You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN OMPHALOCEL

A. Definisi
Omphalocele adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen
pada dasar dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ
yang berherniasi dibungkus oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu
gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga membungkus massa hernia (LelinOkezone, 2007)
Omphalocel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar
pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi
oleh kulit (copyright www.medicastore.com, 2004).
Omphalocel adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen
pada dasar dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ
yang berherniasi dibungkus oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu
gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga membungkus massa hernia (LelinOkezone, 2007)Omphalocel adalah protrusi visera intra abdominal ke dasar
korda umbilical kantong tertutup peritoneum tanpa kulit (Donna L. Wong,
2004)
B. Etiologi
Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari omphalocele belum
diketahui. Beberapa teori telah dipostulatkan, seperti :
1. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12
minggu yaitu kegagalan lipatan mesodermal bagian lateral untuk
berpindah ke bagian tengah dan menetapnya the body stalk selama
gestasi 12 minggu.
2. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah
resiko tinggi kehamilan seperti :
a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
c. Kelainan genetic
d. Defesiensi asam folat
e. Hipoksia
f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
g. Asupan gizi yang tak seimbang
h. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam
tubuh ibu hamil.
C. Patofisiologi

Disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga


abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan
timbulnya omfalokel atau omphalocel. Kelaianan ini dapat segera dilihat yaitu
berupa protrusi dari kantong yang berisi usus dan visera abdomen melalui
defek dinding abdomen pada umbilicus. Angka kematian tinggi apabila
omfalokel besar karena akantong pecah dan terjadi infeksi. (DR. Iskandar
Wahidiyat (FKUI), 1985).
Suatu portusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat. Selama 6
10 minggu kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan keluar dari dalam
abdomen, pada tali pusat karena abdomen berisi terlalu sedikit sekitar 10 11
minggu, normalnya usus akan berpindah kemabali ke dalam abdomen.
Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi secara normal akan menyebabkan
Omphalocele. Omphalocele biasanya ditutupi oleh membrane yang dilindungi
oleh visera. Bayi dengan omphalocele mempunyai insiden yang tinggi
terhadap obnormalitas yang lain, seperti imperforasi, agenesis colon dan defek
diafragma atau jantung (Jackson, D.B.& Sounders, 1993).

D. Pathway
Kelemahan Dinding Abdomen

Herniasi isi usus

Dinding abdomen sebagian terbuka

Organ internal abdomen keluar

Sebagian besar rongga

Rongga abdomen

usus berkembang

menyempit

di luar abdomen

(paru-paru tertekan)

Usus, visera dan permukaan


rongga abdomen berhubungan dengan dunia luar
Penguapan dan pancaran
dari tubuh
Dehidrasi

Pola nafas tidak


efektif

Termolegula
si tidak
efektif
Kontaminasi kuman

OPERASI
Pembedahan menutup
abdomen

Perawatan multiple
E.
F.

Risiko
kekurangan
volume cairan

Risiko Infeksi

Tumbuh kembanganak terganggu

Keterlambat
an tumbuh
kembang

Nyeri Akut

Trauma jaringan

Terjadi krisis situasi

G. Manifestasi Klinik
Kopingadalah:
Menurut A.H. Markum (1991), manifestasi dari omphalokel
keluarga tidak
1. Organ visera / internal abdomen keluar
efektif
2. Penonjolan pada isi usus
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound
Omphalocel dapat dilihat dengan jelas, karena isi abdomen menonjol atau
keluar melewati area perut yang tertekan. Berikut ini perbedaan ukuran
omphalocel, yaitu :
a. Omphalocel kecil hanya usus yang keluar atau menonjol, sedangkan

Risiko
Infeksi

b. Omphalocel besar : usus, hati atau limpa yang mungkin bisa keluar
dari tubuh yang sehat.
Omphalocel memperlihatkan sedikit pembesaran pada dasar tali pusat atau
kantong membrane yang menonjol pada umbilicus. Kantong tersebut berukuran
dari kecil sampai berukuran raksasa dan mengenai hati, limfe dan tonjolan besar
pada bowel (isi perut). Tali pusat biasanya diinsersi ke dalam kantong jika kantong
rupture pada uterus, maka usus akan terlihat gelap dan edematous. Jika tidak
ditutup maka selama pelepasan, usus menunjukkan normal yang esensial. Kira
kira 1 dari 3 bayi dengan omphalocel diasosiasikan sebagai congenital anomaly
atau abnormal
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut A.H. Markum (1991) dan bms.brown.edu/.../AbdWallDefects/
omphalocele.com oleh Emily , pemeriksaan diagnostik dari omphalokel
adalah:
1. Pemeriksaan Fisik
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa
hati

di

garis

tengah

pada

bayi

yang

baru

lahir.

Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa adanya kantong.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis
prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan
MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang disertai
dengan peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.
3. Prenatal, ultrasound
Menunjukkan adanya defek ompalokel
4. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan
memperlihatkan

marker

structural

dari

kelainan

kariotipik.

Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung.


Untuk mendukung

diagnosis

kelainan

genetik

diperjelas

dengan

amniosentesis. Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan


atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir.
I. Penatalaksanaan Medis
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan
pembedahan untuk menutup omfalokel. Sebelum dilakukan operasi, bila
kantong belum pecah harus diberi merkurokrom dan diharapakan akan terjadi

penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut, sehingga operasi dapat


ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera sesudah
lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan alat
visera sekaligus kerongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang
mendadak pada paru, sehingga timbul gangguan .
Menurut Ngastiah, 2005 penatalaksanaan pada penderita omphalocel
anatara lain :
a. Medik
Operasi dilakukan setelah lahir, akan tetapi mengingat dengan
memasukkan semua usus dan alat visera sekaligus ke dalam rongga
abdomen akan terjadi tekanan yang mendadak pada paru, sehingga
dapat menimbulkan gangguan pernafasan, maka operasi biasanya
dilakukan penundaan sampai beberapa bulan
b. Keperawatan
Masalah keperawatan yang dapat terjadi adalah resiko infeksi,
sebelum dilakukan operasi bila kantong belum pecah dapat
dioleeskan merkurokrom setiap hari untuk mencegah infeksi.
Operasi ditunda sampai beberapa bulan atau menunggu terjadinya
penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut. Setelah diolesi
merkurokrom dapat ditutupi dengan kasa steril kemudian diatasnya
ditutupi lagi dengan kapas agak tebal baru dapat dipasangkan
gurita.
Pada Ompohalocel diperbaiki dengan pembedahan, meskipun
tidak selalu. Sebuah kantong melindungi isi abdomen dan waktu
yang tepat untuk masalah berat yang lain (seperti gangguan hati)
harus diberi lebih dulu, jika diperlukan. Untuk memfiksasi
omphalocel, kantung tersebut dibalut dengan benda buatan spesial ,
dimana kemudian dijahit ditempat tersebut. Secara perlahan, lama
lama isi abdomen (Usus yang keluar) ditekan ke dalam abdomen.
Ketika omphalocel telah nyaman dalam rongga abdomen, maka
benda buatan tersebut dikeluarkan dan abdomen kemudian ditutup.
Menurut Sjamsuhidajat, tindakan pada penderita omphalocel :
Besarnya kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada
tidaknya hati di dalam kantong akan menentukan cara pengelolaan.
Bila kantong omphalocel kecil dapat dilakukan operasi satu tahap.
Dinding kantong di buang, isi kantong dimasukkan ke dalam

rongga perut, kemudia lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan


kulit.
Tetapi biasanya omphalocel terlalu besar dan rongga perut
terlalu besar, sehingga isi kantong tidak dapat dimasukkan ke
dalam perut. Jia dipaksakan maka karena regangan pada dinding
perut, diafragma akan terdorong ke atas sehingga akan terjadi
gangguan pernafasan. Obstruksi vena cava inferior dapat juga
terjadi karena tekanan tersebut. Tindakan yang dapat dilakukan
ialah melindungi kantong omphalocel dengan cairan antiseptic,
musalnya betadin dan menutupnya dengan kain kasa atau dakron
agar tidak tercemar.
Pemberian obat analgesic :
a. Rencanakan untuk memberikan analgesik yang telah ditentukan
sebelum prosedur :
Oral : efek obat terjadi setelah 11/2 2 jam untuk hapir semua
obat analgesik.
Intravena : efek paling cepat setelah 5 menit.
b. Kuatkan efek dari analgesik dengan memberitahukan bahwa
anak akan merasa lebih baik.
c. Berikan obat mulai dengan dosis yang dianjurkan sesuai
dengan BB, contoh obat:
1) Obat - obat anti inflamasi nonsteroid : asetaminofen dengan
10 20 mg/kg per dosis setiap 4 -6 jam, tidak boleh lebih
dari 5 dosis dalam 24 jam.
2) Opioid pilihan untuk nyeri sedang sampai berat (dosis awal
anak dengan BB < 50kg) contohnya:
3) Morfin: oral 0,20,4 mg/kg tiap 3 4 jam. Parenteral 0,1
0,2 mg/kg. IM 3 4 jam 0,02 0,1 mg/kg dan IV bolus 2
jam.
4) Fentanil: oral 5 15 mg/kg. Parenteral 0,5 2,5 mg/kg dan
IV bolus setiap 0,5 jam.
5) Kodein: oral 1 mg/kg tiap 34 jam. Parenteral tidak
dianjurkan.
J. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita Omphalocel, yaitu :
1. Infeksi usus

Kematian jaringan usus yang bisa berhubungan dengan kekeringan


atau trauma oleh karena usus yang tidak dilindungi.
2. Masalah pernafasan atau gangguan pola nafas, karena dapat
3.
4.
5.
6.

menyebabkan menurunnya kerja organ pernafasan.


Perdarahan
Resiko infeksi terhadap luka atau kurangnya perawatan (strerilisasi)
Luka pada organ
Kesulitan bernafas (mungkin terjadi akibat pertambahan tekanan pada

abdomen, ketika omphalocel ditutup).


7. Peritonitis (radang pada selaput lambung)
8. Kelumpuhan sementara pada usus halus

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Data Fokus Pengkajian
Fokus Pengkajian menurut Dongoes, M.F (1999):
a. Mengkaji Kondisi Abdomen
1) Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
2) Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus
3) Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
4) Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis
sering disebabkan oleh inflamasi, obstruksi
5) Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin
disebabkan oleh pelambatan penyosongan lambung, akumulasi
gas/feses, inflamasi/obstruksi.
b. Mengukur temperatur tubuh
1) Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan
gangguan GI, biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau
inflamasi.
2) Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam
3) Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak
c. Kaji Sirkulasi
1) Kaji adanya sianosis perifer
d. Kaji distress pernafasan
1) Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap
2) Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat
3) Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea)
4) Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea
5) Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan
6) Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri
dada

7) Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing)


8) Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis

2. Diagnosa Keperawatan
Pre Op
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan rongga
b.
c.
d.
e.

abdomen (paru-paru)
Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan immaturitas
Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar
Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang

informasi yang relevan


f. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak
yang menderita penyakit serius
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan post op.
Post Op
a. Nyeri Akut berhubungan dengan prosedur pembedahan menutup
abdomen.
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka post op.
c. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan perawatan
yang multipel.
d. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
dari orang terdekat (anak menderita omphalokel).
e. Cemas berhubungan dengan kematian.
3. Intervensi
Pre Op
Dx 1 : Pola napas tidak efektif b.d. penekanan rongga abdomen (paruparu).
NOC: Respiratory Status: Airway
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan
nafas selama 3 x 24 jam, diharapkan pola napas pasien kembali normal
dan efektif dengan status respirasi skala 4
Kriteria Hasil:
a. Suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dypsneu, mampu
bernapas dengan mudah, tidak ada pursed (ips)

b. Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tertekik,


irama napas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak
ada suara napas abnormal seperti whezing/mengi).
c. TTV dalam batas normal
d. Skala :
1)

Tidak pernah menunjukkan

2)

Jarang menunjukkan

3)

Kadang menunjukkan

4)

Sering menunjukkan

5)

Selalu menunjukkan

NIC: Airway Management


Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
a.
b.
c.
d.
e.

Lakukan fisioterapi dada jika perlu


Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status oksigen
Keluarkan skret dengan batuk atau suction

Dx 2 : Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan imaturitas


NOC: Thermoregulatoin: Neonate
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Regulasi suhu selama
3 x 24 jam, diharapkan termoregulasi pasien kembali normal dan
efektif dengan status regulasi skala 4.
Kriteria Hasil:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Suhu tubuh pasien dalam batas normal


Tidak ada stress pernapasan
Tidak ada letargi
Perubahan warna kulit dalam rentang yang diharapkan
Pasien tidak menggigil
Status hidrasi adekuat

Skala :
1)

Tidak pernah menunjukkan

2)

Jarang menunjukkan

3)

Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan

5)

Selalu menunjukkan

NIC: Temperatur Regulation

a.
b.
c.
d.
e.

Monitor suhu badan pasien setiap 2 jam


Monitor suhu badan bayi baru lahir sampai stabil
Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
Monitor warna kulit dan suhu
Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermi dan atau

hipertermi
f. Monitor warna kulit dan suhu
g. Bantu meningkatkan keadekuatan cairan dan intake nutrisi
Dx 3 : Resiko kurang volume cairan b.d. dehidrasi
NOC: Keseimbangan cairan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen cairan
selama 3 x 24 jam, diharapkan keseimbangan cairan pada pasien
adekuat dengan status cairan skala 4.
Kriteria hasil:
a.
b.
c.
d.
e.

Keseimbangan intake & output dalam batas normal


Elektrolit serum dalam batas normal
Tidak ada mata cekung
Tidak ada hipertensi ortostatik
Tekanan darah dalam batas normal
Skala :
1)

Tidak pernah menunjukkan

2)

Jarang menunjukkan

3)

Kadang menunjukkan

4)

Sering menunjukkan

5)

Selalu menunjukkan

NIC: Manajemen Cairan


a.
b.
c.
d.
e.

Pertahankan intake & output yang adekuat


Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)
Monitor status hemodinamik
Monitor intake & output yang akurat
Monitor berat badan

DX 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar


NOC: Knowledge: infection control
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol Infeksi
selama 3 x 24 jam, diharapakan infeksi tidak terjadi (terkontrol)
dengan
Kriteria hasil:

status

kontrol

infeksi

skala

4.

a.
b.
c.
d.

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat

Skala :
1)

Tidak pernah menunjukkan

2)

Jarang menunjukkan

3)

Kadang menunjukkan

4)

Sering menunjukkan

5)

Selalu menunjukkan

NIC: Infection control


a.
b.
c.
d.
e.

Pertahankan teknik isolasi


Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Tingkatkan intake nutrisi

Dx 5 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang


informasi yang relevan.
NOC: Decision Making
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan keluarga
selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga
dengan skala pembuatan keputusan 4.
Kriteria Hasil:
a. Identifikasi informasi yang relevan
b. Identifikasi alternative
c. Memilih berbagai alternative
Skala:
1)

Tidak pernah menunjukkan

2)

Jarang menunjukkan

3)

Kadang menunjukkan

4)

Sering menunjukkan

5)

Selalu menunjukkan

NIC: Family Support


a. Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi
b. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian
alternatif lain

c. Tawarkan informasi konsen


d. Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota
keluarga yang lain, jika diperlikan
e. Berikan dukungan secara penuh
Dx 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak
yang menderita penyakit serius (omphalokel).
NOC : Family Normalization
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan
Normalisasi selama 3 x 24 jam diharapkan pasien (keluarga) dapat
mempersiapkan diri untuk prosedur diagnostik / operasi dengan status
perubahan proses keluarga skala 4.
Kriteria hasil :
a. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes dan prosedur
b. Anak dan keluarga menunjukkan tentang informasi yang diberikan
Skala :
1)
2)
3)
4)
5)

Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Konsisten

NIC : Peningkatan Normalisasi


a. Jelaskan alasan setiap terapi
b. Jelaskan kebutuhan anak kepada orang tua misalnya anak harus
dirawat dalam dalam inkubator dan terpasang berbagai alat (Infus,
Oksigen, NGT, dll)
c. Jelaskan pada keluarga tentang pengalaman umum setelah
pembedahan
d. Jelaskan pada keluarga apa yang akan terjadi paska operasi
e. Berpartisipasi dalam konferensi praoperasi dengan keluarga dan
dokter
Dx 7 : Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kondisi anak,
proses penyakit yang diderita anak.
NOC : Pengetahuan : Proses Penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengajaran Proses
Penyakit selama 3 x 24 jam diharapkan Keluarga dapat mengerti /

lebih paham mengenai penyakit anaknya dan pengobatannya dengan


status pengetahuan proses penyakit skala 4.
Kriteria Hasil :
a. Mengidentifikasi

keperluan

untuk

penambahan

informasi

perawatan anak
b. Menjelaskan proses penyakit
c. Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
d. Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya
Skala :
1)
2)
3)
4)
5)

Tidak mengetahui
Terbatas pengetahuannya
Sedikit mengetahui
Banyak pengetahuannya
Intensif atau mengetahuinya secara kompleks

NIC : Pengajaran Proses Penyakit


a. Identifikasi

faktor

dalam

atau

luar

untuk

menambah

meningkatkan motivasi pengobatan anaknya.


b. Menjelaskan proses penyakit
c. Bersama keluarga identifikasi penyebab penyakit
d. Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya
pada individu, keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku
kesehatannya.
e. Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti
f. Mengikiusertakan keluarga (bila memungkinkan)

dalam

melaksanakan pengobatan/ terapi anaknya.


g. Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman
keluarga.
Post Op
Dx 1 : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis,
prosedur pembedahan menutup abdomen.
NOC I: Tingkat Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen nyeri
selama 3 x 24 jam diharapkan pasien tidak mengalami nyeri, antara
lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima anak dengan
status penerimaan nyeri skala 2.
Kriteria hasil :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri (rewel)
b. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak

NOC II: Level Nyeri


Kriteria hasil :
a. Memberikan isyarat rasa nyaman (tidak rewel)
b. Nyeri menurun
Skala :
1)
2)
3)
4)
5)

Ekstream
Berat
Sedang
Ringan
Tidak Ada

NIC : Menejemen Nyeri


a. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, durasi, frekuensi,
intensitas).
b. Observasi isyarat isyarat non verbal dari ketidaknyamanan.
c. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal
ruangan tenang, batasi pengunjung).
d. Berikan analgesia sesuai ketentuan
e. Kontrol faktor faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan (lingkungan yang
berisik).
Dx 2 : Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka post op.
NOC : Pengenalian Resiko
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengendalian Infeksi
selama 3 x 24 jam diharapkan pasien tidak mengalami infeksi dan
tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada pasien dengan status
pengendalian skala 4.
Kriteria hasil :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Temperatur badan
c. Imunisasi
Skala :
1) Tidak pernah
2) Jarang

3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Konsisten
NIC : Pengendalian Infeksi
a.
b.
c.
d.
e.

Pantau tanda / gejala infeksi


Informaiskan kepada orang tua tentang jadwal imunisasi
Rawat luka op dengan teknik steril
Memelihara teknik isolasi (batasi jumlah pengunjung)
Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protap

Dx 3 : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan perawatan


yang multipel.
NOC : Physical Aging Status
Tujuan : : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Developmental
Enhancement selama 3 x 24 jam diharapkan pasien mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang normal sesuai usianya dengan
status perkembangan skala 2.
Kriteria hasil :
a.
b.
c.
d.

Rata-rata berat badan


Cardiac out put
Elastisitas kulit
Kekuatan otot

Skala :
1)
2)
3)
4)
5)

Ekstrem
Berat
Sedang
Ringan
Tidak ada

NIC : Developmental Enhancement


a. Bina hubungan saling percaya dengan anak
b. Demonstrasikan aktivitas yang meninggkatkan perkembangan anak
sesuai dengan umurnya (contoh bermain icik-icik)
c. Bantu anak belajar ketrampilan
d. Bina kesempatan untuk mendukung latihan

aktivitas

motorik/verbal pasien
e. Berikan reinforcement positif
Dx 4 :Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
dari orang terdekat (anak menderita omphalocel).

NOC: Family Coping


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Keluarga
selama 3 x 24 jam, diharapkan koping keluarga menguat dengan status
koping skala 4.
Kriteria Hasil:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Mendemonstrasikan fleksibilitas peran


Menyelesaikan permasalahan yang ada
Percaya dapat memenej masalah
Melibatkan anggota keluarga dalam mengambil keputusan
Mengekspresikan perasan
Menggunakan strategi menurunkan stress (devence mecanism)

Skala:
1)

Tidak pernah menunjukkan

2)

Jarang menunjukkan

3)

Kadang menunjukkan

4)

Sering menunjukkan

5)

Selalu menunjukkan

NIC: Dukungan keluarga


a. Yakinkan keluarga akan memberikan perawatan terbaik pada
b.
c.
d.
e.
f.

pasien
Hargai reaksi emosional keluarga terhadap kondisi pasien
Selesaikan prognosis beban psikologis keluarga
Berikan harapan yang realistic
Dengarkan kecemasan keluarga, perasaan dan pertanyaan keluarga
Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga pasien

Dx 5: Cemas berhubungan dengan ancaman kematian


NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perbaikan Koping
Keluarga selama 3 x24 jam, diharapkan kecemasan hilang atau
berkurang dengan status cemas skala 4
Kriteria hasil :
a.
b.
c.
d.

Monitor intensitas kecemasan


Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress
Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
Kondisikan lingkungan nyaman

Skala :
1) Tidak pernah dilakukan

2)
3)
4)
5)

Jarang dilakukan
Kadang-kadang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan

NIC : Enhancement Family Coping


a. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis,
treatmen dan prognosis.
b. Tetap dampingi pasien dan keluarga untuk menjaga keselamatan
pasien dan mengurangi ansietas keluarga
c. Instruksikan kepada keluarga untuk melakukan ternik relaksasi
d. Bantu keluarga mengidentifikasi situasi yang menimbulkan
ansietas.

DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, M.F.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 2. Jakarta : EGC.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29 (Ahli bahasa ;
Huriawati Hartono, dkk). Jakarta : EGC
Ngastiyah.2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC.

e.
Referensi :

Ngastiyah.2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC.

Dongoes, M.F.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 2. Jakarta : EGC.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29 (Ahli bahasa ;


Huriawati Hartono, dkk). Jakarta : EGC

http://asuhankeperawatananak.blogspot.com/2008/09/omphalocel.html

http://nerscare.blogspot.com/2009/05/omfalokel.html
Diposkan oleh ghanesia di 01.18

You might also like