You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini hipertensi masih merupakan masalah yang cukup penting dalam pelayanan
kesehatan. Hal ini dikarenakan angka prevalensi hipertensi yang cukup tinggi di Indonesia.
Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di
Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) angka kejadian hipertensi didunia
cukup tinggi yaitu 10% dari populasi dunia. Data Hypertansion League Brochure 2009
menyebutkan bahwa hipertensi diderita lebih dari 1,5 miliar jiwa diseluruh dunia dan garam
yang berlebihan adalah faktor utama dalam meningkatkan tekanan darah.
Menurut AHA ( American Heart Association) di Amerika, tekanan darah tinggi
ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap
prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu-pertiga mencapai target
darah yang optimal/normal. Sebanyak satu milyar orang didunia atau satu dari empat orang
dewasa menderita penyakit hipertensi, bahkan di perkirakan jumlah penderita hipertensi akan
meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025.
Menurut Constantanides (1994) Usia lanjut atau lanjut usia adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Bandiyah, 2009).
Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia meningkat menjadi 9,99% dari
seluruh penduduk indonesia (22.277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70 tahun dan
pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,09% (29.120.000 lebih) dengan umur harapan
hidup 70-75 tahun. Penyebab kematian karena penyakit jantung pembuluh darah
(kardiovaskuler) dan tuberkulosa, pada saat ini menduduki urutan pertama pada kelompok
lansia, selanjutnya kanker dan ketiga stroke (Bandiyah, 2009).
Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 2009 di indonesia menunjukkan
prevalensi tekanan darah tinggi cukup tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga sekitar
0,15% dari jumlah tersebut di derita oleh lansia dan dari data statistik Dinas Kesehatan RI
diketahui bahwa prevalensi penderita hipertensi di indonesia pada tahun 2009 mencapai
0,15% dan prevalensi hipertensi pada lansia mencapai 0,37 % (Depkes RI, 2010).
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Prevalensi hipertensi saat ini menduduki peringkat
atas sebesar 47,7% di perkotaan, sedangkan di daerah pedesaan mencapai 51,7%).

Berdasarkan studi pendahuluan di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Ponggalan Umbulharjo
tanggal 11 Desember 2012 di dapatkan jumlah lansia yang tinggal disana sebanyak 52 orang
19 laki-laki dan 33 wanita,31 orang di antaranya adalah lansia yang menderita hipertensi.
Hipertensi sering disebut sebagai silent killer atau the silent disease, karena pada
umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksa
tekanan darahnya. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian
besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential) (Palayukan, 2009).
Menurut Casey (2006) bila negara dengan gaya hidup paling tidak aktif dan
memiliki kelebihan berat badan dalam sejarah manusia juga memiliki prevalensi tertinggi
terhadap penyakit jantung. Tanpa terkecuali, penelitian populasi tentang aktivitas fisik dan
kesehatan menunjukkan bahwa gaya hidup kurang aktif menempatkan anda pada risiko
penyakit kronis, termasuk penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan jenis kanker tertentu.
Faktanya, sisi lain juga benar bahwa aktifitas fisik yang teratur berkaitan dengan banyak
manfaat kesehatan, termasuk mencegah dan menurunkan tekanan darah tinggi.
Menurut Coope (1997) beberapa cara berikut membantu menurunkan tekanan darah
pada lansia antara lain mengurangi berat badan yang berlebih, mengurangi atau bahkan
menghentikan konsumsi alkohol dan rokok, mengurangi intake garam pada makanan, pola
makan makanan tinggi kalium dan kalsium serta rendah natrium dan melakukan olah raga
ringan secara teratur.
Jenis olahraga yang bisa di lakukan antara lain adalah senam lansia. Pada senam
lansia ada gerakan pemanasan dan pendinginan dan gerakan inti setiap latihannya. Gerakan
pada latihan ini juga harus terkontrol dan menghindari gerakan memelintir dan hiperekstensi
berlebih pada punggung dan leher. Lama latihan berlangsung 15-60 menit dengan frekuensi
latihan 3-5 kali perminggu untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Martuti, 2009).
Kegiatan senam lansia sudah di lakukan di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Ponggalan
Umbulharjo. Menurut instruktur senamnya, senam terdiri dari gerakan pemanasan, gerakan
inti, dan gerakan pendinginan dan dilakukan pada satu sesi latihan. Gerakan terkontrol dan
tidak ada perubahan posisi tubuh secara mendadak,senam di lakukan kurang lebih 30-60
menit. Namun senam hanya di lakukan seminggu sekali. Oleh karena itu pengaruh senam
lansia terhadap tekanan darah di UPT Panti Wredha Budhi Dharma masih perlu di buktikan.
Peningkatan tekanan darah (hipertensi) pada lansia dapat diimbangi dengan pola
hidup sehat seperti, makan-makanan yang bergizi, istirahat cukup, manajemen stres yang
positif dan rajin berolahraga. Pada mereka yang kurang bugar dan tidak aktif bergerak risiko
mengalami tekanan darah tinggi meningkat 20% - 50% dibandingkan dengan mereka yang
aktif dan bugar (Depkes RI, 2008). Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia antara lain

adalah senam lansia. Berdasarkan konsep prinsip senam pada lansia pada dasarnya sama
dengan prinsip olahraga pada umumnya yang terdiri dari pemanasan, gerakan inti dan
pendinginan, yang membedakan adalah kaitan dengan reaksi tubuh yang lebih lamban pada
lansia, oleh karena itu maka jangka waktu dan beban latihan harus di sesuaikan. Komponen
senam lansia yang dilatih salah satunya yaitu ketahanan kardio pulmonal (jantung paru).
Senam dengan frekuensi tiga kali seminggu terbukti melenturkan pembuluh darah (Depkes
RI, 2007). Dari uraian tersebut di atas peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada
pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di UPT Panti
Wredha Budhi Dharma Ponggalan Umbulharjo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka rumusan penelitian ini adalah:
Apakah ada pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di
UPT Panti Wredha Budhi Dharma Ponggalan Umbulharjo?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengtahui pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Ponggalan Umbulharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tekanan darah pada lansia penderita hipertensi sebelum melakukan senam lansia.
b. Mengetahui tekanan darah pada lansia penderita hipertensi setelah melakukan senam lansia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Pengembangan wawasan penelitian dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Memperkuat konsep tentang pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai masukan bagi tenaga keperawatan untuk menyempurnakan kegiatan senam
lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Ponggalan Umbulharjo.
Dapat menjadi bahan masukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya
pada penderita hipertensi.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat di jadikan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
4. Bagi penderita Hipertensi di Panti Wreda Budhi Dharma
Memberikan informasi bagi penderita hipertensi dan keluarga agar dapat
meningkatkan kualitas kesehatan.

You might also like