Professional Documents
Culture Documents
Elemen Mesin 1 / 5
Fakultas / Jurusan
Tahun Akademik
2009 / 2010
Semester
Ganjil
Revisi ke
Nama Penyusun
Tanggal Penyusunan
14 Juli 2009
Tanggal Pemeriksaan
Tanda Tangan Pemeriksa
Tanggal Pengesahan
Tanda Tangan Pengesahan
Gaya yang bekerja pada elemen mesin, selalu menimbulkan reaksi berupa
gaya dalam struktur material (yang besarnya sama tapi berlawanan arah) jika ada
tahanan. Bekerjanya gaya ini pada bagian penampang benda mengakibatkan
terjadinya tegangan di dalam struktur material benda, karena gaya akan terbagi rata di
setiap satuan luas bidang penampang. Besarnya tegangan yang terjadi akibat gaya
atau pembebanan, dalam hal ini dinamakan sebagai tegangan pembebanan / kerja
( ).
Tegangan pembebanan maksimum akibat gaya atau beban maksimum yang
mengenai benda, sangat menentukan sekali bagi keberhasilan material benda untuk
bertahan dari kerusakan. Ia menjadi batasan maksimum bagi kekuatan struktur
material benda untuk bertahan dari pembebanan lebih (diluar kondisi normal). Maka,
untuk menghindari kegagalan material dalam menghadapi pembebanan, besarnya
tegangan pembebanan yang terjadi tidak boleh melebihi kekuatan struktur material (
< ). Pemilihan akan besarnya kekuatan bahan elemen mesin, ditentukan sekali oleh
besarnya tegangan akibat beban maksimum. Dalam perhitungan, besar kekuatan
bahan elemen mesin dinyatakan sebagai tegangan izin bahan atau kekuatan bahan (
).
Faktor keamanan dalam hal ini tentunya adalah sebagai faktor yang harus ditetapkan
perancang untuk menghadapi kemungkinan dari pembebanan maksimum (diluar
kondisi normal) yang akan diterima elemen mesin saat berfungsi.
1. Tegangan Normal
Daripada berbicara tentang gaya internal yang bekerja pada beberapa luasan
elemen yang kecil, lebih baik, untuk tujuan perbandingan, kita memperlakukan gaya
normal yang bekerja pada suatu unit luasan pada penampang melintang. Intensitas
gaya normal per unit luasan disebut tegangan normal dan dinyatakan dalam unit gaya
per unit luasan, misalnya lb/in 2, atau N/m2. Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujungujung batang sedemikian sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi suatu
tegangan tarik pada batang; jika batang dalam kondisi tertekan maka terjadi
ELEMEN MESIN
tegangan tekan. Perlu dicatat bahwa garis aksi dari gaya yang bekerja adalah melalui
pusat setiap bagian penampang melintang batang.
2. Regangan normal
Kita misalkan suatu spesimen telah ditempatkan pada mesin tes tekan-tarik dan
gaya tarikan diberikan secara gradual pada ujung-ujungnya. Perpanjangan pada gage
dapat diukur seperti dijelaskan diatas untuk setiap kenaikan tertentu dari beban aksial.
Dari nilai-nilai ini, perpanjangan per unit panjang yang biasa disebut regangan normal
dan diberi simbol dengan , dapat diperoleh dengan membagi total pertambahan
panjang l dengan panjang gage L, yaitu
l
L
Regangan biasanya dinyatakan meter per meter sehingga secara efektif tidak
berdimensi.
Sebagai efek dari kerja gaya dalam struktur material, maka jenis tegangan dan
regangannya tergantung dari jenis gaya yang bekerja, yakni :
ta ). Secara
ta = Fta / A
dan
ta
= L / L
Gambar :
Fta
Fta
ta
ta
ELEMEN MESIN
te
). Secara
te = Fte / A
dan
te
= L / L
Gambar :
Fta
Fta
te
te
ELEMEN MESIN
Suatu plat penutup diikat pada setiap ujungnya oleh empat buah baut,
berdiameter 20 mm. Plat tersebut duduk pada ring berdiameter dalam 22 mm dan
diameter luar 50 mm. Ring tembaga yang ditempatkan diantara kepala baut dan
plat memiliki diameter dalam 22 mm dan diameter luar 44 mm. Jika plat harus
menahan beban sebesar 12 ton, hitunglah tegangan yang terjadi pada ring bawah
sebelum baut dikencangkan. Bagaimana dengan tegangan yang terjadi pada ring
atas dan bawah, setelah baut dikencangkan sehingga menghasilkan tarikan
sebesar 500 kg pada setiap baut.
Jawab :
Diketahui :
F = 12 ton
d rb = 22 mm
D rb = 50 mm
Ft = 500 kg
d ra = 22 mm
D ra = 44 mm
D b = 20 mm
Maka :
a. Luas penampang ring bawah : A rb =
. (D rb2 - d rb2 ) =
. ( 50 2 20 2 )
= 1583 mm 2
b. Luas penampang ring atas
: A ra =
. (D ra2 - d ra2 ) =
. ( 44 2 20 2 )
= 1140 mm 2
c. Beban yang diterima setiap baut : F1 =
12000
= 3000 kg
4
rb =
F1
Arb
3000
= 1,895 kg/mm 2
1583
ra =
Ft
Ara
500
= 0,4385 kg/mm 2
1140
ELEMEN MESIN
rb =
2.
F1 Ft
Arb
3000 500
= 2,211 kg/mm 2
1583
Jawab :
Diketahui :
D b = 18 mm
b = 10 N/mm 2
d tt = 24 mm
t = 1,5 mm
D tt = 40 mm
Maka :
a. Luas penampang batang baut
: Ab =
. D b2 =
. 18 2 = 81 mm 2
. (D tt 2 - d tt 2 )
. ( 40 2 24 2 )
= 256 mm 2
c. Jepitan yang dilakukan mur-baut terhadap tabung tembaga tentu saja
menimbulkan gaya tarik pada batang baut dan sebaliknya menimbulkan gaya
tekan pada tabung dengan besar yang sama.
Jadi :
F b = Ftt
b . Ab =
tt . A tt
10 . 81 = tt . 256
tt =
10x81
= 3,16 N/mm2
256
ELEMEN MESIN
. (D tt.s 2 - d tt 2 )
. ( 37 2 24 2 )
= 198,3 mm 2
- Luas penampang tabung tembaga yang utuh = A tt.u = A tt = 256 mm 2
e. Setelah pembubutan, karena luas penampang setengah panjang tabung
tembaga berkurang, maka tentu saja akan berakibat pada berubahnya pola
tegangan yang terjadi sebelumnya, karena :
F
.
A
Dengan demikian
dari besarnya :
Gaya tekan pada bagian tabung yang dibubut = gaya tekan pada bagian
tabung yang masih utuh = gaya tarik pada batang baut
A tt.b . tt.b = A tt.u . tt.u = A b . b2
198,3 . tt.s = 256 . tt.2 = 81 . b2
81
f.
81
. b2 = 0,32 . b2
256
b b2
tt .b tt
tt .2 tt
L
L
x L =
x
+
x
Eb
E tt
Ett
2
2
* dengan membagi L pada bagian kiri dan kanan persamaan, menjadi :
ELEMEN MESIN
10 b 2
2.Ett
b2
0,41. b 2 3,16
0,32. b 2 3,16
+
2.Ett
2.Ett
16,32
1,73
9,43 N/mm2
Soal-soal Latihan :
1.
2.
c.
ELEMEN MESIN
Tegangan geser ( s ) timbul akibat kerja dari dua gaya geser ( Fs ) yang saling
berlawanan arah (aksi reaksi) terhadap suatu bidang geser, pada satuan luas
bidang penampang tahanan elemen mesin ( A ). Sehingga bidang penampang
tersebut mengalami regangan geser (mulai akan tergunting) searah bekerjanya
gaya, sebesar sudut ( ) terhadap sumbu benda yang tergeser. Secara matematik
dapat ditulis :
s = Fs / A
dan
G = s /
dimana :
G = modulus geser / kekakuan (rigidity) material benda yang mengalami geseran.
Gambar :
Fs
(reaksi)
Fs (aksi)
s
Fs (reaksi)
Contoh Soal :
ELEMEN MESIN
1 / 2.F 15 103
192 MPa
A
78.6
Gambar :
a
b
a
b
FF
rd
Ir Dadang S Peramana, M.Si
dd
d
gr
F
T
ELEMEN
MESIN
10
FF
Fff
Ff
uh
uj
F
P maks.
P = 0
P maks
MP = T
ELEMEN MESIN
11
Mp
Id
Dimana : IP
P
d
2
G.
L
=
Ixx dan Iyy
Ixx
Iyy =
32
64
.d4 +
64
.d4
.d4
T
IP
Dari :
=
.d 4
32
P
d
2
16
. P . d 3
=
.d 4
32
Adalah :
P
d
2
G.
L
32
. (d l 4 - d d 4 ) , dengan
r =
dl
2
maka :
ELEMEN MESIN
12
T =
T =
P .
16
32
. (d l4 - d d 4 ) .
dl
. P . d l 3 (1 k4 ) , dimana : k =
dd
dl
Regangan geser
Suatu garis membujur a-b digambarkan pada permukaan poros tanpa beban.
Setelah suatu momen puntir T dikenakan pada poros, garis a-b bergerak menjadi
a-b seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah. Sudut , yang diukur dalam radian,
diantara posisi garis akhir dengan garis awal didefinisikan sebagai regangan geser
pada permukaan poros. Definisi yang sama berlaku untuk setiap titik pada batang
poros tersebut.
dimensi untuk G adalah sama dengan dimensi tegangan geser, karena regangan
geser tak berdimensi.
Sudut puntir
Jika suatu poros dengan panjang L dikenai momen puntir T secara konstan
dikeseluruhan panjang poros, maka sudut puntir (angle of twist) yang terbentuk
pada ujung poros dapat dinyatakan dengan :
ELEMEN MESIN
13
TL
GJ
Torsi plastis
Apabila momen puntir yang bekerja baik pada poros pejal maupun poros berlubang
dinaikkan terus, nilai momen puntir mungkin akan mencapai titik lelah geser dari
bahan bagian luar. Ini adalah batas maksimum untuk momen puntir elastis dan
dinyatakan dengan Te. Kenaikan selanjutnya dari momen puntir menyebabkan
tercapainya titik-titik lelah pada bahan untuk posisi lapis yang semakin kedalam,
sampai keseluruhan lapisan bahan mencapai titik lelahnya; dan ini menunjukkan
terjadinya momen puntir plastis penuh (fully plastic twisting moment) Tp. Kita tidak
bicarakan tegangan yang lebih besar dari batas titik lelah, karena ini adalah batas
momen puntir yang dapat diberikan oleh poros. Dari hasil beberapa pengujian
diperoleh bahwa Tp = 4/3(Te).
ELEMEN MESIN
14