You are on page 1of 61

LAPORAN AKHIR

PENGKAJIAN PEMETAAN KEBUTUHAN BENIH PADI, JAGUNG, DAN


KEDELAI {vub, VOLUME) DAN PENGEMBANGAN PENANGKAR BENIH
YANG EFISIEN {>10/o) DI SULAWESI TENGAH
\....../

Oleh :

Dr. Ir. Amran Muis, MS

..._

........,

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH

2 010

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR


1. JUDUL RDHP

Pengkajian pemetaan kebutuhan benih padi,


jagung, dan kedelai (vub, volume) dan
pengembangan penangkar benih yang efisien
(>10%) di Sulawesi Tengah

2. SUMBERDANA
3. PROGRAM

APBN, PIPKPP

a. Komoditas
b. Bidang Riset
4. Jenis Kegiatan

Benih Padi, Jagung dan Kedelai


Ketahanan Pangan
Pengkajian pemetaan kebutuhan benih padi,
jagung, dan kedelai
Baru
Pengkajian pemetaan kebutuhan benih padi,
jagung, dan kedelai (vub, volume) dan
pengembangan penangkar benih yang efisien
(> 10%) di Sulawesi Tengah
Saulawesi Tengah

c. Status ROPP
5. JUDUL KEGIATAN

6. LOKASI
'-'

KATA KUNCI

7. TIM DISEMINASI
Peneliti
Penyuluh
Teknisi
8. PENANGGUNG JAWAB
a. Nama
b. Jenis Kelamin
c. Pangkat/Golongan
Struktural
Fungsional
9. BIAYA

I.,....,

Benih, penangkaran, swasembada.

1 Tim
6 orang
1 orang

4 orang
Dr. lr. Amran Muis, MS.
Laik-Laki
Pembina/IV c
Peneliti Madya
Rp. 156.000.000,-

Penanggung Jawab
Kegiatan,

~is,MS

NIP. 19581010 198603 1 003

'-'

RINGKASAN
Database penangkar yang telah eksisting dan peluang pengembangan unit
penangkar di tingkat lapangan di Sulawesi Tengah sangat diperlukan dan sebaiknya
dikelola secara regular. Informasi tersebut disajikan dalam bentuk peta zonasi benih.
Data penangkar yang diserta peta dapat juga berfungsi sebagai media penyebaran
informasi ketersediaan benih di Sulawesi Tengah. Oleh sebab itu BPTP Sulwesi
Tengah tengah melakukan pengkajian pemetaan kebutuhan benih padi, jagung dan
kedelai(vub, volume) dan pengembangan penangkar benih yang efisien (> 10%) di
Sulawesi Tengah.
Pengkajian bertujuan: a) memperoleh database penangkar benih di Sulawesi
Tengah, b) menginformasikan dan merekomendasikan kebutuhan benih padi,
jagung dan kedelai dalam bentuk peta, c) merekomendasikan perbaikan sistem
perbenihan dan d) mengkaji teknologi penangkar benih yang efisien pada luasan
tertentu yang layak secara ekonomis dan penyebaran informasi ketersediaan benih.
Pengkajian ini diharapkan dapat menghasilkan: 1) Satu set database volume
kebutuhan dan eksisting penyediaan benih bermutu (padi, jagung, kedelai) di
tingkat Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi, 2) satu opsi rekomendasi jumlah dan
sebaran penangkar benih (padi, jagung, kedelai) di tingkat kabupaten dan propinsi,
3) satu unit rekomendasi sistem informasi perbenihan (padi, jagung, kedelai) di
wilayah Sulawesi Tengah dan 4) satu unit pengelolaan benih kelas SS (Padi, jagung,
kedelai) di tingkat petani dan bekerjasama dengan UPBS di KP Sidondo dengan
menyebarkan produksi benih kelas FS yang masing-masing berjumlah 1 ton benih.
Pelaksanaan kegiatan meliputi: 1) uji coba penangkaran benih padi sawah, 2)
uji coba penangkaran lahan kering (jagung dan kedelai) dan 3) survey dan
pemetaan kebutuhan benih padi, jagung dan kedelai serta 4) uji coba sistem
informasi perbenihan.
Uji coba penangkaran benih padi telah dilaksanakan seluas 1 ha di desa
Lumbutarombo varietas inpari 8 dengan produksi ubinan 8.9 ton gabah kering panen
dan prediksi produksi benih 6.6 ton. Sedangkan ujicoba penangkaran jagung dan
kedelai dilakukan oleh kelompok penangkar di desa Labuan, kecamatan Panimba,
Kabupaten Donggala dengan luas masing-masing 1 ha. Varietas jagung yang
ditanam adalah Bisma sedangkan kedelai verietas Anjasmara. Prediksi hasil jagung
3 ton benih dan kedelai 2 ton benih siap tanam.
Dari hasil survey kebutuhan benih dapat diketahui bahwa kebutuhan benih di
Sulawesi Tengah dengan asumsi 1 ha padi 25 kg, jagung 15 kg dan kedelai 40 kg
dibutuhkan benih padi 5.112850 kg, benih jagung 625.470 kg dan benih kedelai
123.444 kg. Dari kebutuhan ini baru dapat dipenuhi dengan bantuan BLU dan
swadaya petani khususnya benih padi 41.65%. verietas yang dominan ditanam
adalah Mekongga, Sarinah, Cisantana, Kalimas, Cibogo dan IR 70. Sistem
penangkaran benih terdapat 3 sistem yaitu 1) penangkaran mandiri, mulai tanam,
prosesing dan labeling, 2) penangkar hanya menanam sampai panen, prosesing dan
labeling dilakukan pihak lain dan 3) penangkar hanya menanam, panen dan
prosesing sedangkan labeling dilakukan pihak lain. Dengan penerapan komponen
teknologi PTT seluas 1 ha dengan sistem petani melakukan penanaman, prosesing
dan pelabelan dapat meningkatkan hasil > 10%. Untuk sistem informasi penyebaran
benih dilakukan dengan kombinasi melalui media cetak dan elektronik (radio).

._,

'-'

'-'

..

KATA PENGANTAR
Swasembada beras memegang peranan penting bagi ketahanan pangan dan
stabilitas nasional. Oleh karena itu pemerintah telah mencanangkan program
peningkatan produksi beras nasional (P2BN) dengan tujuan terjadi peningkatan
produksi padi sebesar 5% setiap tahunnya.
Varietas unggul padi yang dibudidayakan dengan menggunakan pendekatan
pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) telah teruji dapat
Hasil-hasil
meningkatkan produktivitas dan efesiensi input produksi.
penelitianjpengkajian beberapa komoditas andalan spesifik Sulawesi Tengah yang
telah dilaksanakan oleh BPTP Sulteng maupun Badan Litbang Pertanian, (introduksi
maupun perbaikan paket teknologi ) telah dapat meningkatkan produktivitas dan
pendapatan usahatani 2 - 3 kali dari kondisi riill petani. Faktor yang berpengaruh
terhadap keberhasilan peningkatan produksi beras dan paling mudah diterapkan
oleh petani adalah benih.
Kajian ini diharapkan dapat menghasilkan database penangkar benih di
Sulawesi Tengah dan menginformasikan dan merekomendasikan kebutuhan benih
padi, jagung dan kedelai dalam bentuk peta. Serta mengkaji teknologi penangkar
benih yang efisien pada luasan tertentu yang layak secara ekonomis dan penyebaran
informasi ketersediaan benih.

Palu,,30 November 2010


Penulis

DAFTARISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................

\......

.__

,_

LEMBAR PENGESAHAN LA PO RAN AKHIR.... .... .. .. ...................................... .... .

ii

RINGKASAN................................................................................................

iii

KATA PENGANTAR ........ ........ .. ........ ................................................... .. .......

iv

DAFTAR ISI . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . .. . . . .. .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. .. .. . .

I PENDAHULUAN ........................................................................................ .

1.1. Latar Belakang .....................................................................................

1.2. Perumusan Masalah..............................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ .. .....................

2.1. Lokasi dan Kondisi Optimun untuk Tanaman Padi Sawah .........................

2.2 Sertifikasi Benih.....................................................................................

2.3 Standar Kelulusan Benih Padi Bersertifikat .............................................. .

III. TUJUAN DAN MANFAAT .................................................... ................. .. ..

3.1. Tujuan ............................................................................................... .

3.2. Sasaran ............................................................................... ...............

3.3. Hasil yang diharapkan ...... ....................... ............. ..... .. . ....... .................

IV. METODOLOGI .......................................................................................

10

4.1. Pendekatan dan Ruang Lingkup Kegiatan ...............................................

11

4.2. Tahapan Pelaksanaan ...........................................................................

11

4.3 Teknik Analisa Data ..............................................................................

11

4.4 Teknik Pengolahan dan Penyajian Data ..................................................

12

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................

13

5.1. Kebutuhan Benih Padi, Jagung dan Kedelai di Sulawesi Tengah ................

13

5.2. Sentra Permintaan Be nih Padi (demand) .. ... .... . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ...........

15

'--

5.3. Kebutuhan benih berdasarkan luasan tanaman padi sawah, jagung dan
kedelai padi di Sulawesi Tengah ............................................................
5.4.

Program

pemerintah

yang

berhubungan

dengan

benih

15

(Bantuan

Langsung be nih unggul)............................ ... .. .. .. . . .. . . . .. .. .. .. .. .. .. .. .. . . .. .. .. ..

16

5.5. Varietas yang ditanam dan persepsi benih bermutu di petani ......... .........

18

5.6. Sentra Penyediaan Benih Padi (supply)................................. .. .......... .. ....

21

5.7. Kondisi eksisting penangkaran padi, jagung dan kedelai .........................

30

5.8. Kerjasama dan Pemasaran Be nih .. .... .. .... .. .. .... .. .. .. .. .... .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .....

34

5.9. Ujicoba/Demonstrasi Plot penangkaran padi sawah, jagung dan kedelai ....

37

5.10. Analisis usaha penangkar .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .... . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. ..

38

5.11. Analisis Sistem Perbenihan .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .... .

42

VI. KESIMPULAN ........ ........ .... ... ...... .......... .............. ...... .. ..... .... .. . . . . ............

46

ue~e!5Cl)l !Se~uawn)jOO

4!Uaq Je)j5ueuad e~ad

N't1!Id W\11

Bv

...... .... .. .. .. .... .. .. .... .. 'v'>IV.iS nd

l..:IVO

~v

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Benih

merupakan

salah satu faktor yang

menentukan keberhasilan

budidaya tanaman yang perannya tidak dapat digantikan dengan faktor lain,
karena benih sebagai bahan tanaman dan sebagai pembawa potensi genetik
terutama varietas unggul. Keunggulan varietas dapat dinikmati konsumen , bila
benih yang ditanam bermutu (asli, murni, vigor, bersih dan sehat). Ketersediaan
benih bermutu menjadi tumpuan utama untuk mencapai keberhasilan tersebut.
Pentingnya benih dalam kegiatan agribisnis dan peningkatan ketahanan pangan
diperlukan upaya peningkatan inovasi varietas unggul yang sesuai dengan
preferensi konsumen dan sistem produksi benih secara komersial.
Usaha penangkaran merupakan kegiatan agribisnis yang layak untuk
dilakukan, karena banyak bukti yang menunjukkan keberhasilan usaha seperti
penangkar binaan Primatani Parigi Moutong yang telah berproduksi benih padi
sawah sebanyak 5,7 ton/ha dengan keuntungan sebesar Rp. 9.000.000/ha
(Sannang

et a/,

2007).

Peningkatan

keuntungan

yang

dihasilkan

dari

pengusahaan benih lebih besar jika dibandingkan dengan pengusahaan tanaman


untuk konsumsi. Sementara itu kebutuhan modal untuk penangkaran tidak jauh
berbeda dengan pengusahaan tanaman untuk keperluan konsumsi hanya biaya
lebih besar untuk pengurusan sertifikasi dan menunggu pengolahan benih.
BPTP Sulawesi Tengah telah mengusahakan ketersediaan perbanyakan
benih kelas FS (Fondation Seed) sejak tahun 2006 oleh Unit Perbanyakan Benih
Sumber (UPBS) . Berdasarkan informasi UPBS diketahui benih yang dihasilkan
tidak seluruhnya digunakan oleh Penangkar Benih, hanya 30 - 50% dari benih
yang dihasilkan di olah kembali menjadi benih oleh penangkar. Sebagian besar
benih tersebut diambil oleh petani dan pihak dinas pertanian. Hal ini disebabkan
kurangnya informasi mengenai keadaan penangkar benih di tingkat kabupaten di
'---'

Sulawesi Tengah. Selain itu penangkar benih di Kabupaten sering tidak kontinu
yang disebabkan keterbatasan kemampuannya dalam menyebarkan benih yang
dihasilkan.
Penangkaran

benih yang efisien' dapat dicapai apabila benih yang

dihasilkan mempunyai daya tumbuh yang mendekati


penyebaran

benih

tepat waktu

100%, kemampuan

dan produktivitasnya tinggi.

Produktivitas

penangkar dapat ditingkatkan dengan mempergunakan teknologi yang telah


direkomendasikan dan disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya yang ada.
Luasan yang diusahakan oleh penangkar pada saat ini masih relatif kecil (0,5 - 1
Ha) sehingga kelayakan ekonominya di tingkat penangkar masih rendah. Oleh
karena itu masih diperlukan kajian luasan yang layak secara ekonomi pada
tingkat penangkar. Penangkaran di tingkat petani juga tetap perlu dilakukan
untuk memberikan kemudahaan bagi petani mendapatkan benih unggul.
Kemudahan memperoleh benih menjadi pendorong penerapan prinsip PTT dan
tidak tergantung dengan program pemerintah seperti bantuan langsung benih
unggul.
Penyebaran penangkar, kebutuhan dan kemampuan penyediaan benih
serta waktu ketersedian benih ditingkat penangkar sangat dibutuhkan oleh
kabupaten untuk mengetahui berapa benih yang harus disediakan untuk
mencukupi kebutuhan benih bermutu dan menginformasikan ketersediannya bila
masih tersedia di penangkar. Hal ini juga akan mendorong sinergisme organisasi
penyedia benih di tingkat kabupaten, provinsi dan secara nasional. Informasi
tersebut lebih jelas dalam bentuk peta benih.

1.2. Perumusan Masalah


Keunggulan genetik suatu varietas baru dapat dirasakan manfaatnya dalam
peningkatan jumlah dan kualitas hasil pertanian, apabila tersedia cukup benih
untuk ditanam oleh petani. Sutopo (2002) menyatakan bahwa ketikberhasilan
produksi seringkali sebagai akibat penggunaan benih bermutu yang rendah,
dengan demikian benih merupakan salah satu input dasar yang menentukan
keberhasilan dalam kegiatan produksi tanaman.
Benih sumber menempati posisi strategis dalam industri pembenihan
nasional, karena menjadi sumber bagi produksi benih kelas di bawahnya sampai
benih sebar yang akan digunakan oleh petani. Walaupun program perbenihan
telah berjalan sekitar 30 tahun, tetapi ketersediaaan benih bersertifikat belum
mencukupi kebutuhan potensialnya. Ketersediaan benih bersertifikat secara
nasional baru sekitar 35%, jagung 10%, kacang-kacangan < 5% dan sayursayuran < 1% (Wirawan, et. al. 2002). Ketersediaan benih unggul yang bermutu
sangat diperlukan oleh petani setiap saat. Di Sulawesi Tengah ketersediaan benih

,_...

diluar program BLBU masih dirasakan kurang sehingga kontuinitas pemakaian


benih bermutu tidak dapat bertahan lama.
Besarnya keuntungan dari usaha penangkaran dapat menjadi peluang bagi
petani yang mempunyai kepemilikan lahan petani di Sulawesi Tengah yang
umumnya hanya sekitar 0,25 ha dan tegalan sekitar 0,5 ha per kk petani. Luas
lahan seperti ini, dengan upaya produksi tanaman, jelas tidak akan mencukupi
kebutuhan, untuk keperluan keluarga. Diharapkan dengan berkelompok dalam
pemasaran

benih

maka

petani

di

Sulawesi

Tengah

akan

mendapatkan

kesempatan untuk meningkatkan pendapatannya. Kajian secara kelayakan


ekonomi penangkaran benih pada luasan di bawah 0,5 Ha belum pernah
dilakukan. Kelayakan penangkaran . biasanya hanya dilakukan di luasan 0,5 ha
hingga 1 ha.
Pembinaan penangkar harus di fokuskan pada kemandirian kelompok
penangkar dalam kemampuannya menyebaran benih yang dihasilkan dan
penumbuhan penangkar lainnya yang dapat menyediakan benih pada waktu
yang berbeda. Konsep penangkaran komunal yang diterapkan di pedesaan
mempunyai kelemahan dalam penyediaan benih tepat waktu. Waktu tanam
penangkar yang berada di desa biasanya sama dan serentak dengan anggota
kelompok lai~nya. Kadangkala jeda antara satu musim tanam dengan musim
tanam lainnya pada IP 250 - 300 hanya berbeda satu bulan. Padahal proses
benih hingga keluarnya label membutuhkan waktu lebih dari satu bulan. Hal ini
yang menyebabkan banyak penangkar yang kesulitan dengan proses penyebaran
benih yang mereka hasilkan. Di sisi lain penangkar swasta (PT. Pertani)
mempunyai standar harga yang rendah terhadap benih yang dihasilkan oleh
penangkar

(bakal

benih)

yang

pastinya

menyebabkan

keuntungan

bagi

penangkar tersebut berkurang.


Database penangkar yang telah eksisting dan peluang pengembangan unit
penangkar ditingkat kabupaten sangat diperlukan dan sebaiknya dikelola secara
~

regular. Informasi penyebaran benih, kebutuhan benih dan lokasi penangkar di


Kabupaten agar mudah dan lebih cepat dipakai sebaiknya dalam bentuk peta
zonasi benih. Peta yang ada tersambung dengan database penangkaran dan bila
di update maka peta menyajikan hasil yang sesuai dengan data yang diubah.
Database penangkar yang disertai peta juga dapat berfungsi sebagai media

penyebaran informasi ketersediaan benih di Sulawesi Tengah, menghubungkan

....

BPTP Sulawesi Tengah sebagai penyedia benih dasar (FS) terhadap konsumen
'-

benih yang paling utama yaitu pihak penangkar di petani. Jaring-jaring


kerjasama di tingkat kabupaten tetap menjadi fokus pembinaan Dinas Pertanian

"""'

di Kabupaten dikarenakan sebagian besar benih bermutu yang dipergunakan


oleh Petani merupakan bantuan benih yang dikelola oleh Dinas .

.......,

.__

.__

.__

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Lokasi dan Kondisi Optimun untuk Tanaman Padi Sawah
Sebelum memproduksi benih, diperlukan pengetahuan yang cukup untuk
menentukan pilihan lokasi produksi benih agar dapat menghasilkan produktivitas
yang maksimal, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Mughnisjah dan
Setiawan (1995) menjelaskan beberapa pertimbangan dalam memilih lokasi yang
tepat untuk penangkaran/produksi benih yaitu
a. Kondisi agroklimat yang cocok; wilayah dengan curah hujan tinggi dan
kelembaban nisbi yang tinggi harus dihindari.
b. Memiliki produktifitas di atas rata-rata dan gangguan alami yang
.__

minimum (irigasi terjamin, inside penyakit dan gulma yang rendah) .

c. Mudah mendapatkan tenaga kerja, memiliki fasilitas jalan yang


memadai dan sistem komunikasi yang baik.
Kondisi agroklimat yang cocok untuk suatu tanaman, mengacu kepada
kondisi

optimumnya

karena

kondisi

ini

mendukung

tanaman

untuk

berproduktifitas tinggi dan cenderung terhindar dari penyakit terbawa benih.


Kondisi optimum tanaman padi (Mughnisjah dan Setiawan, 1995), adalah
kelembaban nisbi kurang dari 92%, suhu berkisar 23-30 OC, angin yang tidak
terlalu kencang agar penyerbukan berjalan baik, serta tercukupinya kebutuhan
radiasi matahari yang diperlukan untuk meningkatkan laju pertumbuhan tanaman
melalui proses fotosintesis, pembukaan (reseptivitas) bunga serta aktivitas lebah
penyerbukan. Menurut Suparyono dan Agus Setyono (1993), berdasarkan
kebutuhannya terhadap air, maka tanaman padi terbagi menjadi dua jenis
Supriyadi yaitu padi gogo dan padi sawah. Padi gogo hanya mengandalkan air
hujan,

sehingga

dalam

menanam

memerlukan

kecermatan

waktu,

dan

kendalanya adalah air hujan memiliki karakteristik ketidakteraturan. Padi gogo


biasanya ditanam sesudah hujan turun 2-3 kali. Sedangkan padi sawah
merupakan jenis padi yang selalu membutuhkan genangan air, sehingga irigasi
sawah harus lancar. Selain membutuhkan air yang cukup, padi sawah juga
memerlukan kebutuhan tanah dalam kondisi yang khusus agar dapat mendukung
pertumbuhan.

._,

._..

Tabel 1. Sifat tanah yang diperlukan tanaman padi sawah


'-"

' Komponen
Air
Tekstur berliat
Struktur baik
Kalsium
I Keadaan masam

Toleransi terhadap
Penggenangan
Kekeringan
Tekstur berliat
Keadaan masam
Salinitas

Kebutuhan
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah

Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinqgi
TinggijSedang

5umber: Diadaptasikan dari Vink {1975) da!am 5itorus (1985:43)

2.2 Sertifikasi Benih


Sertifikasi benih dilakukan oleh instansi Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) atau lembaga lain yang
telah

diberi

wewenang.

Keberhasilan

program

benih

bersertifikat sangat

ditentukan oleh seluruh komponen yang berperan di dalamnya. Komponenkomponen tersebut adalah :

Prod us en
Be nih

Anal isis
Lab.

BPSBTPH

Lembaga
Penyuluhan

Ahli
Seleksi

Sa luran
Dstribusi

Konsumen
Benih!
Petani

'-'

Kartasapoetra, 2003
.......

--

Gambar 1. Komponen proses sertifikasi benih

Sertifikasi benih terdiri dari serangkaian proses pemeriksaan yang meliputi


(1)

pemeriksaan

pendahuluan,

(2)

pemeriksaan

(fase

vegetatif),

(3)

pemeriksaan II (fase berbunga), ( 4) pemeriksaan III (fase masak), (5)


pemeriksaan pasca panen dan (6) uji laboratorium calon benih.
\.,....

Sertifikasi benih menghasilkan benih turunan dengan kelas di bawahnya.


Pemerintah menggolongkan benih ke dalam beberapa tingkatan kelas benih.

._

Kelas benih digolongkan sesuai dengan urutan keturunan dan kualitasnya


(Kartasapoetra, 2003), yaitu:

6
'-'

a. Benih Penjenis (Breeders Seed), yaitu benih yang diproduksi oleh/dengan


pengawasan Pemulia Tanaman yang bersangkutan atau instansinya, dan
merupakan sumber untuk perbanyakan Benih Dasar.
'-

b. Benih Dasar (Basic Seed= Foundation Seed), adalah keturunan pertama


dari Benih Penjenis yang diproduksi di bawah bimbingan intensif dan
pengawasan yang ketat, sehingga kemurnian varietas yang tinggi dapat
dipelihara dan diproduksi oleh Instansi/Badan yang ditetapkan/ditunjuk
oleh Ketua Badan Benih Nasional dan harus disertifikasi oleh BPSB.

'-

c.

Benih Pokok (Stock Seed), merupakan keturunan dari Benih Penjenis atau
Benih

'--'

Dasar,

diproduksi dan dipelihara sedemikian

rupa sehingga

identitas maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu


yang ditetapkan serta disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh BPSB
d. Benih Sebar (Extention Seed), merupakan keturunan dari Benih Pokok,
Benih Dasar atau Benih Pokok yang diproduksi dan dipelihara sedemikian
rupa sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas memenuhi
standar mutu yang ditetapkan serta disertifikasi sebagai Benih Dasar oleh
BPSB
....__

2.3. Standar Kelulusan Benih Padi Bersertifikat


Standar lulus uji lapang untuk sertifikasi benih padi, berdasarkan kelas
~

benih terinci pada tabel 2.1 berikut :


Tabel 2.1. Standar Lulus Uji Lapang Sertifikasi Benih Padi
Isolasi
Jarak Waktu
(m)
(hari)
Benih Dasar (FS)
1
3
30
2
Benih Pokok (SS)
3
30
Benih Sebar (ES)
3
3
30
Sumber: Dirjen Tanaman Pangan, 2007
No

'-

Kelas Benih

CVL & tipe


simpang
(max)%
0
0.2
0.5

Rerumputan
berbahaya
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

'-'

Dalam sertifikasi benih, terdapat tahap pengujian laboratorium yang


.....__

merupakan tahap lanjutan bagi calon benih yang hanya lulus uji lapang untuk
mengetahui mutu benihnya. Mutu benih menurut Sutopo (2004) meliputi:
1. Mutu genetik yaitu penampilan benih murni dari spesies atau varietas
tertentu yang menunjukkan identitas genetik dari tanaman induknya .

........

2. Mutu fisologik yaitu kemampuan daya hidup (viabilitas), meliputi daya


kecambah dan kekuatan tumbuh benih, sehingga tahan daya simpan dan
bebas hama penyakit benih
3. Mutu fisik yaitu penampilan benih dilihat secara fisik (keseragaman,
bernas, bersih dari campuran benih lain, biji gulma, kontaminan lain).
Dalam pengujian benih di laboratorium, dikenal beberapa istilah khusus,
ya itu (Sutopo, 2004)

Benih Murni, yaitu segala macam biji-bijian yang berasal dari suatu jenis
yang sedang diuji, baik mengkerut, belah atau rusak maupun bagian

...

pecahan biji dengan ukuran yang lebih besar dari setengah ukuran asli .

Benih Tanaman Lain, yaitu biji dari semua jenis dan atau varietas yang
tidak termasuk varietas yang ditentukan namanya pada label.

Benih Campuran Lain (CVL), yaitu sejumlah benih yang terdiri dari dua
atau lebih jenis dan varietas masing-masing terdiri lebih dari lima persen

Kotoran Benih adalah semua bahan yang bukan biji termasuk misalnya
biji pecah, biji hampa, sekam, pasir, dan lain-lain.
Selain standar lulus uji benih di lapangan seperti pada tabel 2.1 tersebut di

atas, calon benih padi juga harus memenuhi standar lulus uji laboratorium sesuai
dengan ISO 17025 Tahun 2002 seperti tercantum pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Standar Lulus Uji Laboratorium Dalam Sertifikasi Benih Padi
Be nih
Murni
Min,
%
99.0
99.0

CVL
Max,
%

Daya
Tumbuh
Min,%

Warn a
Label

1.0

Biji
Tanaman
Lain
Max,%
0.0

0.1

80.0

Putih

1.0

0.1

0.2

80.0

Ungu

3
Benih Sebar 13.0
98.0
2.0
Sumber: Dirjen Tanaman Pangan, 2007

0.2

0.5

80.0

Biru

No

Kelas Benih

Benih Dasar

Kadar
Air
Max,
%
13.0

Benih Pokok

13.0

Kotoran
Benih
Max,%

'--

III.

TUJUAN DAN MANFAAT

3.1 Tujuan
a. Memperoleh database penangkar benih di Sulawesi Tengah
b. Menginformasikan dan merekomendasikan kebutuhan benih padi, jagung dan
kedelai dalam bentuk peta.

c. Merekomendasikan perbaikan sistem perbenihan


d. Mengkaji teknologi penangkar benih yang efisien pada luasan tertentu yang
layak secara ekonomis dan penyebaran informasi ketersediaan benih.

3.2. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah penangkar benih di tingkat provinsi, kabupaten
dan petani serta dinas Kabupaten

3.3. Hasil Yang Diharapkan


a. Satu set database volume kebutuhan dan eksisting penyediaan benih bennutu
(padi, jagung, kedelai) di tingkat Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi
b. Satu opsi rekomendasi jumlah dan sebaran penangkar benih (padi, jagung,
kedelai) di tingkat kabupaten dan propinsi.

c.

Satu unit rekomendasi sistem informasi perbenihan (padi, jagung, kedelai) di


wilayah Sulawesi Tengah

d. Satu unit pengelolaan benih kelas SS (Padi, jagung, kedelai) di tingkat petani
dan bekerjasama dengan UPBS di KP Sidondo dengan menyebarkan produksi
benih kelas FS yang masing-masing berjumlah 1 ton benih.

'--

..__

........

METODOLOGI

4.1. Pendekatan dan Ruang Lingkup Kegiatan


Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah on farm extension,
dimana petani dijadikan koperator dan pelaksana kegiatan untuk memperoleh
penangkar benih yang lebih efisien. Sedangkan dalam memperoleh peta
informasi benih dilakukan dalam bentuk kegiatan survey dan penyusunan
database. Kegiatan terdiri atas empat ruang lingkup, yakni (1) Uji coba teknologi
penangkaran padi sawah, (2) Uji coba teknologi penangkaran di lahan kering
(jagung dan kedelai), (3) Pemetaan kebutuhan benih padi dan jagung, (4)
Ujicoba sistem informasi perbenihan dalam mendukung penyebaran informasi
be nih

4.2. Tahapan Pelaksanaan


Empat kegiatan yang akan dilaksanakan diawali dengan survey penentuan
lokasi dan penentuan petani koperator. Penentuan lokasi didasarkan atas
pertimbangan bahwa dilokasi tersebut telah diusahakan penangkaran benih baik
lahan basah maupun lahan kering.

Akan tetapi penangkaran yang ada masih

mempunyai kelemahan seperti belum berkelompok, tidak kontinu dan masih


mempunyai potensi pengembangan.
Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
(a) Ujicoba teknologi penangkaran padi sawah
Survey pemilihan lokasi
Penentuan petani koperator
Sosialisasi kegiatan
Penerapan teknologi budidaya padi dengan prinsip PTT
Prosessing benih
Penyebaran dan sosialisasi benih
Penyusunan laporan
(b) Uji coba teknologi penangkaran benih di lahan kering (jagung dan
kedelai)
Survey pemilihan lokasi
'--

Penentuan petani koperator


Sosialisasi kegiatan

10
..._

Penerapan teknologi budidaya jagung dan kedelai dengan prinsip

PTT
Prosessing benih
Penyebaran dan sosialisasi benih
Penyusunan laporan
(c) Pemetaan kebutuhan benih padi dan jagung
Melakukan

penyusunan

kuisioner

dan

menetapkan

indikator-

indikator peta kebutuhan benih


Melakukan interview terhadap Dinas pertanian, penangkar di lokasilokasi terpilih, swasta dan ahli perbenihan di tingkat provinsi dan
kabupaten.
Penyusunan database penangkar eksisting
Melakukan

pendataan

posisi

responden

penangkar

dengan

menggunakan GPS
~

Pembuatan Peta
Penyusunan laporan
(d) Ujicoba sistem perbenihan
Penyusunan database penangkar
Database yang di peroleh dari survey di update setiap tiga bulan
Menginformasikan

ketersediaan

benih

yang

dihasilkan

UPBS

Sulawesi Tengah ke tingkat penangkar desa.


Menginformasikan ketersediaan benih yang dihasilkan Penangkar di
tingkat petani ke pemerintah daerah dan daerah lainnya.
Penyusunan laporan
Mekanisme difusi teknologi untuk ketiga kegiatan uji teknologi akan
dilakukan sosialisasi ketersediaan benih. Setiap tahapan pelaksanaan komponen
teknologi dilakukan dengan cara sekolah lapang agar petani paham dan belajar
dari penerapan setiap komponen teknologi.

4.3 Teknik Analisa Data


Analisis data merupakan tahap penting dalam suatu penelitian, karena data
yang didapat akan menghasilkan makna untuk memecahkan masalah penelitian.
Teknik analisis data menurut Sofian Effendi dan Cris Manning dalam Singarimbun

11

dan Sofian Effendi (1989) adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang mudah dibaca dan diinterpretasikan.


Analisis kuantitatif dilakukan di wilayah lebih kecil yaitu meliputi wilayah
Kabupaten Toli-Toli, Donggala, Parigi Moutong, Banggai dan Sigi. Analisis yang
dilakukan dalam penelitian, selengkapnya adalah
1. Analisis kapasitas produksi benih dan sebaran lokasi produksi
2. Analisis kapasitas permintaan benih dan sebaran lokasi pemasaran
3. Analisis kecukupan benih di wilayah tersebut.
4. Analisis pola aliran benih dalam pemenuhan benih

4.4 Teknik Pengolahan dan Penyajian Data


~

Teknik pengolahan dalam analisis time series menghasilkan suatu trend.


Menurut Supranto (2003) data time series disebut juga historical data, artinya

data bersejarah dan menggambarkan kejadian -

kejadian masa lampau.

Terdapat empat faktor dalam data time series yaitu faktor musiman, faktor
.....__

siklus,

faktor tidak teratur (irreguler) dan factor trend,

sehingga dapat

menyebabkan terjadinya fluktuasi dalam grafik.


Penyajian data dalam penelitian ini berupa tabel, grafik, peta maupun
distribusi frekuensi. Penarikan kesimpulan merupakan langkah terpadu mulai
permulaan pengumpulan data, keteraturan, pola-pola yang telah terjadi dan alur
sebab akibat. Melalui kegiatan penelitian, kesimpulan yang semula belum jelas
menjadi lebih rinci, dan mengakar dengan kokoh sesuai data lapangan dan
interpretasi keseluruhan data .

....__

'--

12

V.
1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung dan Kedelai di Sulawesi


Tengah
Usaha

tanaman

pangan

dari

tahun

ke

tahun

tetap

mengalami

perkembangan, hal ini ditunjang oleh program pemerintah yaitu melalui program
intensifikasi yang bertujuan untuk mendorong para petani agar melakukan usaha
pertanian dengan berpedoman pada panca usaha tani yaitu menggunakan bibit
unggul, pemupukan, pengendalian hama dan pengairan serta cara bercocok
tanam yang baik. Disamping usaha intensifikasi diatas juga dilakukan program
ekstensifikasi melalui perluasan area l-a rea l pertanian. Produktivitas padi (GKG) di
Sulawesi Tengah berkisar antara 4,302 Ton/Ha di tahun 2008. Hal ini bila
dibandingkan dengan produktivitas padi di tingkat nasional yang sebesar 4,591
Ton/Ha, masih mempunyai prospek untuk ditingkatkan. Hal ini terl ihat pada
utilitas luas sawah dibandingkan luas panen padi sawah yang baru mencapai
66,67%. Perhitungan ini dengan asumsi setiap tahun dilakukan penanaman padi
sebanyak 2 kali per tahun kecuali untuk Kabupaten Banggai Kepulauan yang
hanya melaksanakan 1 kali pertanaman (sawah tadah hujan) dan beberapa
sentral beras di Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong yang dapat mencapai 5
kali penanaman dalam dua tahun. Data secara lebih lengkap disajikan pada Tabel
5.1.

Tabel 5.1. Utilitas Penggunaan Lahan di beberapa Kabupaten dan Kota di


lawesi Tenaah Tahun 2008

No

Kabupaten

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

ToliToli
Bangkep
Buol
Donggala
Sigi
Banggai
Morowali
Po so
Tojo Una Una
Palu
Parigi Mouton_g_
Total

Luas
Sawah

11000
1285
5844
15292
38213
16488
10934
17636
2025
310
19440
138467

Luas Panen

Rata-rata
Luas Per Mt

16209
551
7695
22311
38213
38358
12700
24973
2067
369
46897
210342.781

8105
551
3848
11156
19107
15343
6350
12486
1034
185
18759
8811

Utilitas

73.68
42.88
65.84
72.95
50.00
93.06
58.08
70.80
51.04
59.52
96.50
66.76

Produksi
(Ton)

75.350
1810
31.588
109.733
188.824
171.182
50.899
104.160

6.862
1.577
243.583
985.570

Produktivitas
(Kg/Ha)

4648.65
3286.37
4105.00
4918.34
4941.36
4462.75
4007.82
4170.95
3320.22
4273.71
5194.00
4302.65

13

Pada Tabel 5.1 diketahui bahwa Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi
Moutong mempunyai utilitas tanam mendekati 100% walaupun Kabupaten Parigi
Moutong

mempunyai

produktivitas

per

hektar

mencapai

5,194 Ton/Ha.

Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Tojo una-una masih termasuk


daerah yang harus meningkatkan utilitas penggunaan sawah (intensitas tanam)
serta meningkatkan produktivitas hasil mencapai 4 ton. Produktivitas padi di
beberapa kabupaten cenderung meningkat. Hal ini dapat diketahui dari Tabel 5.2
yang menyajikan perubahan produktivitas padi di beberapa Kabupaten di
Sulawesi Tengah.

Tabel 5.2. Produktivitas Padi di beberapa Kabupaten di Sulawesi Tengah


No

1
2
3
4
5

ToliToli
Donggala

RataRata

Produktivita s (Kg)

Kabupaten

2009
4728.36
Na

Banggai

Na

Morowali
Palu

3431.93
4630.46

Pada Tabel

2008
4648.65
4918.34
4462.75
4007.82
4273.71

2001
4626.06
4493.18
3951.83
3640.00
3966.03

2006
4244.84
4549.02
3807.79

2005
4579.72
4563.00
3804.68

Na

Na

3913.21

3905.44

5.2 diketahui bahwa pada lima tahun

4565.53
4630.89
4006.76
3693.25
4137.77

Perubahan

(+/- %)_
+0.97
+2.64
+5.60
-2.13
+4.41

terakhir terjadi

peningkatan produktivitas paling baik di Kabupaten Banggai sebesar 5,6% per


tahun walaupun rata-rata produktivitasnya masih berkisar di 4 ton/ha. Kabupaten
Donggala walaupun mempunyai produktivitas yang cukup tinggi sebesar 4,630
ton/ha akan tetapi masih mempunyai tren kenaikan produktivitas. Berbeda
dengan Kabupaten Morowali yang mengalami penurunan cukup banyak di tahun
2009.
Produktivitas jagung dan kedelai di beberapa kabupaten di Sulawesi
Tengahberkisar antara 2.3 -3.9 on/ha untuk jagung dan 1.1 - 1.4 ton/ha untuk
'-'

kedelai. Hasil selengkapnya per kabupaten disajikan pada Tabel 5.3.


Tabel 5.3. Produktivitas Jagung dan kedelai di Sulawesi tengah
No

Kabupaten/Kota

Produktivitas
Jaqunq (Kw/ha)

1 Palu
2 Siqi
3 Donggala
4 Pariqi Moutonq
5 Buol
6 Toli-Toli
7 Banqqai

24.66
39.16
32.83
37.92
32.44
23.30
35.19

14

Produktivitas
Kedelai (Kw/ha)

11.14
13.36
13.15
14.45
12.44
12.72
12.56

Kabupaten/Kota

No

Produktivitas
Jaqunq (Kw/ ha)

Produktivitas

i Kedelai (Kw/ha)
12.10
10.13
11.52
13.02

27.0
27.85
34.93
23.80 .

8 Morowali
9 Poso
10 Tojo Una Una
11 Banggai Kepulauan

Benih jagung yang biasa ditanam petani yaitu jenis hibrida maupun jagung
pulut dengan pemeliharaan yang minimal. Hal ini memberikan hasil produksi
yang relatif rendah. Penggunaan benih bermutu jenis komposit sebenarnya lebih
menguntungkan jika tanpa perawatan yang baik dibandingkan jenis hibrida.
Sehingga peluang pengembangan penangkaran jagung di sentra produksi jagung
terbuka luas. Demikian juga untuk tanaman kedelai, produksinya masih relatif
rendah.
Salah Komponen peningkatan produksi adalah ben ih. Ketersediaan benih
yang cukup, tepat waktu dan sesuai dengan preferensi/kesukaan petani.
Ketersediaan benih juga ditunjang oleh pihak ketiga baik swasta, balai benih dan
penangkar (petani) yang ada dalam suatu daerah. Selain itu adanya kepastian
penyebaran

benih

yang

dihasilkan

baik

melalui

kegiatan

pemerintah

daerah/pusat maupun kebutuhan permintaan benih dari petani (demand force).

5.2 Sentra Permintaan Benih (demand)


Permintaan benih padi sangat erat hubungannya dengan luas areal tanam
padi di suatu wilayah. Semakin luas areal tanam padi membutuhkan benih padi
yang semakin besar. Meskipun demikian, permintaan benih padi yang tinggi tidak
selalu dalam bentuk benih padi bermutu/bersertifikat. Hal ini disebabkan banyak
faktor, diantaranya ketersediaan benih bermutu yang terbatas, akses terhadap
benih bermutu yang sulit, persepsi petani terhadap benih bermutu yang belum
benar, dan lain sebagainya. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah dan
swasta yang mempunyai kepentingan terhadap penyediaan benih bermutu bagi
petani.

5.3. Kebutuhan benih berdasarkan luasan tanaman padi sawah, jagung


dan kedelai padi di Sulawesi Tengah
Kebutuhan benih secara mudah dapat diketahui dari luasan panen padi di
tahun sebelumnya (dengan asumsi tahun depan luasan panen sama). Besarnya
benih tiap hektar diperkirakan sebesar 25 kg untuk padi sawah, 15 kg untuk

15

jagung dan 40 kg untuk kedelai. Walaupun di beberapa daerah kebutuhan benih


dapat mencapai 30-40 kg untuk padi sawah bila menggunakan tabela.
Perhitungan benih yang dibutuhkan di tahun 2009/2010 disajikan pada Tabel
4.4.

Tabel 4.4. Kebutuhan benih pada komoditas padi, jagung dan kedelai Tahun
2009

.....__.,

No

Kabupaten/Kota

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Total

Palu
Sigi
Donggala
Parigi Moutonq
Buol
Toli-Toli
Banggai
Morowali
Po so
Tojo Una Una
Banggai Kepulauan

Luas
Panen
Padi (Ha)
801
38.213
23 .059
45.001
7.695
17.907
35.191
14.303
19.726
2.067
551
204 .514

Luas
Jagung
(Ha)
20.025
691
955 .325
9.682
576.475
1.919
3.503
1.125.025
192.375 i
1.031
447.675
1.093
879 .775 I
2.544
357. 575 I
1.369
493.150 I
1.388
51.675
17.639
13.775
839
5.11 2.850
41.698

Benih Padi
(kg)

I
I

Benih
Luas
Jagung
Kedelai
(kq)
(Ha)
10.365
23
145.230 I
238
76
28.785 I
52.545
917
15.465 i
56
16.395 I
22
38.160 I
425
924
20.535 I
257
20.820 I
264 .585
138
10
12.585
625.470
3.086

Benih
Kedelai
(kq)
920
9.520
3.040
36.680
2.240
880
17.000
36.960
10.280
5.520
400
123.440

Pada Tabel 4.4 diketahui benih yang dibutuhkan untuk tanaman padi
sawah sebanyak 5112 ton benih setiap tahunnya. Jika 5% benih yang
dibutuhkan tersebut disupply secara benar oleh penangkar maka nilai ekonomi
yang dapat diperoleh masyarakat sebesar Rp. 1.150.200.000,- (ini masih bruto).
Bila berdasarkan penelitian BB Padi (2003) mengenai peningkatan produksi padi
di petani sebesar 16% dengan mengimplementasikan PTT padi, maka setiap
peningkatan konsumsi benih bermutu 5% maka akan menyebabkan peningkatan
produksi sebesar 0,66% dari total produksi di Sulawesi Tengah (6543 Ton). Salah
satu pendorong pemakaian benih bermutu di petani adalah melalui pemberian
bantuan benih langsung (BLBU).

Dukungan benih bermutu jagung melalui

kegiatan BLBU 2009 yang dapat tersalurkan sebesar 1605 kg jagung hibrida,
1066 jagung komposit dan benih kedelai sebesar 1659 kg. Jumlah tersebut
dipenuhi dari PT SHS dan PT Pertani.

5.4. Program pemerintah yang berhubungan dengan benih (Bantuan


Langsung benih unggul)
..........

Kegiatan pemberian benih kepada petani telah menjadi kegiatan rutin dari
pemerintah. Stimulus pemberian benih ini diharapkan dapat meningkatkan

16

..........

produksi hasil walaupun dikhawatirkan menjadikan ketergantungan petani atas


'-'

bantuan tersebut. Kebutuhan benih dari program pemerintah ini mendorong


terciptanya penangkar-penangkar binaan pemerintah daerah (dinas) maupun
pihak swasta. Bentuk program ini sebaiknya tetap dalam kerangka sementara
dan tidak statis. Kebutuhan benih tahun 2010 pada kegiatan BLBU disajikan pada
Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Kebutuhan benih padi, jagung dan padi gogo di Sulawesi Tengah
berdasarkan kabupaten sasaran BLBU tahun 2010

.........

Kabupaten
Palu
Sigi
Donqqala
Parigi Moutong
Buol
Toli-Toli
Banqqai
Morowali
Poso
Tojo Una Una
Banggai
Kepulauan
Total

Luas
Tanam
Padi
(Ha)

I Tanam
Luas
Padi
Jumlah
Benih
\ Gogo
Padi (Kg)
(Ha)

Jumlah
Be nih
Padi
Gogo
(Kg)

500
8.000
6.000
13.000
4.500
5.000
10.000
4.000
7.500
1.000

12.5oo
200.000
150.000
325.000
112.500
125.000
250.000
100.000
187.500
25.000

500
60.000

12.500
1.500.000_ .

I Luas
I Tanam
Jagung
Hibrida
(Ha)
II
300
I

I
I

250

3.750

500
500
1.250
500

7.500
7.500
18.750
7.500

3.000

45.000

I Jumlah
Be nih
Jagung
Hibrida
(Kg)

1.200
600
825
1.125
450
1.275
900
825
3.750
750

4.500
18.000
9.000
12.375
16.875
6.750
19.125
13.500
12.375
56.250
11.250

12.000

180.000

Pada Tabel 5.5. kebutuhan benih padi untuk BLBU sebesar 1500 ton atau
29,34% dari luas panen padi di tahun 2009. Hal ini memberikan harapan adanya
peningkatan produksi dari benih yang diberikan. Bila mengikuti perhitungan
penggunaan komponen SL PTT (benih) yang mampu meningkatkan produksi
sebesar 16% maka akan ada peningkatan produksi padi sebesar 4,694% (38.400
ton) dari produksi tahun 2009.
Informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian di Kabupaten, ketersediaan
benih BLBU yang diberikan pada petani diharapkan petani di musim tanam
selanjutnya masih menggunakan benih hasil bantuan tersebut. Hal ini yang
meningkatkan persentase penggunaan benih bermutu ditingkat petani dapat
lebih meningkat. Pada tabel 5.6 disajikan besaran persentase penggunaan benih
bermutu.

'-

17
.__

Tabel 5.6. Persentase penggunaan benih bermutu di Petani

'"""

Kab.

No

1 Palu
2 Sigi
3 Donggala
Parigi
Moutong
Buol
Toli-Toli
Banggai
Morowali
Poso
Tojo Una
10 Una
Banggai
11 Kepulauan
Rata-Rata

4
5
6
7
8
9

'--

Kebutuhan
Benih (kg)

Luas
Pan en
(Ha)

Be nih
Swadaya
Petani
(Kg)

Penyediaan
BLBU (kg)
termasuk
hibrida

Persentase

I Penggunaan
Be nih

I berrnutu (%)

801
38213
23059

20025
955325
576475

12500
200000
150000

7525 I
755325 j
426475 !

62 42
20 94
26 02

45001
7695
17907
35191
14303
19726

1125025
192375
447675
879775
357575
493150

325000
112500
125000
250000
100000
187500

800025
79875
322675
629775
257575
30565o

28,89
58,48
27 92
28,42
27,97
38,02

51675 I

25000

266 75

13775

12500

I
I
I
I
'

2067
551
- - - - - --- -

1275 1

L__ _ _ _ _ _

48,38
90 74
41,65

........,

Pada Tabel 5.6, diketahui bahwa besaran persentase penggunaan benih


bermutu di petani dengan adanya kegiatan BLBU adalah 41,65%. Nilai ini akan
meningkat bila petani menggunakan kembali benih yang telah dihasilkan di
musim tanam kedua.
Dukungan benih bermutu jagung melalui kegiatan BLBU 2009 yang dapat
tersalurkan sebesar 1605 kg jagung hibrida, 1066 jagung komposit dan benih
~

kedelai sebesar 1659 kg. Jumlah tersebut dipenuhi dari PT SHS dan PT Pertani.
Dibandingkan dengan kebutuhan benih yang harus dicukupi pada Tabel 3 di atas
maka BLBU hanya bisa memenuhi 0.43% kebutuhan benih jagung di Sulawesi
Tangah. Sedangkan benih kedelai hanya terpenuhi 1.34% saja. Ketersediaan
benih jagung dari penangkar lokal sebesar 1.115 kg atau 0.18%. Hal ini
menunjukkan masih tingginya kekurangan ketersediaan benih bermutu jagung.
Ketersediaan benih kedelai dari penangkar lokal sebesar 94.450 kg atau 76.5%,
tergolong cukup tinggi. Yang perlu menjadi perhatian adalah distribusi benih

---

tersebut di tingkat petani.

5.5. Varietas yang ditanam dan persepsi benih bermutu di petani


Permintaan

barang

akan

bertambah

(Soediyono,

1983),

apabila

pendapatan dan perubahan cita rasa/minat konsumen terhadap barang tersebut


bertambah. Rintuh dan Miar (2005) menjelaskan bahwa berubahnya preferenssi

18

konsumen di masa yang akan datang kita harus mengubah dengan lebih
menekankan analisis dari sisi permintaan (demand side) dan mengubah
paradigma strategi pemasaran menjadi menjual apa yang diinginkan oleh pasar
~

(konsumen) atau dengan perkataan lain menghasilkan produk yang diminta


konsumen (produce what you can sell) sehingga diperlukan pengetahuan yang
lengkap dan rinci tentang preferensi konsumen.
Berbagai varietas yang ditawarkan dan dikenalkan ke petani menjadi

'-

suatu pembelajaran bagi mereka atas keunggulan dan ketahanannya terhadap


hama dan penyakit. Sebagai contoh petani di Kabupaten Morowali di Kecamatan

'-'

Bumi

Raya

dan Witaponda

cenderung

menyukai varietas

padi Ciliwung

dikarenakan mempunyai masa tanam yang agak panjang, kurang disukai oleh
'---'

tikus dan tidak perlu diberikan perawatan ekstra.


Petani di Kabupaten Donggala di Kecamatan Sojol menyukai padi varietas

.......

Mekongga yang mempunyai berat per karung lebih tinggi dibandingkan varietas
lainnya dan baik penampakan vegetatifnya. Varietas Ciherang di Kecamatan
Toilan di Kabupaten Buol walaupun mempunyai harga yang tinggi (pasar baik)
akan tetapi rentan diserang oleh hama ulat grayak. Varietas (Ci)pepe di Desa

"'-

Lumbutarombo, Kecamatan Banawa Selatan yang mempunyai butiran yang lebih


kecil dan tidak seramping ciherang dan cisantana. Varietas tahan tungro seperti
kalimas yang cenderung pera kurang disukai oleh petani di Sulawesi Tengah.

'-'

Dari berbagai pengalaman ini diperoleh suatu kecenderungan bahwa kesukaan


.........,

petani untuk menanam varietas padi yang pulen atau mendekati pulen (agak
pera), butir beras panjang dan tidak mudah patah dengan produksi tinggi serta
pada masa pertumbuhan tidak disukai hama. Beberapa kondisi iklim lahan
berawa dan kurang air masih membutuhkan varietas yang sesuai dengan
permasalahan tersebut seperti di Kecamatan Bunta, Kabupaten Banggai (rawa).

'-'

Pada Tabel 5.6 disajikan beberapa varietas unggul yang ditanam di Kabupaten
Tali-Tali.

'-"

'-'

19
'--

......

Tabel 5.6. varietas unggul yang ditanam di Kabupaten Toli-Toli

Dam pal
Selatan
Dampal Utara
Dondo
Basidondo
Lampasio
Ogodeide
Baolan
Galang
Dakopemean
Toli-Toli Utara

._

1
2
3
4
5

6
7
8
9
10

.......

Mekongga
(Hal

Kecamatan

No

Jumlah
,.__,

---

617
92
344
64
331
78

--

Varietas Unggul Dominan


Sarinah Cisantana
Kalimas
(Ha)
(Ha}
(Ha)

788
107
312

275

53
649
125
139
2,439 _),535

622
79
272
51
243
133

Cibogo
(Ha)

358
70

77

416
124
142
2,082

529
97
133
836

-I
129
59
537
110
141
1,404

IR 70
(Ha)

i va:ietas

I
-I

1 207

486 '
74
231
176 ;

-I

515 I
114 I
142 I
2,945 I

Pada Tabel 5.6 diketahui vareitas IR70 masih mendominasi akan tetapi
perannya akan digantikan oleh varietas mekongga dan Cisantana yang semakin
diterima oleh petani di Kabupaten Toli-Toli.

Akan tetapi kesalahan membaca

kesukaan petani atas benih dapat juga terjadi seperti contoh kesalahan
perencanaan perbenihan di BBI Dalago, Kabupaten Parigi Moutong yang pada

musim sebelumnya petani banyak yang menanam IR74 akan tetapi setelah
ditangkarkan benih tersebut di musim selanjutnya tidak lagi disukai oleh petani.

'-'

Dalam perbenihan, persepsi pengguna benih dipengaruhi oleh beberapa faktor


berikut (Mughnisjah, 1991):

1. Petani yang akan membuat benih untuk kepentingan tanam lahannya


........

sendiri, dipengaruhi oleh faktor yang mempertimbangkan mudah tidaknya


petani untuk menghasilkan benih sendiri dilihat dari varietas dan kondisi
iklim sejak panen sampai dengan musim tanam .
2. Program pemerintah dalam peningkatan produksi, terkait dengan benih

..._

yang dianjurkan pemerintah dalam program-programnya karena akan


mempengaruhi kebutuhan benih di pasaran.
3. Tingkat penerimaan petani terhadap benih padi.

Hadirnya varietas baru sedikit sulit diterima petani apabila belum ada
bukti keberhasilan dari tahun sebelumnya.

'--'

Jarak benih tersedia, bagi petani tidak lebih dari 15 km.

Ukuran kemasan benih, petani menyukai ukuran yang tidak terlalu


besar karena tidak ada ruang penyimpan walaupun lebih mahal.

I..

20
\,...,

Lamnya

1189
163
1,180
151
708
254
47
1 554
380
409
6,035

Petani akan membeli benih dengan harga lebih rendah apabila petani
yakin bahwa benih yang ditawarkan mempunyai efektivitas teknis dan
mutu benih yang sama.

5.6. Sentra Penyediaan Benih Padi (supply)


Untuk menyusun strategi penyediaan benih bermutu bagi petani maka
perlu diketahui sentra-sentra yang membutuhkan benih bermutu. Dengan
mengetahuinya maka pemerintah dapat mendorong penyediaan benih bermutu
di
.._

wilayah

sentra-sentra

produksi

tersebut.

Sedangkan

Swasta

dapat

memproduksi benih bermutu di wilayah-wilayah tersebut agar diperoleh biaya


produksi benih bermutu yang paling murah sekaligus dekat dengan pasar yang
memerlukan benih bermutu.

'-'

+ ..

...

.J'.

o.:. 't 1\\ '\

A
LEGENDA

~~b'P'M'
matan Sentra Padi (ha)

. . .,.

~~

~~

.........

PETA SENTRA
PRODUKSI PAD !

> 3000 ha
1000 3000 ha
< 1000

SKALA
60

60

120

Gambar 2. Sentra permintaan benih padi atas dasar luas tanam padi di Sulawesi
Tengah
Wilayah dengan luas tanam di atas 3000 ha terdapat di beberapa
kabupaten seperti kecamatan Toili, Toili Barat, Batui dan Masama di kabupaten
Banggai, kecamatan Torue, Balinggi, Parigi Selatan, Mepanga dan Bolano
Lambunu di Kabupaten Parigi Moutong dan wilayah-wilayah lainya seperti
disajikan pada Gambar 2.
Berdasarkan pada Gambar 2 di atas maka permintaan benih dari sentra
produksi

di

Ring

perlu

menjadi

perhatian

21
~

khusus

pemerintah

untuk

memenuhinya dengan benih bermutu, selanjutnya baru di Ring II dan seterusnya


sampai akhirnya Ring III bisa terpenuhi dengan benih bermutu.
Kondisi penyebaran penangkar yang terdata di BPSB di tahun 2009
diketahui bahwa pada kecamatan Toili Barat, Kabupaten Banggai kegiatan
penangkaran tidak berkebang hanya saja penangkaran di daerah Batui yang
cukup berkembang.

Selain itu di daerah Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi;

Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala dan Kecamatan Bolanu Lambunu,

Kabupaten Parigi Moutong berpeluang dan dibutuhkan kegiatan penangkaran .


Secara lebih jelas posisi penangkar di Sulawesi Tengah disajikan pada Gambar 3.

PETA SENTRA
PRODU KSI PADI

12.

123

122

120

+
N

"

Penangkar
Kabupaten
Kecamatan Sentra Padi (ha)
> 3000 ha
~ 1000 - 3000 ha

.,;.... ~,
a '
'-.. ~1\
.

t':'

LEGENDA

< 1000 ha

SKALA

... 40

123

40

80 Kilometers

Gambar 3. Posisi beberapa penangkar padi di sulawesi Tengah

Berbeda dengan komoditas padi, pengembangan benih jagung terkendala


dengan dukungan dan peran pemerintah dalam pembinaan penangkaran jagung
dan kedelai. Kegiatan BLBU yang cenderung menggunakan benih hibrida diyakini
sebagai sumber ketidakberdayaan petani jagung.
'-

pemerintah daerah dalam penyaluran benih komposit ke petani tidak bersifat


massif dan

'-

Kalaupun ada program

tidak mendorong penangkaran jagung di kabupaten . Gambaran

beberapa sentra-sentra permintaan benih jagung dan kedelai serta keberadaan


penangkar di kabupaten/kota di Sulawesi Tengah disajikan pada Gambar 4 dan
Gambar 5.

'-'

22
9

122

'"'

,,.

"'

PETA SENTRA
TANAMANJAGUNG

"'

+n
N

+ ~ol

A
LEGENDA

~-~ ,'
+'-.

Penangkar
Kabupaten
Kecamatan Sentra Jagung (ha)
: ... . ' > 500 ha
[g 250 - 500 ha

. -'\\+
. ......

<250 ha

SKALA

:"-

40

"'
'-

40 Kilometers

Gambar 4. Sentra permintaan benih jagung atas dasar luas tanam jagung di
Sulawesi Tengah

PETA SENTRA
TANAMAN KEDELAI

L.r-------------~
N

~~'
+

~- _'{.,\ \

A
LEGENDA
Penangkar
D Kabupaten
Kecamatan Sentra Kedelal (ha)
> 500 ha
250-SOOha
-<250ha

r--:
Iii

SKALA
60
...,.......I I

60

120

"'
Gambar 5. Sentra permintaan benih kedelai atas dasar luas tanam kedelai di
Sulawesi Tengah

Berdasarkan pada Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5 di atas maka


pemerintah dan swasta dapat menyusun strategi dengan caranya masing-masing

23

untuk pemenuhan kebutuhan benih bermutu untuk petani dengan membangun


penangkar-penangkar di sentra-sentra permintaan dan menjalin kemitraan
dengan mereka.
'--'

Daerah-daerah yang berpotensi dikembangkan penangkaran jagung


komposit diantaranya adalah Kecamatan Ulu Bongka, Kabupaten Tojo Una-Una;
Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi; Kecamatan Sojol, Kabupaten Donggala;
Kecamatan Moutong, Sausu dan Bolanu Lambuno di Kabupaten Parigi Moutong;
serta Kecamatan Dampal Selatan, Dando dan Galang di Kabupaten Tali-Tali.
Kendala penangkaran jagung komposit di lahan jagung yang luas adalah

'-'

tingkat penerimaan petani jagung terhadap jagung komposit yang memberikan


hasil produksi lebih rendah dari jagung hibrida. Padahal jagung komposit

memberikan tingkat resiko rendah (kerugian benih) bila digunakan pada musim
kering yang tidak menentu. Sebaiknya petani tetap menanam benih hibrida di

\.._,

musim tanam yang sesuai dan dikondisi iklim tidak menentu menanam jagung
komposit.

\.......-

Penangkaran kedelai agak sulit dikembangkan karena masa simpan hanya


selama tiga bulan dan hanya satu bulan bila tidak dikemas dengan baik. Selain

\.._,

itu tidak ada jaminan benih yang dihasilkan dapat tersalurkan serta tidak mudah
diketahui

.___

informasi

mengenai

harga

benih

kedelai

per kg.

Selama

ini

penangkaran kedelai tergantung sekali dengan bantuan benih kedelai dari


pemerintah. Balitkabi sendiri sebagai produsen benih utama mengalami kesulitan
dalam penyediaan benih dasar. Karena masa simpan kedelai yang terbatas
sebaiknya penangkaran benih kedelai dilakukan di dekat lokasi penanaman
kedelai seperti di Kecamatan Sojol, Damsel di Kabupaten Donggala serta di
Kecamatan Galang dan Dampal di Kabupaten Toli-Toli.
Produsen benih sesungguhnya dalam kegiatan penyediaan benih padi
adalah petani penangkar. PT SHS dan PT. Pertani yang menjadi mitra pertanian
dalam penyediaan benih swasta secara mandiri hanya berkontribusi sebanyak
5,43% dari benih yang beredar di Sulawesi Tengah. Sebagian besar benih yang

.___

dihasilkan oleh penyedia benih swasta tersebut bekerjasama dengan pihak petani
penangkar. Pada Tabel 5.7 disajikan peran lembaga penyedia benih dalam
mendukung kontribusi produksi benih padi di Sulawesi Tengah

24

Tabel 5.7. Peran lembaga penyedia benih dalam mendukung kontribusi produksi
...,._,Ill' ..,--- - --- .. -- . - ""'- h

Kontribusi
produksi
(%)

Produktivitas
(Kg/Ha)

Produksi (kg)
Luas (ha)
Lembaga
BB Padi dan Dinas
Kabupaten
1 730.68
266 992
17.25
154.27
(termasuk BPTP)
4 033.33
12 100
0.78
3.00
PTSHS
1 784.39
4.65
72 000
40.35
PT PERTANI
1 948.51
1196 522
77.31
614.07
I Penangkar
1,547,614
100.00
811.69
I Total
Keterangan : Kontribusi Produktivitas adalah %kontribusi x Produktivitas

Kontribusi
Produktivitas

298.57
31.53
83.02
1,506.47
1,919.60

'--

Pada

Tabel

5.7

diketahui

bahwa

kemampuan

produktivitas setiap

lembaga produsen benih berbeda-beda dengan rata-rata produktivitas penangkar


di Sulawesi Tengah adalah sebesar 1919 kg/ha. Bila dilihat dari produksi benih
dasar yang dihasilkan di sulawesi Tengah, diketahui bahwa sebanyak 56,792 Ton
benih tersedia dan siap ditangkarkan menjadi benih pokok. Pada Tabel 8
disajikan daftar produsen benih pokok yang dihasilkan di tahun 2009.

--

No

1
2
3
4

dusen benih ookok d -


-

Nama Produsen
Balai benih padi
Don do
BBI Pembantu
BBI Samaku
BBI Tangkios

10
11
12
13

.,__

14

Luas penangkaran
(Ha)

Realisasi
produksi (Kg)

Toli-Toli
Banggai
Banggai
Banggai
Parigi
Moutong
Sigi
Banggai
Banggai

2.50
0.75
6.15
2.25

2200
1,500
6 750
3 500

1.00
5.55
2.50
3.84

2 177
14 605
4,915
2 900

Ds. Sidondo

Sigi

4.25

7 305

Ds. Lantapan

Toli-Toli

1.00

475

Ds.
Ds.
Ds.
Ds.

Toli-Toli
Banggai
Banggai
Banggai

2.00
1.50
0.50
1.00
35

4,000
2,965
2 000
1500
56792

Ala mat

Kabupaten

Ds.Ogogasang
Ds. Mina Karya
Ds. Malik
Ds. Cemerlanq
Ds.
Ds.
Ds.
Ds.

5 BBTP Dolaqo
6 BBTP Pandere
7 BBU Saluan
8 BBU Toili
9

. ----- r- ___ .,_. - -- -. - - - -

UPBS BPTP
Sulawesi Tengah
Klota Harapan
Baru
Klota Karya
Bersama Mandiri
Sido Muncul
Sipatokong
Sipatuo

Dolago
Pandere
Saluan
Sidoarjo

Lakatan
Tirtasari
Nonong
Kayoa

Total

--

Pada Tabel 5.8 diketahui bahwa ada beberapa kelompok tani seperti
kelompok tani harapan baru, karya bersama mandiri, sido muncul, sipatokung

25

dan sipatuo yang diberikan kesempatan memproduksi benih dasar walaupun


secara peraturan tidak diperkenankan. Agar benih dasar yang dihasilkan tepat
sasaran dan sesuai dengan kebutuhan sebaiknya diberikan pendampingan dari
pihak pemerintah dan swasta (PT. SHS dan PT. Pertani) dalam penyalurannya.
Penurunan kelas benih setiap musim tanam memberikan peluang penyebaran
benih kelas sebar (ESS) di petani. Benih dasar yang dihasilkan oleh produsen
benih diatas memberikan peluang tersedianya berbagai varietas benih di tahun
2010 yang diantaranya disajikan pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Jenis Varietas yang dikembangkan di Sulawesi Tengah, Benih dasar
Tahun 2009
No
1

I Balai benih padi


Dando
I BBI Pembantu

Kabupaten
Tali-Tali

1,500

BBI Samaku

Sanggai
Banggai

6,750

SSI Tangkios

Sanggai

3,500

SSU Saluan

Sanggai

4,915

SSU Toili

Sanggai

2,900

SSTP Dolago

2,177

SSTP Pandere
(Sulawesi Tengah)

Parigi
Moutong
Sigi

UPSS SPTP
Sulawesi Tengah
Klota Harapan Saru
Klota Karya
Sersama Mandiri
Sido Muncul

'--

I Nama Produsen

Realisasi
produksi
{Kg)
2200

10

11
12
13
14

Sipatokong
Sipatuo

14,605

Jenis Varietas
Kalimas
Sengawan solo, Cintanur, IR36
Satang hari, IR65, Merauke, Pistenggulang,
Singkil Waianae
Merauke
Sarita, Sengawan Solo, Satang Hari,
Ciliwung, Cisantana IR74 Loqawa Wides
Satang Piaman, Ciherang, Cisokan, Kapuan,
Mekonqqa Cintanur Wides
IR42, Sarinah

Sigi

7,305

Angke, Sondoyudo, Cigeulis, Ciherang,


Cikapundung, Ciliwung, Cisantana, Ciujang,
Conde, Aek Sibundong, IR64, IR70, Logawa,
Mekongga Membramo Sanggal Cintanur
Celebes, Cibogo, Cimelati, Pepe, Wayapoburu

Tali-Tali
Tali-Tali

475
4,000

Conde, Sarinah
Mekongga

Sanggai

2,965
2,000

Cisantana, IR74, Logawa, Wides

'

Sanggai
Sanggai

1,500

Ciliwung
Sarita, Ciliwung

Varietas yang ditangkarkan oleh penangkar di Sulawesi Tengah telah


'-'

mencapai 50 varietas. Walaupun ada tiga varietas seperti atomita, kalimutu dan
silugonggo yang

'--

tidak berhasil menjadi benih. Nama-nama varietas yang

dominan ditangkarkan dan prestasinya menjadi benih disampaikan pada Tabel


5.10.

26

Tabel 5.10. Jenis varietas yang dominan ditangkarkan dan prestasinya


Perkiraan
produksi
(Kg)

Produksi
Benih (Kg)

Produksi
kesesuaian
dengan
perkiraan
(%)

No

Varietas

Luas
penangkaran
(Ha)

Ciherang

92.4

312475

270 465

17.48%

86.56

Ciliwung

90

337750

154 340

9.97%

45.70

Cisantana

84.45

275525

144 680

9.35%

52.51

Conde

64.22

225170

143 575

9.28%

63.76

39.75

128350

104 995

6.78%

81.80

Mekongga
IR 36, 42, 64,
65 70 74

1 79.55

226675

97 928

6.33%

43.20

Ciboao

23.1

89225

90120

5.82%

101.00

Way Apoburu

21.18

45910

81 005

5.23%

176.44

Cigeulis

15.45

51250

68 197

4.41%

133.07

10

sarinah

30.5

91950

63 055

4.07%

68.58

11
12

Lam bur
Gilirang

27.55
56.65

81100
188425

43 858
39 060

2.83%
2.52%

54.08
20.73

13

Mira I

19

66500

35 000

2.26%

52.63

14

Cia pus

28

96750

29 565

1.91%

30.56 I

15

Batanq Hari

9.25

31250

25 830

1.67%

82.661

16

Waianae

13.65

39075

21900

1.42%

56.05 .

17

Cisadane

15.25

52375

18 900

1.22%

36.09

18

Air Tenggulang

24375

15 000

0.97%

61.54

19

Merauke

9.05

26800

12 850

0.83%

47.95

20

Legawa

5.3

16550

9 390

0.61%

56.74

21

Cimelati

6.75

21375

7 030

0.45%

32.89

22

Angke

7.95

23750

6 816

0.44%

28.70

23

Sintanur

5.89

17250

6 745

0.44%

39.10

24

Sinqkil

8.4

26450

6 205

0.40%

23.46

25

Cisokan

12000

6 000

0.39%

50.00

26

Bengawan Solo

9875

5,145

0.33%

52.10

27

Barito

5.25

14250

4 995

0.32%

35.05

28

Batanq Piaman

4.25

12500

4,900

0.32%

39 .20

'4

Ketersediaan
benih (%)

27
~

Perkiraan
produksi
(Kq)

Produksi
Benih (Kq)

Produksi
kesesuaian
dengan
perkiraan
(%)

No

Varietas

Luas
penangkaran
(Ha)

29

Batang Gadis

6.5

22750

3 600

0.23%

15.82

30

Tukad Belian

4.6

15300

3 300

0.21%

21.57

31

Kapuas

1 4.25

12750

3 200

0.21%

25.10

Ketersediaan
benih (%)

I 32

Wides

2.75

8125

3 010

0.19%

37.05

33

Cikapudung

2.25

6125

2 700

0.17%

44.08

34

Kalimas

I 2.75

9375

2 200

0.14%

23.47

0. 75

1875

2 025

0.13%

108.00

2125

1 825

0.12%

85.88

3000

1 500

0.10%

50.00

35

Membramo

I 0.85
I1

36

Pepe

37

Banyu Biru

38

Celebes

0.75

1875

1400

0.09%

74.67

39

Bondoyudo

0.6

1500

1 330

0.09%

88.67

40

Sukmaraqa

3500

1000

0.06%

28.57

41

Aniasmara

1.7

2550

900

0.06%

35.29

42

Banyu Asin

2.25

6375

720

0.05%

11.29

43

Dek sibundong

0.2

500

415

0:03%

83.00

44

Ciuianq

I 0.2

500

410

0.03%

82.00

45

sanggal

0.2

500

330

0.02%

66.00

46

Aek Sibundong

0.75

2250

100

0.01%

4.44

47

Pistenggulang

0.5

1250

100

0.01%

8.00

48

Atom ita

0.2

500

0.00%

49

Kalimutu

0.1

250

0.00%

50

Siluoonooo
Total
Rata-rata

0.25

875

0.00%

1 547 614
50.59

Pada Tabel 5.10 diketahui bahwa lima varietas tertinggi yang dominan
ditanam oleh penangkar adalah Ciherang (17,48%), Ciliwung (9,97%), Cisantana
(9,35%), Conde (9,28%) dan mekongga (6,78%) dari benih bersertifikat.

28

Sedangkan

varietas

yang

cenderung

sesuai

dengan

perkiraan

produksi

diantaranya adalah Cibogo, Way Apoburu, Cigeulis dan Membramo.


Apabila benih yang dihasilkan diperhatikan dari kelas benih yang
dihasilkan oleh penangkar maka diperoleh informasi perbandingan antara benih
dasar : benih pokok : benih sebar mempunyai ratio 1: 8,3 : 16,33. Hal ini dapat
dilihat dari Tabel 5.11 yang menyajikan produksi beberapa kelas benih di
Sulawesi Tengah.
Tabel 5.11. Produksi benih di beberapa kelas benih di Sulawesi Tengah

! No

I
l

I
I

1
2
3

I
I

Kelas Benih
Benih Dasar (FS)
Benih Pokok (ES)
Benih Sebar (ESS)
Total

Produksi (kg)

56,792
501,552
985,770
1,544,114

Persentase
3.68%
32.48%
63 .84%
100.00%

Pada Tabel 5.11 diketahui bahwa produksi benih Sulawesi Tengah di


Tahun 2009 adalah 1.544,114 Ton. Bila dibandingkan dengan kebutuhan benih
selama setahun musim panen di tahun 2009 sebesar 5112 Ton benih maka benih
yang tersedia hanya mampu memenuhi 30% kebutuhan benih (seluruh benih

digunakan). Kegiatan BLBU telah dilaksanakan ditahun 2009 dan 2010. Bila
diasumsikan jumlah BLBU tiap tahunnya sama maka benih layak sebar yang ada
di tahun 2009 hanya dapat memenuhi kebutuhan benih BLBU sebesar 65,78%.
Kekurangan benih sebesar 34,28% dapat diperoleh PT. SHS/PT. Pertani
dari pengiriman benih dari provinsi lain atau menggunakan potensi benih pokok
(ES) yang dihasilkan oleh produsen benih. Perhitungan benih pokok yang masih
dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan ketersediaan benih BLBU di
jelaskan pada Tabel 5.12.

29

Tabel 5.12.

Perhitungan benih Pokok yang dibutuhkan untuk mendukung


diaan Benih BLBU di Sulawesi Tenaah

Perinciaan

Nilai

Keterangan
Data Kebutuhan BLBU
2010(A)
Resiko tidak lolos benih
di penangkar 50% (B)
A+ B=C
Asumsi dihasilkan benih
1.919,60 kg/ha
C/1.919,6 = D
Asumsi setiap hektar
membutuhkan benih 25
kg/ha.

1,500,000

Kebutuhan benih sebar tahun 2010 (kg)

1,500,000

Resiko tidak lolos benih (kg)


. Kebutuhan

3,000,000
1,562.83

Luas Tanam Benih Pokok (Ha)

39,070.64

i Kebutuhan Benih Pokok (Kg)

~l<_lS =E ____

Hal ini berarti minimal stok benih pokok yang harus tersedia di balai benih
dan produsen benih sebanyak 39,07 ton. Sehingga BLBU di tahun 2009 dapat
menggunakan benih pokok yang dihasilkan sebanyak 75-80% dari produksi
benih pokok. Pengguna~n benih pokok sebagai benih yang dibagikan di BLBU
mempunyai keunggulan yaitu benih masih memberikan performa benih yang
bagus bila digunakan pada musim tanam selanjutnya.
Ada keinginan dari pihak pemerintah daerah bahwa benih yang dibagikan
adalah jenis benih pokok (ES) untuk kegiatan BLBU. Hal ini berarti dibutuhkan
benih dasar (FS) sebanyak 39,070 Ton dengan perhitungan seperti tabel 12
dengan menggunakan asumsi-asumsi yang sama. Hal ini dapat dilakukan
mengingat di tahun 2009 jumlah benih dasar adalah 56,72 Ton. Jumlah benih
dasar yang dikembangkan oleh penangkar benih diSulawesi Tengah dinilai telah
layak tersedia. Hanya mekanisme penyaluran benih dan kapitalisasi benih hingga
menjadi benih sebar kepetani yang masih perlu diperbaiki. Benih dasar yang
digunakan diperkirakan untuk Sulawesi Tengah sebesar 738,40kg -1400kg (Benih
dasar/BS).

5.7. Kondisi eksisting penangkaran padi, jagung dan kedelai


Penangkar secara mandirimemproduksi benih hingga sampai memperoleh
label. Pemasaran benih di lokasi sekitar dan sebagaian besar masih tergantung
dengan program pemerintah yang menggunakan benih. Beberapa karakteristik
penangkar padi sawah yang dapat diperoleh:

30

Seorang penangkar di Bina agro, Desa Atananga Kabupaten Morowali


menjadi koordinator wilayah yang bekerjasama dengan pihak SHS dengan
melibatkan kelompok tani penangkar lainnya seperti Dewi Sri, Desa Puntari
._.

Makmur dan Tiara Dewata, Desa Lambelu. Hasil benih yang dihasilkan sebesar
100 ton. Jenis varietas yang ditangkarkan adalah varietas Ciliwung sesuai dengan
permintaan petani. Penyebaran benih sebagaian besar untuk wilayah Morowali
(80% dari benih) dan 20% (Paso dan Tojouna-una). Sistem yang berjalan untuk

'-

kelompok Bina Agro; benih dibeli secara gabah oleh pengelola kemudiaan di
prosesing menjadi benih. Pihak penangkar lainnya, benih yang dibeli adalah
benih yang sudah terkemas. Jumlah benih yang dihasilkan penangkar di tahun
2010 ini telah mecukupi kebutuhan benih BLBU untuk Morowali. Potensi hasil
benih untuk lahan seluas 60 Ha (Sk. Kepala Dinas Pertanian Morowali) adalah
115 ton dengan melibatkan 65 petani.

""

Peta kecukupan benih dan ketersedian benih oleh penangkar yang


disajikan di Gambar 6 diperoleh informasi bahwa Kabupaten Morowali baru
mampu mengadakan benih sebanyak 25-50% kebutuhan benih. Kabupaten
Banggai merupakan kabupaten yang telah menghasilkan benih hingga 60%
kebutuhan benih. Akan tetapi Kabupaten Morowali telah mampu mengeluarkan
benih dari kabupatennya untuk mensupply kebutuhan benih Kabupaten Paso dan
Kabupaten Tojo Una-Una. Hal ini menandakan bahwa penangkar benih di
Kabupate Morowali belum secara mandiri berproduksi benih. Peta kecukupan
benih disetiap kabupaten disajikan di Gambar 6.

'-

.......__

31

PETA KECUKUPAN
PRODUKSI BENIH PADI

A
LEGENDA
Penangkar
Kecukupan Benih (%)

B ~-10

- 1 0 - 25
-25-50
->50

c::::J

Kabupaten

SKALA

'"'

\%\

12!

70

70 Ki

\!3

Gambar 6. Peta kecukupan benih disetiap kabupaten


Penangkaran benih padi sawah di Kabupaten Toli-Toli telah dapat
menghasilkan benih padi sawah sebanyak 104,25 ton. Benih tersebut bila
'-'

dibandingkan dengan kebutuhan BLBU tahun 2010 masih membutuhkan 20,75


Ton benih dari luar Kabupaten Toli-Toli. Kecamatan Galang, Kecamatan Dampal
"--"

Selatan dan Kecamatan Dondo menjadi salah satu sumber penyedia benih.
Potensi hasil benih yang dikembangkan di lahan penangkaran seluas 57 ha
adalah sebesar 109,38 Ton. BBI Dondo menjadi pendorong tumbuhnya
penangkaran disekitar BBI. Melalui 25 orang anggota binaan dihasilkan benih
sebnayak 14,5 ton. Kelompok tani Harapan baru di Kecamatan Galang juga
dipercaya oleh PT SHS untuk menghasilkan benih BLBU sebanyak 43,350 ton
dengan melibatkan 27 orang petani. Hanya ada dua varietas yang dikembangkan
yaitu Cibogo dan Pepe. Selain itu ada juga penangkar yang tidak lolos benih
sebanyak 25 ton benih yang tidak lolos benih. Masalah benih tidak layak
dikarenakan benih yang dihasilkan kurang kering dan terlambat panen yang
dikarenakan bertepatan dengan musim cengkeh.
Penangkaran benih padi sawah di Kabupaten Buol dilaksanakan di
Kecamatan Lakea. Luas lahan sawah yang dijadikan penangkaran seluas 15 Ha
tersebar di desa Bukaan (1 Ha), Lakea I (3 Ha), Lakea II (4 Ha), Lakuan Buol (4

32

Ha) dan Tuinan. Luas lahan ini berkurang dibandingkan penangkaran di tahun
2009 yang mencapai 22,75 Ha. Penurunan luas lahan ini dikarenakan pada tahun
2009,

kegiatan

BLBU

dibebankan

kepada

pemerintah

dinas

untuk

mengadakannya. PT SHS yang menjadi penanggung jawab penyedia benih


kurang dapat memberikan kepastian harga pembelian benih sehingga ada benih
sebanyak 80 ton tidak terserap. Hal ini menyebabkan banyak benih yang masuk
ke Buol merupakan benih dari luar Kabupaten. Penangkar benih melakukan
kegiatan penanaman sampai menjadi benih (telah dibersihkan) atau proses
prosessing benih dilakukan oleh balai benih atau dinas kabupaten. Yang
....._.

merupakan bentuk penangkaran yang dominan terdapat di semua kabupaten .


Penangkar

benih

di

Kecamatan

Sojol

di

Kabupaten

Donggala

mengungkapkan benih pokok tidak mudah ditemukan dikarenakan BBU di


Kecamatan

Sojol (Desa Karyamukti) tidak mengembangkan benih pokok.

Sebagaian besar penangkar tidak mempunyai alat prosessing benih sehingga


calo

benih

diberikan

ke

BBU

untuk diproses.

Benih yang telah selesai

diprosessing kemudian di jual ke pihak swasta. Harga yang berlaku adalah harga
gabah yaitu sebesar Rp. 2500,- dan kemudiaan dijual dengan harga sebesar
Rp. 4300,Beberapa UPTD di Kecamatan Parigi Moutong seperti di Kecamatan
Toribulu dan Kota Raya melaksanakan kerjasama dengan pihak petani penangkar
'"-'

untuk menghasilkan benih dan kemudiaan di prosessing di unit kerja tersebut.


Pihak Dinas Kabupaten telah memberikan bantuan alat prosessing benih dan
'--'

gudang

penyimpanan

kepada

setiap

UPTD.

Penangkar

di

Torue

juga

melaksanakan pola tersebut dengan anggota kelompoknya.


Penangkaran di Kabupaten Sigi khususnya di Kecamatan Dolo dan Palolo

menangkarkan benih dan kemudiaan hasilnya dibeli oleh perusahan benih (PT.
Pertani). Walaupun ada kesepakatan kerjasama akan tetapi sewaktu benih akan
dipanen bila harga yang ditawarkan tidak sesuai maka kesepakatan tersebut
akan batal. Calon benih yang dibeli dari petani untuk diolah menjadi benih oleh
perusahaan dihargai sebesar Rp. 2350,- - Rp. 3.000,-. PT Pertanihanya
mengambil calon benih dikarenakan kemampuan penangkar untuk mengolah
benih masih dirasakan kurang.
Kerjasama antara BBPT Pendere dan penangkar di MTS di Desa Kota
Rindau, Kecamatan Dolo sangat baik untuk dicontoh. Hal ini karena benih yang

33

telah selesai dikemas dengan kemasan dan label di tanggung pembeli dihargai
sebesar Rp. 4000/kg. BBU Sibowi merupakan penangkar plat merah yang
bertugas untuk menyebarkan benih di Kabupaten Sigi sedangkan BBTP Pendere
adalah penangkar benih dasar yang bertanggung jawab atas ketersediaan benih
untuk Provinsi Sulawesi Tengah.

5.8. Kerjasama dan Pemasaran Benih


Bentuk kerjasama antara penangkar benih dan perusahaan besar cukup
berjalan dengan baik. Hanya saja prosedur kerjasama yang ada tidak jelas dan
tidak secara tertu lis dalam surat perjanjian . Informasi ini diperoleh dari beberapa
petani penang kar. Petani juga dibebankan untuk menghasilkan benih bermutu
hingga

selesai

dikemas

dan

dibagikan.

Proses

sertifikasi

benih

yang

membutuhkan waktu minimal 1 bulan turut memberikan ketidakpastian bagi


penangkar apakah benih yang dihasilkan layak untuk di distribusikan. Semakin
jauh dari kantor utama/ Laboratorium BPSB maka waktu menunggu benih
menjadi lebih lama hingga mencapai 1,5 bulan.
Harga yang ditawarkan oleh Perusahaan swasta ke petani berkisar
Rp. 4000 - Rp. 4400,- untuk benih yang telah siap edar dan kemas. Harga calon
benih dinilai Rp. 2600,- - Rp. 3000,- bila gabah selesai dipanen. Keterbatasan
lokasi prosesing dan peralatan menjadikan perusahaan besar jhanya membeli
'--

benih dari penangkar. Setiap pertemuan dengan penangkar dan perusahaan


besar umumnya juga diketahui oleh petugas BPSB.
Pemasaran benih yang dihasilkan dari penangkaran saat ini relatif lebih
mudah dikarenakan ada kegiatan pengadaan BLBU. Akan tetapi karena BLBU
hanya

dilakukan

setiap

tahun

sekali

(semester

ke

dua)

menyebabkan

penangkaran dilakukan dimusim tanam sebelumnya yang iklimnya berbeda.


Resiko yang besar bagi penangkar bila melaksanakan penangkaran di semester
kedua dengan curah hujan cenderung tinggi dengan tidak adanya jaminan
pemasaran dari pihak pemerintah menyebabkan penangkaran tidak dilaksanakan
secara reguler. Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa pembayaran
benih yang dibeli dari penangkar sering kali terlambat atau dibayar secara
berangsur.

Hal ini menandakan perusahaan swasta masih kurang dapat

diandalkan dalam menjamin penyaluran benih yang diprogramkan.

34

Bentuk kerjasama yang kurang berpihak kepada penangkar ini sebaiknya


diubah. Hal ini dikarenakan kerugian petani dalam biaya prosesing dan waktu
menunggu hasil produksi bila ternyata benih yang dihasilkan tidak layak menjadi
benih. Pola kerjasama antara penangkar dan perusahan besar sebaiknya.

Perjanjian kerjasama ditulis diatas surat perjanjian kerjasama yang


tercantum tentang kesepakatan antara kedua pihak.

Pinjaman saran produksi (saprodi) yang diberika ke petani berupa pupuk,


benih dan pestisida bila diperlukan tanpa beban bunga dilengkapi surat
pengakuan hutang.

Harga rata-rata pembelian calon benih atau benih sebaiknya 5% diatas


harga pasaran ben ih dan tetap memperhatikan harga beras.

Beberapa

surat-surat

yang

harus

ada

seperti

surat

permohonan

kerjasama, surat perjanjian kerjasama, surat permohonan krefir saprodi


(bila perlu), surat pengakuan hutang, berita acara negosiasi harga benih
antara petani dan kelompok tani dan kartu jadwal aplikasi saprodi dan
catatan hama dengan pengendaliannya.

.........

Agar resiko dari keduanya tidak besar maka perjanjian kerjasama dengan
sistem bagi hasil juga dapat dilakukan yaitu hasil produksi dalam bentuk
gabah kering panen dari lahan tersebut dikurangi dengan total biaya
produksi atau sarana produksi pertanian yang diberikan oleh perusahaan

'---'

yang kemudiaan hasilnya dibagi atas 70% untuk petani dan 30% untuk
perusahaan bila dijual dalam bentuk calon benih. Petani tetap diberikan
L

'

target bahwa produksi harus diatas 4 ton/ha benih. Bila ada kelebihan
benih dapat dijual sesuai dengan harga benih di pasaran.
Dari kerjasama ini perusahaan besar mendapatkan jaminan suplai bahan
baku bagi industri benih, sehingga perusahaan dapat terus berproduksi.
Sedangkan petani dalam kerjasama ini, mendapatkan keuntungan secara materiil
berupa pendapatan dengan modal awal yang kecil dan selalu bersemangat
menggarap lahannya (Adibya, 2008).
Peran serta pihak ketiga seperti PT. Pertani dan PT. Shang Hyang Seri
~

diharapkan

menjadi

mitra dalam jaminan pemasaran. Akan tetapi tetap

diperlukan penetapan harga dasar benih agar penangkar memperoleh kepastian


harga. Hal ini dikarenakan sering kali pihak ketiga tidak memberikan harga yang

35

sesuai bila pihak pemerintah daerah kurang mendorong pihak ketiga menyerap
benih yang dihasilkan penangkar di Kabupaten.

5.9. Alur benih


Pemerintah mengatur sistem alur perbanyakan benih sebagai alur
generasi tunggal (one generation flow) dan kewenangan instansi/lembaga yang
bertanggungjawab terhadap proses produksi agar ketersediaan benih terjaga.
Pada gambar 5 disajikan peran dan alur benih yang diatur pemerintah.

Puslitbang
Komoditas

_ ~
0s\_ r
- ~
.

~--~
,
~

--~t

'
Gambar 7. Peran dan alur benih yang diatur pemerintah.

.........

Akan tetapi alur benih tersebut sering kali terjadi penyimpangan alur
benih ideal karena terjadi beberapa faktor seperti benih pokok (FS) yang
ditangkarkan oleh kelompok tani dikarenakan tidak lolos benih didistribusikan
terbatas ke petani. Ada beberapa petani yang membeli langsung benih kelas
pokok (FS) ke BBI di pulau Jawa. Serta ada beberapa penangkaran yang tumbuh
dikarenakan program pemerintah seperti UPBS BPTP, penangkaran hasil kegiatan
pengkajian dan lainnya. Gambar 8 disajikan alur benih yang terjadi di Sulawesi
Tengah.

36

-~

Puslitbang
Komoditas

~
~

BPTP'/BBTP}BBI '~
"

~"

'

1'

:..-

er=-:"tk.~

r Penangkar
( Benih Kegiatan
Diseminas/Pengkajian

SS/~ _ .
~

~~

;,:;:~~:..~lll!
.,m
--~!i~
: _

---

.- -

Gambar 8 Arus lintas benih yang terjadi di Sulawesi Tengah

5.9. Ujicoba/Demonstrasi Plot penangkaran padi sawah, jagung dan


kedelai.
Uji coba penangkaran benih padi sawah telah dilakukan di Desa
Lumbutarombo, Kabupaten Donggala bekerjasama dengan Kelompok Tani
Sukses. Luas penangkaran 1 Ha (demplot), 0,5 Ha dan 0,25 Ha (petani) serta
mendampingi seluas

10 Ha (milik kelompok dan

program

Feati 2010).

Penanaman dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus 2010 dan telah dipanen di


tanggal 11 November 2010. Hasil ubinan gabah kering panen diperoleh 8,9
ton/ha dan bila diprediksikan menjadi benih sebesar 6,66 ton/ha. Kegiatan
penangkaran padi sawah menggunakan benih Inpari 8 dari BB Padi. Benih Inpari
dipilih dikarenakan termasuk benih baru dengan kemampuan produksi lebih
tinggi dari benih padi lainnya dan waktu produksi di bawah 110 hari.
Selama kegiatan tidak ditemui kendala hama dan penyakit. Namun yang
yang ada disekitar lokasi ada tanaman yang terserang tungro. Pada kegiatan
penangkaran sebelumnya tanaman

diserang dan kena banjir, sehingga gagal

benih. Untuk itu dianjurkan aktifkan pengamatan hama dan penyakit sebelum
serangan

melampaui ambang

kendalL

Gagal

benih

karena

banjir dapat

diantisipasi dengan waktu tanam yang tepat sehingga panen tidak pada musim
hujan, sebaiknya tanam padi pada bulan Oktober - Maret.
'--

Penangkaran jagung dan kedelai dilakukan di lahan kering di Desa


Labuan, Kecamatan Donggala dengan melibatkan satu kelompok tani. Kelompok

37
~

tani tersebut telah menjadi binaan BPTP dalam penyediaan benih jagung, sejak
tahun 2009. Jagung varietas Bisma, dengan kelas benih FS , ditanam pada
bulan Agustus 2010, dengan luas pertanaman 1 ha, panen diperkirakan
pertengahan

Nopember 2010. Selama pertanaman

hama dan penyakit tidak

menjadi masalah. Namun gaga! benih pernah terjadi disebabkan karena banjir.
Permasalahan gaga! benih karena banjir dapat diantisipasi dengan pengaturan
waktu tanam. Hasil demplot jagung bisma diperkirakan sekitar 3 ton benih/ha.
Demplot kedelai telah dilakukan penanaman pada bulan Agustus 2010,
saat ini tanaman berumur 82 hari. Kedelai yang di tanam yaitu kelas FS varietas
Anjasmoro seluas 1 Ha. Berdasarkan deskripsi umur polong siap panen berumur
92 hari. Selama pertanaman terdapat serangan Bemisia tabaci atau kutu kebul
sehingga pucuk tanaman keras dan kaku sampai 70-80%. Akan tetapi tidak
sampai menyebabkan daun kering/ mati dikarenakan diantisipasi dengan
penyemprotan deltametrin.
Tanaman kedelai juga mengalami kahat kalium dan magnesium. Padahal
dosis anjuran untuk tanaman kedelai telah diberikan yaitu Ponska dengan dosis
'--

200 kg/Ha. Lahan yang digunakan di demplot adalah bekas jagung yang
ditanami sebanyak 13 kali dengan sistim tanaman tanpa olah tanah (TOT). Hal
ini yang menyebabkan terjadi kahat tersebut. Hasil benih diperkirakan sebanyak
1,6 ton benih.
Sebagian benih padi, jagung dan kedelai yang dihasilkan rencananya
akan dibagikan

ke

beberapa

Kabupaten

yang

bersedia

mengembangkan

penangkaran benih. Setiap kabupaten akan diberikan 25 kg benih padi, 15 kg


benih jagung dan 10 kg benih kedelai. Kelas benih padi yang dihasilkan adalah
'--

kelas benih pokok (SS) yang bila ditangkarkan kembali menjadi benih sebar
maka akan tersedia benih Inpari 8 di petani sebanyak 20 ton.

5.10. Analisis usaha penangkar


Analisis penangkaran ini dilakukan untuk mengetahui kondisi yang paling
sesuai luasan penangkaran dan mengetahui penerimaan petani dalam usaha
penangkaran. Analisis usaha ini berdasarkan hasil wawancara beberapa petani
penangkar binaan. Salah seorang petani di Desa Lumbutarombo mengungkapkan
...__,

bahwa hasil produksi yang dijadikan benih hanya 60% dan sisanya dikonsumsi.

38

Pada Tabel 5.13 disajikan analisis usahatani penangkaran seluas 0,5 Ha bila hasil
produksi dijadikan benih dan beras.
Tabel 5.13.

Analisis usahatani penangkaran seluas 0,5 Ha bila dijadikan benih

dan beras.

Uraian
Sarana Produksi
Benih (kg)
Pupuk Urea (kg)
Pupuk NPK (kq)
Herbisida (It)
Insektisida (bungkus)
Racun Tikus
Racun Keong
Tenaga Kerja
Pengolahan Lahan
(borongan/ha)
Pembersihan Pematang
(HOK)
Persemaian (HOK)
Tanam (HOK)
Penyiangan (HOK)
Penyemprotan (HOK)
Ragging (HOK)
Pan en
Sabit (HOK)
Rontok (Borongan
/0 5 HOK)
Penjemuran
(borongan/HOK)
Sortasi (Rp/kg)
Sertfikasi dan Pelabelan
Gilingan
Total Biaya
Produksi
Benih (kg)
Beras (kg)
Penerimaan
Benih
Beras
Total Penerimaan
Keuntungan
B/C

BENIH
Harga
Satuan I Nilai

Satuan
15
100
150
2 1

5 000
1,600
2 300
35 000

75,000
160,000
345 000
70 000

BERAS

j Harga

Satuan
I
15
100
150
2

Satuan

Nilai

I
5,000
1600
2 300
35 000

75 000
160 000
345 000
70,000

3 1

5,000

15,000

50,000

50,000

I
15,000 I

5,000

50,000

50,000

0.50

800,000

400,000

0.50

800,000

400 000

2.00
1.00
17
2

35 000
35 000
35,000
35,000

70 000
35 000
595 000
70,000

2.00
1.00
17
2

35 000
35 000
35 000
35,000

70 000
35 000
595 000
70,000

0.50
4.00

35,000
35,000

17,500
140,000

0.50

35,000

17,500

3.00

35 000

105 000

3.00

35 000

105 000

250

2,500

625 000

250

2,500

625,000

0.50
3,017
3,017

67 500
65
30

33 750
196,083
90 500

0.50

67 500

33 750

100

5_{600

560 000
3,226 250

1800

5500

3 092,833
1800
720

4500
5500
8.100.000
3.960.000
12.060.000
8 968 750
2.901

9.900.000
9.900.000
6,673 750
2.068

Pada Tabel 5.13 diketahui bahwa penangkar mempunyai keuntungan


yang lebih tinggi bila mengusahakan jadi benih. Nilai MBCR dari perubahan beras

39

menjadi benih sesuai dengan perhitungan diatas adalah sebesar 0,83. Penangkar
tersebut memperoleh penambahan keuntungan sebesar Rp. 2,295,000 bila benih
terjual. Umumnya benih terjual selama 2 bulan. Bila dibandingkan analisis
usahatani benih padi sawah untuk setiap luasan yang berbeda diketahui bahwa
penangkar sebaiknya melakukan penangkaran pada luas area sebesar 0.5 Ha
saja. Hal ini sesuai dengan perhitungan analisis usahatani di Tabel 5.14.

Tabel 5.14. Analisis usahatani benih padi sawah

pada luasana area 0,25 Ha;

0,5 Ha dan 1 Ha.


Luas Area 0,25 Ha

luas Area 0,5 Ha

Nila i (Rp )

Nilai (Rp)

luas Area 1 Ha

Sarana Produksi

650,000

715,000

Nila i (Rp)
1,250,000

Tenaga Kerja

855,000

1,327,500

2,252,500

Panen

611,750

1,048,750

2,002,500

2,116,750

3,091,250

Uraian

Total Biaya

5,505,000

Produktivitas
Benih (3000 x 4500)

6,300,000 .0

13,500,000

22,500,000

4,183,250

10,408,750

16,995,000

1.98

3.37

3.09

Keuntungan
B/C

Demplot padi sawah yang dikembangkan mempunyai hasil prediksi benih


sebesar 6,66 ton. Bila dibandingkan dengan hasil usahatani di petani pada luasan
yang

sama

kenaikan

produksi sebesar 600

kg

setara

dengan

kenaikan

pendapatan milik petani sebesar 12,69%. Usahatani di lahan demplot jagung


juga di hitung dan disajikan pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Analisis usahatani jagung
No
A
1
2
3
4
5
6
7
8

B
1
2
3
3
4

Uraian
Saprodi
Benih (kq)
Saromil (bks)
Herbisida pratanam (liter)
Herbisida purnatanam (liter)
Phonska (kq)
Urea (kg)
Petroqanik (kq)
Kemasan (bh)
Tenaqa Kerja (HOK!Borongan)
Pengolahan Tanah
Penanaman
Pemupukan
Penyiangan
Pemupukan II
~

Unit

40

Satuan

Nilai

20
6
2
2
6
4
500
150

15,000
6,000
37,500
50 ,000
120,000
85 ,000
1,000
2,500

300,000
36,000
75,000
100,000
720,000
340,000
500,000
375,000

3
10
10
2
5

35 ,000
35 ,000
35 ,000
40 ,000
35 ,000

105,000
350,000
350,000
80,000
175,000

5
6
7

8
9
10
11
12

D
1
2

Panen
Pengangkutan
Penaeringan
Pemipilan
Penvortiran
Penqawasan
Sertifikasi
Penqepakan
Sewa Tanah
Jumlah A+B+C
Penerimaan
Benih (kaT
Konsumsi (ka)
Jumlah D
Keuntungan
RIC
8/C

Nilai

Satuan

Unit
Borongan
Borongan
Borongan
Borongan
Boronqan

Uraian

No

850 .000
25o,ooo
25o,ooo
3oo.ooo
900 ,000

I
I

I
I

I
I
2

35,QQ0

3,000
2,000

5,ooo
1,750

I
i

I
I
!

850,000
250,000
250,000
300,000
900 ,000
30,000
37,500
70 ,000
1.500,000
7,693,500
15,000,000
3,500 ,000

18,500,000
10,806,500
2.40
1.40

Berdasarkan pada Tabel 5.15 didapatkan bahwa ni lai R/C budidaya jagung
untuk benih 2.4. Jika komponen-komponen biaya untuk kegiatan perbenihan
dihilangkan

(sortil,

pengawasan,

sertifikasi,

label,

kemasan)

maka

biaya

usahataninya akan turun menjadi 6,281,000 tetapi harga jualnya disetarakan


dengan jagung konsumsi menjadi 8,750,000, sehingga nilai R/C-nya menjadi
1.39. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa penangkaran jagung seluas 1 ha lebih
menguntungkan dibandingkan dibudidayakan untuk konsumsi.

Tabel 5.16. Analisis usahatani kedelai


No
A
1
2
3
4

5
6
7

8
B
1
2
3
3
4
5
6
7
8
9

Uraian
Saprodi
Benih (kg)
Petroganik (kg)
Phonska (kg)
Noxon (liter)
PPC (liter)
Decis (liter)
Rudal (liter)
Kemasan (bh)
Tenaga Kerja (HOK!Borongan)
Pengolahan Tanah
Penanaman
Pemupukan
Penyiangan
Pemupukan II
Penyemprotan PPC
Penyemprotan Decis
Penyemprotan Rudal
Panen
Pengangkutan

Unit
50
500
200
4
2
1
1
100

Borongan
20
2
4
2

4
4
4
Borongan
Borongan

41

Satuan

Nilai

15,000
1,000
2,400
50,000
22,500
285,000
80 ,000
2,500

750,000
500,000
480,000
200,000
45,000
285,000
80,000
250,000

600 ,000
35,000
35 ,000
40 ,000
35 ,000
35 ,000
35 ,000
35 ,000
1,000,000
100,000

600,000
700,000
70,000
160,000
70,000
140,000
140,000
140,000
1,000,000
100,000

Uraian

No
10
11
12
13

Satuan

Unit

Pengeringan
Pengawasan
Sertifikasi
Pengepakan
Sewa Tanah

35 ,000
20,000

35,000

Borongan

Nilai
35.000 I
20,000
25,000
70,000
1,500 ,000

7,360,000

Jumlah A+B+C
D

Penerimaan
1 Benih (kg)
2 Konsumsi (kg)

2,000
200

1o.ooo
8,000

Jumlah D
Keuntungan
RIC
B/C

20 .000,000
1.600 .000

21 ,600,000
14,24o,ooo
2.93
1.93

I
I

Berdasarkan pada Tabel 5.16 didapatkan bahwa nilai R/C budidaya jagung
untuk benih 2.93. Jika komponen-komponen biaya untuk keg iatan perbenihan
dihilangkan

(sortil,

pengawasan,

sertifikasi,

usahataninya akan turun menjadi 6,995,000

label,

kemasan)

maka biaya

tetapi harga jualnya disetarakan

dengan jagung konsumsi menjadi 17,600,000, sehingga nilai R/C-nya menjadi


2.52. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa penangkaran jagung seluas 1 ha lebih
menguntungkan dibandingkan dibudidayakan untuk konsumsi.

5.11. Analisis Sistem Perbenihan


Berdasarkan

Kondisi

perbenihan

yang

ada

diatas

perlu

dilakukan

perbaikan sistem yang mungkin bisa dilakukan:

1. Perbaikan Pola Kerjasama Penangkar dan Pihak Ketiga


Telah berjalan sistim perbenihan di beberapa Kabupaten dan kegiatan
bantuan langsung benih unggul turut mengembangkan penangkar yang
ada di Kabupaten. Akan tetapi penangkar yang ada hanya berdasarkan
permintaan dari pihak pemerintah daerah dan pihak ketiga dengan pola
kemitraan yang kadangkala tidak seimbang seperti harga benih tidak
disepakati dan pembayaran tidak langsung.
Pola kerjasama antara penangkar dan perusahan besar sebaiknya.

Perjanjian kerjasama ditulis diatas surat perjanjian kerjasama yang


tercantum tentang kesepakatan antara kedua pihak.

Pinjaman saran produksi (saprodi) yang diberika ke petani berupa


pupuk, benih dan pestisida bila diperlukan tanpa beban bunga
dilengkapi surat pengakuan hutang.

42

Harga rata-rata pembelian calon benih atau benih sebaiknya 5%


diatas harga pasaran benih dan tetap memperhatikan harga beras.

Beberapa surat-surat yang harus ada seperti surat permohonan


kerjasama, surat perjanjian kerjasama, surat permohonan krefir
saprodi

(bila

perlu),

surat pengakuan

hutang,

berita acara

negosiasi harga benih antara petani dan kelompok tani dan kartu
jadwal aplikasi saprodi dan catatan hama dengan pengendaliannya.

Agar resiko dari keduanya tidak besar maka perjanjian kerjasama


dengan sistem bagi hasil juga dapat dilakukan yaitu hasil produksi
dalam bentuk gabah kering panen dari lahan tersebut dikurangi
dengan total biaya produksi atau sarana produksi pertanian yang
diberikan oleh perusahaan yang kemudiaan hasilnya dibagi atas
70% untuk petani dan 30% untuk perusahaan bi la dijual dalam
bentuk calon benih. Petani tetap diberikan target bahwa produksi
harus diatas 4 ton/ha benih. Bila ada kelebihan benih dapat dijual
sesuai dengan harga benih di pasaran.

2. Perbaikan

Pola

Pembinaan

Pemerintah

daerah

(BBI/U)

terhadap

Penangkar disekitarnya.
Pihak BBI yang seharusnya menangkarkan secara kontinue kurang
berjalan dikarenakan tidak di kelola secara profesional padahal pihak BBI
menjadi pihak pensuplai benih yang akan di tangkarkan oleh petani
penangkar di desa sasaran BLBU.
Pihak BBI harus tetap menangkarkan 2-4 varietas unggul baru di musim
semester kedua. Bila perlu mengadakan suatu gelar benih di waktu panen
dengan mengundang pengurus kelompok tani setiap tahunnya. Pola
UPTD di Kabupatn Parigi Moutong juga dapat menjadi contoh tentang
pola pembinaan pemerintah daerah terhadap petani penangkaran.

3. Pengembangan Penangkaran Komunal.


Apabila di suatu daerah tidak ada BBI yang berjalan dengan baik maka
sebaiknya penangkaran komunal dilakukan dengan melibatkan petani
penangkar.

Berdasarkan

analisis

usaha

penangkar

luas

usaha

penangkaran 0,25 Ha masih dapat dinilai layak untuk dikembangkan.

43

Petani yang umumnya di Sulawesi Tengah mempunyai lahan seluas 0,5 1 Ha baik milik sendiri maupun sewa. Penangkar komunal tidak
dibebankan untuk menjadikan seluruh lahan miliknya menjadi benih. Akan
tetapi tetap ada gabah yang diolah menjadi beras.
Berdasarkan perhitungan bila dalam satu kelompok tani terdapat 25
orang anggota dengan luasan 25 hektar sawah (Sesuai 1 unit SL PTT)
maka dibutuhkan seorang penangkar komunal dengan luas sawah
sebesar 0,25 Ha. Hal ini dikarenakan produksi benih untuk 0,25 ha dapat
mencapai 500- 1000 kg benih (kebutuhan benih 625 kg). Apabila dalam
satu desa terdapat beberapa kelompok tani, maka diperlukan setiap 25

'-'

hektar sawah seorang penangkar dengan luas tanam 0,25 Ha. Akan lebih
baik setiap penangkar menanam 2 varietas padi yang bermacam-macam
agar diperoleh berbagai pilihan petani dalam menangkarkan benih padi.

4. Perbaikan Proses Sertifikasi Benih dan Peraturan Perbenihan


Permasalahan selama ini pada proses sertifikasi di petani adalah lamanya
sertifikasi atau pelabelan dan harga di tingkat petani yang tidak standar.
Hal ini dikarenakan proses pengujian sampel benih hanya dilaksanakan di
Kantor Utama BPSB di Provinsi. Hal ini meneybabkan waktu menunggu
benih menjadi lama. Proses sertifikasi untuk daerah yang dekat dengan
kantor minimal membutuhkan 30 hari yaitu untuk masa dormin 15 hari
serta proses pengujian 15 hari. Waktu menunggu akan semakin lama bila
kabupaten semakin jauh dari kantor utama.
Solusi perbaikan adalah dengan membuat laboratorium pengujian di
beberapa lokasi seperti Wilayah Banggai dan Banggai Kepulauan serta
Morowali dengan membuka kantor pembantu di perbatasan Morowali dan
.___

Banggai. Wilayah Toli-toli dan buol, Pantai Barat dan Moutong dilayani
dengan membuka kantor/laboratorium pembantu di Kecamatan Sojol
(Kabupaten Donggala). Serta kantor utama melayani Kabupaten Sigi,
Kota Palu, Parigi Moutong, Poso dan Tojo Una-Una.
Untuk mendukung perkembangan penangkaran komunal bila masih dapat
dimungkinkan di revisi mengenai kemudahan bagi pengeluaran label oleh
petugas di tingkat Kabupaten sehingga mendukung kegiatan penangkaran
komunal. Label yang dikelaurakn oleh laboratorium pembantu tersebut

44

digunakan sangat terbatas dengan warna yang berbeda, pengujian


'--

laboratorium dilakukan di laboratorium pembantu dengan syarat yang


tidak memberatkan dan jangka waktu label hanya berkisar 1 bulan saja
dengan harga benih yang lebih murah .

........

.........

........

.._.

45

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Database penangkar benih di Sulawesi Tengah yang terkumpul terdapat


132 penangkar padi, 5 penangkar jagung dan 23 penangkar kedelai.
2.

Menginformasikan dan merekomendasikan kebutuhan benih padi sebesar


5.112 ton dengan kemampuan

penangkaran

1.547 ton.

Dari peta

Kecukupan benih padi hanya Kabupaten banggai yang di atas 60%.


Kebutuhan benih jagung sebesar 625 ton dan baru tercukupi 1.1 ton,
sedangkan kebutuhan benih kedelai sebesar 123 ton dan baru tercukupi 94
ton.
3. Merekomendasikan perbaikan sistem perbenihan dalam pola kerjasama
antara penangkar dan pihak ketiga, perbaikan pola pembinaan Pemerintah
daerah

(BBI/U)

terhadap

Penangkar

disekitarnya,

pengembangan

panangkaran komunal dan Perbaikan Proses Sertifikasi Benih dan

....

Peraturan Perbenihan.
4. Luasan penangkaran benih padi yang paling ekonomis seluas 0.5 ha .

..__

..__

..__

46

DAFTAR PUSTAKA

Adibya, Budut W. 2008. Benih : Kunci Sukses Agribisnis-Langkah Sang Hyang


Seri Menuju Kemandirian Pangan. Jakarta: Gibon Books.
Bad an Penelitian Padi, 2007. Inovasi Teknologi Untuk Pengembangan Padi.
Badan Penelitian Padi, Bogar
BPS, 2008. Statistik Luas Lahan Menurut Penggunaannya Sulawesi Tengah. BPS
Sulawesi Tengah, Palu.
Pedoman Umum Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan Tahun 2007.
Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan Direktorat
Perbenihan. Jakarta. 2007.
Kartasapoetra, Ance G. 2003. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntutan
Praktikum. Cetakan keempat, Jakarta: Rineka Cipta.
Mughnisjah, Wahyu Qamara.1995. Pengantar Produksi Benih. Cetakan Kedua.
Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada.
Sannang, Z., S. Bakri, L. Hutahean, A Muis, 2007. Laporan Prima Tani
Agroekosistem Lahan Sawah Semi Intensif di Kabupaten Parigi Moutong
tahun 2007. BPTP Sulawesi Tengah. Palu
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.1995. Metode Penelitian Survai. Edisi revisi
jcetakan kedua. Jakarta: Penerbit LP3ES.
Sitorus, Santun R.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Penerbit
AI fa beta
Suparyono dan Agus Setyono.1993. Padi. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Supranto. 2003. Metode Riset Aplikasinya dalam Pemasaran. Cetakan ketujuh.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Sutopo, Uta, 2002 Teknologi Benih Raja grafindo Persada Jakarta
Sutopo, Uta. 2004. Teknologi Benih. Cetakan keempat. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Wirawan, B dan Wahyuni S, 2003. Memproduksi Benih Bersertifikat Padi,


Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau.
Penebar Swadaya,
Jakarta.

'---

'--'

47

Lampiran 1
PETA PRODUKSI
BENIH PADI

uo

-"-

A
LEGENDA

...

Penangkar
Produksi Benih Padi (kg)
0<10000

D 1oooo- 5oooo

c::::::J

50000 - 100000
100000- 200000
200000 - 500000
>500000
Kabupaten

SKALA
70
120

1!0

132

13S

a~

'3'

1~1

c ..... t - - .

V""7

~-.J Jj

+ -

"'"'+

70 Ki

122

121

. .+

PETA PRODUKSI
BENIH JAGUNG

II

A
LEGENDA
Penangkar
Produksi Benih Jagung (kg)

CJO
1~1

~\

(MOrOW11Jt.;:~

~'

t"D~

0-1000
1000-10000
->10000

~~ -

~r-

SKALA

50

'--

Kabupaten.shp

50 Kilometers

PETA PRODUKSI
BENIH KEDELAI

+
'-

I I

+
+~(l +
-~- +....,+ T#una~~""":.~
+
+
....
+ +
+
0

'-

I I

+
+

~ \

+."il'-0

(MUf OW>II'-;_-

~~

1
+L
+tt
I I~+

Penangkar
Produksi Benih Kedelai (kg)
'iL

1-J, -

500
500-2000
2000 - 20000
>20000
Kabupaten

+ ~~

SKALA

1 1 5~

"'

LEGENDA

<;,
'--

50 Kilometers

PETA SEBARAN
LUAS PENANGKAR PADI

1!0

A
LEGENDA

'-'

Lokasi Penangkar
Luas Penangkaran Padi (ha)

EH-5o
D 5o-1oo

~ 100-150

-o

150-200
-200-250
- 2 5 0 - 300
-300-350
->350

SKALA
70

l"""'"'l

70 Kilometers

PETA SEBARAN
LUAS PENANGKAR JAGUNG

Tt-

J!Jo:~
T.li

+ ~ ..fi._::-)$1)

Suo

.~-

+ ..

+
0

'

ll

LEGENDA
Penangkar
Luas Penangkaran Jagung (ha)

-~-1

f""""W11"-;:-

~ \

....

-~'-

"o'-6

~~

SKALA

<>

11 ~

,.

~~
&:~'!.lf::: 'U"

ozu

~ \

/~+
(MOf~'\:~

+
,.,

50 Kilometers

.,.t-

PETA SEBARAN
LUAS PENANGKAR KEDELAI

F'6~

~'-

+ .'

- ~-

+
0

~r5

121

hJ,

-1-10
> 10
D Kabupaten

ll

+ hi.

LEGENDA
Penangkar
Luas Penangkaran Kedelal (ha)
CJO
00-1
-1-5
-5-10
->10
CJ Kabupaten

+~~

SKALA

<>

I
123

1..

50

50 Kilometers

..

~
- +

+
0

.~

PETA KECUKUPAN
PRODUKSI BENIH PADI

~~

II

LEGENDA

Penangkar
Kecukupan Benih (%)

I ~

-..-

~\

-f. "'6'0

lg-10
-10-25
hi. -25-50

~>50

Kabupaten

,..

~ ....

SKALA

...
1

1~1

12!

153

124

120

~~r.r:t.:'"""

{~J

"""+

liP""--) \

II

/~+

0
0-10
10-25
hi. iiiii > 25

~-

+ ( Moroww'\:-

F'6't.

70

PETA KECUKUPAN
PRODUKSI BENIH JAGUNG

+
0

I I 70

121

1~0

~~

LEGENDA
Penangkar
Kecukupan Benih Jagung (%)

Kabupaten

.... _

~{

[~
SKALA

50

50 Kilometers

~~

1 I

1!0

I 3

I 4

uo~~f-

+ -

0~~
.-.!l.

PETA KECUKUPAN
PRODUKSI BENIH KEDELAI

II

..

ll

LEGENDA
Penangkar
Kecukupan Benih Kedelai (%)

B~-50

( MOrO'I'f1ll' - -

~\

t- "[)'-,1,

.J..

-50-100
hi. -100-200
~>200

Kabupaten

+~~

~~----

SKALA

"0
1!0

I !!

1!1

1!0

121

.i.

.._>;..,UJ

~-;;-I/

_,

...
-

:n... +

60 Kilometers

II 60

_..~-.~r

123

lfl:4

PETA SENTRA
PRODUKSI PADI

II

..

LEGENDA
Penangkar
Kabupaten
Kecamatan Sentra Padi (ha)
> 3000 ha
1111 1000-3000 ha
< 1000 ha

,....~,.:;;p

...

~.._

122

'i-"\'

r:=J

SKALA
40
123

1 24

40

80 Kilometers

,,

,,

,,

"'

"'
~

-,.-

PETASENTRA
TANAMANJAGUNG

'"

+n
N

. .; r

l ~

c.,-._

' ~v~-.

~.
'-: .
- . . ~\ \+

.....

=--t'....

+~~GENOA

Penangkar
Kabupaten
Kecamatan Sentra Jagung (ha)
r :::: > 500 ha
1'111 250-500 ha

<250ha

+
SKALA

,,,

'"

'"

1!0

--

II

1!1

1!0

.....

1!!

n+

, . \ ."'1""5

121

'

"'

1!3

,..

40 Kilometers

PETASENTRA
TANAMAN KEDELAI

1 1

"+

,,

123

122

40

-'-

....

LEGENDA

Penangkar
Kabupaten
Kecamatan Sentra Kedelai (ha)
c] >500ha
111 250-500 ha

...

t!."''

<250 ha

SKALA

,....... ,
122

123

60

124

60

120

IY1303>1.l0ldW30

IO't;fd .lOldW30

NV.l'II~3>1

ISV.lN3Wn>IOO

~Nn~vr ~OldW3a

You might also like