Professional Documents
Culture Documents
Pengantar
Istilah ploidi mengacu pada jumlah seluruh set kromosom dalam suatu sel dari
suatu individu.
monoploid n = x. Suatu spesies diploid adalah spesies yang memiliki jumlah kromosom
2n dalam sel somatisnya, seperti jagung 2n= 2x =20 (n = 10: kromosom pada gamet).
Beberapa spesies memiliki ploidi yang lebih tinggi, misalnya autotetraploid (empat set
dasar kromosom) yang memiliki sel-sel somatik dengan 2n 4x dan gamet dengan n
2x. Untuk jagung, misalnya, 2n 2x 20, sedangkan untuk gandum, suatu hexaploid
dengan 42 kromosom dan satu set dasar tujuh, 2n 6x 42.
Di alam, terdapat dua jenis variasi dalam jumlah kromosom. Pertama yang disebut
euploidy, individu mengandung kelipatan set lengkap kromosom yang merupakan
karakteristik dari spesies (jumlah dasar, x). Kedua yang disebut aneuploidi, individu
mengandung set lengkap kromosom yang mungkin setara dengan jumlah euploid plus
atau minus satu atau kromosom yang lebih spesifik (Tabel 13.2). Kondisi sel yang
memiliki kelipatan dari jumlah dasar kromosom dalam sel somatik yang melebihi jumlah
diploid disebut poliploidi, dan individu dengan sel-sel seperti demikian disebut polyploid.
Polyploids adalah euploid. Ketika euploid terdiri kelipatan genom (yaitu, duplikat genom
dari spesies yang sama) disebut autoploid dan kondisi autoploidii (atau autopolyploidy).
Namun, ketika kombinasi genom dari spesies yang berbeda yang terlibat, disebut
alloploid atau allopolyploid.
Klasifikasi poliploidi
Nama poliploid
Perubahan jumlah kromosom pada tanaman dapat terjadi karena faktor eksternal,
misalnya dengan pemberian senyawa kolkisin. Kolkisin (C22H25O6N) merupakan
senyawa alkaloid toksik karsinogenik yang diperoleh dari tanaman Cholchicum
autumnale dan beberapa anggota suku Cholchiceceae lainnya, seperti Gloriosa
superba. Senyawa kolkisin dapat digunakan sebagai bahan untuk perlakuan
penggandaan kromosom pada beberapa tanaman seperti semangka, kedelai (Pavadai
et al. 2009), bawang merah (Suminah et al. 2002), kacang hijau, kacang hitam
(Kosmiatin dan Mariska 2005), jahe dan anggrek (Sulistianingsih et al. 2004).
Aplikasi kolkisin pada tanaman mengakibatkan kegagalan dalam proses
pembelahan sel. Senyawa kolkisin menghalangi penyusunan dimmer mikrotubula
penyusun benang-benang spindle pada pembelahan sel. Kolkisin dapat menghalangi
perakitan mikrotubula penyusun rangka sel dan mengacaukan tata letak beberapa
protein pada membran sel, khususnya glikoprotein yang diatur oleh mikrotubula dan
mikrofilamen yang berperan sebagai protein reseptor dan pengikat molekul lain pada
permukaan sel (Wolfe 1982). Gagalnya pembentukan benang spindel menyebabkan
kromosom tidak dapat ditarik pada kedua kutub sel sehingga sel tidak dapat membelah.
Kromosom yang terus membelah dan mengganda menyebabkan jumlah kromosom
dalam satu sel menjadi lebih banyak (Eigsti dan Dustin 1957, Hartl et al. 1987). Pada
konsentrasi yang tepat, aplikasi kolkisin menyebabkan penggandaan kromosom
berhasil dengan baik, pertumbuhan sel tanaman menjadi lebih besar sehingga
pertumbuhan tanaman juga lebih baik dari tanaman awal. Pada konsentrasi tinggi,
aplikasi kolkisin menyebabkan gangguan transportasi sel, molekul-molekul dalam
sitoplasma tidak terdistribusi dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman menjadi
lambat (Mohammadi et al. 2007).
Aplikasi kolkisin dilakukan pada sel tanaman aktif membelah. Aplikasi kolkisin
pada benih dilakukan melalui metode perendaman (Danoesastro 1980). Benih
direndam dalam larutan kolkisin pada konsentrasi dan jangka waktu tertentu. Suryo
(1995) mengemukakan bahwa larutan kolkisin efektif pada konsentrasi 0,001-1,00%
dengan lama perlakuan 3-24 jam, tetapi pada benih yang berkulit keras seperti benih
kacang-kacangan dan jagung konsentrasi 0,2% lebih dianjurkan. Hasil penelitian
Haryanti (2009) menyatakan bahwa perendaman benih kacang hijau pada konsentrasi
0,2% menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah daripada benih yang direndam
pada konsentrasi di bawah 0,2%.
Bahan
Biji mentimun, Kolkhisin, Etanol 96 %
Alat
Beaker glass, timbangan analitis, pengaduk, polybag, media tanam (tanah + pupuk
kandang = 1 : 1), tissue
Cara kerja :