You are on page 1of 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktu nya.
Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada nabi besar kita yakni
nya nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umat nya dari zaman
jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan pada saat
sekarang ini.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak 1 mengenai Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan
Hiperaktif.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.

Padang,

September 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

A.
B.
C.
D.

Latar Belakang ...............................................................................


Rumusan Masalah...........................................................................
Tujuan Penulisan.............................................................................
Manfaat Penulisan..........................................................................

1
2
2
2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.

Defenisi ..........................................................................................
Klasifikasi......................................................................................
Etiologi ........................................................................................
Patofisiologi....................................................................................
Manifestasi klinis ...........................................................................
Ciri-ciri anak hiperaktif .................................................................
Komplikasi ....................................................................................
Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik....................................
Penatalaksanaan medis...................................................................

3
3
4
6
7
8
9
9
10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................

11

BAB IV PENUTUP ........................................................................................

16

A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................

16
16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

17

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tidak semua anak berbakat punya perilaku layaknya anak-anak normal.
Ada juga diantara mereka memiliki gangguan autisme atau pemusatan perhatian
(hiperaktif). Kendati begitu, tidak sedikit anak hiperaktif yang memiliki bakat luar
biasa dan berIQ tinggi. Sepintas anak-anak ini umumnya terlihat hiperaktif,
ceroboh, pembosan, kurang konsentrasi dan kadang agresif. Padahal dalam
dirinya tersimpan potensi yang sangat besar. Itulah mengapa, cara pandang
keberbakatan anak hanya bisa dimiliki anak-anak normal harus diubah. Sebelum
seorang anak dianggap hiperaktif, harus dievaluasi secara medis untuk menyaring
masalah-masalah lain. Pernah hiperaktifitas disebut kerusakan otak minima,
sampai sejumlah spesial anak menunjukkan tidak pernah dideteksi adanya
hubungan antara hiperaktifitas dan kerusakan otak. Kondisi ini sangat sulit untuk
dijelaskan karena banyak anak normal yang terus-menerus bergerak, namun anak
hiperaktif atau hiperkinetis benar-benar tidak pernah diam tidak ada yang
mengunci perhatian mereka. Anak aktif memiliki kecendrungan menjadi anak
cerdas, sedangkan si hiperaktif menunjukkan adanya disfungsi neurologis,
gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada sistem saraf pusat dan otak
sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit
dikendalikan. Ada juga penyebab lainnya, yakni tempramen bawaan, pengaruh
lingkungan, malfungsi otak serta epilepsi. Maksud dari penyajian ini ialah agar
kita mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan hiperaktif.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Apa itu hiperaktif ?


Apa klasifikasi hiperaktif?
Apa etiologi hiperaktif ?
Bagaimana patofisiologi hiperaktif ?

5. Apa manifestasi klinis hiperaktif ?


6. Bagaimana ciri-ciri anak hiperaktif ?
7. Apa komplikasi hiperaktif ?
8. Bagaimana pemeriksaan laboratorium dan diagnostik hiperaktif ?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis hiperaktif
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan hiperaktif ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan
memahami tentang asuhan keperawatan pada anak dengan hiperaktif
2. Tujuan Khusus
Penulisan makalah ini bertujuan untuk agar mahasiswa mengetahui dan
memahami :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Defenisi hiperaktif
Klasifikasi hiperaktif
Etiologi hiperaktif
Patofisiologi hiperaktif
Manifestasi klinis hiperaktif
Ciri-ciri anak hiperaktif
Komplikasi hiperaktif
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik hiperaktif
Penatalaksanaan medis hiperaktif
Asuhan keperawatan pada anak dengan hiperaktif

D. MANFAAT PENULISAN
1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai asuhan keperawatan
pada anak dengan hiperaktif
2. Merangsang minat pembaca untuk lebih mengetahui asuhan keperawatan
pada anak dengan hiperaktif
3. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan hiperaktif
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
1. Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang
disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu
memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang
mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH)

atau juga disebut dengan Attention Deficit and Hyperactivity Disorder


(ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu
kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.
2. Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya Mengatasi Problem Anak Sehari-hari
mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif
menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak.
Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa
berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
3. Hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan
sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan
impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak
dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai
oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka
beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti
mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung
datang.
B. KLASIFIKASI
1. Tipe Anak yang Tidak Bisa Memusatkan Perhatian
Dalam tipe ini, anak sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak
hiperaktif atau impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe
ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun
dan dapat digambarkan seperti sedang berada di awang-awang.
2. Tipe Anak yang Hiperaktif dan Impulsif
Anak-anak dalam tipe ini menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan
impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan
pada anak- anak kecil.
3. Tipe gabungan.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.
Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini.
C. ETIOLOGI
Pandangan-pandangan serta pendapatpendapat mengenai asal usul,
gambarangambaran, bahkan mengenai realitas daripada gangguan ini masih
berbedabeda serta dipertentangkan satu sama lainnya. Beberapa orang

berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin sekali timbul sebagai akibat dari
gangguangangguan di dalam neurokimia atau neurofisiologi susunan syaraf
pusat. Istilah gangguan kekurangan perhatian merujuk kepada apa yang oleh
banyak orang diyakini sebagai gangguan yang utamanya. Sindroma tersebut
diduga disebabkan oleh faktor genetik, pembuahan ataupun racun, bahayabahaya
yang diakibatkan terjadinya prematuritas atau immaturitas, maupun rudapaksa,
anoksia atau penyulit kelahiran lainnya.
Telah dilakukan pula pemeriksaan tentang temperamen sebagai
kemungkinan merupakan faktor yang mempermudah timbulnya gangguan
tersebut, sebagaimana halnya dengan praktek pendidikan serta perawatan anak
dan kesulitan emosional di dalam interaksi orang tua dan anak yang bersangkutan.
Sampai sekarang tidak ada satu atau beberapa faktor penyebab pasti yang tidak
dapat diperlihatkan. Namun untuk sementara banyak pendapat yang
mengungkapkan bahwa anak yang hiperaktif memiliki pencetus antara lain:
1. Faktor Genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada
keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang
tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak.
Hal ini juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki dengan eksra
kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan
hiperaktif dibanding kembar dua telur.
2. Faktor Neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang
lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan,
distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum
atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di
samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga
meninggikan insiden hiperaktif.

Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam


bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya
disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin.
Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses
konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di
daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah
orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah
kanan.
3. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di
samping itu, kadar timah dalam serum darah anak yang meningkat, ibu
yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat
hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.

4. Faktor Kultural dan Psikososial


a. Pemanjaan
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak
terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan
sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya
sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
b. Kurang Disiplin dan Pengawasan
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka
hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan
begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak
tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di
sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di
tempat lain baik di sekolah maupun di masyarakat.
c. Kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan
umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis

dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan


menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
D. PATOFISIOLOGI
Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan
gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Belum ada bukti yang
meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan
biokimiawi dari kasus anak hiperaktif ini. Anak pria yang hiperaktif, yang berusia
antara 6 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan
tanggapan yang baik terhadap pengobatanpengobatan stimulan, memperlihatkan
derajat perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf
pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang
berhasil diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensialpotensial
yang diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini
mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan,
lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu
pengobatan serta perawatan, maka angkaangka laboratorik menjadi lebih
mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka
memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.
Dari penelitian anak kembar dengan ADHD memang didapatkan 75% dari
kasus. Kasus ADHD disebabkan karena faktor genetik. Meskipun faktor genetik
memegang peranan penting tetapi tak ada gen khusus yang menyokong timbulnya
gejala ADHD Mayoritas kasus-kasus ADHD timbul dari kombinasi macammacam gen yang akan mempengaruhi dopamine transporter. Macam-macam gene
ini termasuk:
Dari penelitian anak kembar dengan ADHD didapatkan 9-20% dari ADHD
timbulnya disebabkan karena faktor lingkungan fisik (nongenetik). Faktor
lingkungan ini berupa:
1.
2.

Ibu selama hamil mengkonsumsi alkohol dan rokok. Saat ibu hamil
mengisap rokok akan terjadi hypoxia pada fetus.
Komplikasi selama kehamilan dan persalinan, termasuk lahir

prematur.
3.
Trauma kapitis saat masa bayi/anak kecil.
6

4.

Infeksi selama kehamilan, persalinan dan masa kecil. Termasuk


infeksi macam-macam virus (campak, varicella, rubella, enterovirus) dan
infeksi bakteri streptococcus.

E. MANIFESTASI KLINIS
Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan
ini memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan
anakanak kontrol yang normal, tetapi gerakangerakan yang mereka lakukan
kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka
mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat
impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau
merenungkan akibat tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah
terhadap perasaan frustasi dan secara emosional mereka adalah orangorang yang
labil serta mudah terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk
bersifat netral atau pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara
sosial mereka bersikap kaku. Beberapa orang di antara mereka bersikap
bermusuhan dan negatif, tetapi ciri ini sering terjadi secara sekunder terhadap
permasalahanpermasalahan psikososial yang mereka alami. Beberapa orang
lainnya sangat bergantung secara berlebihlebihan, namun yang lain lagi bersikap
begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan sembrono.
Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan
biasanya sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku
mereka. Anak-anak ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta
guru dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan mereka. Secara
kronik mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik mereka dan
banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu
mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga.
Mereka mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta
mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi.
Terdapat angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan belajar membaca
matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal
1 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesunguhnya diharapkan dari
kecerdasan mereka yang diukur.
7

F. CIRI-CIRI ANAK HIPERAKTIF


Adapun ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai
berikut :
1. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering
menggeliat.
2. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk
manis.
3. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang
tidak selayaknya.
4. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
5. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga,
6.
7.
8.
9.

tenaganya tidak pernah habis


Sering terlalu banyak bicara.
Sering sulit menunggu giliran.
Sering memotong atau menyela pembicaraan.
Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap
apatis terhadap lawan bicaranya).

G. KOMPLIKASI
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, gangguan ansietas
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (sering kali akibat masalah kosentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk ( sering kali akibat perilaku agresif
dan kata-kata yang di ungkapkan )
H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM & DIAGNOSTIK
1. Riwayat perilaku- dapatkan data riwayat dari orang tua dan guru. Inilah cara
terpenting dalam mendapatkan informasi
2. Gunakan daftar periksa ( Check List) ADHD ( yaitu Copeland Symptom
Checklist for Attention-Deficit Disorders, Attention Deficit Disorders
Evaluation Scale)
3. Uji inteligensi dan pencapaian memberi informasi tentang semua fungsi
intelektual dan pencapaian akademik (ADHD dapat memengaruhi
pencapaian dan penampilan kognitif ). Laporan pengkajian harus meliputi
kekuatan dan kelemahan anak.

4. Uji neuropsikologis berikut dapat digunakan untuk mengkaji dan memantau


pengobatan . ( Tidak ada instrumen neuropsikologis yang dapat diandalkan
secara eksklusif untuk mendiagnosis).
5. Child Behavior Checklist (Achenbach,1991) adalah suatu alat pengkajian
yang di isi oleh orang tua untuk anak yang berusia 4 sampai 18 tahn.
Instrumen ini mengkaji adanya menarik diri, keluhan somatik, ansietas dan
depresi, masalah-masalah sosial, masalah berfikir, masalah perhatian,
masalah seks, perilak nakal dan perilaku agresif

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Rencana pengobatan bagi anak yang mengalami hiperaktif harus secara
hati-hati digunakan pada masing-masing anak. Pilihan penanganan umumnya
perilaku khusus. Berbagai penanganan perilaku meliputi psikoterapi, terapi
kognitif-perilaku, pelatihan keterampilan orang tua. Skala bertingkat perilaku dan
uji neuropsikologis mungkin digunakan untuk penatalaksanaan dasar dan
pemantauan keefektifan penanganan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Fokus pengkajian pada anak dengan hiperaktif antara lain :
1. Kaji riwayat keluarga melalui wawancara atau genogram.
Data yang didapatkan apakah anak tersebut lahir prematur, berat
badan lebih rendah, anoksia, penyulit kehamilan lainnya atau ada faktor
genetik yang diduga sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada
anak.
2. Kaji riwayat perilaku anak
a. Kaji riwayat perkembangan anak, dimana dulu seorang bayi yang
gesit, aktif dan banyak menuntut yang mempunyai tanggapantanggapan yang mendalam dan kuat, dengan disertai kesulitankesulitan makan dan tidur, kerap kali pada bulan-bulan pertama
kehidupannya sukar untuk menjadi tenang pada waktu akan tidur
serta lambat untuk membentuk irama diurnal. Kolik dilaporkan
agak umum terjadi pada mereka.
b. Laporan dari guru tentang permasalahan-permasalahan akademis
serta tingkah laku dalam kelas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko cidera b/d hiperaktivitas dan perilaku impulsive
2. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
3. Gangguan harga diri rendah b/d coping individu tidak efektif.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Resiko cidera b/d hiperaktivitas dan perilaku impulsive
Tujuan:
Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengan kriteria
hasil:
1. Kecemasan dipertahankan pada tingkat dimana pasienmerasa
tidak perlu melakukan agresi

10

2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan yang


sebenarnya.
3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan
konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri
Intervensi:
1) amati erilaku anak secara sering,akukan hal ini melau aktifitas
sehari-haridan interaksi untuk menghindari timbulnya ras waspada
dan kecurigaan.
2) Amati tehadap perilaku-perilaku yang megarah pada tindakan
bunuh diri
3) Tentukan maksud dan alat-alat yang memungkinkan untuk bunuh
diri. Tanyakan apakah anda mempunyai rencana untuk bunuh
diri? dan bagaimana rencana anda untuk melakukannya?
4) Dapatkan kontak verbal ataupun tertulis darianak yang menyatakan
persetujuannya untuk tidak mencelakakan diri sendiri dan
menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran
kearah tersebut timbul.
5) Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk
menerima perasaan-perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri.
6) Bertindak sebagai model peran untuk ekspresi yang sesuai dari
percobaan memastikan .
7) Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan
anak.
8) Usahakan untukbisa tetap bersama anak jika tingkat kegelisahan
dan ketegangan mulai meningkat.
9) Staf harus mempertahankan dan menyampaikan dengan sikap yang
tenang terhadap anak.
10) Berikan obat penenang sesuai dengan pesanan dokter ,pantau
keefektifan obat-obatan dan efek samping yang merugikan.
b. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
Tujuan:
Anak dapat mengembangkan hubungan dengan orang lain atau anak
lain dengan kriteria hasil:
1. Berhasil menyelesaikan kewajiban atau tugas dengan bantuan.
2. Meunjukkan keterampilan sosial yang dapat diterima
ketikaberinteraksi dengan staf atau anggota keluarga.
3. Bethasil berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan
4. Menunjukkan kemampuan menyelesaikan satu tugassecara mandiri.

11

5. Menunjukkan kemampuan menyelesaikan tugas dengan diingatkan.


6. Mengungkapkan pernyataan positif tentang dirinya
7. Menunjukkan keberhasilan interaksi dengan anggota keluarga.
Intervensi:
1) Identifikasi faktor yang memperburuk dan menguragi perilaku
klien.
2) Berikan lingkungan yang sedapat mungkin bebas dari distraksi.
Lakukan intervensi satu pasien satu perawat, dan secara
bertahap tingkatkan jumlah stimulus lingkungan.
3) Tarik perhatian klien sebelum memberikan instruksi(panggil
nama klien dan lakukan kontak mata)
4) Berikan instruksi secara perlahan dengan menggunakan bahasa
5)
6)
7)
8)
9)

yang sederhana.
Minta klien untuk mengulangi instruksi sebelum memulai tugas.
Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil.
Izinkan beristirahat klien dapat berjalan-jalan.
Jelaskan harapan untuk penyelesaian tugas dengan jelas.
Bantu klien menyelesaikan tugas pada awalnya.

c. Gangguan harga diri rendah b/d coping individu tidak efektif.


Tujuan:
Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat
saat pulang ditandai dengan :
1. Ekspresi-ekspresi verbal dari aspek-aspek positif tentang
diri,pencapaian masa lalu dan prospek-prospek masa depan
2. Mampu mengungkapkan persepsi positiftentang diri
3. Anak berpartisipas dalam aktifitas-aktifitas baru tanpa
memperlihatkan rasa takut yang ekstrim terhadap kegagalan.
Intervensi:
1) Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapai adalah
realistis
2) Sampaikan perhatian tanpa syarat bagi pasien
3) Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis
dan pada aktifitas-aktifitas kelompok
4) Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari
diri anak.

12

5) Memberikan dukungan dan dorongan kepada pasien dalam


menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti
aktfitas-aktifitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru, dan
berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dengan
penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan.
6) Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku
yang mendekati pencapaian tugas.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

E. EVALUASI
Evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan
antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien
dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai
berikut:
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria atau rencana yang telah
disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah
di rumuskan dalam rencana evaluasi.
3. Hasil evaluasi. Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
a. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di
tetapkan.

13

b. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara


maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara
mengatasinya.
c. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.
Dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara
lebihmendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa,
tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi
penyebab tidak tercapainya tujuan.

BAB IV
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Salah satu ciri dari perilaku disruptif adalah gangguan hiperaktivitas
defisit perhatian. Anak-anak dengan gangguan ini memperlihatkan kurang
perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas. Gangguan ini sering dijumpai dan dapat
terjadi sampai 3% dari anak-anak, dengan rasio laki-laki terhadap perempuan
sebesar 6:1 sampai 9:1.
Masalah yang sering timbul pada anak dengan gangguan tersebut meliputi
kerusakan interaksi sosial, gangguan konsep diri, resiko tinggi penatalaksanaan
program terapeutik tidak efektif, resiko tinggi perubahan peran menjadi orang tua,
resiko tinggi kekerasan, dan resiko tinggi mencederai diri sendiri.
Intervensi keperawatan umumnya diimplementasikan pada pasien rawat
jalan dan komunitas, meliputi bantu orang tua dalam mengimplementasikan

14

program perilaku agar mencakup penguatan yang positif, sediakan struktur harian,
dan beri obat stimulans sesuai instruksi.
B. SARAN
Dalam memberikan perawatan kepada anak dengan gangguan
hiperaktivitas ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan
kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak
yang bersangkutan, dengan disertai pemakaian obat-obat yang bijaksana. Perawat
harus memberikan penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut
kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Betzz, Cicilia. 2002. Keperawataan Pediatric. Jakarta : EGC
Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Ed.1. Jakarta : Salemba
Medika
Huda, M. Sholikul. Mengenal Anak Hiperaktif (Gangguan Hiperkinetik). [t.t]:
[t.p]
Gunarsa, Singgih D. 1978. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: BPK Gunung
Mulia
L. Betz, Cecily, A. Sowden, Linda. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi
3. Alih Bahasa Jan Tambayong. Jakarta, EGC.
Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 1. Alih Bahasa Hunardja S. Jakarta,
Widya Medika.
Setiawani, Mary Go . 2000. Menerobos Dunia Anak. Bandung: Yayasan Kalam

15

Hidup.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Suryadi, Drs. 2007. Cara Efektif Mamahami Perilaku Anak Usia Dini. [t.t]: [t.p]
Zafiera, Ferdinand. 2007. Anak Hiperaktif. Jogjakarta: Katahati.

TUGAS
MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN HIPERAKTIF

KELOMPOK 1 :

16

1.
2.
3.
4.
5.

Achmad Damyati
Afrilita Putri Yuza
Angelia Yolanda
Ayu Andira
Dayu Desriani

133110191
133110192
133110193
133110194
133110195

Dosen Pembimbing : Tisnawati, S,SiT.M.Kes


KELAS II A

PRODI DIII Keperawatan Padang


POLTEKKES KEMENKES PADANG
2014/2015

17

You might also like