You are on page 1of 47

PENENTUAN KADAR PROTEIN KACANG TANAH DENGAN

METODE LOWRY DAN PEMISAHAN ASAM LEMAK DAN


GLISEROL DARI LEMAK HEWAN ATAU NABATI

Di Susun Oleh :
Kelompok I Kimia B
Adi Prayoga

(1112096000050)

Anisa Winarni

(1112096000032)

Eka Putri Rahayu

(1112096000042)

Enggar Wahyu Siswanti

(1112096000038)

Latifah Tulhusna

(11140960000091)

Putri Amanda

(1112096000059 )

Windi Azizah Fitri

(1112096000047)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
1

Judul

Penentuan Kadar Protein Kacang Tanah dengan Metode Lowry dan


Pemisahan Asam Lemak dan Gliserol dari Lemak Hewan atau
Nabati

Nama

: Adi Prayoga

(1112096000050)

Anisa Winarni

(1112096000032)

Eka Putri Rahayu

(1112096000042)

Enggar Wahyu Siswanti

(1112096000038 )

Latifah Tulhusna

(11140960000091)

Putri Amanda

(1112096000059 )

Windi Azizah Fitri

(1112096000047)

Diketahui oleh

Nur Ernita S.Si

Intan Mawli Iwari

Pembimbing I

Pembimbing II

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Pratikum
Biokimia di Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah yang berjudul
Penentuan Kadar Protein Kacang Tanah dengan Metode Lowry dan Pemisahan
Asam Lemak dan Gliserol dari Lemak Hewan atau Nabati.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan laporan ini tidak lepas dari
bimbingan dan kerjasama yang diberikan oleh berbagai pihak. Terima kasih yang
sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibu ErnitaS.Si selaku dosen dan kak
Intan Mawli Iwari yang telah membantu dalam mengerjakan praktikum. Terima
kasih juga untuk semua karyawan laboratorium terpadu UIN Syarif Hidayatullah,
serta teman-teman program studi kimia angkatan 2012.
Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal
dan kebaikan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis, namun juga bagi
semua yang membacanya.

Ciputat, 12 Desember 2014

Kelompok I Kimia B

DAFTAR IS
DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iii

DAFTAR LAMPIRAN

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Waktu dan Tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kacang Tanah

4
4

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah Kacang Tanah

2.1.2 Sejarah Penyebaran Kacang Tanah

2.1.3 Habitat Kacang Tanah

2.1.4 Kandungan Gizi Kacang Tanah

2.2 Protein

2.3 Metode Lowry

2.4 Spektrofotometer UV-VIS

11

2.4.1 Prinsip kerja

12

1. Bagian-bagian Spektrofotometer UV-Vis

12

2.5 Asam Lemak

15

2.5.1 Asam Lemak secara Umum

15

2.5.2 Klasifikasi Lemak dan Minyak

19

2.5.3 Sifat-sifat Lemak dan Minyak

21

2.5.4 Sifat-sifat kimia Minyak dan Lemak

22

2.5.5 Asam Lemak Bebas

23

2.5.6 Bahaya Asam Lemak Bebas

23

2.5.7 Kegunaan Lemak dan Minyak

24

BAB III BAHAN DAN METODE

25

3.1 Alat dan Bahan

25

3.2 Cara Kerja

25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Lowry

27
27
5

4.2 Pemisahan Asam Lemak dan Gliserol

31

BAB V SIMPULAN

34

DAFTAR PUSTAKA

35

LAMPIRAN

35

DAFTAR TABE

Tabel 1 Sumber Informasi Gizi Kacang Tanah

Tabel 2 Spektrum Warna

12

Tabel 3 Bahan kuvet sesuai panjang gelombang

14

Tabel 4 Jenis-jenis detektor berdasarkan panjang gelombang

15

Tabel 5 Contoh-contoh dari asam lemak jenuh

19

Tabel 6 Contoh-contoh dari asam lemak tak jenuh

19

Tabel 7 Pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan sifat mengering

20

Tabel 8 Pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan sumbernya

20

Tabel 9 Pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan sumbernya

21

Tabel 10 Volume penambahan BSA dan protein

25

Tabel 11 Volume penambahan sampel dan akuades

26

Tabel 12 Hasil Absorbansi Larutan Standar dan Larutan Sampel

30

Tabel 13 Kadar asam lemak dan uji akrolein terhadap gliserol

33

DAFTAR GAMBA

Gambar 1 Kacang Tanah

Gambar 2 Struktur Asam Amino

Gambar 3 Struktur Protein

Gambar 4 Reduksi fosfomolibat menjadi molib denum oleh gugus fenolik

28

Gambar 5 Reduksi fosfotungstat menjadi tungstat oleh gugus fenolik

28

Gambar 6 Kompleks Cu-protein yang dihasilkan dari reagen biuret dengan

29

Gambar 7 Kurva Standar Larutan BSA

31

Gambar 8 Persamaan reaksi saponifikasi

32

Gambar 9 Persamaan reaksi esterifikasi

32

Gambar 10 Persamaan reaksi pembentukan seyawa akrolein

33

DAFTAR LAMPIRA

Lampiran 1 Contoh perhitungan kadar protein

35

Lampiran 2 Perhitungan kadar asam lemak

36

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein merupakan suatu polipeptida yang memiliki struktur primer,
sekunder, tersier dan kuartener. Penentuan konsentrasi protein merupakan proses
yang rutin digunakan dalam kerja Biokimia. Ada beberapa metode yang biasa
digunakan dalam rangka penentuan konsentrasi preotein, yaitu metode Biuret,
Lowry, dan lain sebagainya. Masing-masing metode mempunyai kekurangan dan
kelebihan. Pemilihan metode yang terbaik dan tepat untuk suatu pengukuran
bergantung pada beberapa faktor seperti misalnya, banyaknya material atau
sampel yang tersedia, waktu yang tersedia untuk melakukan pengukuran, alat
spektrofotometri yang tersedia (VIS atau UV).
Reagen pendeteksi gugus-gugus fenolik seperti reagen folin dan ciocalteu
telah digunakan dalam penentuan konsentrasi protein oleh Lowry (1951) yang
kemudian dikenal dengan metode Lowry. Dalam bentuk yang paling sederhana
reagen folin ciocalteu apat mendeteksi residu tirosin (dalam protein) karena
kandungan fenolik dalam residu tersebut mampu mereduksi fosfotungsat dan
fosfomolibdat, yang merupakan konstituen utama reagen folin ciocalteu, menjadi
tungsten dan molibdenum yang berwarna biru. Hasil reduksi ini menunjukkan
puncak absorbsi yang lebar pada daerah merah. Sensitifitas dari metode folin
ciocalteu ini mengalami perbaikan yang cukup signifikan apabila digabung
dengan ion-ion Cu.
Asam lemak bersama-sama dengan gliserol merupakan penyusun utama
minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada
makhluk hidup. Lemak biasanya dinyatakan sebagai komponen yang larut dalam
pelarut organik (seperti eter, heksan atau kloroform), tapi tidak larut dalam air.
Senyawa yang termasuk golongan ini meliputi triasilgliserol, diasilgliserol,

monoasilgliserol, asam lemak bebas, fosfolipid, sterol, karotenoid dan vitamin A


dan D. Fraksi lemak sendiri mengandung campuran kompleks dari berbagai jenis
molekul. Namun triasilgliserol merupakan komponen utama sebagian besar
makanan, jumlahnya berkisar 90-99% dari total lemak yang ada.
Asam lemak adalah asam karboksilat berantai panjang dengan jumlah atom
karbon antara 4 sampai 24. Asam lemak memiliki ekor hidrokarbon yang
menyebabkan sukar larut dalam air. Di alam, asam lemak tidak terdapat secara
bebas atau berbentuk tunggal tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara
kovalen pada berbagai jenis atau lemak yang berbeda. Adapun lemak atau
trigliserida merupakan ester dari tiga molekul asam lemak dengan satu molekul
gliserol atau sering disebut triasil gliserol. Gliserol adalah salah satu bahan kimia
yang penting di dalam industri, terutama industri obat-obatan, bahan makanan,
kosmetik, bahan peledak, dan lain-lain. Hingga saat ini Indonesia masih
mendatangkan gliserol dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industri di
dalam negeri.
Asam lemak dan gliserol dapat dipisahkan melalui hidrolisis secara kimia
atau enzimatik. Proses hidrolisis ini merupakan salah satu metode pemisahan
asam lemak dan gliserol dari lemak. Penelitian mengenai proses hidrolisis dengan
berbagai perlakuan yang optimal untuk pemisahan asam lemak maupun gliserol
ini telah banyak dilakukan, hal ini dimaksudkan agar Indonesia dapat
memproduksi gliserol sendiri untuk kepeluan industri. Proses Hidrolisa
mempunyai keunggulan lebih cepat dalam proses pemisahan gliserol dan asam
lemak serta hasil yang diperoleh lebih maksimal. Pada percobaan ini dilakukan
pemisahan asam lemak dan gliserol dengan cara hidrolisis lemak. Sampel yang
digunakan adalah minyak goreng yang terbuat dari kelapa sawit. Hidrolisis
minyak dan lemak merupakan suatu proses industri yang penting. Produk dari
proses tersebut yang berupa asam lemak dan gliserol adalah bahan baku dasar
untuk berbagai aplikasi. Asam lemak digunakan sebagai bahan baku untuk
produksi oleokimia seperti alkohol lemak, amin lemak dan ester lemak. Asam
lemak juga digunakan dalam penyusunan berbagai macam produk, seperti sabun,
deterjen, surfaktan, pelumas, plasticizers, cat, coating, obat-obatan, makanan,
produk perawatan pertanian, industri dan pribadi (Ketaren S 1986)
10

Percobaan yang dilakukan, tujuan hidrolisis minyak adalah untuk


menghasilkan asam lemak. Produk yang diambil/dipisahkan dalam reaksi ini
adalah gliserol. Metode pemisahan gliserol pada proses ini dapat dilakukan
dengan mengendapkannya. Hal ini dapat dilakukan mengingat gliserol dan air
tidak larut dalam minyak. Pada akhir reaksi dalam setiap tahap (stage) hidrolisis,
gliserol yang terbentuk bercampur dengan sisa air dan akan mengendap di lapisan
bawah, sementara asam lemak dan sisa minyak akan berada di lapisan atas dari
reaksi hidrolisis di setiap tahapnya. Hasil hidrolisis yang dihasilkan mungkin saja
masih mengandung sisa minyak, air dan katalis, karena umumnya reaksi hidrolisa
tidak berlangsung sempurna. Selain itu, hasil asam lemak yang terpisah juga
masih terdiri atas campuran dari asam lemak jenuh dan tak jenuh. Untuk
memperoleh asam lemak, serta gliserol maka katalis dan sisa reaktan harus
dipisahkan. Pemurnian ini dapat dilakukan dengan cara mengekstraksinya dengan
pelarut (solvent) yang cocok. Gliserol tidak larut dalam eter, benzena, dan CCl 4,
sedangkan asam lemak tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol dan hampir
semua pelarut organik, termasuk pelarut hidrokarbon. Oleh sebab itu, pada
percobaan ini, pemurnian dengan alkohol (etanol) agar gliserol mengendap dan
dapat terpisahkan dengan asam lemak (Gunawan dan Rahayu 2003).

1.2

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan


masalah sebagai berikut:
1. Metode apakah yang digunakan untuk pemisahan asam lemak dan
gliserol?
2. Bagaimana proses pemisahan asam lemak dan gliserol yang terdapat
dalam minyak?
3. Bagaimana cara identifikasi gliserol yang terbentuk?
4. Bagaiman cara untuk menentukan kadar protein ?

11

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, percobaan yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui :
1. Memahami cara mengekstrak gliserol dari lemak dan memisahkannya dari
asam lemak
2. Mengidentifikasi keberadaan gliserol hasil ekstraksi
3. Menentukan kadar asam lemak yang dihasilkan pada percobaan.

1.4

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada :


Hari,Tanggal

: Kamis, 11 Desember 2015.

Waktu

: Pukul 08.00 WIB - Selesai

Tempat

: Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Kacang Tanah

Kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan dari family fabiodeae


yang juga merupakan tanaman penting dari keluarga polong-polongan kedua
setelah tanaman kedelai. Kacang tanah merupakan salah satu tanaman tropic yang
tumbuh secara perdu yang memiliki tinggi 30 50 cm dan tanaman yang
mengeluarkan daun yang kecil.

12

Tanaman ini memiliki daun kecil berbentuk oval berwarna hijau. Selain itu,
kacang tanah memiliki bunga berwarna kuning dengan buah berkulit keras dengan
warna coklat seta memiliki serat di permukaannya. Jika dibuka, maka akan
terdapat biji kacang tanah yang berwarna coklat muda pada kulit bijinya dan bila
kulit bijinya dikupas, akan terlihat biji kacang berwarna putih.
Kacang tanah budidaya di Indonesia dibagi menjadi dua tipe, yaitu :
a. Tipe tegak
Jenis Kacang ini tumbuh lurus atau sedikit miring keatas, buahnya terdapat
pada ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek genjah dan kemasakan buahnya
serempak.
b. Tipe menjalar.
Jenis ini tumbuh kearah samping, batang utama berukuran panjang, buah
terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah dan umnya berumur
panjang. Tipe menjalar lebih disukai karena memiliki potensi hasil lebih tinggi.

Gambar 1 Kacang Tanah


2.1.1

Klasifikasi Ilmiah Kacang Tanah


Berikut ini adalah klasifikasi dari kacang tanah :
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Tracheophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Magnoliophyta
13

Ordo

: Leguminales

Famili

:Papilionaceae

Subfamili

: Faboideae

Bangsa

: Aeschynomeneae

Genus

: Arachis

Spesies

: Arachis hypogeae L.

Nama lain dari kacang tanah ialah Arachis tuberosa Benth.; Arachis
guaramitica Chod & Hassl.; Arachis idiagoi Hochne.; Arachis angustifolia (Chod
& Hassl) Killip.; Arachis villosa Benth.; Arachis prostrata Benth.; Arachis helodes
Mart.; Arachis marganata Garden.; Arachisnamby quarae Hochne.; Arachis
villoticarpa Hochne.; Arachis glabrata Benth.
2.1.2

Sejarah Penyebaran Kacang Tanah


Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari

Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia, namun saat ini telah menyebar ke
seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Penanaman pertama kali
dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika
penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang
Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh
pedagang-pedagang

Spanyol,

Cina,

atau

Portugis

sewaktu

melakukan

pelayarannya dari Meksiko ke Maluku setelah tahun 1597 Pada tahun 1863 Holle
memasukkan Kacang Tanah dari Inggris dan pada tahun 1864 Scheffer
memasukkan pula Kacang Tanah dari Mesir. Republik Rakyat Cina dan India kini
merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia. (Batavia Reloed, 2012).
2.1.3

Habitat Kacang Tanah


Tanaman kacang tanah dapat tumbuh subur pada daerah dengan ketinggian

500 m diatas permukaan laut dengan curah hujan berkisar antara 800 mm hingga
1.300 mm per tahunnya. Suhu yang dibutuhkan untuk budidaya kacang tanah
adalah sekitar 28o C hingga 32o C. Jika suhunya dibawah 10o C akan menghambat
pertumbuhan kacang tanah sehingga bunga tidak akan tumbuh dengan sempurna.
Selain itu, kacang tanah juga membutuhkan kelembaban udara berkisar antara
65% hingga 75% dengan pH tanah antara 6,0 hingga 6,5. Frekuansi sinar
14

matahari juga merupakan salah satu hal yang penting untuk perkembangan kacang
tanah. Di Indonesia sendiri ada bebeapa kawasan yang mampu memproduksi
kacang tanah dalam jumlah yang besar seperti di Pulau Jawa, Sumatera Utara, dan
Sulawesi.

2.1.4

Kandungan Gizi Kacang Tanah


Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang tinggi, zat

besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K,
lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh
lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya. Mempunyai rasa yang manis dan
banyak digunakan untuk membuat beraneka jenis kue.
Kacang tanah juga dikatakan mengandung bahan yang dapat membina
ketahanan tubuh dalam mencegah beberapa penyakit. Mengkonsumsi satu ons
kacang tanah lima kali seminggu dilaporkan dapat mencegah penyakit jantung.
Kacang tanah bekerja meningkatkan kemampuan pompa jantung dan menurunkan
resoki penyakit jantung koroner. Memakan segenggam kacang tanah setiap hari
terutama pesakit kencing manis dapat membantu kekurangan zat.
Kacang tanah mengandung Omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh
ganda dan Omega 9 yang merupakan lemak tak jenuh tunggal. Dalam 1 ons
kacang tanah terdapat 18 gram Omega 3 dan 17 gram Omega 9. Kacang tanah
mengandung fitosterol yang justru dapat menurunkan kadar kolesterol dan level
trigliserida, dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang
disirkulasikan dalam darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari
hati, serta tetap menjaga HDL kolesterol. Kacang tanah juga mengandung arginin
yang dapat merangsang tubuh untuk memproduksi nitrogen monoksida yang
berfungsi untuk melawan bakteri tuberkulosis.
Tabel 1 Sumber Informasi Gizi Kacang Tanah
Kandungan
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor

Total
525 kkal
27,9 gram
42,7 gram
17,4 gram
315 mg
456 mg
15

Zat Besi
5,7 mg
Vitamin B1
0,44 mg
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kajian-kajian menunjukkan kacang tanah dapat sebagai penurun tekanan


darah tinggi dan juga kandungan kolestrol dalam darah, berkesan untuk
melegakan penyakit hemofilia atau kecenderungan mudah berdarah, penyakit
keputihan dan insomnia. Namun Kacang tanah sangat dicegah pada mereka yang
menghadapi penyakit jenis kanker payudara dan yang mempunyai masalah
jerawat atau acne juga dinasihatkan berhenti mengonsumsi kacang tanah
2.2

Protein

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh
karena zat ini berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat
pembangun dn pengatur. Protein adlaah polimer dari asam amino yang
dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung unsur-unsur C,
H, O, N, P, S, dan terkadang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga
(Winarno, 1992).

Gambar 2 Struktur Asam Amino


Protein merupakan suatu polipeptida dengan BM yang sangat bervariasi dari
5000 samapi lebih dari satu juta karena molekul protein yang besar, protein sangat
mudah mengalami perubahan fisis dan aktivitas biologisnya. Banyak agensia yang
menyebabkan perubahan sifat alamiah dari protein seperti panas, asam, basa,
solven organik, garam, logam berat, radiasi sinar radioaktif (Sudarmadji, 1996).
Pada umumnya kadar protein di dalam bahan pangan menentukan mutu
bahan pangan itu sendiri (S.A. & Suwedo H. ,1987). Nilai gizi dari suatu bahan
pangan ditentukan bukan saja oleh kadar nutrien yang dikandungnya, tetapi juga
16

oleh dapat tidaknya nutrien tersebut digunakan oleh tubuh (Muchtadi, 1989).
Salah satu parameter nilai gizi protein adalah daya cernanya yang didefinisikan
sebagai efektivitas absorbsi protein oleh tubuh (Del Valle, 1981). Berdasarkan
kandungan asam-asam amino esensialnya, bahan pangan dapat dinilai apakah
bergizi tinggi atau tidak. Bahan pangan bernilai gizi tinggi apabila mengandung
asam amino esensial yang lengkap serta susunannya sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
Struktur protein dapat dibagi menjadi empat bentuk; primer, sekunder,
tersier dan kuartener. Susunan linier asam amino dalam protein merupakan
struktur primer. Susunan tersebut akan menentukan sifat dasar protein dan bentuk
struktur sekunder serta tersier. Bila protein menandung banyak asam amino
dengan gugus hidrofobik, daya kelarutannya kurang dalam air dibandingkan
dengan protein yang banyak mengandung asam amino dengan gugus hidrofil.
(Winarno, 1992).

Gambar 3 Struktur Protein


Protein yang terdapat dalam bahan pangan mudah mengalami perubahanperubahan, antara lain:
1. Dapat terdenaturasi oleh perlakuan pemanasan.
2. Dapat terkoagulasi atau mengendap oleh perlakuan pengasaman.
3. Dapat mengalami dekomposisi atau pemecahan oleh enzim-enzim proteolitik.
4. Dapat bereaksi dengan gula reduksi, sehingga menyebabkan terjadinya warna
coklat.

17

Banyak agensia yang menyebabkan perubahan sifat alamiah dari protein seperti
panas, asam, basa, pelarut organik, garam, logam berat, radiasi sinar radioaktif
(Sudarmadji, 2010).
2.3

Metode Lowry

Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam rangka penentuan


konsentrasi preotein, yaitu metode Biuret, Lowry, dan lain sebagainya. Masingmasing metode mempunyai kekurangan dan kelebihan. Pemilihan metode yang
terbaik dan tepat untuk suatu pengukuran bergantung pada beberapa faktor seperti
misalnya, banyaknya material atau sampel yang tersedia, waktu yang tersedia
untuk melakukan pengukuran, alat spektrofotometri yang tersedia (VIS atau UV).
Reagen pendeteksi gugus-gugus fenolik seperti reagen folin dan ciocalteu
telah digunakan dalam penentuan konsentrasi protein oleh Lowry (1951) yang
kemudian dikenal dengan metode Lowry. Dalam bentuk yang paling sederhana
reagen folin ciocalteu apat mendeteksi residu tirosin (dalam protein) karena
kandungan fenolik dalam residu tersebut mampu mereduksi fosfotungsat dan
fosfomolibdat, yang merupakan konstituen utama reagen folin ciocalteu, menjadi
tungsten dan molibdenum yang berwarna biru. Hasil reduksi ini menunjukkan
puncak absorbsi yang lebar pada daerah merah. Sensitifitas dari metode folin
ciocalteu ini mengalami perbaikan yang cukup signifikan apabila digabung
dengan ion-ion Cu.
Larutan Lowry ada dua macam yaitu larutan A yang terdiri dari
fosfotungstat-fosfomolibdad (1:1) dan larutan Lowry B yang terdiri dari Nacarbonat 2% dalam NaOH 0,1 N, kupri sulfat dan Na-K-tartat 2%. Cara
penentuannya seperti berikut: 1 ml larutan protein ditambah 5 ml Lowry B,
digojong dan dibiarkan selama 10 menit. Kemudian ditambah 0,5 ml Lowry A
digojong dan dibiarkan 20 menit. Selanjutnya diamati OD-nya.
Dalam metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan
terbentuk sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan
tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin
-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat phosphotungstat (phosphomolybdat
fosfotungstate),

menghasilkan heteropoly molybdenum blue akibat reaksi


18

oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang
memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri.
Metode Lowry mengkombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain
(Folin-Ciocalteauphenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan
dalam protein. Reaksi ini menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di antara
500 750 nm, tergantung sensitivitas yang dibutuhkan. Akan muncul puncak
kecil di sekitar 500 nm yang dapat digunakan untuk menentukan protein dengan
konsentrasi tinggi dan sebuah puncak besar disekitar 750 nm yang dapat
digunakan untuk menentukan kadar protein dengan konsentrasi rendah.
Berawal dari pemanfaatan alat spektrofotometer yaitu untuk mengukur
jumlah penyerapan zat suatu senyawa. Penyerapan cahaya pada senyawa larutan
tersebut, dalam spektrofotometri dapat digunakan sebagai dasar atau pedoman
dalam penentuan konsentrasi larutan atau senyawa secara kuantitatif. Dalam
pratikum ini penggunaan KMnO4 bertujuan untuk memudahkan dalam pengenalan
dan latihan awal spektrofotometri. Kekuatan warna biru terutama bergantung
pada kandungan residu tryptophan dan tyrosine-nya. Keuntungan metode Lowry
adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret
Beberapa zat yang bisa mengganggu penetapan kadar protein dengan
metode Lowry ini, diantaranya buffer, asam nuklet, gula atau karbohidrat,
deterjen, gliserol, Tricine, EDTA, Tris, senyawa-senyawa kalium, sulfhidril,
disulfida, fenolat, asam urat, guanin, xanthine, magnesium, dan kalsium.
Interferensi agen-agen ini dapat diminimalkan dengan menghilangkan interferens
tersebut. Sangat dianjurkan untuk menggunakan blanko untuk mengkoreksi
absorbansi. Interferensi yang disebabkan oleh deterjen, sukrosa dan EDTA dapat
dieliminasi dengan penambahan SDS atau melakukan preparasi sampel dengan
pengendapan protein.
2.4

Spektrofotometer UV-VIS

Spektrofotometer adalah alat untuk menukur transmitan atau absorban suatu


sampel sebagai fungsi panjang gelombang.Spektrofotometer merupakan gabungan
dari alat optic dan elektronika serta sifat-sifat kimia fisiknya.Dimana detector
dapat mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak langsung cahaya
19

yang diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk.
Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV
dan Visible.Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu
sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible.Larutan yang dianalisis diukur
serapan sinar ultra violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang
dianalisis akan sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terapat
dalam larutan tersebut.
Warna yang diserap oleh suatu senyawa merupakan warna komplementer
dari warna yang teramati. Beberapa warna yang diamati dan warna
komplementernya terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel 2 Spektrum Warna
Panjang
gelombang

Warna
terlihat

Warna
komplemente
r

<400

Ultraviole

t
400-450
450-490
490-550
550-580
580-650
650-700
>700

Violet
Biru
Hijau
Kuning
Jingga
Merah
Inframerah

Kuning
Jingga
Merah
Ungu
Biru
Hijau

Sinar dari sumber cahaya akan dibagi menjadi dua berkas oleh cermin yang
berputar pada bagian dalam spektrofotometer. Berkas pertama akan melewati
kuvet berisi blanko, sementara berkas kedua akan melewati kuvet berisi sampel.
Blanko dan sampel akan diperiksa secara bersamaan. Adanya blanko, berguna
untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase dari sumber cahaya.

20

2.4.1 Prinsip kerja


Spektrofotometri uv-vis mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila
cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya
tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan.
1. Bagian-bagian Spektrofotometer UV-Vis
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang
stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada
dua macam :

Lampu Tungsten (Wolfram)

Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak.Bentuk


lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa.Memiliki panjang
gelombang antara 350-2200 nm.Spektrum radiasianya berupa garis
lengkung.Umumnya memiliki waktu 1000jam pemakaian.

Lampu Deuterium
Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum
energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang
terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.

b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi
cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu.
Bagian-bagian monokromator, yaitu :

Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin
supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

Grating (kisi difraksi)

21

Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi.


Dispersi sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama,
hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan
dalam seluruh jangkauan spektrum.

Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang
tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga
diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.

Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang
diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang
gelombang yang dipilih.

c. Kompartemen sampel
Kompartemen

ini

digunakan

sebagai

tempat

diletakkannya

kuvet.kuvet

merupakan wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis.
Pada spektrofotometer double beam, terdapat dua tempat kuvet. Satu kuvet
digunakan sebagai tempat untuk menaruh sampel, sementara kuvet lain digunakan
untuk menaruh blanko. Sementara pada spektrofotometer single beam, hanya
terdapat satu kuvet.
Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :

Permukaannya harus sejajar secara optis

Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan

Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia

Tidak rapuh

Bentuknya sederhana

22

Terdapatberbagai jenis dan bentuk kuvet pada spektrofotometer. Umumnya


pada pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang terbuat dari bahan kuarsa
atau plexiglass. Kuvet kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar uv, sehingga tidak
digunakan pada saat pengukuran di daerah UV. Oleh karena itu, bahan kuvet
dipilih berdasarkan daerah panjang gelombang yang digunakan.Gunanya agar
dapat melewatkan daerah panjang gelombang yang digunakan.
UV : fused silika, kuarsa
Visible : gelas biasa, silika atau plastik
IR : KBr, NaCl, IRTRAN atau kristal dari senyawa ion
Tabel 3 Bahan kuvet sesuai panjang gelombang
Bahan
Silika
Gelas
Plastik

Panjang gelombang
150-3000
375-2000
380-800

d. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar
kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder
dan

ditampilkan

dalam

bentuk

angka-angka

pada

reader

(komputer).Terdapat beberapa jenis detector pada spektrofotometer.


Syarat-syarat ideal sebuah detector adalah :
-

Mempunyai kepekaan tinggi


Respon konstan pada berbagai panjang gelombang
Waktu respon cepat dan sinyal minimum tanpa radiasi
Sinyal listrik ayng dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi
Tabel 4 Jenis-jenis detektor berdasarkan panjang gelombang
Jenis detector
Phototube

range (nm)
Sifat pengukuranPenggunaan
150

arus listrik UV

Photomultiplie

1000
150

r
Solid state

1000
350

Thermocouple

3000
600

arus listrik UV/Vis

arus listrik IR

23

Thermistor

20.000
600

hambatan listrik IR

20.000
e. Visual display
Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik,
menyatakan dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi

2.5
2.5.1

Asam Lemak

Asam Lemak secara Umum


Asam lemak adalah asam karboksilat yang berantai panjang dengan jumlah

karbon antara 4-24. Asam lemak memiliki ekor hidrokarbon yang bersifat
nonpolar sehingga menyebabkan sukar larut dalam air. Dialam, asam lemak tidak
terdapat secara bebas atau terbentuk tunggal tetapi terdapat dalam bentuk yang
terikat secara kovalen. Pada berbagai jenis lipid atau lemak yang berbeda. Asam
lemak dapat dipisahkan melalui hidrolisis secara kimia atau enzimatik. Hampir
semua asam lemak didalam memiliki jumlah atom karbon yang genap (16-18
atom C adalah yang paling dominan). Semua asam lemak bersifat hidrofobik
(takut air), sedangkan gliserol dengan atom oksigennya lebih bersifat hidrofilik
(suka air), karena oksigen dapat membentuk ikatan hidrogen dalam molekul air.
Pada atom karbon gliserol yang tidak mengikat asam lemak akan berasosiasi
dengan molekul lain yang bersifat hidrofilik karena molekul tersebut bermuatan
listrik atau mengandung banyak atom oksigen. Molekul yang mengandung bagian
hidrofilik dan hidrofobik yang jelas ini disebut molekul-molekul amfipatik
(Haryati, 2003).
Terdapat beberapa asam lemak yang memiliki ekor hidrokarbon jenuh dan
tidak jenuh. Kedua asam lemak ini berbeda sifat dan karakteristiknya. Asam
lemak tidak jenuh biasanya berwujud cair pada suhu kamar dan umumnya
terdapat pada lemak nabati (tumbuhan). Sedangkan asam lemak jenuh dari atom
C12-14 bersifat padat dan umumnya terdapat pada jaringan hewan atau lemak
24

hewani. Adapun lemak atau trigliserida maupun ester dari tiga molekul asam
dengan satu molekul gliserol atau sering disebut trigliserol.
Minyak atau lemak khususnya minyak nabati mengandung asam-asam
esensial seperti asam lenolenat dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan
pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol.kolesterol merupakan jenis lipid
yang menyusun membran plasma. Kolesterol juga menjadi bagian dari beberapa
hormon. Kolesterol berhubungan dengan pengerasan arteri. Dalam hal ini timbul
plaque pada dinding arteri, yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah
karena arteri menyempit, penurunan kemampuan untuk meregang. Pembentukan
gumpalan dapat menyebabkan infark miokard dan stroke. Sedangkan minyak
hewani mengandung asam lemak sterol yang disebut kolesterol. Molekul gliserol
pada lemak dapat dipisahkan dengan cara saponifikasi yaitu proses pencampuran
garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunankan dari minyak
atau lemak direaksikan dengan alkali pada suhu 80-100 C maka lemak
terhidrolisis oleh basa.
Kadar kolesterol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik untuk
jantung dan pembuluh darah telah diketahui luas oleh masyarakat. Namun ada
salah pengertian, seolah-olah yang paling berpengaruh terhadap kenaikan
kolesterol darah ini adalah kadar kolesterol makanan. Sehingga banyak produk
makanan, bahkan minyak goreng diiklankan sebagai nonkolesterol. Konsumsi
lemak akhir-akhir ini dikaitkan dengan penyakit kanker. Hal ini berpengaruh
adalah jumlah lemak dan mungkin asam lemak tidak jenuh ganda tertentu yang
terdapat dalam minyak sayuran (Almatsier, 2002).
Lipid merupakan salah satu komponen utama bahan pangan selain
karbohidrat dan protein. Oleh karena itu peranan lipid dalam menentukan
karakteristik bahan pangan besar. Reaksi yang umum terjadi pada lipid selama
pengolahan meliputi hidrolisis, oksidasi, dan pirolisis. Oksidasi lipid biasanya
melalui proses pembentukan radikal bebas yang terdiri dari tiga proses dasar yaitu
inisiasi, propagasi, dan eliminasi (Apriyantono, 2001).
Secara umum senyawa yang disebut lipid biasanya diartikan sebagai suatu
senyawa yang dalam pelarut tidak larut dalam air, namun larut organik.
Contohnya benzena, eter, dan kloroform. Suatu lipid suatu lipid tersusun atas

25

asam lemak dan gliserol. Berbagai kelas lipid dihubungkan satu sama lain
berdasarkan komponen dasarnya, sumber penghasilnya, kandungan asam
lemaknya, maupun sifat-sifat kimianya. Kebanyakan lipid ditemukan dalam
kombinasi dengan senyawa sederhana lainnya (seperti ester lilin, trigliserida, steril
ester dan fosfolipid), kombinasi dengan karbohidrat (glikolipid), kombinasi
dengan protein (lipoprotein). lipid yang sangat bervariasi struktur dan
fungsinya,mulai dari volatile sex pheromones sampai ke karet alam (Anonim,
2008).
Para ahli biokimia sepakat bahwa lemak dan senyawa organik lain yang
mempunyai sifat fisika seperti lemak dimasukan dalam satu kelompok yang
disebut lipid, adapun sifat fisika yang dimaksudkan adalah:
1. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut
organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena yang sering disebut juga
pelarut lemak.
2. Ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya
3. Mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup. (Poedjiadi A.
1994).
Senyawa-senyawa yang termasuk kedalam lipid ini terbagi dalam beberapa
golongan, Bloor membagi golongan lipid kedalam tiga golongan besar, yakni:
a) Lipid sederhana, yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus
tambahan contohnya lemak, gliserida atau lilin
b) Lipid gabungan, yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus
tambahan, contohnya fosfolipid dan serebrosida
c) Derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan dari hidrolisis
lipid.contohnya asam lemak, gliserol, sterol
Disamping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi kedalam
dua golongan besar yaitu lipid yang dapat disabunkan dan lipid yang tidak dapat
disabunkan, yaitu tidak dapat dihidrolisis dengan basa. Contohnya steroid.
(Poedjiadi A. 1994).

26

Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan


bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan sebagai
trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat.
Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair.
Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan
lemak ini (Sudarmadji, 1989).
Satu molekul gliserol dapat bersenyawa dengan 1-3 molekul asam lemak
memebentuk: Monogliserida dengan 1 asam lemak, digliserida dengan 2 asam
lemak, trigliserida dengan 3 asam lemak.Dalam proses pembentukannya,
trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga
molekul asam-asam lemak yang membentuk satu molekul trigliserida dan tiga
molekul air (Sudarmadji, 1989).
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol,
yang berarti triester dari gliserol. Jadi lemak dan minyak juga merupakan
senyawaan ester. Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan
gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai
hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang (Netti Herlina, 2002).
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol. Dalam
pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul
gliserol dan tiga molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak tersebut
berbeda beda), yang membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air.
Bila R1=R2=R3, maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida sederhana
(simple triglyceride), sedangkan bila R1, R2, dan R3 berbeda, maka disebut
trigliserida campuran (mixed triglyceride) (Netti Herlina, 2002).
Lemak dan minyak memiliki perbedaan, antara lain sebagai berikut :
a) Pada temoperatur kamar lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair
b) Gliserrida pada hewan berupa lemak (lemak hewani) dan gliserida pada
tumbuhan berupa miyak (minyak nabati)
Komponen minyak terdiri dari gliserrida yang memiliki banyak asam lemak tak
jenuh sedangkan komponen lemak memiliki asam lemak jenuh.

27

2.5.2 Klasifikasi Lemak dan Minyak


Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan beberapa penggolongan,
yaitu:
1. Berdasarkan kejenuhannya (ikatan rangkap)
a. Asam lemak jenuh
Tabel 5 Contoh-contoh dari asam lemak jenuh
Nama asam
Butirat
Palmirat
Stereat

Struktur
CH3(CH2)2CO2H
CH3(CH2)14CO2H
CH3(CH2)16CO2H

Sumber
Lemak susu
Lemak hewani dan nabati
Lemak hewani dan nabati

b. Asam lemak tak jenuh


Tabel 6 Contoh-contoh dari asam lemak tak jenuh
Nama asam
Palmitoleat

Struktur
CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7CO2H

Sumber
Lemak hewani

CH3(CH2)7CH=CH(CH2) 7CO2H

dan nabati
Lemak hewani

Linoleat

CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH

dan nabati
Minyak nabati

Linolenat

(CH2)7CO2H
CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2=C

Minyak biji rami

Oleat

H
(CH2) 7CO2H
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan
tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig
yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga
biasanya berwujud padat. Sedangkan asam lemak tak jenuh merupakan asam
lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya. asam
lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak lazim,terutama terdapat pada
minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda
(poliunsaturat) cenderung berbentuk minyak(Netti Herlina, 2002).
2. Berdasarkan sifat mengering
28

Tabel 7 Pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan sifat mengering


Sumber
Minyak tidak
mengering (nondrying oil)

Keterangan
tipe minyak zaitun, contoh: minak zaitun,minyak buah
persik,minyak kacang
tipe minyak rape,contoh: minyak biji rape, minyak
mustard

Minyak Setengah

tipe minyak hewani contoh; minyak sapi


Minyak yang mempunyai daya mengering yang lebih

mengering (semi-

lambat.Contohnya: minyak biji kapas,minyak bunga

drying oil)
Minyak nabati

matahari
Minyak yang mempunyai sifat dapat mengering jika

mengering

kena oksidasi, dan akan berubah menjadi lapisan

(drying oil)

tebal, bersifat kental dan membentuk sejenis selaput


jika dibiarkan di udara terbuka.
Contoh: minyak kacang kedelai, minyakbiji karet

3. Berdasarkan sumbernya
Tabel 8 Pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan sumbernya
Sumber
Berasal dari
tanaman (minyak

minyak kelapa sawit, biji-biji tanaman tahunan.

Nabati)
Berasal dari
hewan(lemak
hewani)

Keterangan
biji-biji palawija. Contoh: minyak jagung, biji kapas
kulit buah tanaman tahunan. Contoh: minyak zaitun,
Contoh: kelapa, coklat, inti sawit
susu hewan peliharaan, contoh: lemak susu
daging hewan peliharaan, contoh: lemak sapi,
oleosterin
hasil laut, contoh: minyak ikan sardin, minyak ikan
paus.
.

4. Berdasarkan kegunaannya
Tabel 9 Pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan sumbernya
Minyak

Nama
Kegunaan
meneral(minyak Sebagai bahan bakar

bumi)
29

Minyak nabati/hewani

Bahan makan bagi manusia

(minyk/lemak)
Minyak atsiri(essential oil)

Untuk

obata-obatan.

Minyak

ini

mudah

menguap pada temperatur kamar,sehingga


disebut juga minyak terbang.
.
2.5.3

Sifat-sifat Lemak dan Minyak


Lemak dan minak memiliki sifat fisika , antara lain sebagai berikut :

1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil-amin dari
lecitin
2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatu kamar
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan
untuk pengujian kemurnian minyak.
4. Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor oil0, sedikit
larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter,karbon disulfida dan
pelarut halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang
rantai karbon
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami ,juga terjadi karena
asam-asam yang berantai sangat pendek sebaggai hasil penguraian pada
kerusakan minyak atau lemak.
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau
minyak dengan pelarut lemak.
8. Titik lunak dari lemak/minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan
minyak/lemak
9. Shot melting point adalah temperratur pada saat terjadi tetesan pertama dari
minyak / lemak

30

10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta
pengaruh kehadiran komponen-komponennya
2.5.4

Sifat-sifat kimia Minyak dan Lemak


Minyak dan lemak memiliki sifat kimia, sebagai berikut :

a) Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari
trigliserida,menjadi bentuk ester.
b) Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak dan
minyak. Ini terjadi karena terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak
tersebut.
c) Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambhan sejumlah larutan basa kepada
trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap,lapisan air yang mengandung gliserol
dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
d) Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon
asam lemak pada lemak atau minyak . setelah proses hidrogenasi selesai , minyak
didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring . Hasilnya adalah minyak
yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.
e) Pembentukan keton
Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.
f) Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan
bau tengik pada lemak atau minyak.

31

2.5.5

Asam Lemak Bebas


Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas

tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses
hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral.
Asam lemak bebas dalam kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak
ikan sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen
minyak turun. Dan juga mengakibatkan bau tengik pada minyak.
Reaksi pembentukan asam lemak bebas:
2.5.6

Bahaya Asam Lemak Bebas


Jaringan lemak melepaskan asam lemak bebas dan gliserol ke dalam

darah, di mana asam lemak tersebut diangkut dengan albumian ke hampir semua
organ. Dilain pihak, gliserol berjalan terutama ke dalam hati dan sedikit ke dalam
ginjal; hanya jaringan-jaringan ini tempatnya dapat digunakan. Proporsi asam
lemak bebas yang lebih besar dalam sirkulasi dikonversi menjadi badan-badan
keton, yang merupakan prinsip dalam hati. Badan-badan keton adalah bentuk
energi yang lebih larut dalam air dari pada asam lemak (Linder, 1992).
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim
selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan
kadar lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan
dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Timbulnya racun dalam minyak yang
dipanaskan telah banyak dipelajari. Bila lemak tersebut diberikan pada ternak atau
diinjeksikan kedalam darah, akan timbul gejala diare, kelambatan pertumbuhan,
pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna pada pusat saraf dan
mempersingkat umur.
2.5.7

Kegunaan Lemak dan Minyak


Lemak dan minyak merupakan senyawaan organik yang penting bagi

kehidupan makhluk hidup.adapun lemak dan minyak ini antara lain (Netti Herlina,
2002):
1. Memberikan rasa gurih dan aroma yang spesipek
2. Sebagai salah satu penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan
biomolekul
32

3. Sumber

energi

yang

efektif

dibandingkan

dengan

protein

dan

karbohidrat,karena lemak dan minyak jika dioksidasi secara sempurna


akan menghasilkan 9 kalori/liter gram lemak atau minyak. Sedangkan
protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kalori tiap 1 gram protein
atau karbohidrat.
4. Karena titik didih minyak yang tinggi, maka minyak biasanya digunakan
untuk menggoreng makanan di mana bahan yang digoreng akan
kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya atau menjadi kering.
5. Memberikan konsistensi empuk,halus dan berlapis-lapis dalam pembuatan
roti.
6. Memberikan tektur yang lembut dan lunak dalam pembuatan es krim.
7. Minyak nabati adalah bahan utama pembuatan margarine
8. Lemak hewani adalah bahan utama pembuatan susu dan mentega .

BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan penentuan kadar protein, yaitu
bulp, gelas kimia, labu ukur 100 mL, pipet mikro, pipet ukur, rak tabung reaksi,
spektrofotometer UV-Vis, tabung reaksi, dan vortex.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan pemisahan asam lemak dan
gliserol, yaitu beker gelas 50 ml, 250 ml, dan 500 ml, erlenmeyer 200 ml, batang
pengaduk, gelas ukur 10 ml, 50 ml, dan 100 ml, pipet volumetrik 10 ml, corong,
cawan, pipet tetes, kertas saring, hot plate, stirer, dan neraca analitik

33

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan penentuan kadar protein,


yaitu aquadest, CuSO4 0,5% dalam kalium natrium tartrat 1%, kacang tanah,
larutan BSA, Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1N, reagen Folin-Ciocelteau.
Bahan-bahan yang digunakan, yaitu minyak sayur, KOH 10%, HCl pekat,
etanol 95%, natrium karbonat 10% (Na2CO3), etanol 95%, KHSO4, dan akuades.
3.2

Cara Kerja

Cara kerja penentuan kadar protein dialkukan dengan dan analisis kadar
protein. Pembuatan larutan biuret dilakukan dengan cara, larutan Na2CO3 dibuat
2% dalam NaOH 0,1N (Larutan A) dan CuSO4 0,5% dibuat larutan dalam kalium
natrium tartrat 1% (Larutan B). Sebanyak 50 mL larutan A ditambahkan dengan 1
mL larutan B, kemudian dihomogenkan.
Analisis Kadar Protein Metode Lowry dilakukan dengan cara, larutan
standar protein BSA disiapkan dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang
bersih dan kering dengan volume total protein + air = 1 mL.
Tabel 10 Volume penambahan BSA dan protein
Tabung
BSA
Aquadest

1
1

2
0,2
0,8

3
0,4
0,6

4
0,6
0,4

5
0,8
0,2

Larutan sampel disiapkan dengan cara, sampel kacang tanah ditimbang


sebanyak 20 mg dalam 100 mL. Kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang bersih dan kering dengan volume total sampel + air = 1 mL.
Tabel 11 Volume penambahan sampel dan akuades
Tabung
Sampel
Aquadest

1
0,2
0,8

2
0,4
0,6

3
0,6
0,4

4
0,8
0,2

Larutan standard dan larutan sampel di kocok hingga tercampur merata.


Kemudian ditambahkan 5 mL biuret ke dalam masing-masing tabung. Diinkubasi
secara tepat 10 menit pada suhu kamar. Setelah tepat 10 menit, ditambahkan 0,5
mL reagen folin-ciocelteau kedalam masing-masing tabung reaksi. Dikocok
segera dengan alat vortex, kemudian diinkubasi selama 30 menit pada suhu
kamar. Abosrbansi pengukuran dibaca pada

max (600-800nm) dengan


34

spektrofotometri uv-vis. kurva standar larutan BSA dibuat dan ditentukan


konsentrasi protein dari sampel yang dianalisa.
Pemisahan asam lemak dan gliserol dialukan dengan cara, sebanyak 10
gram minyak sayur ditimbang dalam beker gelas 50 ml, lalu dimasukkan ke dalam
beker gelas 500 ml. Sebanyak 150 ml akuades dan KOH 10% ditambahkan ke
dalam minyak sayur, kemudian dididihkan dengan hot plate selama 10 menit
sambil diaduk hingga terjadi reaksi penyabunan sempurna. Sebanyak 10 ml HCl
pekat ditambahkan secara perlahan tanpa putus ke dalam larutan sabun panas
hingga terlihat asam lemak berwarna kuning yang terbentuk di atas permukaan
larutan. Larutan didinginkan dan dibiarkan sampai terbentuk asam lemak yang
kental seperti busa atau roti. Larutan dan asam lemak yang telah mengental
diambil, lalu disaring menggunakan corong, kemudian dicuci dengan akudes.
Filtrat dan asam lemak dipisahkan masing-masing ke dalam beker gelas yang
telah berisi 50 ml etanol 95% kemudian dipanaskan hingga larut. Larutan etanol
dengan asam lemak disaring dan dididinginkan hingga terbentuk kristal. Larutan
etanol dengan gliserol hasil reaksi penyabunan yang telah dipanaskan,
didinginkan hingga terbentuk kristal seperti semula. Kristal dan larutan
dipisahkan, kemudian larutannya dipanaskan kembali sampai semua alkohol
menguap (5-10 menit). Sebanyak 5 ml HCl pekat ditambahkan ke larutan
kemudian didinginkan hingga terbentuk kristal. Kristal dan larutan dipisahkan.
Kristal digunakan untuk uji asam lemak, sedangkan larutan digunakan untuk uji
gliserol. Kristal yang diperoleh dari percobaan disatukan dalam cawan kemudian
ditambahkan Na2CO3 10%, lalu diuapkan hingga kering dan ditimbang bobotnya
sebagai bobot asam lemak. Larutan yang tersisa ditambahkan etanol 95%, dan
dipanaskan untuk menguapkan alkohol (volume larutan berkurang) hingga
diperoleh residu gliserol. Residu gliserol digunakan untuk uji akrolein. Residu
gliserol ditambahkan padatan KHSO4 dan diuji ph pada ph, kemudian dipanaskan
hingga tercium bau tengik yang menunjukkan hasil positif uji akrolein.

35

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Penentuan Kadar Protein Dengan Metode Lowry

Prinsip metode Lowry adalah untuk menentukan konsentrasi protein yang


didalamnya terdapat asam amino yang mengandung gugus fenolik seperti tirosin
dan triptopan. Pada metode

ini digunakan spektrofotometer UV-Vis

untuk

menganalisis absorbansi larutan standar dan sampel.


Larutan yang dianalisis harus menunjukkan warna tertentu sehingga dapat
menyerap cahaya tampak pada daerah UV-tampak. Reagen Folin Ciocalteu yang
dapat

mendeteksi

gugusfenolik

yang

terdapat

dalam

residu

tirosin

dantriptopan(dalam protein). Gugus fenolik yang terdapat dalam asam amino ini
dapat mereduksi fosfotungstat dan fosfomolibat yang terkandung dalam reagen
Folin-Ciocalteu menjadi tungstatdan molibdenum yang berwarna biru. Reaksi
yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.
Berdasarkan

reaksi diketahui bahwa fofotungstat dan fosfomolibdat

bertindak sebagai agen pereduksi gugus-gugus fenolik yang terdapat dalam


larutan yang dianalisis, dimana gugus fenolik itu sendiri bertidak sebagai
oksidator yang mengoksidasi fosfotungstat dan fosfomolibat menjadi tungstat dan
molibdenum yang merupakan ion kompleks yang berwarna biru. Tungstat dan
molibdenum yang dihasilkan dalam reaksi menunjukkan puncak absorpsi yang
lebar pada daerah merah dan spectrum sinartampak pada panjang gelombang 600800 nm.

36

Gambar 4 Reduksi fosfomolibat menjadi molib denum oleh gugus fenolik

Gambar 5 Reduksi fosfotungstat menjadi tungstat oleh gugus fenolik


Jumlah residu tirosin untuk mengoksidasi dalam reaksi diatas sedikit maka
diperlukan konstituen yang dapat meningkatkan sensitivitas reagenFolinCiocalteu.

Dalam

percobaan

ini

dilakukan

penambahan

reagenBiuret.

Penambahan reagen Biuret pada tabung 1-5 (berisilarutanstandar) dan tabung6-9.


Larutan kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar.
Penambahan reagen Biuret ke dalam larutan bertujuan untuk meningkatkan
sensitivitas reagen Folin-Ciocalteu, dimana dengan penambahan reagen Biuret
akan terbentuk kompleks Cu2+dengan residu asam amino yang terdapat dalam
37

larutan uji menghasilkan kompleks Cu-protein. Kompleks Cu-protein

yang

dihasilkan oleh reagen Biuret akan menyebabkan juga reduksi pada reagen Folin
Ciocalteu, dimana sebanyak 75% dari reduksi yang terjadi akibat adanya
kompleks Cu-protein, sedangkan 25% sisanya direduksi oleh residu-residu tirosin
dan triptopan. Dengan adanya penambahan reagen tersebut intensitas warna yang
dihasilkan akan meningkat empat kali lipat. Kompleks Cu-protein yang
terbentukadalah sebagai berikut :

Gambar 6 Kompleks Cu-protein yang dihasilkan dari reagen biuret dengan


protein
Pengukuran absorbansi sampel perlu dilakukan pembuatan kurva kalibrasi
dari larutan standar.Larutan standar yang digunakan adalah larutan standar BSA
(Bonvine Serum Albumin) 200ppm, yang kemudian diencerkan dengan aquades
untuk memperoleh konsentrasi 40, 80, 120, 160 dan 200 ppm. Selanjutnya
kedalam larutan standar tersebut ditambahkan reagen Biuret yang berfungsi untuk
membentuk kompleks Cu-protein sehingga terjadi reduksi fosfotungstat dan
fosfomolibat menjadi tungstat dan molybdenum dari reagen Folin Ciocalteu. Hasil
yang diperoleh setelah larutan standar pada tabung 1 sampai 5ditambahkan reagen
Folin Ciocalteu adalah larutan berwarna biru bening yang kepekatannya
meningkat dari tabung 1 sampai tabung 5. Selanjutnya larutan diinkubasi selama
30 menit pada suhu kamar.
38

Warna

biru

tersebut

mengindikasikan

terbentuknya

tungstat

dan

molibdenum yang berwarna biru dalam reaksi tersebut. Hal yang sama juga
terjadi pada tabung reaksi yang berisi sampel, dengan konsentrasi 40, 80, 120 dan
160 ppm, dimana terbentuk warnna biru setelah inkubasi selama 30 menit. Berikut
ini adalah data absorbansi larutan standar dan larutan sampel yang mengandung
protein :
Tabel 12 Hasil Absorbansi Larutan Standar dan Larutan Sampel
Tabung

Standar

Sampel

Konsentrasi (ppm)

Absorbansi

Kadar (%)

40

0.233

80

0.485

120

0.767

160

0.840

200

0.985

20.15

0.199

10.07

Berdasarkan data pada tabel 11,

diperoleh kurva standar larutan BSA

dengan hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan nilai absorbansi, yang
menghasilkan persamaan regresi linear (r2), yaitu y= 0.004x + 0.104 dan koefisien
korelasi, yaitu 0.953. Nilai koefisien korelasi menunjukkan bahwa terdapat
korelasi antara larutan standar protein dengan absorbansi yang dihasilkan dan
hasil tersebut telah memenuhi hukum Lambert-Beer yang menyatakan bahwa
konsentrasi larutan berbanding lurus dengan absorbansinya (Effendi 2003).
Kurva standar larutan BSA
1.2000
1.0000
0.8000

Absorbansi

f(x) = 0x + 0.1
R = 0.95

0.6000
0.4000
0.2000
0.0000
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220

Konsentrasi

39

Gambar 7 Kurva Standar Larutan BSA


Berdasarkan persamaan regresi linear yang diperoleh, dapat ditentukan
kadar protein dalam sampel kacang tanah dengan memasukkan y sebagai
absorbansi sampel yang masuk kedalam larutan standar yaitu 0,199 sehingga
diperoleh konsentrasi protein pada kacang tanah yaitu 20,15 ppm dan kadar
proteinnya adalah 10,07%.
4.2 Pemisahan Asam Lemak dan Gliserol
Secara kimia lemak merupakan trigliserida yang merupakan hasil
kondensasi antara asam lemak dengan gliserol sehingga sering disebut
triasilgliserida. Asam lemak dan gliserol dapat dipisahkan dengan 3 tahapan
pertama saponifikasi, hidrolisis dan esterifikasi. Sampel yang digunakan adalah
minyak sayur/nabati. Saponifikasi atau yang biasa disebut proses penyabunan
merupakan tahapan yang mengawali percobaan ini. 10 gram minyak sayur yang
ditambahkan dengan sejumlah aquades akan membentuk 2 lapisan karna air dan
minyak tidak dapat saling bercaampur yang disebabkan adanyan perbedaan sifat
kepolaran antara keduanya. Lapisan atas adalah minyak dan lapisan bawah
tentunya air, karena berat jenis minyak lebih rendah dari air. Namun setelah
penambahan basa KOH ke dalam campuran tersebut yang disertai pemanasan dan
pengadukan, sistim campuran tersebut menjadi 1 fasa atau minyak dan air dapat
saling bercampur. Hal ini terjadi karena KOH bereaksi dengan trigliserida dalam
minyak sehingga menghasilkan senyawa sabun dan juga gliserol. Sabun
merupakan senyawa pengemulsi bagi minyak dan air karna memiliki gugus
hidrofobik (pengikat lemak) dan hidrofilik (pengikat air) sehingga minyak dan air
dapat saling bercampur. Berikut reaksinya :

40

Gambar 8 Persamaan reaksi saponifikasi


proses reaksi antara trigliserida dengan basa inilah yang disebut dengan proses
saponifikasi. Gliserol yang terbentuk akan melarut dalam air karna sama sama
bersifat polar. Hasil pengamatan juga memperlihatkan adanya sedikt busa yang
dihasilkan dalam proses ini akibat pembentukan sabun. Proses selanjutnya adalah
hidrolisis sabun kalium dengan menggunakan HCL pekat untuk menguraikannya
menjadi asam asam lemak bebas yang terkandung di dalamnya. HCl yang
mempunyai sifat polar akan mengikat zat zat selain asam lemak karna senyawa
ini bersifat non polar, sehingga dengan bantuan pendinginan asam lemak akan
naik ke permukaan cairan membentuk gumpalan gumpalan seperti gajih dan
larutan menjadi asam. Setelah itu gumpalan dipisahkan dengan filtratnya dan
dicuci dengan aquades untuk menetralkan kembali filtrat dan endapannya.
Endapan dan filtrate yang didapatkan ditambahkan dengan etanol 95 % ke dalam
backer glass yang berbeda sambil dipanaskan, penambahan etanol ke dalam
endapan menyebabkan endapan asam lemak larut ke dalam etanol karna sifatnya
yang sama sama non polar, kemudian larutan tersebut didinginkan dalam frezer
sehingga terbentuk Kristal asam lemak. Penambahan etanol ke dalam filtrate
bertujuan untuk melarutkan asam asam lemak yang masih tersisa di dalam filtrat
dan untuk mengubah asam lemak tersebut menjadi bentuk ester asam lemak yang
baru melalui proses esterifikasi. Sedangkan gliserol tetap berada dalam larutan
karena gliserol tidak larut dalam etanol. Berikut reaksinya :

Gambar 9 Persamaan reaksi esterifikasi


pemanasan dalam penambahan etanol ke dalam endapan dan filtrate ini dilakukan
untuk menguapkan kembali etanol dan asam lemak akan tertinggal, sehingga yang
masih berada dalam larutan hanyalah asam lemak dan gliserol. Setelah itu larutan
tersebut didinginkan, tapi setelah 30 menit larutan tersebut didinginkan tidak
terjadi perubahan apapun, hasil ini berbeda dengan teoritis dimana pendinginan

41

dapat menyebabkan asam lemak membentuk Kristal. Kemungkinan besar hal ini
terjadi karena trigliserida masih belum semuanya terhidroliis menjadi asam
asam lemak bebas pada penambahan HCl di awal tadi. Sehingga saat ditambahkan
etanol tidak ada asam lemak yang dapat dilarutkan Larutan tersebut kemudian
kembali dipanaskan untuk memastikan bahwa semua etanol telah menguap
barulah HCl kembali ditambahkan untuk menghidrolisis trigliserida menjadi asam
lemak bebas dan mengikat zat zat lain kecuali asam lemak. Tapi saat
didinginkan, lagi lagi Kristal asam lemak tidak terbentuk. Tetapi uji akrolein
untuk membuktikan keberadaan gliserol tetap dilakukan dengan menambahkan
serbuk KHSO4 ke dalam larutan sisa tersebut dengan bantuan pemanasan. Dari
hasil pengamatan menunjukan reaksi yang positif dengan timbulnya bau tengik
pada saat pemanasan dilangsungkan, bau tengik ini ditimbulkan dari pembentukan
senyawa aldehid akibar reaksi dehidrasi yang dialami gliserol dengan KHSO 4
sebagai senyawa penghidrasinya. Berikut reaksinya

Gambar 10 Persamaan reaksi pembentukan seyawa akrolein


Kristal asam lemak yang terbentuk dari penambahan etanol ke dalam endapan di
awal tadi ditambahkan dengan larutan Na2CO3 untuk melarutkan asam lemak
bebas sambil dilakukan pemanasan untuk menguapkan etanol yang masih
tertinggal di Kristal tersebut. Kristal yang didapatkan sebanyak 0,31 gram
sehingga dengan melakukan perbandingan antara bobot kristal dengan bobot
sampel minyak yang digunkan maka didapatkan kadar asam lemak yang dalam
sampel minyak tersebut adalah 3,09 % (Tabel ).
Tabel 13 Kadar asam lemak dan uji akrolein terhadap gliserol
Uji
kadar asam lemak
Uji Akrolein

Keterangan Hasil
3,09 %
Bau tengik (+)

42

BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan penentuan kadar protein kacang tanah dengan
metode lowry dan pemisahan asam lemak dan gliserol, dapat disimpulkan bahwa
protein kacang tanah dapat ditentukan dengan metode Lowry yang didasarkan
pada pembentukan intensitas warna biru oleh protein dengan asam fosfotungstat
fosfomolibdat pada suasana basa dimana intensitas warna yang terbentuk
berbanding terhadap kadar protein yang dianalisa. Konsentrasi protein pada
kacang tanah adalah 20,15 ppm dan kadar protein sebesar 10,07%.
Pemisahan asam lemak dan gliserol pada minyak sayur dapat dilakukan
dengan cara penyabunan (safonifikasi) yang disertai dengan hidrolisis asam.
Kadar asam lemak minyak sayur yang diperoleh, yaitu sebesar 3.09%. Minyak
sayur yang diuji menghasilkan hasil uji positif terhadap uji akrolein yang
ditunjukkan dengan adanya bau tengik.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, F. 1992. Penetapan Zat Gizi Dalam Makanan. Bogor: IPB
Estey T, Kang J, Schwendeman SP, Carpenter JF. 2006. BSA degradation under
acidic solution: a model for protein instability during release from
PLGA delivery systems. J PharmSci7(95):1626-1639.
Gunawan, MA, M. T. & Rahayu, A. 2003. Analisis Pangan: Penentuan Angka
Peroksida dan Asam Lemak Bebas Pada Minyak Kedelai Dengan
Variasi Menggoreng. JSKA, VI.
Lehninger. 1998. Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Ketaren, S. 2005. Pengantar Teknologi; Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta :UIPress.

43

Muderawan, I Wayan. 2007. Buku Ajar Instrumen. Singaraja:Universitas


Pendidikan Ganesha Singaraja.
Poedjiadi, Anna. 2007. Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press
Redhana, I Wayan dan Siti Maryam. 2003.

Penuntun Praktikum Biokimia.

Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.


Tika, I Nyoman. 2007.

Penuntun Praktikum Biokimia. Singaraja: Universita

Pendidikan Ganesha.

44

45

LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh perhitungan kadar protein


A. Konsentrasi standar BSA
Konsentrasi BSA pada tabung 1
(volume . konsentrasi) standar 1 = (volume . konsentrasi) standar induk
0.2 ml. 200 = 1 ml. [standar]
[standar] = (200 ppm. 0.2 ml) / (1 ml)
= 40 ppm
B. Konsentrasi Protein Kacang Tanah
y = 0,0046 x + 0,1043
0,199 = 0,0046 x + 0,1043
20,15 ppm = x
C.

Kadar Protein Kacang Tanah


(20,15 ppm : 200 ppm ) x 100% = 10,07%
Lampiran 2 Perhitungan kadar asam lemak
A. Data hasil percobaan
Penimbangan
Bobot sampel minyak goreng
Bobot kertas saring kosong
Bobot cawan kosong
Bobot cawan + kertas saring + Kristal
Bobot Kristal

Bobot (gr)
10,02
0,81
46,44
46,75
0,31

B. Contoh perhitungan kadar asam lemak

46

kadar asam lemak :

bobot kristal
100
bobot sampel

0,31 gr
100
10,02 gr

kadar asam lemak :3,09

47

You might also like