You are on page 1of 28

PROPOSAL PENELITIAN

I.

Nama Peneliti
NIM / Semester

II.

: Ikhsan Marsaid
: G0010098 / VI

Judul Penelitian
Hubungan antara nilai Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan dengan
kemampuan manajemen waktu mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

III.

Bidang Ilmu : Medical Education

IV.

Latar Belakang Masalah


Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan (SPKK) adalah takaran penilaian
terhadap kegiatan kemahasiswaan yang diperoleh pada saat mahasiswa tersebut
ikut serta dalam suatu kegiatan non akademik. Kegiatan Kemahasiswaan adalah
kegiatan ekstrakurikuler di dalam maupun di luar kampus yang menunjang
kegiatan kurikuler, serta merupakan salah satu jalur pembinaan dan pengawasan
aktivitas kemahasiswaan di Universitas Sebelas Maret (Buku panduan SPKK,
2011).
Ruang lingkup SPKK disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa, berfokus
pada keseimbangan komponen hardskills, softskills, dan spiritual quotient.
Beban Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan (SPKK) yang harus dipenuhi oleh
setiap mahasiswa adalah minimal 50 (lima puluh) SPKK masing-masing aspek
dan harus sudah tercapai paling lambat di semester 5 (Buku Panduan SPKK,
2011).
Pada tahun ajaran 2007/2008 hingga 2012/2013 Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) dengan Problem Based Learning (PBL) mengacu pada Standar
Pendidikan Profesi Dokter yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
pada tahun 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan Problem

Based Learning (PBL) tersebut mempunyai perbedaan dengan kurikulum


sebelumnya. Perbedaan tersebut menurut Halonen (2010) salah satunya adalah
memerlukan perubahan paradigma pergeseran dari fokus dari apa yang
diajarkan dosen (teacher-centered) menjadi apa yang dipelajari mahasiswa
(student-centered).
Salah satu akibat dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan
Problem Based Learning (PBL) adalah perubahan pandangan dosen sebagai
pakar yang berperan sebagai bank pengetahuan melalui kuliah dan peragaan
di kelas, menjadi dosen sebagai fasilitator atau tutor pembelajaran. Situasi
semacam ini menuntut mahasiswa lebih banyak untuk belajar mandiri di luar
jam kuliah yang sudah disediakan (Halonen, 2010).
Pada

implementasinya,

mahasiswa

diharapkan

lebih

aktif

untuk

memecahkan masalah dengan cara menggunakan berbagai sumber ilmu untuk


memecahkan masalah tersebut. Sehingga, mahasiswa akan mempunyai banyak
pengetahuan yang berasal dari berbagai sumber ilmu. Mahasiswa dituntut untuk
dapat memiliki kemampuan dalam hal manajemen waktu agar dapat
mendapatkan hasil yang terbaik.
Pada penelitian Zampetakis (2010) mengenai kreativitas, didapatkan hasil
bahwa kreativitas berkorelasi positif dengan perencanaan harian,
dengan percaya diri seseorang pada perencanaan jangka panjang,
dengan pengontrolan waktu, dan dengan kegigihan.

Selain itu, penelitian mengenai manajemen waktu dan memory


oleh Macan (2010) terdapat korelasi signifikan yang mengindikasikan
bahwa orang yang melaporkan mereka dapat me-manage waktu
dengan baik mendapatkan prospective memory dan retrospective
memory yang baik.
Penelitian

dari

Wang,

et

all

(2011)

menunjukkan

bahwa

ditemukan hubungan positif antara manajemen waktu luang dan


kualitas hidup.

Manajemen

waktu juga

berhubungan

dengan

motivasi

personal.

Berdasarkan temuan dari studi Mirzaei (2012), manajemen waktu siswa berkaitan
denganmotivasipersonal.Merekayangmempunyaitujuanbesarmenjadiperawat,akan

menempatkan kepentingan yang besar di kewajiban akamedik. Mereka akan


menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengerjakan tugas akademik disbanding
dengantugaslain.

Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan (SPKK) memaksa mahasiswa


menyisihkan waktu, finansial, dan pikiran mereka untuk aktif dalam kegiatan
tertentu, seperti organisasi, seminar, simposium, dan sebagainya. Selain itu juga
memaksa mahasiswa untuk melakukan berbagai kegiatan dengan tujuan harus
mencapai nilai minimal Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan (SPKK). Semua
kegiatan tersebut akan memengaruhi kemampuan manajemen waktu mahasiswa.
Padahal seperti yang telah disebutkan bahwa manajemen waktu berkaitan erat
dengan kreativitas, memory, dan motivasi. Kreativitas, memory, dan motivasi itu
akan berperan dengan kemampuan mahasiswa untuk belajar selama di FK UNS.
Dengan latar masalah tersebut maka penulis bermaksud meneliti mengenai
hubungan antara nilai Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan (SPKK) dengan
kemampuan manajemen waktu mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas
Sebelas Maret.

V.

Rumusan Masalah
Adakah Hubungan antara nilai Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan dengan
kemampuan manajemen waktu mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas
Sebelas Maret?

VI.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara nilai Sistem Poin Kegiatan
Kemahasiswaan dengan kemampuan manajemen waktu mahasiswa Pendidikan
Dokter Universitas Sebelas Maret.

VII.

Manfaat Penelitian
A. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan
antara nilai Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan dengan kemampuan
manajemen waktu mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Sebelas Maret
B. Manfaat aplikatif
1. Memberi informasi kepada pembaca dan masyarakat terutama pemegang
posisi strategis dalam bidang pendidikan kedokteran mengenai hubungan
antara nilai Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan dengan kemampuan
manajemen waktu mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Sebelas
Maret.
2. Dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian lain yang sejenis.

VIII.

Tinjauan Pustaka
A. Beban Mahasiswa Terhadap Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan
1. Pengertian Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan
Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan (SPKK) adalah takaran
penilaian terhadap kegiatan kemahasiswaan yang diperoleh pada saat
mahasiswa tersebut ikut serta dalam suatu kegiatan non akademik.
Kegiatan Kemahasiswaan adalah kegiatan ekstrakurikuler di
dalam maupun di luar kampus yang menunjang kegiatan kurikuler, serta

merupakan salah satu jalur pembinaan dan pengawasan aktivitas


kemahasiswaan di Universitas Sebelas Maret (Buku Panduan SPKK
2011).

2. Dasar pemberlakuan Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan


Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret melalui
Surat

Keputusan

Dekan

Fakultas

Kedokteran

UNS

nomor

1821/UN27.06/KM/2012 memutuskan permberlakuan Sistem Poin


Kegiatan Kemahasiswaan (SPKK) sejak angkatan 2010 sebagai sistem
resmi penilaian kegiatan kemahasiswaan dan track record kegiatan
kemahasiswa dan bersifat individual.
3. Ruang Lingkup Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan
Ruang lingkup kegiatan kemahasiswaan yang dapat diperhitungkan
poinnya, menurut Buku Panduan SPKK tahun 2012 meliputi :
a. Kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi
1) Akademik
2) Penelitian dan Karya Tulis
3) Pengabdian Masyarakat
b. Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan / Unit Kegiatan Mahasiswa
1) Softskills
2) Minat dan Bakat (UKM)
3) Organisasi Kemahasiswaan
4) Kerohanian / Spiritual
Ruang lingkup di atas disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa,
berfokus pada keseimbangan komponen hardskills, softskills, dan
spiritual quotient.
4. Beban Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan
Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam bidang hardskills,
softskills, dan spiritual quotient mempunyai tingkatan poin yang
berbeda-beda. Buku Panduan SPKK tahun 2012 menjelaskan mengenai
beban nilai Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan sebagai berikut :

a. Beban Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan (SPKK) yang harus


dipenuhi oleh setiap mahasiswa adalah minimal 50 (lima puluh)
SPKK masing-masing aspek dan harus sudah tercapai paling lambat
di semester 5.
b. Beban SPKK ini berlaku bagi mahasiswa Tahun Akademik 2010 dan
seterusnya.
5. Hardskills, Softskills, dan Spiritual Quotient
Hardskills merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya.
Sementara itu, soft skills adalah keterampilan seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan
dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu
mengembangkan unjuk kerja secara maksimal (Coates, 2006).
Yang disebut hardskills adalah keterampilan spesifik, kemampuan
mendidik yang mungkin diperlukan dalam konteks tertentu, seperti
pekerjaan atau aplikasi universitas. Sementara soft skills adalah istilah
sosiologis

yang

berkaitan

dengan

"seseorang

EQ"

(Emotional

Intelligence Quotient), cluster sifat kepribadian, keterampilan sosial,


komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang
menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Dengan kata lain hard skills
lebih bersifat akademik sementara softskills bersifat non akademik
(Tambunan, 2011).
Kamus

Oxford

(Oxford

dictionaries)

memberikan

definisi

mengenai softskills sebagai sifat personal yang dapat membuat


seseorang untuk berinteraksi secara efektif dan harmonis dengan orang
lain. Kamus Oxford (Oxford dictionaries) juga mendefinisikan kata
spiritual sebagai Hal-hal yang berkaitan atau memberikan efek terhadap
semangat hidup atau jiwa seseorang yang tidak berkaitan dengan sesuatu
yang bersifat fisik dan material.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan yang dihadapi. Makna dan nilai kecerdasan

spiritual yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita


dalam konteks makna yang lebih luas, dan atau menilai bahwa tindakan
atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding yang lain (Zohar
dan Marshall, 2000).
Sementara menurut Sinetar dan Khavari (2000), kecerdasan
spiritual merupakan pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, dan
efektivitas yang terinspirasi penghayatan ketuhanan dimana kita menjadi
bagian didalamnya.
B. Beban Akademik Mahasiswa
1. Standar Pendidikan Profesi Dokter
Standar Kompetensi adalah kualifikasi yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi dokter diatur oleh
Konsil Kedokteran Indonesia sesuai pasal 8 Undang-Undang RI No. 29
tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal terhadap
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Standar nasional pendidikan adalah acuan minimal yang
terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana

dan

prasarana,

pengelolaan,

pembiayaan,

dan

penilaian

pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.


Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan
kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan.
Pendidikan Dokter adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk
menghasilkan dokter yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan primer dan merupakan pendidikan kedokteran dasar
sebagai pendidikan universitas. Pendidikan kedokteran dasar terdiri dari
2 tahap, yaitu tahap sarjana kedokteran dan tahap profesi dokter
Pendidikan

Universitas

merupakan

pendidikan

di

bawah

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Departemen


Pendidikan Nasional

Profesi Kedokteran adalah suatu pekerjaan kedokteran yang


dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan dan kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan yang berjenjang, serta kode etik yang bersifat
melayani masyarakat sesuai UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
Standar Pendidikan Profesi Dokter adalah standar minimal yang
harus

dipenuhi

oleh

institusi

pendidikan

kedokteran

dalam

menyelenggarakan pendidikan dokter.


Standar pendidikan dokter di Indonesia adalah perangkat penyetara
mutu pendidikan dokter yang dibuat dan disepakati bersama oleh
stakeholder

pendidikan

dokter

Standar

pendidikan

dokter

juga

merupakan perangkat untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan


sesuai kompetensi. Standar pendidikan dapat pula dipergunakan oleh
Institusi Pendidikan untuk menilai dirinya sendiri serta sebagai dasar
perencanaan program perbaikan kualitas proses pendidikan secara
berkelanjutan.
Komponen standar pendidikan dokter meliputi isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, serta evaluasi proses pendidikan. Standar dari
masing-masing komponen pendidikan tersebut harus selalu ditingkatkan
secara berencana dan berkala mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan

teknologi

kedokteran

(medical

science

and

technology),

perkembangan ilmu dan teknologi pendidikan kedokteran (medical


education and technology) dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan (public health needs and demands) (Konsil Kedokteran
Indonesia, 2006).
2. Program Pendidikan
a. Model Kurikulum
Model kurikulum berbasis kompetensi dilakukan dengan
pendekatan terintegrasi baik horizontal maupun vertikal, serta

berorientasi pada masalah kesehatan individu, keluarga, dan


masyarakat dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
b. Struktur, Komposisi dan Durasi Kurikulum
1) Struktur kurikulum terdiri dari dua tahap, yaitu tahap sarjana
kedokteran dan tahap profesi dokter. Tahap sarjana kedokteran
dilakukan minimal 7 semester (112 minggu atau minimal 4480
jam atau minimal 144 SKS) dan diakhiri dengan gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked). Tahap profesi dokter dilakukan minimal 3
semester (minimal 72 minggu atau minimal 2880 jam) di RS
Pendidikan dan wahana pendidikan lain, serta diakhiri dengan
gelar Dokter (dr).
2) Kurikulum dilaksanakan dengan pendekatan/ strategi SPICES
(Student-centred, Problem-based, Integrated, Communitybased,
Elective/ Early clinical Exposure, Systematic).
3) Kurikulum pendidikan dokter di tingkat institusi terdiri dari
muatan yang disusun berdasar Standar Kompetensi Dokter yang
disahkan oleh KKI dan muatan lokal. Beban muatan lokal
maksimal 20% dari seluruh kurikulum.
4) Muatan lokal kurikulum institusi dikembangkan oleh setiap
institusi sesuai dengan visi, misi, dan kondisi lokal, dapat
merupakan materi wajib dan atau materi elektif.
5) Materi elektif memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengembangkan minat khusus
3. Kurikulum Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret
a. Model Kurikulum
Kurikulum

Berbasis

Kompetensi

Fakultas

Kedokteran

Universitas Sebelas Maret adalah kurikulum di mana 80%


kompetensi yang harus dikuasai peserta didik adalah hasil
penjabaran

Standar

Kompetensi

Dokter

Indonesia

Konsil

Kedokteran Indonesia tahun 2006 dan 20% lainnya merupakan

muatan lokal yang menjadi ciri khas Fakultas Kedokteran


Universitas Sebelas Maret, sesuai dengan visi misi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Mengingat persiapan yang
dilakukan dan telah dianggap memadai maka, Kurikulum ini telah
dilaksanakan pada tahun ajaran 2007-2008 bagi mahasiswa baru
(Kurikulum FK UNS, 2007).
b. Nilai Kredit
Menurut kurikulum FK UNS (2007) Nilai satuan kredit
semester untuk setiap kegiatan di Program Studi Pendidikan Dokter
ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa variabel:
1) Tingkat kemampuan/kompetensi yang ingin dicapai. Tingkat
keluasan dan kedalaman bahan kajian yang dipelajari.
2) Cara/strategi pembelajaran yang akan diterapkan.
3) Posisi(letaksemester)suatukegiatanpembelajarandilakukan.
4) Perbandingan terhadap keseluruhan beban studi di satu semester.
Nilai kredit pada setiap topik blok/ Laboratorium Ketrampilan
Klinik

(skills

lab)

yang

penyelenggaraan

pembelajarannya

menggunakan tatap muka, tugas terstruktur dan tugas mandiri, beban


studi 1 SKS tiap minggu mengikuti ketentuan:
1) untuk mahasiswa
50 menit tatap muka/kegiatan pembelajaran terjadwal
dengan tenaga pengajar, 60 menit acara kegiatan akademik
terstruktur yaitu kegiatan studi yang tidak terjadwal tetapi
direncanakan dan dipantau oleh tenaga pengajar/pembimbing
akademik (PA), dan 60 menit acara kegiatan akademik mandiri,
yaitu kegiatan yang harus dilakukan mahasiswa atas dasar
kemampuannya untuk mendalami, mempersiapkan, atau tujuan
lain dari suatu tugas akademik dan dipantau oleh tenaga
pengajar (PA).
2) untuk tenaga pengajar

10

50

menit

acara

tatap

muka/kegiatan

pembelajaran

terjadwal dengan mahasiswa, 60 menit acara perencanaan dan


penilaian

kegiatan

akademik

terstruktur

dan

60

menit

pengembangan materi pembelajaran.


3) Bobot SKS kegiatan yang belum diatur pada peraturan ini diatur
dalam peraturan tersendiri.
(Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Dokter, 2012)
4. Model Pembelajaran Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret
Metode pembelajaran di tahap Sarjana Kedokteran ada beberapa
macam yaitu : metode pembelajaran dalam blok (diskusi tutorial,
praktikum, kuliah), skills lab, dan field lab. Selain itu di Fakultas
Kedokteran UNS juga terdapat beberapa bentuk pembelajaran lain
meliputi workshop dan course.
a. Diskusi Tutorial
Yang dimaksud dengan diskusi tutorial di fakultas kedokteran
UNS adalah diskusi kelompok dengan dipandu seorang tutor, dan
menggunakan langkah seven jumps (Problem Based Learning).
Bahan yang digunakan untuk berdiskusi adalah skenario yang
sudah dibuat oleh tim penyusun blok.
b. Praktikum
Kegiatan di laboratorium untuk menunjang pencapaian learning
objective pada ranah kognitif.
c. Kuliah
Kuliah yang dilaksanakan dalam pembelajaran model PBL di FK
UNS ada 5 jenis, yaitu :
1) Kuliah Pengantar
Kuliah ini diberikan saat mahasiswa pertama kali
memasuki blok atau sebelum tutorial skenario I.Pada kuliah
pengantar ini mahasiswa dijelaskan materi umum blok yang
bersangkutan. Materi yang diterangkan pada mahasiswa adalah :

11

a) Tujuan umum blok


b) Ruang lingkup blok
c) Skema umum blok
d) Tata tertib, pelaksanaan dan penilaian dalam blok
e) Referensi yang dapat menjadi pegangan mahasiswa dalam
blok yang bersangkutan
2) Kuliah Penunjang
Kuliah penunjang adalah kuliah yang berisi materi yang
seharusnya

dikuasai

mahasiswa

(sesuai

dengan

tujuan

pembelajaran dalam blok), akan tetapi tidak bisa tercakup dalam


skenario yang didiskusikan, dalam praktikum, maupun dalam
kegiatan skills lab dan field lab. Learning objective dapat
dicapai hanya dengan perkuliahan saja. Penentuan materi apa
yang akan diberikan dalam kuliah dilakukan oleh tim penyusun
blok dan berkoordinasi dengan lab / bagian yang bersangkutan.
Penyusunan jadwal kuliah perlu dikoordinasikan dengan Tim
Pelaksana KBK.
3) Kuliah Akhir Blok
Rangkuman seluruh materi yang dipelajari dalam blok
oleh pengelola blok yang mewakili bidang-bidang yang terkait
kemudian dilanjutkan dengan diskusi terbuka, minimal dihadiri
3 orang panelis.
4) Workshop
Pembelajaran yang dilakukan dalam suatu satuan waktu,
sesuai dengan tema blok dan tidak bisa diselenggarakan dalam
bentuk kuliah, praktikum, tutorial, field lab, atau skills lab.
Bentuk dirancang oleh pengelola workshop dan pada akhir
workshop diharap terbentuk produk yang disesuaikan dengan
ilmu yang dipelajari.
5) Course
Pembelajaran yang dilakukan dalam suatu satuan waktu,
tidak sesuai dengan tema dan learning objective blok dan tidak

12

bisa diselenggarakan dalam bentuk diskusi tutorial, field lab,


atau skills lab. Bentuk dirancang oleh pengelola course. Pada
akhir course diharap terbentuk produk yang disesuaikan dengan
ilmu yang dipelajari.
(Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Dokter, 2012)
d. Skills Lab
Skills lab atau disebut juga praktikum keterampilan klinis yaitu
suatu kegiatan di laboratorium dimana mahasiswa diajarkan
beberapa keterampilan klinik. Kegiatan ini betujuan untuk
menunjang pencapaian kompetensi klinis.
e. Field Lab
Adalah bentuk pembelajaran untuk melatih keterampilan di
bidang kesehatan-kedokteran komunitas yang dilakukan secara
langsung di lapangan (sarana kesehatan masyarakat).
(Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Dokter, 2012)
C. Manajemen waktu
5. Pengertian manajemen waktu
Definisi manajemen waktu, apabila dilihat dari kata penyusunnya
maka terdiri dari atas dua kata, yaitu manajemen dan waktu. Manajemen
sendiri menurut Manullang (2009) adalah seni ilmu perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Jadi manajemen waktu adalah usaha untuk memanfaatkan setiap
bagian dari waktu untuk dilakukan aktivitas tertentu yang mana telah
ditentukan target dalam jangka waktu tertentu suatu aktifitas atau
pekerjaan harus sudah diselesaikan.
Oxford brookes university menjelaskan bahwa tujuan dari
mengolah waktu adalah untuk menghabiskan waktu melakukan hal-hal
yang membantuk meraih tujuan-tujuan dan hal-hal yang berharga dan
diprioritaskan

secara

personal.

Mayoclinic

menjelaskan

bahwa

manajemen waktu yang efektif adalah kunci primer untuk mengurangi


tingkat stress dalam kehidupan.

13

Manajemen waktu sendiri dapat dikembangkan dan dilatih dengan


berbagai cara. Menurut Jackson (2009) ada setidaknya 4 cara untuk
mengembangkan

dan

melatih

manajemen

waktu,

yaitu

goals,

organization, delegation, dan relaxation.


6. Peranan waktu dalam kesuksesan
Waktu adalah salah satu sumber daya yang harus diatur sedemikian
rupa secara efisien untuk mendapatkan tujuan. Misalkan seorang
administrator sekolah yang mengkoordinasikan aktivitas kepada staff dan
murid harus dapat mengatur waktu dengan baik untuk mendapatkan
tujuan dari sekolah. Namun bagaimanapun juga, waktu berbeda dengan
sumber daya yang lain. Ini karena waktu tidak dapat diakumulasikan
seperti mesin atau material yang dapat diganti seperti pekerja. Waktu
tidak dapat diperbaiki. Waktu memerlukan manajemen yang efektif untuk
kesuksesan organisasi. (Ekundayo, 2011)
7. Mengembangkan dan Meningkatkan Manajemen Waktu
Manajemen waktu dan rencana organisasi yang realistis dapat
meningkatkan

produktivitas

dan

kualitas

kehidupan.

Namun,

kemampuan ini bisa sulit untuk dikembangkan dan dipertahankan.


Elemen kunci dari manajemen adalah goals (tujuan), organization
(organisasi), delegation (delegasi), dan relaxation (relaksasi).
a. goals (tujuan)
Perkembangan goals (tujuan) merupakan suatu yang kritis
untuk kesuksesan personal. Setiap orang mempunyai tujuan jangka
menengah dan jangka panjang. Dalam banyak kasus, tujuan atau
tugas jangka pendek menggantikan tujuan jangka panjang sehingga
pada titik tertentu seorang individu mungkin tidak pernah dapat
mencapai tujuan hidupnya. Untuk menentukan apakah seseorang
sudah jatuh ke dalam perangkap ini, tulislah 3 atau 5 tujuan hidupmu
yang paling anda inginkan. Kemudian tulislah 10 kegiatan yang akan
anda lakukan pada minggu depan. Bandingkanlah dua daftar

14

tersebut. Apakah daftar pekerjaan minggu depan yang anda tulis


berkaitan dengan daftar tujuan hidup anda?
Penting untuk bekerja menuju tujuan hidup dengan tambahan
meraih tugas yang mendesak. Ini berarti anda harus meningkatkan
tujuan hidup anda menuju prioritas yang lebih tinggi. Namun jelas,
anda tidak bisa mengabaikan begitu saja banyaknya aktivitas
mingguan anda. Namun jika anda tidak bekerja menuju ke tujuan
hidup anda, anda tidak akan pernah meraihnya.
b. organization (organisasi)
Ada dua komponen dasar pada organisai : mengorganisasi
barang dan mengorganisasi waktu. Keduanya dibuthkan untuk
sukses mencapai tujuan. Disorganisasi dan kekacauan akan
menambah stress. Kita menyia-nyiakan waktu untuk melihat
informasi penting, namun seringnya gagal untuk menemukannya.
Kita merasa kewalahan dengan jumlah tugas untuk diselesaikan dan
sayangnya

kita

mengabiskan

terlalu

banyak

watu

untuk

mengkhawatirkan pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai. Keadaan


seperti ini membuat bingung antara pekerjaan yang penting dan
pekerjaan yang tidak signifikan pentingnya.
c. delegation (delegasi)
Sebelum melakukan suatu pekerjaan, tanyakan pada diri anda,
Kenapa harus saya? Delegasikan kapanpun sebisa mungkin dan
seberalasan mungkin. Namun, anda harus terus mengecek untuk
memastikan bahwa pekerjaan telah dilakukan. Dan kadang seseorang
mengerjakan suatu pekerjaan lebih lama daripada anda. Jangan
merasa bersalah ketika mendelegasi, berpikirlah sebagai kesempatan
untuk membangun kepemimpinan untuk orang lain. Banyak tugas
yang dapat ditangani dengan efektif oleh orang lain. Jangan
menggunakan waktu untuk melakukan sesuatu yang orang lain bisa
lakukan secara lebih baik dan lebih mudah.
d. relaxation (relaksasi)

15

Jelas, ini sangat perlu untuk menyeimbangkan pekerjaan


dengan relaksasi. Keseimbangan antara bekerja dengan waktu
personal tidak seharusnya diabaikan. Ketika kita mengambil waktu
untuk relaks dengan keluarga dan teman, kejarlah hobi yang lain, dan
sungguh untuk lepas. Kita mengisi ulang dan menemukan
kekuatan yang baru untuk mengerjakan semua pekerjaan yang ada.
(Jackson, 2009)
8. Hubungan Manajemen Waktu dengan Faktor-faktor Kesuksesan Belajar
Pada
didapatkan

penelitian
hasil

Zampetakis

bahwa

(2010)

kreativitas

mengenai

berkorelasi

kreativitas,

positif

dengan

perencanaan harian, dengan percaya diri seseorang pada perencanaan


jangka panjang, dengan pengontrolan waktu, dan dengan kegigihan.
Selain itu, penelitian mengenai manajemen waktu dan memory oleh
Macan (2010) terdapat korelasi signifikan yang mengindikasikan bahwa
orang yang melaporkan mereka dapat me-manage waktu dengan baik
mendapatkan prospective memory dan retrospective memory yang baik.
Penelitian dari Wang (2011) menunjukkan bahwa ditemukan
hubungan positif antara manajemen waktu luang dan kualitas hidup.
Manajemen waktu juga berhubungan dengan motivasi personal.
Berdasarkan temuan dari studi Mirzaei (2012), manajemen waktu siswa
berkaitan dengan motivasi personal. Mereka yang mempunyai tujuan
besar menjadi perawat, akan menempatkan kepentingan yang besar di
kewajiban akamedik. Mereka akan menghabiskan waktu lebih banyak
untuk mengerjakan tugas akademik disbanding dengan tugas lain.
Penelitian lain dari Nonis (2011) menyiratkan bahwa manajemen
waktu berbanding lurus dengan performa pekerjaan. Selain itu
manajemen waktu yang baik juga bias menurunkan tingkat stress
pekerjaan. Penelitian Hashemizadeh (2013) menyebutkan bahwa terdapat
korelasi signifikan antara kebiasaan manajemen waktu (merancang
tujuan dan prioritas, mekanik manajemen waktu, pengontrolan waktu,

16

dan organisasi) dengan stress okupasi. Orang yang dapat melakukan


manajemen waktu dengan baik dapat menurunkan tingkat stress okupasi.

17

IX.

Kerangka Pemikiran
Beban Sistem Poin
Kegiatan
Kemahasiswaan

Mahasiswa
melakukan kegiatan
untuk poin SPKK

Waktu
Kenyamanan
Tekanan

Beban akademik
Mahasiswa

Kemampuan
Manajemen Waktu

Tinggi

sedang

cukup

= faktor yang
berpengaruh
= faktor perancu

18

rendah

X.

Hipotesis
Terdapat

hubungan

antara

banyaknya

nilai

Sistem

Poin

Kegiatan

Kemahasiswaan dengan kemampuan manajemen waktu Mahasiswa Pendidikan


Dokter Universitas Sebelas Maret Surakarta. Nilai Sistem Poin Kegiatan
Kemahasiswaan yang tinggi akan menurunkan kemampuan mahasiswa
mengenai manajemen waktu.

XI.

Metode Penelitian
A. Desain Penelitian
Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan desain analitik
observasional dengan jenis penelitian cross-sectional.
Penelitian analitik berarti peneliti berupaya mencari hubungan antara
variabel satu dengan variabel lainnya. Pada penelitian analitik dilakukan
analisis data, karena itu pada penelitian analitik selalu diperlukan hipotesis
yang harus diformulasikan sebelum penelitian dimulai, untuk divalidasi
dengan data empiris yang dikumpulkan.
Sedangkan yang dimaksud dengan observasional adalah peneliti
melakukan pengamatan atau pengukuran terhadap berbagai jenis variabel
penelitian, tanpa berupaya melakukan manipulasi atau intervensi.
Dalam penelitian cross-sectional, peneliti melakukan observasi atau
pengukuran variabel pada saat tertentu. Kata satu saat bukan berarti semua
subjek diamati tepat pada saat yang sama, tetapi artinya setiap subjek hanya
diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat
pemeriksaan tersebut.
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta pada bulan November dan Desember tahun 2013.
C. Subjek penelitian

19

1. Populasi Target
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
2. Populasi terjangkau
Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret angkatan 2011 yang sedang menempuh semester 5.
3. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah
a. Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret angkatan 2011 yang sedang menempuh semester 5.
b. Mahasiswa yang mengikuti program Sistem Poin Kegiatan
Kemahasiswaan
c. Mahasiswa yang sudah mendapatkan blanko formulir rekapitulasi
Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan
4. Kriteria eksklusi
a. Mahasiswa yang sedang mengambil waktu cuti
b. Mahasiswa yang belum mendapatkan formulir Sistem Poin
Kegiatan Kemahasiswaan
c. Mahasiswa yang menolak berpartisipasi
5. Teknik Pengambilan Sampel
Seluruh individu pada populasi mengikuti penelitian.
6. Besar Sampel
Besar sampel adalah seluruh individu pada populasi terjangkau
berjumlah 215 orang.
D. Identifikasi variable penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah Nilai Sistem Poin Kegiatan
Kemahasiswaan (SPKK).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan manajemen
waktu mahasiswa.
E. Definisi operasional

20

1. Nilai Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan


a. Pengertian
Nilai Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan merupakan nilai yang
dijadikan variabel bebas pada penelitian ini. Nilai ini merupakan
akumulasi dari softskills, hardskills, dan spiritual quotient yang
sudah disetorkan oleh mahasiswa dan dicatat dalam formulir
SPKK.
b. Alat ukur
Alat ukur dari Nilai Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan adalah
kuesioner dan data yang dimiliki Badan Eksekutif Mahasiswa.
c. Skala pengukuran
Skala pengukuran Nilai Sistem Poin Kegiatan Kemahasiswaan
adalah skala ordinal
2. Kemampuan manajemen waktu mahasiswa
a. Pengertian
Kemampuan manajemen waktu mahasiswa merupakan variabel
terikat pada penelitian ini. Manajemen waktu merupakan salah satu
faktor yang penting untuk menentukan kesuksesan belajar.
b. Alat ukur
Alat ukur dari kemampuan manajemen waktu adalah kuesioner dari
penelitian Macam (1990).
c. Skala pengukuran
Skala pengukuran dari manajemen waktu adalah skala ordinal.
F. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa yang bertindak sebagai sampel diberikan kuesioner dan
lembar informed consent.
2. Kemudian dilakukan pengambilan data yang berasal dari kuesioner dan
dari sumber pendukung. Sumber pendukung yang dimaksud seperti data
nilai SPKK dan arsip soal ujian blok.
3. Dari data akan diperoleh nilai SPKK pada semester 4.

21

4. Data mengenai manajemen waktu didapatkan menggunakan kuesioner


mengenai manajemen waktu.
5. Data akan diolah menggunakan Stastitical Product and Service
Solution (SPSS).
G.

22

H. Rancangan penelitian
Populasi
Mahasiswa FK
UNS

Populasi Target

Populasi Mahasiswa
FK UNS angkatan
2011

Populasi

Inklus

Sampel semua
individu dalam
populasi
terjangkau

Ekskl

Sampel

Nilai
SPKK
tinggi

Nilai
SPKK
cukup

Nilai
SPKK
kurang

Kemampua
n
manajemen
waktu

Kemampua
n
manajemen
waktu

Kemampua
n
manajemen
waktu

Analisis data

23

Nilai
SPKK
rendah

Kemampua
n
manajemen
waktu

I. Analisis data
Data yang diperoleh pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel
kemudian dilakukan uji parametrik yaitu uji t tidak berpasangan. Batas
kemaknaan yang dipakai adalah taraf signifikansi () 0,05 serta dianalisis
dengan perhitungan Odds Rasio (OR) untuk mengetahui kekuatan hubungan
antara variabel dengan bantuan perangkat lunak Statistical Product and
Service Solution (SPSS) 17.0 for Windows.
XII.

Jadwal Penelitian
MINGGU
No

KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pengajuan topik
Dibahas tim
skripsi
Bimbingan dan
Konsultasi
Proposal siap
Ujian proposal
Pengumpulan
data
Penulisan skripsi
Skripsi siap
Ujian skripsi

XIII.

24

1
0

11

16

XIV.

Daftar Pustaka
brookes.ac.uk/student/services/health/time.html diakses pada 19 november
2013 pukul 11.05
Coates, Dennis E. (2006). People Skills Training: Are you Getting a Return on
Your Investment? Performance Support Systems, Inc. Newport News, VA
Dahlan, M. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan edisi 5. Jakarta :
Salemba Medika. ISBN 978-602-8570-41-1
Ekundayo, Timilehin, H., Kolawole, Adenike, O. 2013. Time Management
Skills and Administrative Effectiveness of Principals in Nigerian
Secondary Schools. Journal of Educational and Developmental
Psychology; Vol. 3, No. 1; 2013 ISSN 1927-0526 E-ISSN 1927-0534
Published by Canadian Center of Science and Education
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Suarakarta. 2013. Buku
Pedoman Program Studi Pendidikan Dokter Tahun Akademik 2013-2014.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Halonen D. 2010. Problem based learning: A case study. University fo
Manitoba. auspace.
Hashemizadeh , H. 2013. Analysis of relation between time management
behaviors and occupational stress of nurses. European Psychiatry
Volume 28, Supplement 1, 2013, Pages 1
Jackson, V. 2009. Time Management: A Realistic Approach. J Am Coll Radiol
2009;6:434-436. Copyright 2009 American College of Radiology
Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Kompetensi Dokter. Jakarta:
Konsil Kedokteran Indonesia.

25

Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter.


Jakarta : Konsil Kedokteran Indonesia. ISBN 979-1249-00-8
Macan, T., Gibson, J., Cunningham, J. 2010. Will you remember to read this
article later when you have time? The relationship between prospective
memory and time management. Elsevier : Personality and Individual
Differences Volume 48, Issue 6, April 2010, Pages 725730
Manullang, M. 2009. Dasar-dasar manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia.
mayoclinic.com/health/time-management/wl00048 diakses pada 19 november
2013 pukul 11.03
Mirzaei, T., Oskouie, T., Rafii, F. 2012. Nursing students time management,
reducing stress and gaining satisfaction: a grounded theory study. Wiley
Online Library : Nursing and Health Sciences (2012), 14, 4651
Nonis, S., Fenner, G., Sager, J. 2011. Revisiting the Relationship Between Time
Management and Job Performance. World Journal of Management Vol.
3. No. 2. September 2011 Pp. 153-171
OBrien, PS. 1997. Making College Count: A real World Look at How to
succeed In and After College. USA: Graphic Management Corp
oxforddictionaries.com/definition/english/soft-skills diakses pada 8 juli 2013
pukul 13.02
oxforddictionaries.com/definition/english/spiritual?q=spiritual diakses pada 8
juli 2013 pukul 13.26
Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret nomor 317/UN27/PP/2012 tentang
Pengelolaan Pendidikan dan Penyelenggaraan Pembelajaran Jenjang
Pendidikan Dokter.

26

Sailah, I., (2008). Pengembangan Soft skills di Perguruan Tinggi. Tim Kerja
Pengembangan Soft skills Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi : Jakarta
Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2011. Dasar-dasar Metodologi Klinis edisi ke 4.
Jakarta : Sagung Seto. ISBN 978-602-8674-54-6
Sevilla, Consuelo G. et. al. 2007. Research Methods. Rex Printing Company.
Quezon City.
Simbolon, E. 2012. Pengaruh kemandirian belajar dan manajemen waktu
terhadap indeks prestasi belajar mahasiswa prodi pendidikan tata niaga
universitas negeri medan tahun pelajaran 2011/2012. Digital repository.
Universitas negeri medan.
Sinetar, Marsha. 2000. Spiritual intelligence : What we can learn from the
early awakening child. Orbis Books. Maryknoll, N.Y. ISBN 1570752311
Surat Keputusan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret nomor
1821/UN27.06/KM/2012

tentang

Sistem

Poin

Kemahasiswaan

Mahasiswa.
Tambunan, Leo. 2011. Dampak Soft Skills di dalam Pendidikan Perguruan
Tinggi dalam Menunjang Pengembangan SDM di Indonesia. Jakarta :
Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. 2011. Buku Panduan Mahasiswa Sistem Poin
Kegiatan Mahasiswa. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
sebelas Maret.
Wang, W., Kao, C., Huan, T., Wu, C. 2011. Free Time Management
Contributes to Better Quality of Life: A Study of Undergraduate Students

27

in Taiwan. Journal of Happiness Studies August 2011, Volume 12, Issue


4, pp 561-573.
Womble, L. 2011. Impact of Stress Factors on College Students Academic
Performance. University of North Carolina, Psych. Department (2010):
9. Web. 9 Nov. 2011
Zampetakis, A., Bouranta, N., Moustakis, S. 2010. On the relationship between
individual creativity and time management. Elsevier : Thinking Skills
and Creativity. Volume 5, Issue 1, April 2010, Pages 2332.
Zohar, D. Marshall, I. 2001. SQ: Connecting With Our Spiritual Intelligence.
Bloomsbury USA. ISBN 1582341311, 9781582341316

28

You might also like