You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

A. Pengertian
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan
suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi, atau memori yang bersifat sementara ( Hudak and
Gallo, 1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam
(Walley and Wongs, 1996)
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal
di atas 380C) yang disebabkan oleh ekstrakranium (Ngastiyah, 1997).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di
atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Dr. Rusepno Hasan, 2000).
Kejang demam adalah kejang yang timbul karena adanya peningkatan cepat suhu tubuh
(Patricia Gilbert, 1999).
B. Etiologi
5
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu
badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi luar susunan saraf pusat misalnya
tonsilitis, OMA, bronkitis. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam berlangsunng singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik- klonik.
C. Patofisiologi
1. Proses Penyakit
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun
ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan
terjadi kejang, tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi

rendahnya ambang kejang seseorang anak. Pada anak dengan ambang kejang yang
rendah, kejang telah terjadi pada suhu 380C sedang anak dengan ambang kejang tinggi
terjadi pada suhu 400C atau lebih. Dari kenyataan dapat disimpulkan pada anak dengan
ambang kerja rendah sehingga penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat
suhu berapa pasien kejang.
Pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot seklet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat, disebabkan metabolisme anaerob,
hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat

yang

disebabkan

makin

meningkatnya

aktivitas

otot,

selanjutnya

menyebabkan metabolisme otot meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor


penyebab sehingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang
lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia
sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah medical lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan
epilepsy yang spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.
Patoflow
Infeksi ekstrakranium

Peningkatan suhu tubuh

Peningkatan metabolisme
di dalam tubuh

Perpindahan ion-ion (K+ ke luar sel


dan Na+ ke dalam sel)

Perubahan potensial membran neuron

Lepasnya muatan listrik

Kejang

Kurangnya pengetahuan
mengenai kondisi anak

berhubungan dengan kurang


terpaparnya informasi

Risti injuri berhubungan

bersihan jalan nafas

dengan gerakan yang

tidak efektif

tidak terkontrol
penumpukan sekret

2. Manisfestasi Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi luar susunan saraf pusat
misalnya tonsilitis, OMA, bronkitis. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam
pertama sewaktu demam berlangsunng singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk
tonik- klonik.

Kejang berhenti sendiri, menghadapi pasien dengan kejang demam mungkin timbul
pertanyaan sifat kejang/gejala yang manakah yang mengakitkan anak menderita epilepsi.
Untuk itu Livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam menjadi 2 golongan
yaitu :
1. Kejang demam sederhana 9 simple fibrile convulsion)
2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam epilepsi trigered off fever.
D. Penatalaksanaan Medis
1. Tes Diagnostik
a. Pemeriksaan Darah
1) Kadar gula darah : menunjukkan adanya hipoglikemia
2) Elektrolit serum : menunjukkan adanya hiponatremia dan hipoglikemia
3) Gas darah arteri : menunjukkan adanya hipoksia, hiperkapnia, dan asidosis.
b. Elektro Ensefalogram (EEG) diapakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus
dari kejang.
c. CT Scan kepala : untuk penderita yang dicurigai adanya lesi intracranial.
d. Pemeriksaan leukosit : untuk menunjukkan adanya leukosit.
2. Terapi
Farmakoterapi:
a. Fase akut: yang lazim digunakan adalah salisilat dan paracetamol dan konvulsan (anti
kejang) diazepam intra rektal 5 mg (BB < 10 kg) atau 10 mg (BB > 10 kg).
b. Fase lanjut

1) Fenobarbital : untuk mengatasi kejang demam basis jangka panjang dosisnya 5-8
kg.
E. Konsep Tumbuh Kembang Anak Umur 1-3 tahun
Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh tubuh yang
secara kuantitatif dapat di ukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh yang dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar
(Whalley & Wong, 2000).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/ fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang terartur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari
proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ organ, dan sistemnya yang terorganisasi
(IDAI, 2002). Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu
kematangan fungsi dari masingmasing bagian tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya
jantung untuk memompa darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan anak untuk
tengkurap, duduk, berjalan, bicara, memungut bendabenda disekelilingnya, serta
kematangan emosi dan sosial anak. Tahap perkembangan awal akan menentukan tahap
perkembangan selanjutnya. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami
berbagai tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu.
Pertumbuhan melambat selama masa todler. Rata-rata pertambahan berat badan adalah 1,8
sampai 2,7 kg per tahun. Berat rata-rata pada usia 2 tahun adalah 12 kg. Berat badan menjadi
empat kali berat badan lahir pada usia 2 tahun. Kecepatan pertambahan tinggi badan juga
melambat. Penambahan tinggi yang biasa adalah bertambah 7,5 cm per tahun dan terutama
terjadi dalam perpanjangan tungkai dan bukan batang tubuh. Tinggi badan rata-rata anak usia
2 tahun adalah 86,6 cm. Secara umum, tinggi badan orang dewasa sekitar dua kali tinggi
badannya sewaktu berusia 2 tahun.

Kecepatan pertambahan lingkar kepala melambat pada akhir masa bayi, dan lingkar kepala
biasanya sama dengan lingkar dada pada usia 1 2 tahun. Total pertambahan lingkar kepala
umumnya selama tahun kedua adalah 2,5 cm. Kemudian kecepatan pertambahan melambat
sampai usia 5 tahun, pertambahan tinggi badan menjadi kurang dari 1,25 cm per tahun.
Fontanela anterior menutup antara usia 12 sampai 18 bulan.
Keterampilan motorik kasar mayor selama masa todler adalah perkembangan lokomosi. Pada
usia 12 sampai 13 bulan todler sudah dapat berjalan sendiri dengan jarak kedua kaki melebar
untuk keseimbangan ekstra dan pada 18 bulan mereka berusaha lari tetapi mudah terjatuh.
Antara usia 2 dan 3 tahun, posisi tegak dengan dua kaki menunjukan peningkatan koordinasi
dan keseimbangan. Pada usia 2 tahun todler dapat berjalan menaiki dan menuruni tangga,
dan pada usia 2 tahun mereka dapat melompat, menggunakan kedua kaki, berdiri pada satu
kaki selama satu atau dua detik, dan melakukan beberapa langkah dengan berjinjit. Pada
akhir tahun kedua mereka dapat berdiri dengan satu kaki, berjalan jinjit, dan menaiki tangga
dengan berganti-ganti kaki.
Perkembangan motorik halus diperlihatkan dengan meningkatnya keterampilan deksteritas
manual. Misalnya, pada usia 12 bulan todler mampu menggenggam sebuah benda yang
sangat kecil tetapi tidak mampu melepaskan sesuai keinginannya. Pada 15 bulan mereka
dapat menjatuhkan kelereng ke dalam botol berleher sempit. Menangkap atau melempar
benda dan menangkapnya kembali menjadi aktivitas yang hampir obsesif pada usia sekitar 15
bulan. Pada usia 18 bulan todler dapat melempar bola dari tangan tanpa kehilangan
keseimbangan.
Todler dihadapkan pada penguasaan beberapa tugas penting. Apabila kebutuhan untuk
membentuk

dasar

kepercayaan

telah

terpuaskan,

mereka

ketergantungannya menjadi memiliki kontrol, mandiri, dan otonomi.

siap

meninggalkan

Tugas mayor periode todler adalah diferensiasi diri dari orang lain, terutama ibu. Proses
diferensiasi terdiri atas dua fase: perpisahan, kemunculan anak dari kesatuan simbiosis
dengan ibunya, dan individualisasi, pencapaian tersebut menandai asumsi anak mengenai
karakteristik individual mereka di dalam lingkungan. Meskipun proses ini dimulai selama
paruh waktu masa bayi, pencapaian terbesar terjadi selama masa todler.
Karakteristik perkembangan bahasa yang paling mengejutkan selama masa kanak-kanak
awal adalah meningkatnya tingkat pemahaman. Meskipun jumlah kata yang dikuasai sekitar
4 pada usia 1 tahun menjadi 300 pada usia 2 tahun-perlu dicatat, kemampuan untuk
memahami dan mengerti percakapan jauh lebih besar dibandingkan jumlah kata yang dapat
diucapkan anak. Ini terjadi terutama pada keluarga yang menggunakan dua bahasa, yang
perbendaharaan katanya bisa terlambat dikuasai tetapi kedua bahasa dapat dipahami dengan
tepat (Chiocca, 1998 dikutip dari Wong, D. L, et.al, 2009).
F. Konsep Hospitaslisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Selama proses tersebut, anak dan orang
tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan
dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stres.
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa
bersalah (Wong, 2000 dikutip dari Supartini, 2004). Perasaan tersebut dapat timbul karena
menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan
tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang
dirasakan menyakitkan.

Apabila anak stres selama dalam perawatan, orang tua menjadi stres pula, dan stres orang tua
akan membuat tingkat stres anak semakin meningkat (Supartini, 2004). Anak adalah bagian
dari kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada pengalaman yang mengganggu
kehidupannya maka orang tua pu merasa sangat stres (Brewis, 1995 dikutip dari Supartini,
2004). Dengan demikian, asuhan keperawatan tidak bisa hanya berfokus pada anak, tetapi
juga pada orang tuanya.
Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya. Sumber stres
yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respons perilaku anak sesuai dengan
tahapannya, yaitu tahap protes, putus asa, dan pengingkaran (denial). Pada tahap protes,
perilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau
menolak perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang
ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat untuk
bermain dan makan, sedih dan apatis. Pada tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan
adalah secara samar mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan
anak mulai terlihat menyukai lingkungannya.
Oleh karena adanya pembatasan terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan
kemampuannya untuk mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya.
Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regresi. Terhadap
perlukaan yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan tindakan invasif,
seperti injeksi, infus, pengambilan darah, anak akan menangis, menggigit bibirnya, dan
memukul. Walaupun demikian, anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan
mengkomunikasikan rasa nyerinya.
G. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
1. Faktor predispoisi
2. Riwayat penyakit kejang demam keluarga, kelainan dalam perkembangan atau kelainan
saraf sebelum anak menderita kejang.
3. Faktor presipitasi
4. Infeksi pada tenggorokan, telinga, salurn kemih, dan otak, suhu tubuh yang tinggi dan
cepat.
5. Aktivitas/istirahat
6. Keletihan, kelelahan umum, keterbatasan dalam beraktifitas yang ditimbulkan oleh diri
sendiri dan orang lain.
7. Sikulasi
8. Peningkatan nadi, sianosis.
9. Integritas Ego
10. Stress eksternal berhubungan keadaan dan penanganan, penurunan rangsang, tidak
berdaya.
11. Eliminasi
12. Inkontinensia, peningkatan kandung kemih dan tonus sfingter.

13. Makanan/Cairan
14. Sensitivitas terhadap makanan, mual, muntah berhubungan dengan aktivitas kejang.
15. Neurosensori
16. Aktivitas kejang berulang, pingsan, infeksi serebral dan kelemahan, nyeri.
17. Perubahan tonus otot dan gelisah
18. Pernafasan
19. Gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun/cepat, peningkatan sekresi mukus, apnea.
20. Keamanan
21. Penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
b. Resiko tinggi hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
c. Resiko tinggi kejang berulang berhubungan dengan hipertermi.
d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengangerakan tonik/klonik yang tidak
terkontrol selama kejang.
e. Risiko tinggi pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan proses penyakit.
3. Perencanaan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi


sekret.
Tujuan

: Bersihan jalan nafas efektif

Kriteria hasil : Pernafasan normal 30-35 x/mnt, suara nafas normal (vesikuler),
batuk dan pilek berkurang/hilang.
Intervensi :
1. Ukur dan catat TTV.
2. Kaji kecepatan, kedalaman, frekuensi, irama, dan bunyi nafas.
3. Berikan posisi semi fowler.
4. Berikan minum hangat.
5. Lakukan suction bila sekret tidak keluar.
6. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat batuk.
7. Kolaborasi dengan dokter pemberian O2 sesuai indikasi.
b. Resiko tinggi hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan

: Suhu tubuh dalam batas normal

Kriteria hasil : Suhu tubuh normal (36-370C), leukosit normal (5,00-10,00 mm3)
Intervensi :
1. Ukur dan catat TTV.
2. Berikan kompres hangat bila suhu tinggi.
3. Berikan minum 1150-1300 cc/hari.
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat antibiotic.
5. Kolaborasi dengan tim analisis pemeriksaan leukosit.
c. Resiko tinggi kejang berulang berhubungan dengan hipertermi.

Tujuan

: Kejang berulang tidak terjadi.

Kriteria hasil : Suhu tubuh normal (36-370C), tanda kejang tidak ada (misal: suhu
tubuh yang meningkat, gerakan tubuh yang tidak terkendali, mata
berputar ke atas, kesadaran menurun), hasil elektrolit normal Na:
136-146 mmo/L, K 3,5-5,0 mmo/L dan Cl: 9-10 mmo/L.
Intervensi :
1. Ukur dan catat TTV.
2. Ukur intake dan output cairan.
3. Berikan kompres hangat bila suhu tinggi.
4. Pantau klien terhadap adanya tanda-tanda kejang.
5. Berikan pendidikan kesehatan kepada orang tua mengenai penanganan kejang
demam.
6. Pasang sudip lidah atau sendok yang telah dibungkus oleh kasa pada saat kejang.
7. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat anti konvulsan.
8. Kolaborasi dengan tim analisis pemeriksaan elektrolit (Na, K, Cl).
d. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan gerakan tonik/klonik yang tidak
terkontrol selama kejang
Tujuan

: Cidera tidak terjadi.

Kriteria hasil : Tanda-tanda kejang tidak terjadi (misal: suhu tubuh yang meningkat,
gerakan tubuh yang tidak terkendali, mata berputar ke atas,
kesadaran menurun).
Intervensi :
1. Dampingi anak selama kejang

2. Singkirkan benda-benda yang dapat membahayakan anak, misalnya: pisau, gunting.


3. Letakkan anak pada tempat yang datar.
4. Anjurkan orang tua atau keluarga untuk segera meminta bantuan orang lain atau
rumah sakit.
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat anti konvulsan.
e. Risiko tinggi pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan

: Resiko tinggi pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi.

Kriteria hasil : Pertumbuhan dan perkembangan anak normal sesuai dengan


usianya.
Intervensi :
1. Berikan perhatian/kasih saying orang tua kepada anak
2. Berikan makanan yang bergizi.
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat anti konvulsan.
4. Kolaborasi dengan dokter pemeriksaan CT-Scan kepala.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal
diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, permohonan tentang hak-hak dari klien serta
memahami tingkat perkembangan klien. Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat 2
jenis tindakan yaitu tindakan jenis mandiri dan kolaborasi sebagai profesi perawat

mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam menemukan komponen pada tahap
asuhan keperawatan. Komponen pada tahap implementasi adalah:
a. Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan
keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses
Association (1973) dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
b. Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat bekerja dengan
anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang
benujuan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
c. Dokumentasi

tindakan

keperawatan

dan

respons

klien

terhadap

tindakan

keperawatan.
Dokumentasi merupakan pernyataan dari kejadian atau identitas yang otentik dengan
mempertahankan catatan-catatan yang tertulis. Dokumentasi merupakan wahana
untuk komunikasi dari suatu profesional ke profesional lainnya tentang kasus klien.
Dokumen klien merupakan bukti tindakan keperawatan mandiri dan kolaboratif yang
diimplementasikan oleh perawat dan perubahan-perubahan pada kondisi klien.
Frekuensi dokumentasi tergantung pada kondisi klien dan tetapi yang diberikan,
idealnya dokumentasi dilakukan setiap shift.
Rekam medis klien adalah dokumentasi yang legal, rekam medis tersebut diterima di
pengadilan. Pada tuntutan malpraktik, catatan perawat memberikan bukti tindakan
perawat. Perawat harus melindungi catatan tersebut dari pembaca yang tidak berhak
seperti pengunjung. Tanda tangan perawat diakhir catatan perawat merupakan

akuntabilitas terhadap isi catatan. Mengubah dokumentasi legal tersebut merupakan


suatu kejahatan.adalah tidak bisa diterima untuk menghapus tulisan pada catatan
menggunakan tipe-ex, penghapus tinta atau bahan lainnya.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Carol, 1998). Kemampuan yang harus dimiliki perawat
pada tahap ini adalah memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri
dari 2 kegiatan yaitu:
a. Evaluasi formatif menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status klien
pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan.
Di samping itu, evaluasi juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria
tertentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai
sebagian.
1) Tujuan tercapai
Tujuan dikatakan tercapai bila klien telah menunjukan perubahan dan kemajuan
yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara
keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah atau penyebabnya,

seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual. Setelah makan
bahkan kadang-kadang muntah.
3) Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukan adanya perubahan kearah
kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.
Evaluasi sumatif masing-masing diagnosa keperawatan secara teori adalah:
a. Bersihan jalan nafas efektif.
b. Suhu tubuh dalam batas normal.
c. Kejang berulang tidak terjadi.
d. Cidera tidak terjadi.
e. Pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
Diposkan oleh ann.v3 di 07.31

You might also like