Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekerasan dengan menggunakan senjata api meningkat dalam dekade terakhir
ini. Dalam konteks kesehatan masyarakat, diperkirakan terdapat lebih dari 500.000
luka per tahunnya yang merupakan luka akibat senjata api. Menurut laporan dari
Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2001, jumlah tersebut mewakili seperempat
dari total perkiraan 2,3 juta kematian akibat kekerasan. Dari jumlah 500.000 tersebut,
42%nya merupakan kasus bunuh diri, 38% merupakan kasus pembunuhan, 26%
merupakan perang dan konflik persenjataan.1
Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api
sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka
dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan khusus atas diri korban
mempunyai wewenang dalam melakukan pemeriksaan seperti yang tercantum pada
pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP yang menjelaskan bahwa
penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum,
dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka,
keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana.Oleh karena itu dokter
yang memeriksa perlu secara hati-hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang
didapatnya1.
Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat kejahatan yang paling
umum di Amerika Serikat. Luka tembak paling umum dijumpai sebagai penyebab
kematian adalah akibat pembunuhan dan di beberapa daerah bagiannya adalah akibat
bunuh diri. Di Amerika Serikat pertahunnya diperkirakan terdapat sekitar 70.000 jiwa
korban luka tembak dengan kasus kematian sekitar 30.000 jiwa. Biaya medis, legal,
dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu beban berat bagi rumah sakit,
sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Evaluasi mengenai luka
tersebut memerlukan latihan khusus dan keahlian baik oleh seorang dokter yang
menangani bagian kegawatdaruratan korban luka tembak maupun para ahli patologi
dan forensik.
Sedangkan di Indonesia, menurut laporan hak asasi manusia triwulan ke dua
tahun 1998 yang dikeluarkan oleh ELSAM (Lembaga Studi dan Avokasi Masyarakat)
pada triwulan ke II tercatat ada 102 warga negara yang menjadi korban kekerasan
akibat senjata api.
Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter
harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka
tembak, jenis luka tembak masuk atau keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak
tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali
korban ditembak dan luka tembak mana yang menyebabkan kematian.Interpretasi
yang benar mengenai luka tembak oleh para ahli patologi tidak hanya memberikan
informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hukum selama investigasi,
tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa sajakah jenis senjata api dan mekanisme kerja senjata api?
2. Bagaimanakah mengetahui jenis luka tembak, mekanisme terjadinya luka
tembak dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dibidang forensik?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan yang berkaitan dengan luka
tembak dan kaitannya dengan pemeriksaan forensik.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui jenis senjata api dan mekanisme kerja senjata api.
b. Untuk mengetahui jenis luka tembak, mekanisme terjadinya luka tembak dan
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dibidang forensik.
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi dan wacana mengenai luka tembak.
2. Manfaat Aplikatif
2
a. Menambah wawasan bagi tenaga medis mengenai luka tembak sehingga bisa
membantu mengidentifikasikan jenis luka tembak.
b. Menambah wawasan masyarakat mengenai luka tembak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis Senjata dan Amunisi
1. Senjata Api
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil perledakan
mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui
larasnya. Berikut adalah jenis-jenis senjata api2:
a. Berdasarkan Panjang Laras:
1) Laras pendek.
a) Revolver: mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang
berputar (revolve) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru
pada posisi siap untuk di tembakkan.
b) Pistol : peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik
picunya. Pistol otomatis dan semi otomatis, peluru disimpan dalam sebuah
magasin, putaran pertama harus dimasukkan secara manual ke dalam ruang
ledaknya.
Gambar 3. Revolver
2) Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m,
mempergunakan peluru yang lebih panjang. Senjata laras panjang dibagi menjadi
dua yaitu:
a) Senapan < 22 inchi: Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan
butir-butir tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk
memuntahkan peluru tunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan
tidak terdapat rifling.
b) Senapan > 22 inchi: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu
melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin
yang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan
kekuatan sedang (peluru dengan kekuatan sedang antara peluru senapan
standard dan peluru pistol)
anak peluru, sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui
laras, dipaksa bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan
memperoleh gaya sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung
depannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran. Alur
laras ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran ke kiri (COLT) dan arah putaran ke
kanan (Smith and Wesson).3,4
a. Senjata api dengan alur ke kiri
1) dikenal sebagai senjata tipe COLT
2) kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45
3) dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu
adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat dari basis
anak peluru.
b. Senjata api dengan alur ke kanan
1) dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON ( tipe SW )
2) kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.22;0.36;0.38;0.45; dan 0.46
3) dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu
adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat dari bagian
basis anak peluru.
a. Amunisi senjata dengan putaran rotasi peluru dibagi dalam dua kategori yaitu
centerfire atau rimfire - tergantung lokasi primernya.
1) Pada peluru rimfire, komposisi primernya terletak pada bibir selongsong peluru
dengan mesiu yang berhubungan dengan yang primer.
a) Pada saat penembakan, pemantiknya menghancurkan bibir selongsong
peluru, meledakkan komposisi primernya, menyulut bubuknya.
b) Saat ini amunisi rimfire hanya terbagi dalam tiga kaliber - 22 Short,
22Long Rifle dan 22 Magnum.
c) Amunisi rimfire bisa digunakan baik pada pistol maupun senapan.
2) Umumnya amunisi adalah pusat ledakannya (centerfire). Pada pusat peledakan
selongsong, kesulitan pokok terletak pada bagian tengah dasar selongsong.
Ketika ditembakkan, pemantiknya menghantam tengah-tengah dasar primer
yang memantik komposisi primer yang selanjutnya memantik mesiunya.
b. Selongsong peluru biasanya terbuat dari kuningan, meskipun ada yang
terbuat dari aluminium dan baja.
1) Ketika diledakkan, selongsong peluru mengandung gas dari hasil pemantikan
mesiu.
2) Kebanyakan peluru pistol bentuknya lurus sedang peluru senapan berbentuk
leher botol (bottle neck)
3) Pada amunisi komersial, kaliber dan nama pabrik pembuatnya dicap pada dasar
peluru.
4) Pada amunisi militer, nama pabrik dan tahun pembuatan amunisinya (baik
berbentuk tulisan maupun kode) dicap pada dasar peluru.
c. Mesiu yang digunakan dalam selongsong peluru adalah mesiu tidak
mengandung asap, campuran dari nitrocellulose, dimana nitroglycerin bisa
ditambahkan ataupun tidak ditambahkan. Wujud mesiu di Amerika Serikat
umumnya :
1) Disk (flake atau serpihan) atau bola dalam pistol dan senapan tabor
2) Silindrikal atau mesiu bola pada senapan laras panjang
d. Anak peluru (bullet) merupakan bagian dari peluru yang lepas dari
moncongnya ketika senjata ditembakkan.
1) Oleh karena velositasnya yang tinggi, pusat penembak anak peluru senjata
harus terbungkus metal baik secara penuh ataupun sebagian.
7
metal-pembungkusannya
moncong bulat
potongan semi-wad
hollow point atau
wad cutter (berbentuk silindris)
10
3.
4.
5.
6.
menghasilkan
energi
kinetic
yang
maksimum
untuk
kerusakan
11
yang mengkompresi jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan
mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka.
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk
rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan
diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil
sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan
konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada yang berongga. Efek
luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan
adanya kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi8,10.
12
c. Kerusakan sekunder
-
Perdarahan
Daerah sekitar luka
13
sebaliknya akan terlihat luka pada dinding dada, dan bagian sisi dalam lengan atas.
Daerah lainnya adalah bagian samping wajah, dimana jika terkena tembakan, bagian
wajah tersebut akan terkoyak dan kemungkinan telinga akan ikut terkoyak.
Pada dada meskipun penetrasi tembakan minimal kerusakan berat pada pleura
dan paru dapat terjadi, dan kematian dapat terjadi karena Hematothorak dengan atau
tanpa luka laserasi atau memar pada paru. Ketika bagian kepala terkena,
menghancurkan tulang tengkorak atau wajah dan dapat terjadi kerusakan intracranial,
meskipun peluru logam tidak menembus kranium. Enapan juga dapat menyebabkan
luka tangensial.1,4
Beberapa penampilan luka yang berbeda disebabkan oleh shotguns dan rifled
firearms. Perbedaan luka tersebut juga disebabkan karena adanya perbedaan peluru
saat ditembakkan. Perbedaan ini bervariasi dalam hal ukuran dengan diameter ratarata 22 kaliber. Bentuk dan karakteristik luka juga sangat tergantung dari jarak
tembak. Pada jarak tembak yang dekat, tembakan berupa satu bentuk peluru silinder
yang besar. Pada jarak tembak sedang, bentuk lukanya tidak beraturan dan punya
penampakan moth eaten. Dengan adanya penambahan diameter, pecahan dari
tembakan menjadi lebih besar dan terlihat defek tembakan berupa satelit yang
awalnya menutupi defek utama tetapi kemudian menyebar. Pada tembakan jarak jauh,
tidak terlihat defek yang besar dan tembakan membuat luka kecil tunggal. Deposit
tembakan dan klim tato terjadi akibat luka tembak pada jarak dekat dan sedang.
Ada tiga jenis tembakan yakni Birdshot, buckshot, dan rifled slugs. Birdshot
digunakan untuk membunuh ungsa dan hewan yang sangat kecil. Tembakannya
sangat kecil dengan diameter 0.05 sampai 0.150 inci. Buckshot lebih besar dari
Birdshot, dengan diameter 0,24 sampai 0,33 inci. Tipe foster dari Rifled slugs
digunakan di AS. Luka akibat Rifled slugs berupa defek soliter .
Karakteristik dari luka tembak tidak dapat dilihat kecuali pada Birdshot yang
kontak dengan lukanya dekat, buckshot yang lebih besar, dan rifled slugs.
Karakteristik luka lain dari luka tembak adalah wad mark. Wad mark dapat ditemukan
pada luka tembak dengan perbedaan berdasarkan jarak tembak.
15
Beberapa wad dibuat dari gabus atau partikel yang menyerupai gabus, yang
akan terbentuk pada tembakan dekat. Fragmen wad yang kecil akan menghantam
kulit dan menyebabkan luka yang kecil dan tidak beraturan.
2.6 Identifikasi Luka Tembak
1. Luka Tembak Masuk
Menembak seseorang dari belakang yang menjauhi anda, dibandingkan
dengan menembak seseorang pada dada, pada saat mempertahankan diri anda dari
serangan yang bersifat fatal, adalah penting untuk membedakan luka masuk dari luka
keluar. Dalam hukum kriminal, membedakan secara tepat, antara kedua hal tersebut,
berarti dapat membedakan antara tuntutan pembunuhan tingkat pertama dan
kemungkinan hukuman mati atau tindakan mempertahankan diri dan tidak ada
tuntutan. Untungnya, aplikasi dari beberapa konsep dasar biasanya akan
memperbolehkan diferensiasi akurasi dari luka masuk dan luka keluar.
Ciri luka masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan abrasi tepi
yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi tepi tersebut
berupa goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru ketika menekan
masuk ke dalam tubuh. Abrasi tepi dapat bersifat konsentris ataupun eksentris. Ketika
ujung peluru melakukan penetrasi ke dalam kulit, maka hal tersebut akan
menghasilkan abrasi tepi yang konsentris, yaitu goresan pada kulit berbentuk cincin
dengan ketebalan yang sama, oleh karena peluru masuk secara tegak lurus terhadap
kulit. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit dengan membentuk sudut,
maka hal ini akan menghasilkan abrasi tepi yang eksentris, yaitu bentuk cincin yang
lebih tebal pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang eksentris
mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi tepi,
semakin kecil sudut peluru pada saat mengenai kulit.
Luka masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin memiliki
sobekan pada tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi ketika peluru
kehilangan putaran oleh karena menembak di dalam laras senjata. Bahkan dalam
perjalananya dengan terpilin, peluru bergerak secara terhuyung ketika menabrak kulit
sehingga sering memberikan gambaran bentuk D pada luka. Luka masuk yang tidak
16
khas dapat disebabkan oleh senjata yang tidak berfungsi baik atau oleh karena
amunisi yang rusak, tetapi lebih sering dihasilkan dari peluru jenis Ricochets atau
peluru yang mengenai benda lain terlebih dulu, seperti jendela yang bergerak
otomatis, sebelum mengena tubuh. Kecepatan peluru teredam setelah mengena media
perantara, hal ini yang menyebabkan terbentuknya abrasi tepi yang tidak khas pada
luka tembak masuk, ketika peluru mengena kulit. Jenis lain dari luka masuk yang
tidak khas terjadi ketika mulut senjata api mengalami kontak langsung dengan kulit di
atas permukaan tulang, seperti pada tulang tengkorak atau sternum. Ketika senjata
ditembakkan, maka hal ini akan menghentikan gas secara langsung dari mulut senjata
ke dalam luka di sekitar peluru. Gas akan mengalami penetrasi ke dalam jaringan
subkutan, dimana gas tersebut meluas sehingga menyebabkan kulit di sekitar luka
tembak masuk menjadi meregang dan robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari
bagian tengah dengan memberikan defek berbentuk stellata atau penampakan seperti
bintang. Luka tembak masuk dapat dibedakan lagi, yaitu :
a. Luka tembak masuk jarak jauh. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh
komponen anak peluru.
b. Luka tembak masuk jarak dekat. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh
komponen anak peluru dan butir-butir mesin yang tidak habis terbakar.
c. Luka tembak masuk jarak sangat dekat atau menempel dengan kulit. Dibentuk
oleh komponen anak peluru, butir mesin, jelaga dan panas api.
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran
yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut
akan didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen
yang keluar dari laras senjata api tersebut .
2. Luka Tembak Keluar
Ketika luka tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak
keluar.Ketika senjata caliber kecil mengenai tubuh, energi sisa pada tiap peluru
biasanya tidak cukup untuk menembus. Luka pada ekstremitas, leher dan kepala akan
mudah untuk dilalui. Jarak juga dapat mempengaruhi efek luka tembak keluar.4
17
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka
tembak keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk.
Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti
bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di
prediksi. Latar belakang variasi bentuknya adalah sebagai berikut:
a. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya masuk
b. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh sehingga
memberi bentuk iregular saat keluar.
c. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1 kesatuan
melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki jaket, maka jaket
dapat terpisah komplit atau sebagian.
d. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat
fragmen tulang tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru.
e. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur anatomi
apapun akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit berhubungan
dengan bentuk anak peluru yang menyebabkannya.
Luka tembak keluar akan meghasilkan gambaran acak atau tdak teratur,
tergantung pada struktur anatominya serta tulang dan jaringan, khasnya
bergerigi,laserasi yang tidak teratur dengan sisi luar yang membuka dan kemungkinan
fraktur komunitf. Luka tembak pada dada dan perut selalu sulit keluar karena adanya
hambatan yang cukup besar. Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan
anak peluru mengoyak kulit pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit
memiliki penahan, maka bentuk luka tembak sirkular atau mendekati mendekati
sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi.
Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka
tembak keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila
pada luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk terdapat
pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang digunakan kaliber kecil (kaliber
22), dan tulang tidak langsung berada di bawah kulit.
Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian
pakaian, pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian
18
ikat pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju,
dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena bagian tangan menahan tempat keluar
anak peluru kemudian posisi pasien tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang
keras. Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan
jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat
dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum
atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam tubuh dan
menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah penghalang kedua yang paling
menghalangi lewatnya anak peluru. Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak
biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat
sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan
rektum.
Gambar 7. Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar
di sebelahkanan
2.7 Klasifikasi Luka Tembak
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa luka tembak terdiri atas luka
tembak masuk dan luka tembak keluar. Namun di sini, akan dijelaskan
karakteristiknya masing-masing, yaitu:
1. Luka Tembak Masuk
a. Luka tembak tempel (kontak)
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat
tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong anak
19
peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras.
Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas
pada malam hari atau ruangan yang gelap.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi
antara gas dan anak peluru: (1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk
mesiu; (2) efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya
tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang
diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan kecepatan
melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan
melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas
yang diproduksi merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap
anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung antara
kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal
ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat
ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam
jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap
penetrasi yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam7.
Ketika senjata ditembakkan dengan menempel pada kulit, gambaran akan
tampak bermacam-macam tergantung apakah moncong senjata ditekan ke permukaan
kulit sehingga melekat erat, atau apakah tidak menempel pada kulit. Gambaran akan
tampak beda jika terdapat pakaian diantara moncong senjata dan kulit. Pada jaringan
lunak, seperti ekstremitas, abdomen, dan juga dada, luka akan tampak kecil dan
sirkuler. Akan ada pembakaran dan penghitaman pada dinding luka,. Jika antara
moncong senjata denga kulit menempel kuat akan ada sedikit bahkan tidak ada nyala
api dan debu, kecuali kalau pakaian menutupinya. Dalam luka, pada jaringan akan
ada beberapa bintilk-bintik kotoran dengan jelaga atau partikel-partikel amunisi.
Kebanyakan amunisi senjata tampak bersih, dibandingkan dengan peluru senjata api
sehingga jelaga bisa tidak ditemukan.Biasanya hyperemia terdapat disebelah luar
cetakan diameter moncong senjata, dan karbon monoksida akan diserap oleh
20
Hemoglobin dan Mioglobin disekitar kulit luka dan pada bekas yang lebih dalam.
Kemungkinan akan ada luka memar yang kadang meluas meskipun bentuknya tidak
simetris dan jarang. Perluasan jaringan karena gas yang masuk memaksa kulit lebih
keras melawan ujung laras, dan jejak moncong senjata mungkin akan terbentuk. Jika
luka tempel di atas tulang terutama tulang tengkorak, terjadi fenomena yan sama
dengan luka senjata api. Tampak gambaran linier atau seperti bintang6.
Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan
bunuh diri. Cara yang biasa dilakukan:
1) Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik
senjata.
2) Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan
tidak miring.
Sasarannya, yaitu :
- Daerah temporal
- Dahi sampai occiput
- Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak.
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan
cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang
disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas masuk
kedalam dan akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini
menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata
api dengan picu, maka picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari
dan jari telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand.
Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit, dapat
dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang kepala
dengan selaput otak keras (tabula interna).2,5,9
22
kecil.Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan.
Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam, tergantung
bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan bentuk pipih pada tepinya.
Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur, menyebabkan tato bentuk bintikbintik atau titik-titik. Karena bentuk gumpalan lebih kecil dari bentuk serpihan
sehingga daerah berkelim tato pada gumpalan lebih halus.
Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut, makin
besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum dipakai
adalah dengan mengukur dua koordinat, potongan longitudinal dan transversal. Untuk
kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama, amunisis
yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat yang sama persis
dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.2,5,9
Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap
pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan
penembakan terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian,
yaitu (1) Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri
oleh korban dari jarak jauh; (2) kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka
tembak tempel yang mirip luka tembak jarak jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena
adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4)
Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada
pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius terhadap penyelidikan7.
Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran hanyalah anak
peluru saja.Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan.Pada luka tembak jarak jauh
ini hanya ditemukan luka bersih dengan contusio ring.Pada arah tembakan tegak lurus
permukaan
sasaran
(tangensial)
bentuk
contusio
ringnya
konsentris,
24
25
b.
Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka hal
ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan daya
tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.
Gambar 12. Tidak ditemukan kelim lecet pada luka tembak keluar
Adapun faktorfaktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka
tembak masuk adalah:1
Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada
26
Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan
keluar yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan
lebih kecil bila dibandingkan dengan luka tembak masuk.
Luka tembak keluar sebagian (partial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh
karena tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan
pada tempat dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya
berbentuk celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah
tersebut.
Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru yang ditembakkan, ini
dimungkinkan karena :
- Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar.
- Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong
keluar pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
Dua peluru masuk ke dalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (tandem bullet
injury), dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar melalui
tempat yang berbeda.
2.8. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar
Tabel 1. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar11
Luka tembak masuk
Luka tembak keluar
Ukurannya kecil, karena peluru menembus Ukurannya lebih besar dan lebih tidak
kulit seperti bor dengan kecepatan tinggi
Tidak ada
27
bagus bentuknya
Bisa tampak warna merah terang akibat
Tidak ada
Anak peluru
Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar
Asap atau jelaga
Api
Partikel logam
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak
yang melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila
penembakan dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat pada
tubuh korban, maka akan terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata yang dipakai
termasuk senjata yang tidak beralur (smooth bore), maka komponen yang keluar
adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau tersebar dalam bentuk pellet, tutup dari
peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan kelainan dalam bentuk luka.Komponen
28
atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan akan menimbulkan
kelainan pada tubuh korban sebagai berikut:
1) Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
Kecepatan
Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
Bentuk dan ukuran peluru
Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan
luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya
lebih rendah (low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru
mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila
terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam
fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan
dengan jantung dalam fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut
disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:
a.Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan
c.Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau
rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga
terjadi kelim lecet (abrasion ring)
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke
segala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh akan
terbentuk lubang yang lebih besar dari diameter peluru
e.Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang
terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas
dari jaringan
f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang
terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah
29
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat diketahui
dari bentuk kelim lecet
h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah
tersebut
i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai pewarnaan
kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau kelim lemak
(grease ring/ grease mark)
j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk luka
yang terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya mempunyai
densitas besar seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru disertai pula
dengan gas yang terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya,
sehingga robekan yang tejadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang
k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter
lubang luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah
masuknya peluru
l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan
dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze
m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu
dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound
2) Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling
a.Butir butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk ke
dalam kulit
b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-bintik
hitam dan bercampur dengan perdarahan
c.Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam
tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm
e.Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit, tiosianat,
tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida, sedangkan smoke less
powder terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur dengan karbon dan
gravid
30
31
c.Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan
mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan
moncong senjata
d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong
senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang
terjadi
e.Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka, sedangkan
pada soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut akan tampak
sebagian sebagai garis lengkung
f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato, oleh
karena tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga dan butir
mesiu ada yang keluar melalui celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga
terdapat adanya kelim jelaga dan kelim tato.
7) Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk
Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya
cukup tebal, maka dapat terjadi:
Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau
jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.
Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban
dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat
sekali, yaitu maksimal 15 cm. Luka tembak tempel bentuknya seperti bintang,
dengan gambaran bundaran laras senjata api dengan tambahan gambaran
vizierkorrel (pejera, foresight) akibat panasnya mulut laras. Bila larasnya
menempel pada kulit, gas peluru ikut masuk ke dalam luka, dan berusaha
menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka.Sementara luka tembak jarak
dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah sekitar luka. Gambaran mesiu
ini tergantung jenis senjata dan panjang laras. Mesiu hitam lebih jauh
jangkauannya dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka tembak jarak jauh,
luka bersih dengan cincin kontusio, pada arah tembakan tegak lurus permukaan
sasaran bentuk cincin kontusionya konsentris dan bundar1.
2.11 Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering
dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat
dilakukan dengan baik, akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat.
Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur
sebagai berikut: Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3% by
volume). Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa
yang terjadi dan membersihkan darah. Dengan pemberian hidrogen perokside tadi,
luka tembak akan bersih, dan tampak jelas, sehingga diskripsi dari luka dapat
dilakukan dengan akurat. Selain secara makroskopik, yaitu dengan karakteristik pada
luka tembak masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan
secara pasti bahwa luka tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh karena tidak
selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun
33
dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat di temukan ialah timah, antimon, nikel,
tembaga, bismut perak dan thalium. Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat
dilakukan terhadap pakaian, didalam atau di sekitar luka.Pada pelaku penembakan,
unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang menggenggam senjata1.
3. Pemeriksaan dengan Sinar-X
Pemeriksaan foto rontgen pada luka tembak kurang bermanfaat. Ada beberapa
alasan penggunaan fotot rontgen yakni:
a. Untuk mengetahui lokasi peluru.
b. Untuk mengetahui lokasi pecahan peluru. Meskipun luka tembaknya
merupakan luka tembak terbuka, peluru mungkin pecah dan berada dalam
tubuh.
c. Untuk mengetahui saluran peluru.
d. Untuk mengetahui defek pada tulang.
e. Untuk mengetahui adanya emboli udara berkaitan dengan adanya bahaya pada
pembuluh darah yang besar akibat peluru.
f. Sebagai bukti tertulis bahwa tubuh korban telah diperiksa dan adanya luka
akibat peluru.
g. Untuk menyingkirkan adanya peluru dalam tubuh.
Radiografi dapat juga digunakan pada pasien hidup untuk menentukan
beberapa karakteristik adanya peluru dalam tubuh.Terdapat masalah yang tidak
diharapkan saat radiografi digunakan sebagai pemeriksaan rutin untuk memeriksa
luka tembak.
Foto rontgen dapat menyatakan ada peluru yang mungkin tidak berhubungan
dengan penembakan yang sedang diselidiki. Yang kedua, kaliber dari peluru tidak
dapat ditentukan dengan tepat dengan menggunakan foto rontgen. Adanya distorsi
dengan menggunakan foto rontgen besar dan tergantung jarak peluru dari film X ray.
Sangat sulit memperkirakan kaliber yang tepat dari peluru berdasarkan penampilan
peluru di foto rontgen. Pemeriksaan radiografi yang lain kadang-kadang digunakan
pada pemeriksaan luka tembak. Ini terdiri dari soft X-rays yang terkadang dinamakan
grenz rays.
Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar-X ini pada umumnya untuk
memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian pula bila
35
36
37
38
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh senjata
api. Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan
mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui
larasnya. Berdasarkan panjang larasnya, senjata api ini dikelompokan menjadi senjata
api laras pendak dan senjata api laras panjang, sedangkan berdasarkan alur pada laras,
senjata api dikelompokan menjadi senjata api baralur dan senjata api tanpa alur.
Pada luka tembak terjadi robekan dan kerusakan jaringan yang diakibatkan
daya dorong peluru dalam menembus jaringan.Luka tembak dikelompokan menjadi
luka tembak masuk dan luka tembak keluar, namun pada klasifikasi ini yang tidak
kalah penting adalah jarak tembakan yaitu luka tembus masuk tempel, luka tembus
masuk jarak dekat maupun luka tembus masuk jarak jauh.Penentuan jarak ini juga
dapat menentukan efek dari tembakan. Efek dari tembakan ini diakibatkan oleh
komponen peluru yang mengenai tubuh yaitu anak peluru, mesiu, asap jelaga, api dan
partikel logam
Pendeskripsian luka tembak dilakukan demi kepentingan medikolegal.Deskripsi
luka ini mencakup lokasi luka, ukuran dan bentuk luka, lingkaran abrasi, lipatan kulit
yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada), dan bagian tubuh yang
ditembus.Selain dekripsi luka, kita juga harus menentukan jarak tembakan dan arah
tembakan. Penentuan jarak tembakan ini dapat dilihat dari adanya jejas laras, kelim
api, kelim jelaga, atau kelim tato. Pemeriksaan khusus pada luka tembak masuk
seperti pemeriksaan mikroskopik, kimiawi, sinar x mungkin diperlukan.
3.2 Saran
1. Diharapkan seorang dokter atau calon dokter mampu mendeskripsikan luka
tembak.
39
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa
Aksara; p.131-168.
2. Hueske E. 2009. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks,
Practice and Resource.
3. Algozi Agus M. 2011. Luka Tembak. (online).
(www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf, diakses
tanggal 17 April 2013).
4. Ashari irwan. 2011. Luka Tembak. (online). (http://www.irwanashari.com/lukatembak/, diakses tanggal 17 April 2013).
5. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. 2011. Gunshot wound. (online).
(http://www.freewebs.com/gunshot_wound/luka tembak pada tulang.htm,, diakses
tanggal 17 April 2013).
6. Anonim. 2011. Forensic Pathology. (online).
(http://library.med.utah.edu/WebPath/FORHTsML/FOR039.html, diakses tanggal
17 April 2013).
7. Windi, dkk. 2006. Traumatologi Forensik. (online).
(http://www.freewebs.com/traumatologie2/traumatologi.htm, diakses tanggal 17
April 2013).
8. Pounder D.J. 2008. Department of Forensic Medicine, University of Dundee,
Lecture Note, Gunshot Wounds. (online).
(http://www.dundee.ac.uk/forensicmedicine/notes/gunshot.pdf, diakses pada 17
April 2013).
9. Anonim. 2007. Arti Klinis Luka Tembak. (online).
(http://medlinux.blogspot.com/2007/11/arti-klinis-luka-tembak.html,diakses pada
17 April 2013).
10. Di Maio, V.J.M. 2010. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms,Ballistics,
and Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press. page. 72-140.
11. Chadha P.V. 2011. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V.Jakarta
41