Professional Documents
Culture Documents
Kulon
Mencari Desa Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, tidaklah sulit. Dari pasar
Kecamatan Wonosari sekitar 15 kilometer ke arah Selatan. Setelah masuk Desa
Lombok Kulon langsung saja tanya nama Baidowi. Warga sekitar pasti langsung
menunjukkan rumah inisiator desa wisata Lombok Kulon tersebut.
Penasbihan desa wisata organik tak lepas dari upaya Baidowi mengembangkan
pertanian organik bersama petani Desa Lombok Kulon. Berbagai produk-produk
pertanian organik menjadi andalan desa wisata Lombok Kulon. Pengunjung yang
Salah satu tempat yang paling banyak, diminati pengunjung adalah rumah organik.
Di sini, pengunjung bisa mengetahui secara detail proses budidaya sayur organik.
Sekaligus bisa berbelanja langsung hasil produksi organik.
Di desa Lombok Kulon sendiri, sudah terdapat empat kampung yang warganya
sudah mengembangkan budidaya sayur-mayur organik.
Yang tak kalah menarik di desa wisata Lombok Kulon ini adalah pertanian padi
organik. Kini, petani Lombok Kulon adalah satu-satunya petani organik murni di
Bondowoso.
Pada 2013, hasil produksi beras mereka sudah mendapatkan sertifikasi organik dari
Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (Lessos).
Puas dengan pertanian organik pengunjung bisa melihat budidaya aneka ikan yang
juga menggunakan sistem organik. Ada berbagai jenis ikan yang dikembangkan
warga. Mulai dari koi, gurami, lele, patin hingga nila jenis larasati. Pengembangan
budi daya ikan diinisiasi Baidowi.
Sejak 2007, dia mengajak warga untuk membudidayakan ikan organik. Kala itu
belum ada pemikiran uniuk menjadikan desanya sebagai desa wisata. Hanya saja,
Baidowi melihat jika potensi ekonomi dari budidaya ikan cukup besar.
Sejak 2012 muncul ide Baidowi pengembangan desa wisata berbasis pertanian
organik. Baidowi kemudian menerapkan sistem organik dalam budidaya ikan air
tawar.
"Untuk pakan dan obatnya, kita mumi organik semua tidak menggunakan pakan
kimia sama sekali." tukasnya.
Bahkan, pengunjung bisa langsung menikmati aneka kuliner dari pertanian dan
perikanan organik yang ada. Silakan datang ke Warung Laranta yang berdiri asri di
salah satu sudut desa Lombok Kulon. Warung ini menjadi salah satu pendukung
utama dalam pengembangan desa Wisata Lombok kulon. Di warung ini, semua
hidangan serba organik.
Anak-anak itu dilatih untuk sadar terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungannya
sendiri. "Kalau anaknya sadar lingkungan, dengan aktif bersih-bersih misalnya, kita
harapkan orang tuanya lidak ikut lebih sadar lingkungan juga," tambah Baidowi.
Masyarakat di desa Lombok Kulon sendiri kini sudah relatif siap dengan
pengembangan desa wisata yang dilakukan Baidowi. Itu setidaknya terlihat dari
kesadaran mereka terhadap desa wisata.
"Saat ada pengunjung yang bertanya tentang organik, kini masyarakat sudah bisa
menjelaskan sendiri." Ungkapnya. Karena itulah, dirinya optimistis pengembangan
desa wisata Lombok Kulon akan berjalan bagus.
Kendati begini, ada kendala-kendala yang sampai saai ini masih terjadi. Salah
satunya adalah belum tersedianya home stay atau tempat tinggal bagi pengunjung
yang datang. Sejauh ini, yang paling banyak berkunjung memang wisatawan lokal.
"Tetapi ketika kita membidik wisatawan asing, tentu keberadaan home stay akan
sangat penting," pungkasnya.
Keberadaan desa wisata Lombok Kulon ini tenis menjadi perhatian serius
pemerintah daerah. Berbagai upaya pengembangan dilakukan. Diharapkan, desa
wisata Lombok Kulon bisa menjadi salah satu destinasi wisata andalan Bondowoso
ke depan. "Paling tidak, desa wisata Lombok Kulon menjadi alternatif objek wisata di
Bondowoso," ujar Adi Sunaryadi, Kabid ODTW Disparporahub Bondowoso.
KOMPAS.COM/AHMAD WINARNOBaidhowi,
KOMPAS.COM/AHMAD WINARNODesa
KOMPAS.COM/AHMAD WINARNODesa
Barulah kemudian, di bulan Juni lalu, hasil produksi pertanian di lahan seluas 25
hektar itu dinyatakan benar-benar organik. Alhamdulillah, ini adalah kerja keras
masyarakat semua untuk mewujudkan program desa wisata organik, tuturnya.
Selain menyediakan hasil alam organik, para wisatawan yang datang ke desa wisata
itu juga dimanjakan dengan permainan tubing di aliran sungai yang ada di desa itu.
Di sini juga kami sediakan home stay bagi para pengunjung yang ingin bermalam.
Jadi sambil berwisata, para pengunjung juga bisa belajar tentang konsep pertanian
organik di desa kami, kata pria kelahiran 45 tahun silam ini.
: I Made Asdhiana
Selain menyediakan hasil alam organik, para wisatawan yang datang ke desa wisata ini juga bisa
bermain di aliran sungai yang ada di desa. O ya, di sini juga disediakan home stay untuk
pengunjung yang ingin menginap.
Apa, sih, pertanian organik itu?
Pertanian organik adalah sistem budi daya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami
tanpa menggunakan bahan kimia. Pengolahan pertanian organik didasarkan pada prinsip
kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan.
Prinsip kesehatan dalam pertanian organik adalah kegiatan pertanian harus memperhatikan
kelestarian dan peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan, bumi, dan manusia sebagai satu
kesatuan karena semua komponen tersebut saling berhubungan dan tidak terpisahkan. Pertanian
organik juga harus didasarkan pada siklus dan sistem ekologi kehidupan.
Pertanian organik juga harus memperhatikan keadilan baik antarmanusia maupun dengan makhluk
hidup lain di lingkungan. Untuk mencapai pertanian organik yang baik perlu dilakukan pengelolaan
yang berhati-hati dan bertanggungjawab melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia baik
pada masa kini maupun pada masa depan.
Wah, berarti sumber daya alam desa wisata organik di Bondowoso ini sudah terjamin, ya! Siapa
sudah tidak sabar mau ke sana?
Teks: Iveta, Foto: Kompas.com
Selain objek dan daya tarik wisata yang kini sudah diminliki Lombok
Kulon, berbagai upaya penguatan terus dilakukan. Saat ini kita sudah
membentuk generasi sadar lingkungan (darling), ujar Baidowi. Anggota
dari generasi tersebut adalah anak-anak dari Usia SD hingga SMP.
Anak-anak itu dilatih untuk sadar terhadap kebersiahan dan kesehatan
lingkungannya sendiri. Kalau anaknya sadar lingkungan, dengan aktif
bersih-bersih misalnya, kita harapkan orang tuanya tidak ikut lebih sadar
lingkungan juga, tambah Baidowi.
Masyarakat di desa Lombok KUlon sendiri kini sudah relatif siap dengan
pengembangan desa wisata yang dilakukan. Hal itu setidaknya terlihat
dari kesadaran mereka terhadap wisata itu sendiri. Saat ada pengunjung
yang bertanya tentang organik, kini masyarakat sudah bisa menjelaskan
sendiri, ungkapnya. Karena itulah, dirinya optimis pengembangan desa
wisata Lombok KUlon akan berjalan bagus.
Berbagai upaya pengembangan terus dilakukan. Salah satunya adalah
tersedianya home stay atau tempat tinggal bagi pengunjung yang datang.
Sejauh ini, yang paling banyak berkunjung memang wisatawan lokal.
Tetapi ketika kita membidik wisatawan asing, tentu keberadaan home
stay akan sangat penting, pungkasnya.(*)
[ 03/10/2013, 09:34 WIB ]
Wilayah itu meliputi Sukorejo, Jambean dan Jetis selama ini diketahui
memiliki aliran sungai yang mengairi persawahan di dataran tinggi dan
belum terkontaminasi pupuk dan obat kimia untuk pertanian.
Selain pertanian padi organik, wilayah berpenduduk 2.697 jiwa saat ini
sedang giat mengembangkan tanaman buah dan sayur organik.
SRAGEN
Kegiatan
Srawung
Warga
Bupati Sragen putaran ke tiga kali ini dilaksanakan di Balai Desa Sukorejo Kecamatan
Sambirejo, Selasa (21/2). Seluruh Ketua RT/RW, Kepala Desa, ratusan tokoh warga
kecamatan Sambirejo, Pimpinan SKPD dan Forum Pimpinan Daerah malam itu memenuhi
kursi yang disediakan oleh penyelenggara. Tak ada satupun kursi yang tersisa. Suasana
tersebut menggambarkan, bahwa warga memang sangat merindukan dapat bertemu muka
dan berdialog langsung dengan orang nomor satu di Sragen ini. Wakil Bupati Sragen dan
beberapa anggota DPRD Sragen juga tampak hadir dalam acara tersebut. Sebelum acara
dimulai warga yang hadir dihibur oleh karawitan langgang jawa. Acara dimulai sekitar pukul
20.30 wib bersamaan dengan turunnya gerimis kecil.
sangat berbeda dengan di Indonesia. Kalau pagi hari, seluruh tayangan televisi di Jepang
semuanya berisikan siaran pendidikan dan motivasi bagi anak-anak, berbeda dengan
tayangan televisi di Indonesia, tutur Bupati. Untuk itu Bupati mengingatkan kepada
masyarakat untuk pandai dan bijak dalam memilih tayangan-tayangan siaran televisi.
Lebih
lanjut
Bupati
mengingatkan
hampir
setiap
tahun
Kabupaten
Sragen
selalu
mendapatkan Anugerah Adipura. Bupati mengajak seluruh masyarakat agar tetap menjaga
kebersihan dan ketertiban lingkungannya, agar di tahun 2012 ini Kabupaten Sragen tetap
mendapatkan Anugerah Adipura.
Bupati juga menyampaikan kabar gembira bagi para Ketua RT/RW. Mulai bulan Januari
2012 ini semua Ketua RT/RW akan mendapatkan insentif setiap bulannya. Ini hanya untuk
tukon rokok, jadi jangan dilihat dari besarnya, namun kami harapkan seluruh Ketua RT/RW
akan lebih giat dalam nggulo wentah masyarakat, tutur Bupati. Keterangan Bupati
tersebut, disambut dengan tepuk tangan yang meriah dari para hadirin. Kebijakan Bupati
tentang hal ini bisa terlaksanakan berkat kerjasama yang baik antara eksekutif dan legislatif
dalam menggoal kan anggaran insentif untuk 6000 an ketua RT/RW di seluruh Kabupaten
Sragen.
Selain insentif untuk para ketua RT/RW, Bupati juga menyampaikan di tahun 2012 ini ada
Santunan Kematian bagi warga miskin yang meninggal antara tanggal 1 Januari hingga 13
Februari 2012 lalu, masing-masing Rp 500 ribu. Yang meninggal setelah tanggal 13 Februari
baru akan diusulkan dalam anggaran perubahan APBD Kab. Sragen 2012. Memang
pemberian bantuan sekarang ini tidak bisa langsung diberikan. Karena terganjal peraturan
pemerintah pusat yang mengharuskan setiap pemberian bantuan harus di pacak dalam
APBD terlebih dahulu.
Saat itu Bupati juga menyampaikan hal yang menggembirakan bagi warga Sukorejo.
Pemerintah akan menjadikan desa Sukorejo, Jetis dan Jambean menjadi desa wisata
organik. Ketiga desa tersebut nantinya akan dikemas dalam paket wisata desa Organik
Betis Rejo singkatan dari Jambeyan, Jetis dan Sukorejo , kata Bupati. Untuk itu Bupati
menghimbau kepada seluruh warga desa untuk melestarian kealamiahan desanya. Karena
wisatawan yang berkunjung ke desa tersebut ingin menikmati kealamihan dan suasana
pedesaan.
Nantinya
dengan
ditetapkannya
sebagai
desa
wisata
akan
dapat
meningkatkan
kesejahteraan warga. Penghasilan warga tentu akan bertambah bila desa wisata nanti
banyak dikunjungi oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Warga bisa
menyewakan rumahnya untuk Home Stay bagi wisatawan. Saya menginginkan setiap
wisatawan yang berkunjung ke Sangiran juga akan berkunjung ke desa wisata ini, kata
Bupati.
Usai memberikan sambutan, dilanjutkan dengan sesi dialog dengan warga. Kesempatan
tersebut dimanfaatkan warga yang hadir untuk menyampaikan uneg-uneg, usulan,
masukan
maupun
permintaan
bantuan.
Beberapa
permintaan
bantuan
dari
warga
Menanggapi
hal
tersebut,
Bupati
menjelaskan
bahwa
saat
ini
pemerintah
sudah
mengeluarkan Permendagri yang isisnya seluruh bantuan kepada masyarakat harus dipacak
dalam APBD. Sehingga untuk bantuan tahun 2012 ini harus sudah diusulkan paling lambat
bulan Nopember 2011 yang lalu. Sedang untuk usulan bantuan yang baru masuk awal
tahun 2012 ini akan diupayakan untuk dapat dipacak dalam perubahan APBD 2012.
Untuk bantuan traktor bila memang pemerintah masih mempunyai stok pasti akan
diberikan, namun bantuan diberikan bagi yang sudah memasukkan proposal terlebih
dahulu. Bagi warga yang belum mengajukan proposal diminta segera mengajukan proposal
terlebih dahulu, yang pembuatannya bisa dibantu oleh PPL setempat. Namun bupati
berpesan, bantuan traktor tersebut bukan diperuntukkan bagi perorangan melainkan untuk
kelompok tani.
Acara dialog berjalan cukup menarik sampai pukul 22.30 wib. Selesai acara Wakil Bupati,
Forum Pimpinan Daerah dan sebagian warga berpamitan pulang. Namun Bupati Sragen
masih melanjutkan dengan berbincang-bincang dengan warga dan tokoh masyarakat
setempat. Malam itu Bupati Sragen bermalam di lokasi Srawung Warga. Aku tak melekan
neng kene wae, idep-idep nirakati Bumi Sukowati, katanya. Hujan deras yang turun sekitar
pukul 23.00 wib mengiringi bincang-bincang Bupati dengan warganya.
Pada pagi harinya, acara dilanjutkan dengan penanaman pohon disekitar lokasi Srawung
Warga. Pagi hari itu, warga masyarakat kembali berduyun duyun datang kelokasi
penanaman lengkap dengan cangkulnya. Semua Kepala Satker dan perwakilan SKPD juga
tampak hadir. Sebelum penanaman dimulai Bupati kembali berpesan kepada warga untuk
menjaga kealamiahan desanya. Bupati juga berpesan agar warga nguri-uri bibit yang
ditanam pada pagi hari itu. Biar anak-anak kita nantinya ikut memanen hasil tanaman kita
ini, katanya.
setempat.
Kesederhanaan dan Kealamiahan inilah yang menjad icon yang bisa menjadi nilai
jual, seperti yang menjadi impian Bupati Sragen Agus Fatchurrahman. Untuk itu
Bupati menghimbau kepada seluruh warga desa agar melestarian kealamiahan
desanya. Karena wisatawan yang berkunjung ke desa tersebut ingin menikmati
kealamihan dan suasana pedesaan. " Wisatawan yang berkunjung kesini akan
disuguhi dengan kealamiahan, mereka bisa menikmati nikmatnya makan bersama
penduduk desa, " papar Bupati Sragen.
Selain pertanian padi organik, di desa berpenduduk 2.697 jiwa yang mayoritas
penduduknya berprofesi sebagai petani saat ini baru dikembangkan tanaman buahbuahan. " Tanah-tanah pekarangan milik penduduk nantinya agar ditanami buahbuahan, sehingga lima atau sepuluh tahun kedepan, di desa ini diharapkan akan
menjadi pusat buah-buahan di Kabupaten Sragen, " himbau Bupati.
Pengembangan desa wisata ini digarap melalui Program Pengembangan Ekonomi
Lokal (PEL) yang merupakan program Pemerintah Propinsi Jawa Tengah yang
diintegrasikan pada kegiatan FEDEP di 35 kabupaten atau kota. Sementara Pemkab
Sragen melalui Bappeda, dengan pendampingan dari BDS Dinamika Lintasnusa
Initiative, telah melaksanakan empat tahapan PEL. Saat ini telah sampai pada
Penyusunan Rencana Bisnis dan Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) di antaranya
produksi dan pemasaran pupuk dan padi organik, serta agro-farmaka organik.
Dengan ditetapkannya tiga desa tersebut sebagai desa wisata diharapkan ke depan
dapat meningkatkan kesejahteraan warga. Penghasilan warga tentu akan bertambah
bila desa wisata nanti banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik dari dalam maupun
dari luar negeri. " Saya menginginkan setiap wisatawan yang berkunjung ke
Sangiran juga akan berkunjung ke desa wisata ini, " kata Bupati. (Pengirim: Sapto T
Poedjanarto)
organik inilah, pemerintah daerah setempat menetapkan Lombok Kulon sebagai desa wisata
organik.
Diperlukan waktu sekitar 30 menit dari arah Kota Bondowoso untuk menuju lokasi desa wisata
organik ini. Akses jalan menuju lokasi wisata ini juga sudah nyaman dilalui kendaraan roda empat.
Daya tarik Lombok Kulon memang terletak pada wisata organiknya. Jadi jika berkunjung kesini,
anda akan disuguhi berbagai kegiatan pertanian organik, seperti pembuatan pupuk dan budidaya
hortikultura. Disana, ada salah satu tempat yang paling banyak diminati, yakni rumah organik. Di
rumah organik ini, anda bisa mengetahui secara detail proses budidaya sayur organik. Sekaligus
bisa memetik dan berbelanja langsung hasil produk organiknya.
Yang tak kalah menarik di desa wisata Lombok Kulon ini adalah pertanian padi organik. Kini, petani
Lombok Kulon adalah satu-satunya petani organik murni di Bondowoso. Pada 2013 lalu, hasil
produksi beras mereka sudah mendapatkan sertifikasi organik dari Lembaga Sertifikasi Organik
Seloliman (Lessos).
Puas dengan pertanian organik, anda bisa melihat budidaya aneka ikan yang juga menggunakan
sistem organik. Ada berbagai jenis ikan yang telah dikembangkan warga setempat. Selain itu, desa
Lombok Kulon juga memiliki warung sehat bernama Laranta. Di warung tersebut, semua makanan
dihidangkan dengan cara sehat. Apalagi semua bahan utama makanannya serba organik.
Berkunjung ke Desa Wisata Organik Lombok Kulon, anda tidak hanya bisa menikmati kuliner dan
pertanian organik saja. Ada juga atraksi lain yang bisa anda nikmati, yakni river tubing atau
kegiatan meluncur bebas di aliran sungai dengan menggunakan sebuah ban. Dengan River tubing,
anda bisa menikmati arus sungai Wonosroyo yang bersih dan dingin sepanjang dua kilometer.
Disana, ada 25 ban yang telah disiapkan. Bagi anda yang ingin bermalam di desa wisata organik
ini, Lombok Kulon telah menyediakan jasa homestay.// Dora
Ketua Lembaga LaDewi, Baidhawi berbincang-bincang dengan pengunjung Desa Wisata. Foto: yogik
mz/BANGSAONLINE
setempat.
Kesederhanaan dan Kealamiahan inilah yang menjad icon yang bisa menjadi nilai
jual, seperti yang menjadi impian Bupati Sragen Agus Fatchurrahman. Untuk itu
Bupati menghimbau kepada seluruh warga desa agar melestarian kealamiahan
desanya. Karena wisatawan yang berkunjung ke desa tersebut ingin menikmati
kealamihan dan suasana pedesaan. " Wisatawan yang berkunjung kesini akan
disuguhi dengan kealamiahan, mereka bisa menikmati nikmatnya makan bersama
penduduk desa, " papar Bupati Sragen.
Selain pertanian padi organik, di desa berpenduduk 2.697 jiwa yang mayoritas
penduduknya berprofesi sebagai petani saat ini baru dikembangkan tanaman buahbuahan. " Tanah-tanah pekarangan milik penduduk nantinya agar ditanami buahbuahan, sehingga lima atau sepuluh tahun kedepan, di desa ini diharapkan akan
menjadi pusat buah-buahan di Kabupaten Sragen, " himbau Bupati.
Pengembangan desa wisata ini digarap melalui Program Pengembangan Ekonomi
Lokal (PEL) yang merupakan program Pemerintah Propinsi Jawa Tengah yang
diintegrasikan pada kegiatan FEDEP di 35 kabupaten atau kota. Sementara Pemkab
Sragen melalui Bappeda, dengan pendampingan dari BDS Dinamika Lintasnusa
Initiative, telah melaksanakan empat tahapan PEL. Saat ini telah sampai pada
Penyusunan Rencana Bisnis dan Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) di antaranya
produksi dan pemasaran pupuk dan padi organik, serta agro-farmaka organik.
Dengan ditetapkannya tiga desa tersebut sebagai desa wisata diharapkan ke depan
dapat meningkatkan kesejahteraan warga. Penghasilan warga tentu akan bertambah
bila desa wisata nanti banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik dari dalam maupun
dari luar negeri. " Saya menginginkan setiap wisatawan yang berkunjung ke
Sangiran juga akan berkunjung ke desa wisata ini, " kata Bupati. (Pengirim: Sapto T
Poedjanarto)
PROFIL UMUM
1. Batas Administrasi dan Batas Fisik Wilayah Perencanaan
Posisi geografis Wilayah Pengembangan Kawasan Dewi Betisrejo menurut Peta Rupa Bumi
Bakorsurtanal adalah antara 111'5 derajat BB - 111'9 derajat BT dan 7'28 derajat LU 7'31 derajat LS. Adapun batas- batas wilayah Kawasan Dewi Betisrejo adalah : : Desa
Tunggul, Desa Sambi, dan Provinsi Jawa Timur : Provinsi Jawa Timur : Kabupaten
Karanganyar : Desa Musuk dan Desa Sambirejo Wilayah Pengembangan Dewi Betisrejo
mempunyai luas wilayah yaitu 1559.28 Ha, yang terdiri dari 3 Desa , yaitu Desa
Jambeyan, Desa Jetis, dan Desa Sukorejo.
Luas Wilayah Per Desa
No.
Desa
Luas (Ha)
Sukorejo
412.08
Jambeyan
759.55
Jetis
417.65
Dari Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Desa Jambeyan memiliki luas wilayah yang
paling besar yaitu 759.55 Ha, sedangkan untuk luas wilayah yang paling kecil adalah
Desa Sukorejo yaitu sebesar 412,08 Ha. Dari jumlah luas wilayah Pengembangan Dewi
Betisrejo dapat dikatakan potensi penggunaan lahan yang cukup baik untuk
dikembangkan sebagai unggulan wisata untuk ke depannya. Pengembangan Dewi
Betisrejo yang berbasis pertanian terpadu diharapkan dapat semakin berkembang dengan
melihat kondisi luas wilayah dari ketiga desa tersebut yang mencukupi untuk
dikembangkan sebagai Wilayah Pengembangan Dewi Betisrejo (Desa Jambeyan, Desa
Jetis, dan Desa Sukorejo).
kunjungan banyak tamu dari daerah lain dan beberapa Kementrian RI untuk studi
banding, Kunjungan Kerja, dan research.
Dukungan masyarakat untuk pengembangan kegiatan.
Beberapa Kegiatan Yang Telah dilakukan:
1.
Penyusunan Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL), 24-26 Juli 2011, mengakomodasi
Program dan Kegiatan yang dibutuhkan masyarakat sebagai konsekwensi logis Rencana
Bisnis. RKTL mensinkronkan Program dan Kegiatan ini dengan Program dan Kegiatan
SKPD-SKPD di lingkungan Pemkab Sragen yang dapat dialokasikan di Desa Betis Rejo .
Sehingga harapan internalisasi RKTL dalam APBD, mulai dalam tahun 2012 ini dapat
tercapai.
2.
Penyempurnaan Visi Misi, AD/ART Klaster Padi Organik, Rencana Bisnis dan RKTL, 25
Agustus 2011, di Aula Bappeda Kab. Sragen. Diikuti oleh Anggota Klaster dan SKPD
berkompeten.
3.
Audiensi dengan Bupati Sragen, 18 Oktober 2011. FEDEP merekomendasikan
rencana Pengembangan Desa Wisata Pertanian Organik Betis Rejo. Bupati mendukung
penuh dan memerintahkan kepada SKPD untuk mengalokasikan sebagian kegiatan di
Betis Rejo.
4.
Rakor Desa Wisata dengan Semua Satker berkompeten, tanggal 4 November 2011,
di Ruang kerja Kepala Bappeda.
5.
Penyempurnaan rencana kegiatan SKPD pada wilayah Betis Rejo tahun 2012, tanggal
21 November 2011, di Desa Sukorejo.
6.
Pembuatan Peraturan Bupati tentang Penetapan Desa Wisata Pertanian Organik
(dalam proses di Bagian Hukum Setda).
Admin Jambeyan
http://www.dewibetisrejo.com/index2.php?menu=10
Sutriyati