Artikel Pendidikan Artikel Pendidikan merupakan sebuah tulisan yang memberikan
informasi mengenai bidang pendidikan baik formal maupun non formal. Sekedar untuk mengingatkan Anda tentang pendidikan berikut ini saya paparkan tentang filosofi pendidikan dan fungsi pendidikan. Filosofi Pendidikan Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti dilakukan banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran. Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi. Fungsi Pendidikan Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes). Mempersiapkan anggota masyarakt untuk mencari nafkah, fungsi laten lembaga sebagai wadah pendidikan, melalui pendidikan di sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan danya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Memilih dan mengajarkan peranan sosila.
PENGHEMATAN KURIKULUM 2013
Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah (Menbuddikdasmen), Anies Baswedan, menghentikan Kurikulum 2013 dan memberlakukan kembali Kurikulum 2006. Banyak ketidakberesan pada awal penerapan Kurikulum 2013. Persiapannya juga tidak matang dari sekolah dan guru. Akibatnya, muncul disparitas antara pembuat kebijakan dan pelaksana di lapangan.Penerapan Kurikulum 2013 juga sangat boros anggaran proyek pengadaan buku yang mencapai 5,9 triliun rupiah. Ini dibagi dua tahap. Tahap pertama, pengadaan buku melibatkan 48 perusahaan senilai 3,5 triliun. Kedua, mengikutkan 31 perusahaan dengan anggaran 2,4 triliun. Mestinya anggaran sebesar itu bisa untuk membeli komputer tablet berisi konten pendidikan dan buku elektronik. Tablet bisa dibagikan secara gratis kepada para siswa. Penerapan Kurikulum 2013 mengandung ketidakberesan terkait pengadaan buku dan biaya pelatihan guru yang terindikasi adanya penggelembungan anggaran. Sejak awal, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengendusnya. Wajarlah KPK mendukung keputusan karena sarat masalah dan realisasinya banyak yang tidak beres. KPK juga menyatakan Kurikulum 2013 tidak beres dari segi fasilitas penunjang. Sudah banyak anggaran terbuang sejak Kurikulum 2013 diberlakukan. Kurikulum 2013 yang dirancang berbasis aktivitas itu berimplikasi pada pembengkaan anggaran dan kantong orang tua siswa. Salah satu pemborosan penggunaan buku cetak sekali pakai setiap siswa yang berisi konten Kurikulum 2013 berbasis aktivitas siswa. Ini menyuburkan kembali mafia perdagangan buku sekolah. Esensinya juga tidak sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Apalagi belum disertai sistem pengadaan yang baik dan bersih dari praktik korupsi. Sejak awal, Kurikulum 2013 telah terbelenggu berbagai persoalan klasik seperti disparitas mutu sekolah, kekurangan infrastruktur, mutu guru, hingga dana BOS yang tidak efektif. Belenggu tersebut semakin kuat karena modus korupsi di lingkungan pendidikan makin subur. Usaha pemerintahan Jokowi-JK untuk membangkitkan generasi emas Indonesia tidak mudah. Harus ada usaha keras melepas belenggu sistem pendidikan nasional. Dibutuhkan inisiatif jitu guna menyelenggarakan pendidikan sesuai semangat zaman. Seluruh bangsa di muka bumi saat ini tengah berusaha menyelenggarakan pendidikan terbaik bagi rakyatnya. Maklum, pendidikan menjadi kunci kemajuan dan cara terbaik meningkatkan martabat. Masalahnya, apakah usaha tersebut sudah sesuai dengan era sekarang. Dengan demikian, penyelenggaraan pendidikan benar-benar berkualitas, murah, efektif, mencerdaskan, dan dalam mengimplementasikan nilai-nilai. Era kini sangat diwarnai fenomena globalisasi dengan konvergensi teknologi informasi dan komputerisasi (TIK). Kaum belia, seperti Sergey Brin dan Larry Page sang perintis Google, semakin mewarnai era dengan berbagai karya visioner mereka. Tidak bisa dimungkiri, The Search (mesin pencari) telah merevolusi dunia, merombak pranata bisnis, menyegarkan kebudayaan, serta mentransformasikan proses pendidikan begitu cepat. Mesin-mesin pencari bergerak secepat kilat lalu menyajikan berbagai informasi di depan mata. Dia seperti menelan jutaan perpustakaan, lalu menyemburkan ketika diminta. Google, Yahoo,Wikipedia, dan lainlainnya begitu pemurah dan secara sukarela mengunggah karyakarya warga dunia menjadi aset semesta. Adaptasi