You are on page 1of 2

Pada praktikum analisis farmasi ini dilakukan analisis zat aktif paracetamol dalam tablet

yang bertujuan untuk menetapkan kadar zat aktif (paracetamol) dalam tablet tunggal
paracetamol dengan menggunakan spektrofotometri Ultra Violet.
Prinsip yang digunakan ialah jika suatu molekul dikenai suatu radiasi ultraviolet pada
panjang gelombang yang sesuai, maka molekul tersebut akan mengabsorpsi cahaya UV yang
mengakibatkan transisi elektronik yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar
berenergi lemah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang saat
absorpsi yang terjadi bergantung pada kekuatan elektron yang terikat dalam molekul.
Analaisis dilakukan dengan menggunakan instrumen spektrofotometer UV. Paracetamol
mampu dianalisa dengan spektrofotometer UV dikarenakan larutan paracetamol bening, tidak
berwarna. Sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap
sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh
karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent
tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun karena
sampel berupa tablet maka diperlukan preparasi terlebih dulu sebelum pengukuran dapat
dilakukan.
Metode analisis yang digunakan yaitu metode standar adisi. Metode ini dipilih karena
sampel (tablet) tidak diketahui matriksnya (kandungan eksipien dalam tablet) yang dapat
menimbulkan matrix effect akibat banyaknya komponen dalam sampel yang akan memengaruhi
respon. Oleh karena itu, ditambahkan standar untuk meningkatkan respon instrumen terhadap
matriks lain dalam sampel.
Prosedur petama, dilakukan preparasi sampel berupa tablet paracetamol. Sebanyak 20
tablet paracetamol digerus hingga halus. Hal ini bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel
dan meningkatkan luas permukaan sampel sehingga proses pelarutan dapat berlangsung
sempurna dan tidak terbentuk endapan. Dalam pengukuran spektrofotometri UV tidak boleh ada
endapan karena endapan mencirikan bahwa konsentrasi larutan tidak homogen sehingga akan
menganggu proses pengukuran absorbansi dan memberikan kesalahan pada hasil absorbansi
yang didapat.
Kemudian serbuk paracetamol tersebut ditimbang seberat 25 mg, dimasukkan ke dalam
labu ukur 250 mL, ditambahkan aquadest hingga tanda batas, dikocok hingga serbuk larut
sempurna. Aquadest dipilih karena paracetamol bersifat larut dalam air. Penggunaan labu ukur
dimaksudkan agar tercapai volume larutan yang tepat sebab labu ukur memiliki ketelitian yang
cukup tinggi. Aqudest yang ditambahkan ke dalam labu ukur dilakukan dengan pipet volume
juga dikarenakan ketelitian alat yang tinggi sehingga diharapkan diperoleh larutan dengan
konsentrasi yang akurat. Pengujian ini bersifat kuantitatif, maka dari itu setiap prosedur harus
dilakukan secara teliti. Tablet paracetamol sampel satu tabletnya berbobot 600 mg dan dilihat
dari komposisinya tablet mengandung 500 mg paracetamol. Sehingga 25 mg paracetamol yang
dilarutkan dalam 250 mL aquadest memiliki konsentrasi sebesar 83,32 ppm. Larutan stok sampel
ini bening, tidak, berwarna, dan tidak terdapat endapan.
Setelah itu, pembuatan larutan baku paracetamol dilakukan dengan cara ditimbang
paracetamol BPFI ditimbang sebanyak 5 mg kemudian dilarutkan dalam 100 mL aquadest pada
labu ukur. Labu ukur dibolak balik agar paracetamol larut sempurna dan homogen sehingga tidak
terjadi kesalahan pengukuran absorbansi. Maka diperoleh larutan stok dengan konsentrasi 50
ppm, tidak berwarna, dan tidak terdapat endapan. Kemudian, disiapkan 4 buah labu ukur 25 mL.
Ke dalam setiap labu ukur dimasukkan 1 mL larutan stok sampel. Kemudian ke dalam labu ukur

secara berurutan dimulai dari labu I ditambahkan larutan stok standar sebanyak 0 mL; labu II 2
mL; labu III 4 mL; dan labu IV 6 mL. Kemudian di ad dengan aquadest hingga tanda batas, dan
dikocok agar homogen. Didapatkan larutan bening dalam setiap labu. Konsentrasi standar
paracetamol dalam masing-masing labu yaitu labu (I) 0 ppm, labu (II) 4 ppm, labu (III) 8 ppm,
dan labu (IV) 12 ppm.
Selanjutnya, disiapkan larutan blanko berupa pelarut sampel yaitu aquadest dalam beaker
glass. Blanko adalah larutan yang mempunyai perlakuan yang sama dengan analit tetapi tidak
mengandung komponen analit. Setelah itu, dilakukan pengukuran absorbansi dengan
spektrofotometri UV, larutan blanko diisikan ke dalam kuvet dan diukur absorbansinya. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan analit. Kemudian larutan
blanko dibuang dan kuvet dibersihkan lalu diisi dengan larutan dari labu (I) dengan konsentrasi
standar 0 ppm dan dibaca intensitas serapan yang terjadi pada spektrofotometer pada panjang
gelombang maksimal 245 nm. Pengukuran diulangi sebanyak tiga kali. Saat pengukuran,
dipastikan panjang gelombangnya 245 nm, karena panjang gelombang tersebut merupakan
panjang gelombang maksimum untuk paracetamol. Panjang gelombang maksimum dipilih
karena di sekitar panjang gelombang maksimum tersebut, bentuk kurva serapan adalah datar
sehingga hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dengan baik sehingga kesalahan yang ditimbulkan
panjang gelombang maksimum dapat diperkecil. Percobaan ini dilakukan tiga kali (triplo) untuk
meminimalisasi kesalahan pada hasil percobaan dan diperoleh hasil pengukuran yang valid.
Ketika cahaya dengan berbagai panjang gelombang (cahaya polikromatis) mengenai
suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam
suatu molekul yang memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang
ada hingga terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat
berpindah (eksitasi) jika dikenai suatu energi. Jika zat menyerap cahaya UV maka akan terjadi
perpindahan elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini
disebut transisi elektronik. Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur
konsentrasi suatu suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel
disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai
sampel sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.
Kemudian prosedur diulangi untuk labu ukur (II), (III), dan (IV) dengan konsentrasi
standar 4 ppm, 8 ppm, dan 12 ppm. Urutan pengeukuran ini dilakukan dari konsentrasi rendah ke
tinggi karena apabila kuvet tidak tercuci dengan benar maka tidak akan terlalu memengaruhi
pengukuran konsentrasi yang lebih tinggi dari pengukuran sebelumnya. Pengukuran absorbansi
dilakukan sebanyak tiga kali pada panjang gelombang maksimal yaitu 245 nm. Hasil absorbansi
dicatat kemudian dibuat kurva standar adisi untuk mengetahui konsentrasi paracetamol dalam
sampel tablet.
Dari hasil pengukuran, didapatkan masing-masing nilai absorbansi. Untuk 4ppm
didapatkan rata-rata absorbansi sebesar , 8 ppm sebesar , dan 12 ppm sebesar.Dari kurva
standar adisi ini, dapat dilakukan perhitungan untuk penetapan kadar paracetamol dalam sampel
obat.

You might also like