You are on page 1of 16

Refleksi Kasus

ILMU PENYAKIT MATA


KALAZION

Disusun Oleh :
Rukmana Wijayanto G99141042
Erma Malindha

G99141043

Annisa Wardhani

G99141044

Agil Wahyu Wicaksono

G99141045

Elga Putri Indanarta G99141046

Pembimbing :
dr. Retno Widati, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama

: An. R

Umur

: 9 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pelajar

Alamat

: Kebakkramat, Surakarta

Tgl pemeriksaan

: 16 Januari 2015

No. RM

: 01286670

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama

: benjolan di kelopak mata kanan

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengeluh ada benjolan di kelopak mata kanan atas sejak dua
minggu yang lalu. Benjolan tersebut awalnya kecil terasa gatal dan nyeri
ringan kemudian membesar sampai sebulir jagung, tampak mengarah keluar
kelopak mata, berwarna kemerahan dan tidak terasa nyeri. Pasien tidak
mengeluh adanya perubahan tajam penglihatan, mata merah, mata gatal
maupun nrocos dan blobok. Pasien juga tidak mengalami penglihatan dobel,
pusing, demam maupun penurunan berat badan. Sebelumnya pasien juga

pernah mengalami keluhan ini 3 kali berulang pada lokasi yang sama sejak
sekitar 1 tahun yang lalu. Pasien belum melakukan pengobatan apapun untuk
meredakan gejala saat ini. Karena benjolan yang tidak kunjung reda dan
mengganggu penampilan, pasien dibawa oleh keluarga untuk memeriksakan
diri di poliklinik mata RSDM.
C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan serupa

: (+)

3 kali berulang dalam kurun waktu


sekitar satu tahun.

Riwayat infeksi / iritasi mata : disangkal

Riwayat trauma

Riwayat mata merah

: disangkal

Riwayat operasi mata

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan serupa

: disangkal

Riwayat infeksi / iritasi mata

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

E. Kesimpulan
Anamnesis
OD

OS

Proses

radang

Lokalisasi

palpebra superior

Perjalanan

kronis

Komplikasi

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesan umum
Keadaan umum baik, GCS E4V5M6, gizi kesan cukup
Tekanan darah= 110/80 mmHg

Nadi = 82x/menit

Frekuensi napas = 18x/menit

Suhu= afebril

B. Pemeriksaan subyektif

OD

OS

Visus sentralis jauh

6/6

6/6

Pinhole

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Refraksi
Visus sentralis dekat
Koreksi

tidak dikoreksi

tidak dikoreksi

30/30

30/30

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Visus Perifer
Konfrontasi test
Proyeksi sinar
Persepsi warna

dalam batas normal

dalam batas normal

tidak dilakukan

tidak dilakukan

tidak dilakukan

tidak dilakukan

C. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
Tanda radang

tidak ada

tidak ada

Luka

tidak ada

tidak ada

Parut

tidak ada

tidak ada

Kelainan warna

tidak ada

tidak ada

Kelainan bentuk

tidak ada

tidak ada

Warna

hitam

hitam

Tumbuhnya

normal

normal

2. Supercilium

Kulit
Geraknya

sawo matang

sawo matang

dalam batas normal

dalam batas normal

3. Pasangan Bola Mata dalam Orbita


Heteroforia

tidak ada

tidak ada

Strabismus

tidak ada

tidak ada

Pseudostrabismus

tidak ada

tidak ada

Exophtalmus

tidak ada

tidak ada

Enophtalmus

tidak ada

tidak ada

Anopthalmus

tidak ada

tidak ada

Mikrophtalmus

tidak ada

tidak ada

Makrophtalmus

tidak ada

tidak ada

Ptisis bulbi

tidak ada

tidak ada

Atrofi bulbi

tidak ada

tidak ada

Buftalmus

tidak ada

tidak ada

Megalokornea

tidak ada

tidak ada

Temporal superior

dalam batas normal

dalam batas normal

Temporal inferior

dalam batas normal

dalam batas normal

Temporal

dalam batas normal

dalam batas normal

Nasal

dalam batas normal

dalam batas normal

Nasal superior

dalam batas normal

dalam batas normal

Nasal inferior

dalam batas normal

dalam batas normal

Gerakannya

dalam batas normal

dalam batas normal

Lebar rima

5 mm

10 mm

ada

tidak ada

4. Ukuran bola mata

5. Gerakan Bola Mata

6. Kelopak Mata

Pseudoptosis
Benjolan

ada, tunggal, keras

tidak ada

Nyeri tekan

tidak ada

tidak ada

ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

ada

tidak ada

Entropion

tidak ada

tidak ada

Ekstropion

tidak ada

tidak ada

Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Tepi kelopak mata


Oedem
Margo intermarginalis

7. Sekitar saccus lakrimalis

8. Sekitar Glandula lakrimalis


Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

kesan normal

kesan normal

tidak dilakukan

tidak dilakukan

9. Tekanan Intra Okuler


Palpasi
Tonometer Schiotz
10. Konjungtiva
Konjungtiva palpebra superior
Oedem

ada

tidak ada

Hiperemis

ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

Sikatrik

Konjungtiva palpebra inferior


Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Sikatrik

tidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

Konjungtiva Fornix
Oedem

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Sikatrik

tidak ada

tidak ada

Pterigium

tidak ada

tidak ada

Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Sikatrik

tidak ada

tidak ada

Injeksi konjungtiva

tidak ada

tidak ada

Konjungtiva Bulbi

Caruncula dan Plika Semilunaris


Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Sikatrik

tidak ada

tidak ada

putih

putih

tidak ada

tidak ada

12 mm

12 mm

11. Sklera
Warna
Penonjolan
12. Kornea
Ukuran
Limbus

jernih

jernih

Permukaan

rata, mengkilat

rata, mengkilat

Sensibilitas

normal

normal

Keratoskop (Placido)

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Fluoresin Test

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Arcus senilis

tidak ada

tidak ada

Isi

jernih

jernih

Kedalaman

dalam

dalam

13. Kamera Okuli Anterior

14. Iris

Warna

coklat

coklat

spongious

spongious

Bentuk

bulat

bulat

Sinekia

tidak ada

tidak ada

Ukuran

3 mm

3 mm

Bentuk

bulat

bulat

Tempat

sentral

sentral

(+)

(+)

Gambaran

15. Pupil

Reflek direct
Reflek indirect

(+)

Reflek konvergensi

(+)

(+)

(+)

Ada/tidak

ada

ada

Kejernihan

jernih

jernih

Letak

sentral

sentral

(-)

(-)

16. Lensa

Shadow test
17. Korpus vitreum
Kejernihan

tidak dilakukan

tidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN


OD

OS

Visus sentralis jauh

6/6

6/6

Pinhole

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Refraksi

tidak dikoreksi

tidak dikoreksi

30/30

30/30

Koreksi

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Sekitar mata

dalam batas normal dalam batas normal

Visus sentralis dekat

Supercilium

dalam batas normal dalam batas normal

Pasangan bola mata

dalam batas normal dalam batas normal

dalam orbita
Ukuran bola mata

dalam batas normal

dalam batas normal

Gerakan bola mata

dalam batas normal

dalam batas normal

Palpebra superior

benjolan (+) tunggal,

dalam batas normal

oedem, hiperemis,
terfiksir kulit palpebra,
keras, pseudoptosis
Palpebra inferior

dalam batas normal

Sekitar saccus lakrimalis dalam batas normal


Sekitar glandula lakrimalis dalam batas normal
Tekanan intra okuler

kesan normal

dalam batas normal


dalam batas normal
dalam batas normal
kesan normal

Konjunctiva bulbi

dalam batas normal

dalam batas normal

Sklera

dalam batas normal

dalam batas normal

Kornea

dalam batas normal

dalam batas normal

Camera oculi anterior

dalam batas normal

dalam batas normal

Iris

dalam batas normal

dalam batas normal

Pupil

dalam batas normal

Lensa

dalam batas normal

dalam batas normal

dalam batas normal

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Corpus vitreum
VI. DIAGNOSIS
o Kalazion
VII. DIAGNOSIS BANDING
o Meibomitis
o Hordeolum
o Adenocarcinoma sebasea

VIII. PLANNING
o Slit lamp
VII. TERAPI
Kompres hangat selama 10-15 menit, minimal 4 kali dalam sehari pada
kelopak mata kanan.
VIII. PROGNOSIS

OD

OS

Ad vitam

bonam

bonam

Ad sanam

bonam

bonam

Ad kosmetikum

bonam

bonam

Ad fungsionam

bonam

bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PALPEBRA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata
sedangkan palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka yaitu muskulus orbikularis okuli, jaringan
areolar, jaringan fibrosa yaitu tarsus, dan lapis membran mukosa yaitu konjungtiva
pelpebra.
1. Kulit

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar,
dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita.
Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam
palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah
bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis
okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kujlit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat
yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas
dan 20 buah di kelopak bawah).

5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
Sistem produktif lakrimal terdiri atas kelenjar lakimal dan kelenjar tambahan
yaitu kelenjar krause dan wolfring di forniks superior, kelenjar meibom di tarsus
konjungtiva palpebra profunda, serta kelenjar zeis dan mol di margo depan
palpebra (Vaughan et al, 2000). Kelenjar zeis adalah modifikasi kelenjar sebasea
kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata sedangkan
kelenjar mol adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata (Vaughan et al, 2000).

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus
terkait ke sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5
cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam..
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
muller. Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang
menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan
berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos
dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus
rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah arteri palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.
B. DEFINISI
Kalazion merupakan peradangan lipogranulomatosa kronis steril dan idiopatik
pada kelenjar meibom (Vaughan et al, 2000). Pada kalazion terbentuk nodul pada
palpebra yang bersifat keras dan tidak nyeri. Gejala awal dapat berupa radang
ringan dan nyeri tekan mirip hordeolum namun tidak ada tanda-tanda radang akut
(Vaughan et al, 2000).
C. ETIOLOGI
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran
kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion disebabkan oleh
minyak dalam kelenjar terlalu pekat untuk mengalir keluar kelenjar atau saluran
kelenjar minyak yang tersumbat. Oleh karena tidak dapat mengalir keluar,

produksi minyak tertimbun di dalam kelenjar dan membentuk benjolan di palpebra


(Ilyas et al, 2003). Kelenjar dapat pecah, mengeluarkan minyak ke jaringan
palpebra sehingga menyebabkan inflamasi dan kadang-kadang jaringan parut.
D. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko penyebab kalazion belum diketahui dengan jelas (Ilyas et al,
2003). Kebersihan organ mata kemungkinan berkaitan namun masih diperlukan
pembuktian lebih lanjut. Stress juga sering dihubungkan dengan kalazion namun
stress belum dibuktikan sebagai penyebab dan mekanisme stress dalam
menyebabkan kalazion belum diketahui. Faktor makanan seperti susu, coklat, hasil
laut dan telur mungkin berperan.
E. PATOFISIOLOGI
Nodul kalazion terdiri dari berbagai jenis sel imun yang responsif terhadap
steroid, termasuk makrofag jaringan ikat yang dikenal sebagai histiosit, sel-sel
raksasa multinukleat, sel plasma, leukosit PMN, dan eosinofil. Kalazion mungkin
merupakan agregasi sisa sel-sel inflamasi setelah infeksi kelopak mata seperti
hordeolum dan selulitis preseptal, atau mungkin berkembang dari retensi sekresi
kelenjar Meibom.
Kerusakan

lipid

yang

mengakibatkan

tertahannya

sekresi

kelenjar,

kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan


mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara
kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal, terutama proses piogenik yang
menimbulkan pustul, walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum,
begitupun sebaliknya (Ilyas et al, 2003). Secara klinik, nodul biasanya tunggal dan
agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra
mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi. Kalazion terjadi pada
semua umur, sementara pada umur yang ekstrim sangat jarang, kasus pediatrik
mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous dan

viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan


selama kehamilan (Ilyas et al, 2003).
F. GEJALA
Pada awalnya kalazion dapat tampak dan terasa seperti hordeolum, kelopak
mata membengkak, nyeri dan mengalami iritasi. Beberapa hari kemudian gejala
tersebut menghilang dan meninggalkan pembengkakan bundar tanpa rasa nyeri
pada kelopak mata dan tumbuh secara perlahan. Di bawah kelopak mata terbentuk
daerah kemerahan atau abu-abu (Ilyas et al, 2003).
G. PENATALAKSANAAN
Kalazion dapat sembuh sendiri dalam waktu 1 bulan. Penatalaksanann non
medika mentosa adalah kompres hangat dengan cara menempelkan handuk basah
oleh air hangat selama lima sampai sepuluh menit (Vaughan et al, 2000). Kompres
hangat dilakukan empat kali sehari untuk mengurangi pembengkakan dan
memudahkan drainase kelenjar. Meskipun handuk dan air harus bersih, namun
tidak perlu steril. Selain itu, pasien juga bisa memijat dengan lembut area kalazion
beberapa kali sehari (Ilyas et al, 2004).
Medikamentosa dapat diberikan berupa obat tetes mata atau salep mata
Antibiotik bila terdapat infeksi sekunder (Ilyas et al, 2004). Injeksi steroid ke
dalam lesi kecil menghentikan inflamasi dan sering menyebabkan regresi dari
kalazion dalam beberapa minggu kemudian. Apabila berulang sering maka
diindikasikan pemeriksaan biopsi untuk menyingkirkan kecurigaan karsinoma
kelenjar meibom (Vaughan et al, 2000). Eksisi lesi dianjurkan pada benjolan yang
cukup besar sehingga mengganggu penglihatan maupun mengganggu kosmetik
dengan membuat sayatan vertikal ke dalam kelenjar tarsal dari permukaan
konjungtiva, diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjarnya dengan hatihati (Vaughan et al, 2000).

FOTO KLINIS

DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG et all. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika,
Jakarta, 2000: Hal 17-20
2. Ilyas S, dkk Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta. 2004: Hal 92-94
3. Ilyas S, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta 2003: Hal15 -16

You might also like