You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PADA SISTEM PERNAPASAN


Disusun untuk memenuhi tugas SISTEM RESPIRASI
Oleh Ns. Sunnatud Dalilah S,Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok VI
1. Ilham Gerhanadi
2. M. Syarifudin
3. Rukmana Aryanti

( NIM. 12.142.0012 )
( NIM. 12.142.0023 )
( NIM. 12.142.0029 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BORNEO CENDEKIA MEDIKA
KALIMANTAN TENGAH
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan hidayah-Nya sehingga
Asuhan Keperawatan kami yang berjudul Gangguan pada Sistem Pernapasan ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Dan Asuhan Keperawatan ini disusun guna untuk
memenuhi tugas Keperawatan semester III yang dibimbing oleh Ns.Sunnatud Dalilah, S.Kep.

Dan penulis mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan ini. Semoga Asuhan Keperawatan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Sikes Borneo Cendekia Medika.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaan Asuhan
Keperawatan kami selanjutnya. Besar harapan kami agar Asuhan Keperawatan ini bisa
bermanfaat bagi para perawat pada khususnya dan tenaga kesehatan pada umumnya.
Pangkalan Bun ,

Oktober 2013
Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .....................................................................................................

ii

Daftar Isi ................................................................................................................

iii

BAB I Pendahuluan
A.

Latar Belakang.............................................

B. Rumusan Masalah

.....................................................................2

C. Tujuan Penulisan

.....................................................................2

D. Manfaat

.....................................................................2

BAB II Pembahasan
A. Definisi Nutrisi

.....................................................................3

B.

Proses Pencernaan Makanan........................

C.

Prinsip-Prinsip Nutrisi.................................

D.

Kebutuhan Nutrisi Sesuai Tahap Tumbuh Kembang


7

E.

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Nutrisi


.....................................................................13

BAB III Penutup


A. Kesimpulan .........................

.....................................................................22

B. Saran

.....................................................................22

Daftar Pustaka..........................................................................................................

23

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Respirasi merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam
jaringan (penafasan dalam) dan yang terjadi di dalam paru-paru (pernafasan luar).
Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat
yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon
dan hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri melangsungkan
proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam bentuk
karbon dioksida dan air dihilangkan (Pearce, 2008).
System respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang
merupakan parameter kesehatan manusia. Jika salah satu system respirasi terganggu
maka secara system lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat
menimbulkan terganggunya proses homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit.
Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di
dunia khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, TBC, dan asma.
Menurut laporan WHO pada tahun 2006, Indonesia merupakan negara dengan tingkat
kejadian pneumonia tertinggi ke-6 di seluruh dunia. Berdasarkan Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, pneumonia merupakan urutan terbesar
penyebab kematian pada balita. Pneumonia dapat mengenai anak di seluruh dunia, bila
diumpamakan kematian anak-anak di seluruh dunia akibat pneumonia, maka setiap jam,
anak-anak sebanyak 1 pesawat jet penuh (230 anak) meninggal akibat pneumonia, yang
mencapai hampir 1 dari 5 kematian balita di seluruh dunia. Insiden pneumonia di negara
berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun (10-20%).
Sedangkan insiden TBC, WHO mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi
lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah
terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan
Indonesia (WHO Global Tuberculosis Control, 2010). Dan insiden asma menurut WHO,

sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang Asma. Jumlah ini
terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi asma
belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2 5 %5 (3-8%2 dan 5-7%7)
penduduk Indonesia menderita asma.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
dasar klien secara holistic memiliki tanggung jawab untuk membantu pemenuhan
kebutuhan oksigen klien yang tidak adekuat.
Dalam tindakannya, seorang perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan
harus melakukan metode keperawatan berupa pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi, dan evaluasi. Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses
keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data
yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan
gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan
kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas
wewenang perawat.
Diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem respirasi dapat berupa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas, gangguan pertukaran
gas, disfungsi respon penyapihan ventilator, dan gangguan ventilasi spontan.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Sistem Respirasi ?
2. Apakah Saluran Nafas Manusia ?
3. Bagaimanakah Mekanisme Pernafasan ?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
system respirasi secara benar.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami pengakajian pada klien dengan gangguan sistem respirasi.
b. Memahami diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem respirasi.

c. Memahami intervensi dan implementasi pada klien dengan gangguan sistem


respirasi.

D. Manfaat
1.

Memperdalam wawasan tentang asuhan keperawatan gangguan pada sistem

2.
3.

pernapasan.
dapat mengerti tentang definisi pernapasan, dan gangguan pada sistem pernapasan.
Dapat memahami dan mengetahui lebih dalam bagaimana penerapan pengetahuan
tentang penanganan gangguan pernapasan dalam keperawatan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Respirasi
Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
a. Pernapasan dalam (internal)
Pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan medium cairnya. Hal
tersebut menggambarkan proses metabolism intraseluler yang meliputi konsumsi
O2 (digunakan untuk oksidasi bahan nutrisi) dan pengeluaran CO2(terdapat dalam
sitoplasma) sampai menghasilkan energy.
b. Pernapasan luar (eksternal)
Absorpsi O2 dan pembuangan CO2 dari tubuh secara keseluruhan ke
lingkungan luar. Urutan proses pernapasan eksternal adalah:
1) Pertukaran udara luar ke dalam alveoli melalui aksi mekanik pernapasan yaitu
melalui proses ventilasi.
2) Pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di antara alveolus dan darah pada pembuluh
kapiler paru-paru melalui proses difusi.
3) Pengangkutan O2 dan CO2 oleh system peredaran darah dari paru-paru ke jaringan
dan sebaliknya yang disebut proses transportasi.
4) Pertukaran O2 dan CO2 darah dalam pembuluh darah kapilerjaringan dengan selsel jaringan melalui proses difusi.
B. Saluran Nafas Manusia
Saluran pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu :
1. Saluran nafas bagian atas
Pada bagian ini memiliki fungsi utama yaitu :
a.

Air conduction (penyalur udara) sebagai saluran yang


meneruskan udara menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas.

b.

Protection (perlindungan) sebagai pelindung saluran

napas bagian bawah agar terhindar dari masuknya benda asing.


c.
Warming, filtrasi,dan humidifikasi sebagai bagian yang
menghangatkan, manyaring, dan member kelembapan udara yang dihirup.
2. Saluran nafas bagian bawah
Secara umum terbagi menjadi dua komponen ditinjau dari fungsinya yaitu:
a. Saluran

udara

konduktif,

yang

biasa

disebut

sebagai

percabangan

trakheobronkhialis yang terdiri atas trakea, bronkus, dan bronkiolus.


b. Saluran respiratorius terminal, yang biasa disebut dengan acini yang berfungsi
sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar dari saluran respiratorius
terminal yang merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.

C.Mekanisme Pernafasan
Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usaha
keras pernapasan yang tergantung pada:
a. Tekanan intrapleural
Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam
keadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karenaada
perbedaan tekanan atau selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan intrapleural
(755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama berkontraksi, volume rongga dada
meningkat, tekanan intra pleural dan intra alveolar turun dibawah tekanan atmosfir
sehingga

udara

masuk

Sedangkan

waktu

ekspirasi

volum

rongga

dada

mengecilmengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar meningkat


diatas atmosfir sehingga udara mengalir keluar.
b. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran
dikenal sebagai compliance. Ada dua bentuk compliance yaitu:
a. Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanansaluran
nafas (airway pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orangdewasa muda
normal : 100 ml/cm H2O

b. Effective Compliance: (tidal volume/peak pressure) selama fasepernafasan. Normal


50 ml/cm H2O
Penurunan compliance akan

mengakibatkan

meningkatnya

usaha

nafas.Compliance dapat menurun disebabkan oleh:


1.
2.
3.

Pulmonary stiffes : atelektasis, pneumonia, edema paru, fibrosis paru


Space occupying prosess: effuse pleura, pneumothorak
Chestwall undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen

c. Airway resistance (tahanan saluran nafas)


Resistensi saluran napas adalah oposisi terhadap mengalir disebabkan oleh
kekuatan gesekan. Hal ini didefinisikan sebagai rasio dari tekanan mengemudi dengan
laju aliran udara. Perlawanan mengalir di saluran udara tergantung pada apakah aliran
adalah laminar atau turbulen, pada dimensi jalan napas, dan pada viskositas gas.
Untuk aliran laminar, resistensi cukup rendah. Artinya, tekanan mengemudi
relatif kecil dibutuhkan untuk menghasilkan laju aliran tertentu. Perlawanan selama
arus laminer dapat dihitung melalui penataan ulang Hukum Poiseuille ini:
Variabel yang paling penting di sini adalah jari-jari, yang, berdasarkan elevasi
dengan kekuatan keempat, memiliki dampak luar biasa pada perlawanan.Jadi, jika
diameter tabung adalah dua kali lipat, ketahanan akan turun dengan faktor enam belas.
Untuk aliran turbulen, resistensi relatif besar. Artinya, dibandingkan dengan
aliran laminar, tekanan mengemudi jauh lebih besar akan diperlukan untuk
menghasilkan laju alir yang sama. Karena hubungan tekanan-aliran berhenti menjadi
linier selama aliran turbulen, tidak ada persamaan untuk menghitung rapi ada
hambatannya.

D. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan


1. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama
b. Alamat

c. Umur
d. Status
e. Agama
f. Suku bangsa/bangsa
g. Pendidikan
h. Pekerjaan
i. Tempat/tanggal lahir
j. No. CM
k. Diagnose medis
2. Identitas penangung jawab
a. Nama
b. Alamat
c. Tempat/tanggal lahir
d. Status
e. Agama
f. Suku bangsa/bangsa
g. Pendidikan
h. Pekerjaan
i. Hubungan dangan pasien
2. Riwayat kesehatan.
1. Keluhan Utama
Yang biasanya dirasakan pada klien yang mengalami Gangguan Sistem
Pernapasan adalah batuk (Cough), peningkatan Produksi Sputum, Dispnea ,
Hemoptisis, Chest Pain
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Yang perlu ditanyakan perawat kepada pasien tentang riwayat penyakit
pernapasan adalah:

3)

a)

Riwayat merokok

b)

Pengobatan saat ini dan masa lalu

c)

Alergi

d)

Tempat tinggal

Riwayat Kesehatan Keluarga


Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru
ada tiga hal yaitu:
a. Penyakit infeksi

Khususnya tuberkulosis paru ditularkan melalui satu orang ke orang lain.


Manfaat menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat
diketahui sumber penularannya.
b. Kelainan alergi
Contohnya asma bronkial
c. Pasien bronkitis kronis
3. Kajian Sistem (Review of System)
1. Inspeksi
Prosedur inspeksi yang dilakukan oleh perawat adalah:
a. Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam
keadaan duduk.
b. Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
c. Tindakan dilakukan dari atas sampai ke bawah.
d. Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar, lesi dan
massa) dan gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis dan lordosis).
e. Catat jumlah (frekuensi napas), irama (reguler/irreguler), kedalaman
pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
f. Observasi tipe pernapasan seperti: pernapasan hidung atau pernapasan
diafragma serta penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi intercostae.
g. Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase
ekspirasi (E). Rasio pada fase ini normalnya adalah 1 : 2. Fase ekspirasi yang
memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas dan sering
ditemukan pada pasien dengan Chronic Airflow Limititation (CAL) / Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
h. Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan
diameter lateral/transversal (T). Rasio normal berkisar antara 1:2 sampai 5:7,
tergantung dari kondisi cairan tubuh pasien.
i. Kelainan pada bentuk dada adalah:
1) Barrel chest
Timbul akibat terjadinya over inflation paru-paru. Terdapat peningkatan
diameter AP:T (1:1), sering terjadi pada pasien emfisemia.
2) Funnel chest (pectus excavatum)
Timbul jika terjadi depresi pada bagian bawah dari sternum. Hal ini akan
menekan jantung dan pembuluh darah besar yang mengakibatkan

murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfans syndrome atau
akibat kecelakaan kerja.
3) Pigeon chest (pectus carinatum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan
terjadi peningkatan diameter AP. Terjadi pada pasien dengan
kifoskoliosis berat.
4) Kyphoscoliosis (kifoskoliosis)
Terlihat dengan adanya elevasi scapula yang akan mengganggu
pergerakan paru-paru. Kelainan ini dapat timbul pada pasien dengan
osteoporosis dan kelainan musculoskeletal lain yang mempengaruhi
toraks. Kifosis adalah meningkatnya kelengkungan normal columna
vertebrae thoracalis menyebabkan pasien tampak bongkok. Sedangkan
skoliosis adalah melengkungnya vertebrae thoracalis ke samping,
disertai rotasi vertebrae.
j. Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak
adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru-paru atau
pleura.
k. Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan napas.
2. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui
vocal/tactile premitus (vibrasi). Palpasi toraks berguna untuk mengetahui
abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti massa, lesi, dan bengak. Perlu
dikaji juga kelembutan kulit terutama jika pasien mengeluh nyeri.Perhatikan
adanya getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara (vocal premitus).
3. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ
yang ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara
perkusi ada dua jenis yaitu:
a. Suara perkusi normal
1. Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dan normalnya
bergaung dan bersuara rendah.
2. Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru

3. Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat


musical.
b. Suara perkusi abnormal
1. Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan
timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
2. Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada
perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan
4. Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencakup
mendengar suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).Suara napas
normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke
alveoli dan bersifat bersih.

a. Jenis suara napas normal adalah:


1. Bronchial: Suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang
lembut.
2. Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan
vesikular. Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Suara ini
terdengar di daerah dada dimana bronkus tertutupoleh dinding dada.
3. Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi.
b. Jenis suara napas tambahan adalah:
1. Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara
nyaring, musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara
melalui jalan napas yang menyempit.
2. Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus.
3. Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara
kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah
pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam.
4. Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:

a. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter
suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang
lembab di alveoli atau bronkhiolus. Suara seperti rambut yang
digesekkan.
b. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah,
kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi
pada jalan napas yang besar. Mungkin akan berubah ketika pasien
batuk.

4. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup pasien
yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi.Beberapa kondisi
respiratori timbul akibat stres. Penyakit pernapasan kronis dapat menyebabkan
perubahan dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial,
masalah keuangan, pekerjaan, atau ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan
mekanisme pengobatan, perawat dapat mengkaji reaksi pasien terhadap masalah
stres psikososial dan mencari jalan keluar.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Jalan Nafas b/d Gangguan Fungsi Pernafasan.
2. Perubahan Pola Napas tak efektif b/d penurunan oksigen dalam udara
inspirasi
3. Kerusakan Pertukaran Gas b/d terganggunya suplai oksigen.

3. INTERVENSI

Hari/tgl/jam Dx
1

Rencana tujuan

Rencana tindakan

Rasiona

1.Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan keperawatan - kaji TTV

- Menge

jalan

-meman

nafas

gangguan
pernafasan

b/d selama

fungsi ketidakefektifan

24

jam,diharapkan

jalan

nafas

klien -

teratasi dengan criteria hasil :


1.

1.

Klien

tidak

auskultasi

bunyi adventis

nafas,mis:mengi,krekel basah(
mengalami dan ronchi.

dgn eks

kesulitan dalam bernafas


2.

2.

Tidak

adanya b
adanya

- untuk

ronchi,mengi,krekel.
3.

3.

S : 36c 37cc, RR : 16

- mence

20x/menit, N: 60 80x/menit, TD : - atur posisi pasien


100 120mmHg / 60 80mmHg
4.

4.

Tidak terdapat sputum.

5.

5.

Mempertahankan

- ajarkan pasien batuk - Memb


secara efektif

mengata

jalan - ajarkan pasien nafas menurun

nafas paten dengan bunyi nafas dalam


bersih/jelas.

- membe

dorong

- untuk
/pantau

6.

6.

Menunjukan prilaku untuk latihan nafas abdomen

memperbaiki

bersihan

jalan atau bibir.

nafas,misalnya batuk efektif dan


mengeluarkan

efektif

dan

mengeluarkan secret.

- Kolaboratif dalam
pemberian

obat

aminofilin
2

Perubahan

pola

- observasi TTV

- untuk

napas

pasien

berhubungan

- ekspa

dengan penurunan

oksigen

pengembangan

dalam

udara inspirasi

observasi kolabs,

dada sehat pa

dan posisi trakea

- bunyi

Setelah diberikan asuhan keperawatan

pada ar

selama

segmen

24

jam,

diharapkan

perubahan pola napas pasien bisa teratasi dengan criteria hasil :

auskultasi

bunyi

napas

- untuk

1. S : 36c 37cc, RR : 16
20x/menit, N: 60 80x/menit, TD : 100

-untuk m

120mmHg / 60 80mmHg

-membe
- atur posisi pasien

2. klien mampu melakukan batuk efektif


3. irama, frekuensi, dan kedalaman - ajarkan pasien batuk
pernapasan berada dalam batas normal

efektif

4. pada pemeriksaan rontgen dada tidak


ditemukan adanya akumulasi cairan dan -ajarkan pasien napas
bunyi napas terdengar jelas

dalam

5. Nyeri dada pasien berkurang

kolaborasi

dalam

pemberian analgesic

- untuk

- observasi TTV pasien


Setelah diberikan asuhan keperawatan -kaji

selama

24

jam

frekuensi

diharapkan kedalaman pernapasan

kerusakan pertukaran gas pasien teratasi

- untuk

dengan criteria hasil :

pasien

1. S : 36c 37cc, RR : 16 -mengatur

posisi - bergun

20x/menit, N: 60 80x/menit, TD : 100 pasien


120mmHg / 60 80mmHg

- ajarkan pasien batuk penyaki

2. Penurunan dispnea

efektif

3.. tidak ada gejala disstres pernapasan

kadar oksigen jaringan adekuat dengan untuk


pertukaran

gas darah arteri dalam rentang normal


gas 5. Nilai AGD pasien normal

berhubungan
dengan gangguan
suplai oksigen

- untuk

anjurkan

4. menunjukkan perbaikan ventilasi dan minum


Kerusakan

pernapa

air

pasien - untuk
hangat - untuk

mengeluarkan

sekret
-kolaborasi

- penuru
dalam saturasi

pemeriksaan AGD

menunju

/ peruba

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen
dan mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
homeostasis. Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari
rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran
oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh darah.
Sistem Pernapasan atau Respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan
oksigen (O2), pengeluaran karbondioksida (CO2) hingga penggunaan energi di dalam
tubuh. Sistem respirasi itu sendiri mencakup semua proses pertukaran gas yang terjadi
antara atmosfir melalui rongga hidung
alveolus

faring

laring

trakea

bronkus

paru-paru

sel-sel melalui dinding kapiler darah.

Organ-organ sistem pernapasan meliputi hidung, faring, laring, trakea,

Paru-

paru atau pulmo yang terdiri dari bronkus, brokiolus dan alveolus.
Mekanisme Pernapasan meliputi Pernapasan dada atau costal breathing dan
Pernapasan perut atau diaphragmatic breathing yang melalui masing-masing dua fase

yaitu fase inspirasi dan ekspirasi yang melibatkan pernapasan eksternal (luar) dan
pernapasan internal (dalam).
Gangguan pada sistem pernapasan bisa disebabkan karena terganggunya
pengangkutan O2 ke sel-sel atau jaringan tubuh (asfiksi) atau keracunan gas-gas
berbahaya.

B.

SARAN
Agar tidak terjadi gangguan pada sistem pernapasan kita, hindarilah polusi udara dan

gas-gas beracun, serta rawatlah paru-paru (pulmo) agar tetap bersih, karena Paru-paru mudah
sekali terserang penyakit infeksi sehingga menimbulkan kerusakan jaringannya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J 2007. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-10. Jakarta : EGC
Doenges,M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawata. Edisi 3. Jakarta : EGC
Muttaqin,

A.

2008. Asuhan

Keperawatan

Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Klien

dengan

Gangguan

Sistem

You might also like