampak belum pernah dilakukan
renovasi, walaupun dinding terbuat dari tembok yang dilapisi cat namun warnanya sudah kotor.
Kamar-kamar kurang pencahayaan, jendela <20% dari luas lantai, atap terbuat dari asbes yang
mempunyai langit-langit dari triplek lantai jenis keramik. Pencahayaan dan ventilasi ruangan
kurang baik sehingga rumah agak gelap. Pengaturan barang-barang tidak rapih. Memperlihatkan
anggota keluarga kurang peduli terhadap kerapihan dan kebersihan rumah. Dengan keadaan
rumah seperti ini anggota keluarga berisiko terkena penyakit saluran pernapasan dan kulit akibat
lembabnya udara dan cahaya yang masuk ke dalam rumah. Di dalam kamar, terdapat pakaian
yang digantung dibelakang pintu, sehingga dapat menjadi sarang nyamuk. Peralatan rumah yang
berserakan di dapur dan di kamar mandi dapat membahayakan anggota keluarga bila tersandung
benda-benda tersebut. Kamar mandi dan WC digunakan bersama dengan tetangga sebelah
rumahnya. Sehingga dapat berisiko terkena penyakit diare.

III. Keadaan Keluarga


a. Perencanaan Keluarga
a.1 Apakah pasangan orang tua di keluarga melakukan perencanaan dalam berkeluarga ?
1. Ya

2. Tidak

Perencanaan dalam mengatur jumlah anak, ibu dan ayah tidak menambah anak sebelum
pasien sembuh dari sakitnya.
a.2 Pengambilan keputusan perencanaan keluarga adalah :
1. Suami

2.Istri

3. Berdua

4. Orang tua suami atau orang tua istri

a.3 Apakah menggunakan kontrasepsi KB ?


1. Ya dengan metode suntik KB setiap 3 bulan sudah sejak 1 tahun 8 bulan yang
lalu dan masih sampai sekarang
31

2. Tidak menggunakan metode kontrasepsi


b. Hubungan Anggota Keluarga
b.1 Gambar Hubungan tiap anggota keluarga

Ibu
Djuriah
Rumsiah

Ayah
Hafidz
Handriantono

b.2 Frekuensi berkumpulnya anggota keluarga :


1. Setiap hari

2. 2-3 kali seminggu

3. 1 minggu sekali

4. 2 3 kali sehari

5.1 bulan sekali

6. 2-3 kali setahun

7. Lainnya _________________
b.3 Keputusan dalam keluarga berdasarkan :
1. Perintah ayah

2. Perintah ibu

4. Diskusi ayah ibu anak

3. Diskusi ayah ibu


5. Keputusan keluarga besar

6. Lainnya ________________________
b.4 Deskripsi keadaan keluarga :
Ayah bekerja sebagai kurir agen perjalanan sedangkan ibu seorang ibu rumah tangga. Keluarga ini
mempunyai 1 anak. Pengambilan keputusan dalam keluarga berdasarkan perintah ibu,sehingga ibu
lebih dominan dalam pengambilan perencanaan keputusan. Ibu menggubakan kontrasepsi KB,
yaitu suntik Kb 3 bulan. Anggota keluarga berkumpul setiap hari. Anaknya dekat dekat
ayah,nenek dan ibunya. Adaa konflik dalam keluarga, yaitu nenek dengan ayah, sehingga resiko
stress psikologis akibat masalah keluarga cukup berpengaruh.

32

IV. Pemenuhan Kebutuhan Keluarga


a. Kebutuhan Ekonomi : 1. Hingga primer

2. Hingga sekunder 3. Hingga tersier

4.Lainnya__
b. Kebutuhan pendidikan :

1. Tidak terpenuhi pendidikan dasar 9 thn


2. Hanya pendidikan dasar 9 thn
3. Pendidikan menengah
4. Pendidikan tinggi
5. Lainnya __________________________________

c. Kebutuhan spiritual :

1. Tidak ada kegiatan ibadah dalam keluarga


2. Kegiatan ibadah terserah masing masing anggota keluarga
3. Orang tua mengarahkan kegiatan ibadah keluarga.
4. Keluarga menjadi panutan agama/kepercayaan di lingkungannya
5. Lainnya ________________________________________

d. Kebutuhan Kesehatan :
1. Tidak ada perencanaan khusus untuk kesehatan
2. Datang ke pelayanan kesehatan/dokter tertentu untuk kuratif saja
3. Datang ke pelayanan kesehatan/dokter tertentu untuk kuratif dan
preventif
4. Mempunyai buku / catatan kesehatan anggota keluarga
5. Lainnya ______________________________________________
e. Deskripsi mengenai pemenuhan kebutuhan keluarga :
Untuk pemenuhan kebutuhan keluarga pada keluarga ini terbilang mencukupi. Pemenuhan kebutuhan
ekonomi selain kebutuhan primer seperti sandang, pangan dan papan juga terdapat pemenuhan
kebutuhan sekunder seperti pendidikan dan spiritual. Jika anggota keluarga ada yang sakit,akan
dibawa berobat ke dokter puskesmas. Kepala keluarga dan istri berpendidikan lulus Sma, maka
mempunyai pengetahuan yang cukup baik mengenai pencegahan penyakit. Imunisasi anak lengkap,
dan kontrol secara teratur ke dokter. Ibu dapat memonitor kesehatan anaknya dengan baik.

33

V. Gaya Hidup Keluarga


a. Kebiasaan makan dalam keluarga :
a.1. Sumber :

1. Selalu beli makanan jadi


2. Makanan di rumah dan makanan jadi
3. Makanan disiapkan dan dihidangkan di rumah
4. Lainnya ____________________________________________

a.2 Jenis :

1. Lebih banyak lemak


2. Lebih banyak sumber energy
3. Lebih banyak sayur dan buah
4. Seimbang antara sumber energi, protein dan serat
5. Lainnya __________________________________________________

a.3 Jumlah :

1. Masing- masing anggota keluarga kelebihan intake protein


2.Masing masing anggota keluarga kurang intake kalori protein
3. Sesuai dengan kebutuhan kalori anggota keluarga
4. Lainnya ____________________________________________

b. Kebiasaan berolah raga :


1. Tidak ada yang berolah rag a
2. Beberapa anggota keluarga jarang berolah raga , yaitu _______ adalah nama anggota
yang
jarang berolahraga
3.Beberapa anggota keluarga berolah raga 1-2 x dalam seminggu yaitu
hendriantono
4. Beberapa anggota keluarga berolah raga 3 x dalam seminggu yaitu
____________(nama
anggota ybs)
5. Seluruh anggota keluarga berolah raga teratur 3 x dalam seminggu
6. Lainnya ______________________________
c. Kebiasaan Minum Alkohol :
1. Tidak

2. Ya.. bila Ya : siapa saja____ sejak ___

Jenis ________________ banyaknya sekali minum______________


34

d. Kebiasaan Merokok :
1. Tidak
2. Ya
e. Deskripsi mengenai gaya hidup keluarga :
Anggota keluarga yaitu ibu, nenek, dan anak setiap hari mengkonsumsi makanan yang
dihidangkan oleh ibu, sehingga gizi dapat tercukupi. Namun anaknya susah untuk makan.
Ayah,bibi,paman mengkonsumsi makanan yang dibei didekat tempat kerjanya. Tidak diketahui
makanan yang dikonsumsi. Tidak terdapat masalah gizi pada keluarga ini. Kepala keluarga
merokok kurang dari 1 bungkus per hari, sehingga dapat berisiko jantung, hipertensi,dan paruparu. Ayah beresiko mengalami penyakit paru, sakit tekanan darah tinggi dan sakit jantung.
Ayah merokok diluar rumah sehinggan dapat memperkecil risiko naggota keljuarga lainnya
menjadi perokok pasif.

VI. Lingkungan HidupKeluarga


a. Lingkungan perumahan keluarga :
a.1 Jenis Perumahan : 1. Area tempat tinggal permanen
2. Area tempat usaha/layanan umum
3. Area tempat tinggal non permanen
4. Bukan area hunian
5. Lainnya ______________________
a.2 Higiene lingkungan rumah :
1. Sangat bersih dan teratur

2. Bersih namun tidak teratur

3. Kurang bersih

4. Kumuh

5. Lainnya _____________________
a.3 Keamanan lingkungan perumahan :
1. Sangat aman

2. Aman dengan penjagaan

3.Tidak aman

4. Lainnya ___________________
a.4 Paparan zat/partikel yang mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah :
1. Debu

2. Asbes

3. CO

4. Timbal

6. Getar

7. Lainnya _______________________

5. Bising

35

b. Lingkungan Pekerjaan Anggota Keluarga :


b.1 Jenis Pekerjaan : 1. Bekerja sebagai professional di kantor ____________________
2. Bekerja sebagai professional di lapangan __________________
3. Bekerja sebagai buruh/pkerjaan fisik di lapangan sebagai
kurir agen perjalanan
4. Bekerja dirumah sebagai ______________________________
5. Lainnya Bpk.Marip bekerja sebagai tukang pasang tenda pesta
b.2. Resiko pekerjaan yang dapat terjadi sesuai dengan pkerjaan adalah :
1. Kecelakaan kerja

2. Tidak ergonomis

3. Paparan zat

berbahaya
4. Stress gedung pencakar langit

5. Stress pengambil keputusan

6. Lainnya _____________________
b.3 Paparan zat/partikel yang mungkin terjadi di lingkungan pekerjaan adalah :
1. Debu

2. Asbes

3. CO 4. Timbal

5. Bising

6.Getar

7.Lainnya _________________________

c. Lingkungan Sosial Keluarga :


c.1 Keluarga menjadi anggota perkumpulan social di lingkungan :
1. Tidak

2. Ya , bila Ya sebutkan

Organisasi perkumpulannya :
1. Arisan RT/RW

2. Pengajian/perkumpulan agama di RT/ RW

3. Arisan lain _____ 4. Pengajian/perkumpulan agama lainnya _______


5. Perkumpulan etnik _____________________________
c.2 Kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosialnya :
1. Sebagai panutan

2. Dihormati sewajarnya

3. Tidak dikenal

4. Dikucilkan

5. Lainnya __________________________

c.3 Paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan social adalah :
1. Sebagai panutan masyarakat
2. Sebagai pemuka agama/ budaya
3. Keadaan keluarga tidak seperti yang diharapkan
4. Tidak tercukupinya kebutuhan hidup keluarga
36

5. Lainnya mempunyai anak yang sakit sejak lama


d. Deskripsi mengenai lingkungan hidup keluarga :
Pekerjaan ayah yang seorang kurir agen perjalanan mempuyai resiko bahaya kecelakaan kerja.
Istri atau ibu mengikuti arisan dan pengajian dilingkungan RT. Keluarga ini merupakan keluarga
yang dihormati dengan sewajarnya dilingkungan rumah mereka. Namun karena anak mengalami
sakit epilepsi yang cukup lama dan ada stigma buruk dari tetangga, dapat menyebabkan beban
pikiran dalam keluarga.

VII. Masalah Kesehatan yang Ada Dalam Keluarga


1.Epilepsi
2. Gangguan tumbuh kembang
3. Hipertensi

VIII. Rencana Pemeliharaan Kesehatan pada Keluarga


Tujuan Kegiatan
1. Terwujudnya
kesembuhan pada
keluarga yang sakit

Materi Kegiatan
Penyuluhan tentang
Penyakit dan
pencegahan

Cara Pembinaan
Memberikan edukasi
kepada keluarga
mengenai penyakit,
penanganan dan
pencegahan nya

Sasaran Individu
Anak nenek

2. Terwujudnya
kesehatan yang
terkontrol pada setiap
anggota keluarga

Penyuluhan kontrol
kesehatan teratur

Memberikan edukasi
kepada keluarga agar
control secara teratur

Semua anggota
keluarga.

3. Keluarga mengerti
masalah kesehatan
pada keluarganya dan
pencegahan nya

Penyuluhan tentang
tumbuh kembang
anak dan pelatihan
nya

Edukasi tentang caracara menghindari


faktor resiko
terjadinya penyakit,
dan agar cek rutin
kesehatan nya ke
puskesmas

Semua anggota
keluarga.

37

4. Keluarga
memperhatikan menu
makanan yang
memenuhi standar
gizi.

Makanan yang
memenuhi standar
gizi

Edukasi tentang pola


hidup sehat (menjaga
Semua anggota
keluarga.
kebersihan, kerapihan,
olahraga)

Semua anggota
keluarga.

38

You might also like