Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktu nya.
Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada nabi besar kita yakni
nya nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umat nya dari zaman
jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan pada saat
sekarang ini.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak 1 mengenai Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan
Hiperaktif.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.
Padang,
September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
A.
B.
C.
D.
1
2
2
2
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
Defenisi ..........................................................................................
Klasifikasi......................................................................................
Etiologi ........................................................................................
Patofisiologi....................................................................................
Manifestasi klinis ...........................................................................
Ciri-ciri anak hiperaktif .................................................................
Komplikasi ....................................................................................
Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik....................................
Penatalaksanaan medis...................................................................
3
3
4
6
7
8
9
9
10
11
16
A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................
16
16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tidak semua anak berbakat punya perilaku layaknya anak-anak normal.
Ada juga diantara mereka memiliki gangguan autisme atau pemusatan perhatian
(hiperaktif). Kendati begitu, tidak sedikit anak hiperaktif yang memiliki bakat luar
biasa dan berIQ tinggi. Sepintas anak-anak ini umumnya terlihat hiperaktif,
ceroboh, pembosan, kurang konsentrasi dan kadang agresif. Padahal dalam
dirinya tersimpan potensi yang sangat besar. Itulah mengapa, cara pandang
keberbakatan anak hanya bisa dimiliki anak-anak normal harus diubah. Sebelum
seorang anak dianggap hiperaktif, harus dievaluasi secara medis untuk menyaring
masalah-masalah lain. Pernah hiperaktifitas disebut kerusakan otak minima,
sampai sejumlah spesial anak menunjukkan tidak pernah dideteksi adanya
hubungan antara hiperaktifitas dan kerusakan otak. Kondisi ini sangat sulit untuk
dijelaskan karena banyak anak normal yang terus-menerus bergerak, namun anak
hiperaktif atau hiperkinetis benar-benar tidak pernah diam tidak ada yang
mengunci perhatian mereka. Anak aktif memiliki kecendrungan menjadi anak
cerdas, sedangkan si hiperaktif menunjukkan adanya disfungsi neurologis,
gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada sistem saraf pusat dan otak
sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit
dikendalikan. Ada juga penyebab lainnya, yakni tempramen bawaan, pengaruh
lingkungan, malfungsi otak serta epilepsi. Maksud dari penyajian ini ialah agar
kita mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan hiperaktif.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Defenisi hiperaktif
Klasifikasi hiperaktif
Etiologi hiperaktif
Patofisiologi hiperaktif
Manifestasi klinis hiperaktif
Ciri-ciri anak hiperaktif
Komplikasi hiperaktif
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik hiperaktif
Penatalaksanaan medis hiperaktif
Asuhan keperawatan pada anak dengan hiperaktif
D. MANFAAT PENULISAN
1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai asuhan keperawatan
pada anak dengan hiperaktif
2. Merangsang minat pembaca untuk lebih mengetahui asuhan keperawatan
pada anak dengan hiperaktif
3. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan hiperaktif
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
1. Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang
disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu
memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang
mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH)
berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin sekali timbul sebagai akibat dari
gangguangangguan di dalam neurokimia atau neurofisiologi susunan syaraf
pusat. Istilah gangguan kekurangan perhatian merujuk kepada apa yang oleh
banyak orang diyakini sebagai gangguan yang utamanya. Sindroma tersebut
diduga disebabkan oleh faktor genetik, pembuahan ataupun racun, bahayabahaya
yang diakibatkan terjadinya prematuritas atau immaturitas, maupun rudapaksa,
anoksia atau penyulit kelahiran lainnya.
Telah dilakukan pula pemeriksaan tentang temperamen sebagai
kemungkinan merupakan faktor yang mempermudah timbulnya gangguan
tersebut, sebagaimana halnya dengan praktek pendidikan serta perawatan anak
dan kesulitan emosional di dalam interaksi orang tua dan anak yang bersangkutan.
Sampai sekarang tidak ada satu atau beberapa faktor penyebab pasti yang tidak
dapat diperlihatkan. Namun untuk sementara banyak pendapat yang
mengungkapkan bahwa anak yang hiperaktif memiliki pencetus antara lain:
1. Faktor Genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada
keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang
tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak.
Hal ini juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki dengan eksra
kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan
hiperaktif dibanding kembar dua telur.
2. Faktor Neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang
lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan,
distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum
atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di
samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga
meninggikan insiden hiperaktif.
Ibu selama hamil mengkonsumsi alkohol dan rokok. Saat ibu hamil
mengisap rokok akan terjadi hypoxia pada fetus.
Komplikasi selama kehamilan dan persalinan, termasuk lahir
prematur.
3.
Trauma kapitis saat masa bayi/anak kecil.
6
4.
E. MANIFESTASI KLINIS
Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan
ini memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan
anakanak kontrol yang normal, tetapi gerakangerakan yang mereka lakukan
kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka
mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat
impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau
merenungkan akibat tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah
terhadap perasaan frustasi dan secara emosional mereka adalah orangorang yang
labil serta mudah terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk
bersifat netral atau pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara
sosial mereka bersikap kaku. Beberapa orang di antara mereka bersikap
bermusuhan dan negatif, tetapi ciri ini sering terjadi secara sekunder terhadap
permasalahanpermasalahan psikososial yang mereka alami. Beberapa orang
lainnya sangat bergantung secara berlebihlebihan, namun yang lain lagi bersikap
begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan sembrono.
Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan
biasanya sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku
mereka. Anak-anak ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta
guru dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan mereka. Secara
kronik mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik mereka dan
banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu
mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga.
Mereka mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta
mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi.
Terdapat angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan belajar membaca
matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal
1 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesunguhnya diharapkan dari
kecerdasan mereka yang diukur.
7
G. KOMPLIKASI
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, gangguan ansietas
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (sering kali akibat masalah kosentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk ( sering kali akibat perilaku agresif
dan kata-kata yang di ungkapkan )
H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM & DIAGNOSTIK
1. Riwayat perilaku- dapatkan data riwayat dari orang tua dan guru. Inilah cara
terpenting dalam mendapatkan informasi
2. Gunakan daftar periksa ( Check List) ADHD ( yaitu Copeland Symptom
Checklist for Attention-Deficit Disorders, Attention Deficit Disorders
Evaluation Scale)
3. Uji inteligensi dan pencapaian memberi informasi tentang semua fungsi
intelektual dan pencapaian akademik (ADHD dapat memengaruhi
pencapaian dan penampilan kognitif ). Laporan pengkajian harus meliputi
kekuatan dan kelemahan anak.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Rencana pengobatan bagi anak yang mengalami hiperaktif harus secara
hati-hati digunakan pada masing-masing anak. Pilihan penanganan umumnya
perilaku khusus. Berbagai penanganan perilaku meliputi psikoterapi, terapi
kognitif-perilaku, pelatihan keterampilan orang tua. Skala bertingkat perilaku dan
uji neuropsikologis mungkin digunakan untuk penatalaksanaan dasar dan
pemantauan keefektifan penanganan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Fokus pengkajian pada anak dengan hiperaktif antara lain :
1. Kaji riwayat keluarga melalui wawancara atau genogram.
Data yang didapatkan apakah anak tersebut lahir prematur, berat
badan lebih rendah, anoksia, penyulit kehamilan lainnya atau ada faktor
genetik yang diduga sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada
anak.
2. Kaji riwayat perilaku anak
a. Kaji riwayat perkembangan anak, dimana dulu seorang bayi yang
gesit, aktif dan banyak menuntut yang mempunyai tanggapantanggapan yang mendalam dan kuat, dengan disertai kesulitankesulitan makan dan tidur, kerap kali pada bulan-bulan pertama
kehidupannya sukar untuk menjadi tenang pada waktu akan tidur
serta lambat untuk membentuk irama diurnal. Kolik dilaporkan
agak umum terjadi pada mereka.
b. Laporan dari guru tentang permasalahan-permasalahan akademis
serta tingkah laku dalam kelas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko cidera b/d hiperaktivitas dan perilaku impulsive
2. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
3. Gangguan harga diri rendah b/d coping individu tidak efektif.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Resiko cidera b/d hiperaktivitas dan perilaku impulsive
Tujuan:
Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengan kriteria
hasil:
1. Kecemasan dipertahankan pada tingkat dimana pasienmerasa
tidak perlu melakukan agresi
10
11
yang sederhana.
Minta klien untuk mengulangi instruksi sebelum memulai tugas.
Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil.
Izinkan beristirahat klien dapat berjalan-jalan.
Jelaskan harapan untuk penyelesaian tugas dengan jelas.
Bantu klien menyelesaikan tugas pada awalnya.
12
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
E. EVALUASI
Evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan
antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien
dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai
berikut:
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria atau rencana yang telah
disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah
di rumuskan dalam rencana evaluasi.
3. Hasil evaluasi. Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
a. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di
tetapkan.
13
BAB IV
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Salah satu ciri dari perilaku disruptif adalah gangguan hiperaktivitas
defisit perhatian. Anak-anak dengan gangguan ini memperlihatkan kurang
perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas. Gangguan ini sering dijumpai dan dapat
terjadi sampai 3% dari anak-anak, dengan rasio laki-laki terhadap perempuan
sebesar 6:1 sampai 9:1.
Masalah yang sering timbul pada anak dengan gangguan tersebut meliputi
kerusakan interaksi sosial, gangguan konsep diri, resiko tinggi penatalaksanaan
program terapeutik tidak efektif, resiko tinggi perubahan peran menjadi orang tua,
resiko tinggi kekerasan, dan resiko tinggi mencederai diri sendiri.
Intervensi keperawatan umumnya diimplementasikan pada pasien rawat
jalan dan komunitas, meliputi bantu orang tua dalam mengimplementasikan
14
program perilaku agar mencakup penguatan yang positif, sediakan struktur harian,
dan beri obat stimulans sesuai instruksi.
B. SARAN
Dalam memberikan perawatan kepada anak dengan gangguan
hiperaktivitas ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan
kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak
yang bersangkutan, dengan disertai pemakaian obat-obat yang bijaksana. Perawat
harus memberikan penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut
kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Betzz, Cicilia. 2002. Keperawataan Pediatric. Jakarta : EGC
Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Ed.1. Jakarta : Salemba
Medika
Huda, M. Sholikul. Mengenal Anak Hiperaktif (Gangguan Hiperkinetik). [t.t]:
[t.p]
Gunarsa, Singgih D. 1978. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: BPK Gunung
Mulia
L. Betz, Cecily, A. Sowden, Linda. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi
3. Alih Bahasa Jan Tambayong. Jakarta, EGC.
Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 1. Alih Bahasa Hunardja S. Jakarta,
Widya Medika.
Setiawani, Mary Go . 2000. Menerobos Dunia Anak. Bandung: Yayasan Kalam
15
Hidup.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Suryadi, Drs. 2007. Cara Efektif Mamahami Perilaku Anak Usia Dini. [t.t]: [t.p]
Zafiera, Ferdinand. 2007. Anak Hiperaktif. Jogjakarta: Katahati.
TUGAS
MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK 1
KELOMPOK 1 :
16
1.
2.
3.
4.
5.
Achmad Damyati
Afrilita Putri Yuza
Angelia Yolanda
Ayu Andira
Dayu Desriani
133110191
133110192
133110193
133110194
133110195
17