You are on page 1of 4

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia

Dwita Fitria Rachmah/151411713021

Sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia setiap jamnya. Data
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan bahwa pada tahun 2010
sedikitnya terjadi 65.000 kasus kecelakaan kerja dimana jumlah ini telah mengalami
penurunan bila dibandingkan tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus kecelakaan kerja.
Walaupun demikian, kasus kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi bila
dibandingkan dengan negara lain. Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan ILO
mengenai standar kecelakaan kerja, Indonesia menempati urutan ke-152 dari 153 negara
yang diteliti.
Sekarang ini masalah perlindungan tenaga kerja akan menghadapi tantangan yang
semakin berat berupa derasnya arus tuntutan tentang penerapan hak dasar pekerja di tempat
kerja. Pekerja sebagai sumber daya dalam lingkungan kerja perusahaan/industri harus
dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi. Keinginan untuk
mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi keselamatan kerja, seperti
memastikan bahwa pekerja dalam kondisi kerja aman. Untuk itu pemerintah telah
mengantisipasi hal tersebut dengan mengesahkan 15 Konvensi International Labour
Organization (ILO).
Delapan dari konvensi tersebut mengatur tentang perlindungan terhadap pekerja
yang dilakukan dengan mengarahkan pada pemenuhan hak-hak dasar meliputi
perlindungan upah, jaminan sosial tenaga kerja, waktu kerja dan waktu istirahat,
perlindungan tenaga kerja wanita, anak dan orang muda, dan terjaminnya keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
hak dasar bagi pekerja yang merupakan komponen dari hak asasi manusia. Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) bertujuan melindungi pekerja atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan demi kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat
kerja, dan memelihara serta menggunakan sumber-sumber produksi secara aman dan
efisien. Kebijakan perlindungan tenaga kerja bertujuan untuk mewujudkan ketenangan
bekerja dan berusaha, sehingga tercipta hubungan industrial yang serasi antara pekerja dan
pengusaha, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan pekerja dan
keluarganya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan bebas dari pencemaran
lingkungan sehingga dapat mengurangi atau menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Perwujudan pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

dimaksudkan juga untuk peningkatan efisiensi dan produktivitas sebagaimana ditulis dalam
UU No. 1/1970 tentang keselamatan kerja.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki dan
dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda. Kecelakaan kerja dapat
menimbulkan kerugian bagi pekerja, pengusaha, pemerintah dan masyarakat sekitarnya.
Pada umumnya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu manusia dan lingkungan.
Faktor manusia yaitu tindakan tidak aman dari manusia seperti sengaja melanggar
peraturan keselamatan kerja yang di wajibkan, kurang terampilnya pekerja itu sendiri.
Sedangkan faktor lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan kerja yang
menyangkut antara lain peralatan atau mesin-mesin, tetapi frekuensi terjadinya kecelakaan
kerja lebih banyak terjadi karena faktor manusia, karena manusia yang paling banyak
berperan dalam menggunakan peralatan kerja yang semakin canggih dan modern di
perusahaan. Oleh karena itu diperlukan peningkatan kualitas tenaga kerja dan pelaksanaan
program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di perusahaan.
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang benar-benar menjaga keselamatan
dan kesehatan para pekerjanya dengan membuat aturan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja yang dilaksanakan oleh seluruh pekerja dan pimpinan perusahaan. Perlindungan
tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau akibat lingkungan kerja sangat
dibutuhkan oleh pekerja agar pekerja merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Perusahaan perlu melaksanakan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja, dan pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan produktivitas kerja karyawan.
Pelaksanaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat meningkatkan
pengetahuan karyawan tentang keselamatan kerja yang tinggi dan pengalaman kerja
bahaya-bahaya kecelakaan mendapat perhatian dari tenaga kerja yang bersangkutan.
Pelaksanaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat perlu dan penting, karena
membantu terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik, sehingga mereka menyadari arti
penting dari pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi dirinya maupun
perusahaan.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan
kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya perusahaan,
melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi
keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.
Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu
norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan

sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang
disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif. Konsep ini
diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau
kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan
kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar
tempat kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu
menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.
K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja,
misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan lain-lain yang
dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan, kerusakan
paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar ultraviolet, kanker kulit,
kemandulan, dan lain-lain. Norma kerja berkaitan dengan manajemen perusahaan. K3
dalam konteks ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja, shift, kerja wanita,
tenaga kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, analisis dan pengelolaan lingkungan
hidup, dan lain-lain. Hal-hal tersebut mempunyai korelasi yang erat terhadap peristiwa
kecelakaan kerja.
K3 baru menjadi perhatian utama pada tahun 70-an searah dengan semakin
ramainya investasi modal dan pengadopsian teknologi industri nasional (manufaktur).
Perkembangan tersebut mendorong pemerintah melakukan regulasi dalam bidang
ketenagakerjaan, termasuk pengaturan masalah K3. Hal ini tertuang dalam UU No. 1 Tahun
1070 tentang Keselamatan Kerja. Setiap tempat kerja atau perusahaan harus melaksanakan
program K3. Tempat kerja dimaksud berdimensi sangat luas mencakup segala tempat kerja,
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan tanah, dalam air, di udara maupun di ruang
angkasa. Pengaturan hukum K3 dalam konteks tersebut adalah sesuai dengan sektor/bidang
usaha. Misalnya, UU No. 13 Tahun 1992 tentang Perkerataapian, UU No. 15 Tahun 1992
tentang Penerbangan beserta peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Selain sekor
perhubungan di atas, regulasi yang berkaitan dengan K3 juga dijumpai dalam sektor-sektor
lain seperti pertambangan, konstruksi, pertanian, industri manufaktur (pabrik), perikanan,
dan lain-lain.
Di era globalisasi saat ini, pembangunan nasional sangat erat dengan perkembangan
isu-isu global seperti hak-hak asasi manusia (HAM), lingkungan hidup, kemiskinan, dan
buruh. Persaingan global tidak hanya sebatas kualitas barang tetapi juga mencakup kualitas
pelayanan dan jasa. Banyak perusahaan multinasional hanya mau berinvestasi di suatu
negara jika negara bersangkutan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan
hidup. Juga kepekaan terhadap kaum pekerja dan masyarakat miskin. Karena itu bukan
mustahil jika ada perusahaan yang peduli terhadap K3, menempatkan ini pada urutan
pertama sebagai syarat investasi.

SUMBER :
http://periarifin.blogspot.com/2013/01/keselamatan-dan-kesehatan-kerja.html
http://rudifernando.blogspot.com/2013/01/pentingnya-kesehatan-dan-keselamatan.html
http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/keselamatan-dan-kesehatankerja/pertanyaan-mengenai-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-indonesia-1
http://hiperkes.wordpress.com/2008/04/04/dasar-hukum-keselamatan-kesehatan-kerja/
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/dasar-hukum-k3keselamatan-dan.html

You might also like