You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN KEBUTUHAN SEKSUALITAS

I.

KONSEP TEORI
A. Pengertian
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memperhatikan dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal
balik antara kedua individu tersebut. (A. Alimul Aziz H., 2006)
B. Tinjauan seksual dari beberapa aspek
Makna seksual dapat ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya:
1. Aspek biologis. Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan
anantomi dan fisiologi dari sistem reproduksi (seksual),kemampuan organ
seks, dan adanya hormonal serta sistem saraf yang berfungsi atau
berhubungan dengan kebutuhan seksual.
2. Aspek psikologis. Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas
jenis kelamin,sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap kesadaran
identitasnya,serta memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri
yang lain.
3. Aspek sosial budaya. Aspek ini merupakan pandangan budaya atau
keyakinan yang berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta
perilakunya di masyarakat.
C. Perkembangan seksual
Perkembangan seksual diawali dari masa pranatal dan bayi,kanakkanak,masa pubertas,masa dewasa muda dan pertengahan umur serta
dewasa.
1. Masa pranatal dan bayi
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai
berkembang.berkembangnya organ seksual mampu merespon
rangsangan,seperti adanya ereksi penis pada laki-laki dan adanya
pelumas vagina pada wanita. Menurut sigmund Freud tahap
perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah:

a. Tahap oral,terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan,kesenangan,atau


kenikmatan dapat dicapai dengan cara
menghisa,menggigit,mengunyah,atau bersuara.
b. Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini
terjadi pada saat pengeluaran feces. Anak mulai menunjukkan
kelakuannya,sikapnya sangat narsistik(cinta terhadap diri sendiri),dan
egois. Pada tahap ini anak sudah dapat dilatih dalam hal kebersihan.
2. Masa kanak-kanak
a. Todler (1-3 tahun)
1) Identitas gender berkembang secara kontinu
2) Mampu mengidentifikasi gender diri sendiri
3) Mulai menirukan tindakan orang tua yang berjenis kelamin sama.
Misalnya berinteraksi dengan boneka, pakaian yang dipakai
b. Pre school (4-5 tahun)
1) Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat
2) Mengeksplorasi anggota tubuh sendiri dan teman bermain
3) Mempelajari nama anggota tubuh dengan benar
4) 5-Point Star: 3Belajar mengendalikan perasaan dan tingkah laku
5) Menyukai orang tua yang berbeda jenis
6) Mempertanyakan mengenai bagaimana seorang bayi bisa ada
c. School age (6-12 tahun)
1) Mempunyai identifikasi yang kuat dengan orang tua yang berjenis
kelamin sama (mis. Anak perempuan dengan ibu)
2) Senang berteman dengan sesama jenis
3) Kesadaran diri meningkat
4) Mempelajari konsep dan peran gender
5) Mulai menyukai hal yang bersifat pribadi, modis
6) Sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan perilaku seksual,
menstruasi, reproduksi, seksualitas.
3. Remaja (12-18 tahun)
a. Karakteristik seks mulai berkembang
b. Mulai terjadi menstruasi
c. Mengembangkan hubungan yang menyenangkan
d. Dapat terjadi aktivitas seksual, mis.masturbasi
e. Mengidentifikasi orientasi seksual (homoseks/heteroseks)
f. Mencari perawatan kesehatan tanpa ditemani orang tua
4. Dewasa awal (18-40 tahun)
a. Terjadi aktivitas seksual
b. Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut telah kuat
c. Beberapa pasangan berbagi tugas : keuangan, pekerjaan rumah
tangga
d. Mengalami ancaman terhadap body image akibat penuaan
5. Dewasa tengah (40-65 tahun)
a. Penurunan produksi hormon
b. Wanita mengalmi menopouse (umumnya usia 40-55 tahun)
c. Laki-laki mengalami klimakterium secara bertahap

d. Mulai memperkokoh standar moral dan etik


6. Dewasa Akhir (65 tahun ke atas)
a. Aktivitas seksual lebih berkurang
b. Sekresi vagina berkurang, peyudara mengalami atropi
c. Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan perlu waktu lebih
lama untuk dapat ereksi dan ejakulasi
D. Penyimpangan seksual pada orang dewasa
1. Transeksualisme
Bentuk penyimpangan seksual ditandai dengan perasaan tidak senang
terhadap alat kelaminnya,adanya keinginn untuk berganti kelamin.
2. Pedofilia
Kepuasan seksual ini dicapai dengan menggunakan objek anak-anak.
Penyimpangan ini ditandai dengan adanya fantasi berhubungan dengan
anak

dibawah

pubertas.disebabkan

karena

kelainan

mental(skizofrenia,gangguan kepribadian organik).


3. Eksibisionisme
Kepuasan seksual dicapai dengan cara mempertontonkan alat kelamin di
depan umum.
4. Fetisisme
Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan benda seks (pakaian
dalam,stocking,dll).disebabkan oleh bedah pergantian kelamin.
5. Transvestisme
Kepuasan seksul dicapai dengan memakai pakaian lawan jenis dan
melakukanperan seks yang berlawanan(pria yang senang menggunakan
pakaian dalam wanita).
6. Voyerisme/ skopofilia
Kepuasan seksual dicapai

dengan

melihat

alat

kelamin

orang

lain/aktivitas seksual orang lain.


7. Masokisme
Kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan/ disakiti terlebih dahulu
secara fisik/psikologi.
8. Sadisme
Kepuasan seksual dicapai dengan menyakiti objeknya,baik secara fisik/
psikologis(menyiksa pasangan). Disebabkan karena perkosaan dan
pendidikan yang salah.
9. Homoseksual dan lesbianisme
Penyimpangan seksual yang ditandai dengan ketertarikan secara fisik
maupun emosi kepada sesama jenis.
10. Zoofilia
Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek binatang.
11. Sodomi
Kepuasan seksual dicapai dengan hubungan melalui anus.
12. Nekropilia

Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek mayat.


13. Koprofilia
Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek feces.
14. Urolagnia
Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan urine yang diminum.
15. Oral seks/ kunilingus
Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin
wanita.
16. Felaksio
Kepuasan seksual dicapai dengan mulut pada alat kelamin laki-laki.
17. Froterisme/ friksionisme
Kepuasan seksual dicapai dengan menggosokkan penis pada pantat
wanita/ badan yang berpakaian di tempat yang penuh sesak manusia.
18. Goronto
Kepuasan seksual dicapai melalui hubungan dengan lansia.
19. Frottage
Kepuasan seksual dicapai dengan meraba orang yang disenangi tanpa
diketahui lawan jenis.
20. Pornografi
Gambar/ tulisan yang dibuat secara khusus untuk memberi rangsangan
seksual (maramis WF,2004).
E. Bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan seksual abnormal
Beberapa bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan seksual abnormal
antara lain:
1. Prostitusi
Bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak
wajar dan tidak terintegrasi dalam kepribadian, sehingga relasi seks
bersifat impersonal, tanpa adanya emosi yang berlangsung cepat,tanpa
adanya orgasme pada wanita.
2. Perzinahan
Bentuk relasi seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan suami/ istri.
3. Frigiditas
Merupakan ketidakmampuan wanita mengalami hasrat seksual/ orgasme
selama senggama.faktor yang menyebabkan karena adanya kelainan
dalam rahim, adanya hubungan yang tidak baik dengan suami,rasa
cemas,takut,bersalah.
4. Impotensi
Ketidakmampuan
pria

untuk

melakukan

relasi

seks

atau

mempertahankan ereksi.disebabkan oleh faktor psikologis(kecemasan,


pengalaman buruk masa lalu, persepsi seks yang salah).
5. Ejakulasi prematur
Merupakan kondisi dimana terjadinya pembuangan sperma yang terlalu
dini sebelum zakar melakukan penetrasi dalam liang senggama.
6. Vaginismus

Peristiwa yang ditandai dengan kejang yang berupa penegangan yang


sangat menyakitkan pada vagina sehingga penis terjepit dan tidak bisa
keluar. Disebabkan karena kelainan organis dan psikologis (ketakutan).
7. Dispareunia
Keadaan yang ditandai dengan timbulnya kesulitan melakukan
senggama. Kejadian ini terjadi pada saat sperma keluar karena
kurangnya cairan vagina.
8. Anorgasme
Kondisi kegagalan dalam mencapai klimaks dalam bersenggama
biasanya bersifat psikis ditandai dengan pengeluaran sperma tanpa
mengalami puncak kepuasan.
9. Kesukaran koitis pertama
Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan diantara pasangan
saat melakukan koitus pertama.
F. Siklus respon seksual
1. Tahap suka cita
Merupakan tahap awal dalam respon sesuai pada wanita ditandai
dengan banyaknya lendir pada daerah vagina, sedangkan pada lakilaki ditandai dengan ereksi pada penis dan penebalan pada skrotum.
2. Tahap kestabilan
Pada tahap ini wanita mengalami retraksi dibawah klitoris serta
meningkatnya otot-otot pernapasan. Pada laki-laki ditandai dengan
meningkatnya ukuran glan panis dan tekanan otot pernapasan.
3. Tahap orgasme atau puncak
Pada wanita ditandai dengan adanya kontraksi yang tidak sengaja
dari uterus, uretra, terjadi hiperfentilasi dan meningkatnya denyut
nadi. Sedang pada laki-laki ditandai dengan relaksasi pada sfingter
kandung kemih, hiperfentilasi, meningkatnya denyut nadi.
4. Tahap resolusi atau peredaan
Pada wanita ditandai dengan relaksasi dinding vagina secara
berangsur-angsur, serta otot-ototberangsur kembali normal. Sedang
pada laki-laki ditandai dengan menurunnya denyut pernapasan dan
denyut nadi,serta melemasnya otot penis.
G. Faktor-faktor yang memengaruhi masalah seksual
1. Tidak adanya panutan atau roll model.
2. Gangguan struktur dan fungsi tubuh, seperti adanya trauma,

II.

kehamilan, atau abnormalitas anatomi genetalia.


3. Kurang pengetahuan mengenai masalah seksual.
4. Penganiayaan secara fisik
5. Adanya penyimpangan psikoseksual
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian ini adalah riwayat keperawatan , pemeriksaan fisik dan
pengkajian psikososial.

1. Pada riwayat keperawatan dapat diidentifikasi beberapa hal tentang


riwayat penyakit yang berhubungan dengan masalah seksual , seperti
penyakit diabetes kronis , adanya trauma pada alat genital , terjadi
peradangan dan adanya penyakit pada alat kelamin , seperti
HIV/AIDS , shipilis , atau berbagai penyakit yang dapat memengaruhi
seksual, seperti penyakit jantung yang dapat menimbulkan
kecemasan yang tinggi , trauma tulang belakang dan kondidsi
pembedahan perlu diperhatikan seperti amputasi kaki, pembedahan
daerah leher, masektomi, histerektomi, (pengangkatan rahim), eksisi
atau pembedahan pada vagiana dan orchidectomi atau pengangkatan
testis.
2. Pada pengkajian secara fisik dapat dikaji tentang berbagai informasi
pada sistem, atau keyakinan , seperti sistem saraf, kardiovaskuler,
indokrin, serta genitourinaria. Pada wanita dilakukan pengkajian
terhadap keadaan atau fisiologis dari haid.
3. Pengkajian riwayat psikososial, antara lain ada atau tidaknya riwayat
psikosoaial yang berhubungan dengan masalah seksual seperti
adanya trauma perkosaan, latar belakang budaya , atau keyakinan
dalam behubungan , atau yang lain, seperti sikap atau nilai yang di
anut dalam kehidupan serta pandangan terhadap seksual.
B. Diagnosa keperawatan
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan:
a. Ketiadaan model peran
b. Perubahan biopsikososial seksualitas
c. Defisiensi pengetahuan
d. Penganiayaan psikososial (misalnya, hubungan penuh kekerasan)
e. Konflik nilai
2. Ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan dengan:
a. Ketakutan mendapat infeksi menular seksual
b. Ketakutan terhadap kehamilan
3. Ketidakefektifan proses kehamilan melahirkan berhubungan dengan:
a. Kekerasan dalam rumah tangga
b. Kurang model peran yang tepat untuk menjadi orang tua
4. Risiko ketidakefektifan proses kehamilan-melahirkan
a. Kurang perencanaan kelahiran yang realistik
b. Kehamilan yang tidak diinginkan
5. Risiko gangguan hubungan ibu-janin
a. Gangguan transport oksigen (misalnya,anemia, penyakit jantung)
b. Penganiayaan fisik
C. Perencanaan dan Tindakan Keperawatan
Tahap perencanaan yang dilakukan adalah penentuan tujuan dari masalah yang
hendak di atasi dengan tujuan agar pasien mampu mempertahankan atau
menolong individu untuk mencapai integritas seksual serta dapat
mengembangkan kesadaran diri terhadap sikap, keyakinan dan pengetauan

tantang seksual, memahami berbagai informasi dan pendidikan seksual yang


akurat, mampu mengidentifikasi masalahseksual dan meningkatkan bodi image
serta harga diri pasien. Kemudian, rencana dan intervensi yang dapat dilakukan
adalah:
1. Memberikan pendidikan dan konseling tentang kebutuhan dan masalah
seksual
2.Mencegah isolasi seksula
3.Mengurangi dorongan seksual
4.Meningkatkan citra diri dan harga diri pasiaen
D. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah seksual secara umum dapat dinilai dari kemampuan
untuk melakukan hubungan seksual, percaya diri akan adanya kepuasan
hubungan seksual dan mampu mengekspresikan perasaan tentang kebutuhan
seksual, mampu meningkatkan fungsi peran serta konsep diri.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1.Jakarta:Salemba
Medika
Herdman, T.Heather.2012.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20122014.Jakarta : EGC
Wilkinson,Judith M.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.Jakarta:EGC

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN SEKSUAL

DISUSUN OLEH:

PRODI DIII
AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


2014

You might also like