You are on page 1of 22

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb,


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkah dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan kardiovaskular yang
berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Disritmia dan Konduksi : Disritmia
Ventrikel
Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan bagi ibu Sukma Randani, S.Kep. Ns.,
selaku fasilitator, yang telah membimbing kami hingga terselesaikannya tugas ini serta terima
kasih juga kami ucapkan bagi segenap anggota kelompok 6 yang telah bekerjasama dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sebagai manusia, kami masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
dengan kerendahan hati, kami mohon pembaca berkenan memberikan saran dan kritik demi
penyempurnaan pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya bagi kelompok kami.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surabaya, 1 Desember 2009

Penyusun

Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi
atau irama atau keduanya. Disritmia merupakan gangguan sistem hantaran jantung
dan

bukan

struktur

jantung.

Disritmia dapat diidentifikasi dengan menganalisa gelombang EKG. Disritmia


dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang
terlibat. Disritmia terdiri dari: disritmia nodus sinus, disritmia atrium, disritmia
ventrikel, dan abnormalitas hantaran. Gangguan mekanisme hantaran yang mungkin
yang dapat terjadi meliputi bradikardi, takikardi, flutter, fibrilasi, denyut prematur,
dan penyekat jantung. Disritmia ventrikel merupakan denyut premature ventrikel/
denyut ektopik yang terjadi akibat perubahan bentuk potensial aksi, yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel pada ventrikel jantung.
Sebagian orang dengan gangguan irama jantung bahkan tidak dapat merasakan
kelainannya itu dan dari hasil Cardiovascular Health Study (1977) menunjukkan
sekitar 12 % orang terdeteksi secara kebetulan saat melakukan pemeriksaan
elektrokardiografi saat cek kesehatan rutin. Sejak 40 hingga 50 tahun lalu, penyakit
kardiovaskuler masih tetap merupakan penyebab kematian yang cukup banyak
pada negara-negara berkembang. Kematian mendadak yang berasal dari gangguan
irama jantung diperkirakan mencapai angka 50 % dari seluruh kematian karena
penyakit jantung.
Untuk salah satu penatalaksanaan disritmia ventricular dapat diatasi dengan
penggunaan obat antiaritmia yang berfungsi untuk melambatkan irama yang terlalu
cepat dan mengkoreksi denyut jantung tidak teratur (aritmia kardiak).
1.2 Rumusan Masalah
2

1. Bagaimana konsep disritmia ventrikel?


2. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan gangguan disritmia ventrikel?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
1. Mengetahui konsep disritmia ventrikel
2. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan gangguan disritmia ventrikel?
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi disritmia ventrikular
2. Mengetahui etiologi disritmia ventrikular
3. Mengetahui manifestasi klinis disritmia ventrikular
4. Mengetahui pemeriksaan diagnostik disritmia ventrikular
5. Mengetahui penatalaksanaan disritmia ventrikular
6. Mengetahui komplikasi disritmia ventrikular
7. Mengetahui prognosis disritmia ventrikular
8. Mengetahui woc disritmia ventrikular
9. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang asuhan keperawatan yang tepat pada
pasien dengan gangguan disritmia ventrikular
1.4 Manfaat
Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan gangguan disritmia
ventrikular

Bab II
3

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi
Aritmia adalah gangguan pembentukan dan/atau penghantaran impuls.
Penghantaran impuls ektopik dapat terjadi akibat impuls timbul prematur sebelum
nodus sinus cukup pulih untuk menghasilkan denyut normal. Disritmia/ aritmia
dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang
terlibat. Misalnya disritmia yang berasal dari ventrikel, disebut disritmia ventricular.
Disritmia ventricular merupakan denyut premature ventrikel/ denyut ektopik
yang terjadi akibat perubahan bentuk potensial aksi, yaitu rekaman grafik aktivitas
listrik sel pada ventrikel jantung.Disritmia ventricular merupakan jenis disritmia
tersering. Namun iritabilitas ventrikel dapat memburuk menjadi takikardi ventrikel/
fibrilasi ventrikel yang dapat membahayakan jiwa.
Denyut-denyut ektopik ini dikenal dengan nama escape beats. Apabila nodus
sinus gagal mengambil alih kembali fungsinya yang normal, maka daerah ektopik ini
akan mengambil alih peran pacu jantung dan mempertahankan irama jantung.
Pengaktifan premature daerah-daerah jantung lain di luar nodus sinus akan
mengganggu siklus jantung normal.

2.2 Etiologi
Berdasarkan jenisnya, etiologi disritmia ventrikel, terdiri atas :
a) Kontraksi Prematur Ventrikel
Kontraksi premature ventrikel (PVC = premature ventricular contraction)
terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel otot ventrikel. PVC biasa
disebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis,
latihan, atau peningkatan sirkulasi katekolamin.
b) Bigemini Ventrikel
Bigemini Ventrikel biasanya diakibatkan oleh intoksikasi digitalis,
4

penyakit arteri koroner, MI akut, dan CHF. Istilah bigemini mengacu pada
kondisi di mana setiap denyut adalah premature.
c) Takikardi Ventrikel
Disritmia ini disebabkan oleh peningkatan iritabilitas miokard, seperti
pada PVC. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner
dan terjadi sebelum fibrilasi ventrikel. Takikardi ventrikel sangat berbahaya
dan harus dianggap sebagai keadaan gawat darurat. Pasien biasanya sadar
akan adanya irama cepat ini dan sangat cemas.

d) Fibrilasi Ventrikel
Adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada disritmia ini
denyut jantung tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada respirasi.
Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan disritmia tipe lainnya.
Karena tidak ada koordinasi aktivitas jantung, maka dapat terjadi henti
jantung dan kematian bila fibrilasi ventrikel tidak segera dikoreksi.
Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan berikut ini
dalam sistem irama-konduksi jantung :
a.

Irama abnormal dari pacu jantung.

b.

Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari

jantung.
c.

Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewaktu menghantarkan impuls melalui


jantung.

d.

Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.

e.

Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir semua bagian
jantung

Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan aritmia adalah :


5

a.

Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis


karena infeksi).

b.

Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),


misalnya iskemia miokard, infark miokard.

c.

Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti
aritmia lainnya.

d.
e.

Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).


Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung.

f.

Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

g.

Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).

h.

Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).

i.

Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.

j.

Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.

k.

Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi


jantung).

2.3 Manifestasi Klinis


a.

Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit


nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat,
sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun
berat.

b.

Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan


pupil.

c.

Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
6

gelisah
d.

Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas


tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

e.

Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis


siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.

2.4 Pemeriksaan Diagnostik

1.

EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan


tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.

2.

Monitor Holter : gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.

3.

Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan


disfungsi ventrikel atau katup.

4.

Scan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard


yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.

5.

Tes stress latihan : Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang


menyebabkan disritmia.

6.

Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat


menyebabkan disritmia.

7.

Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat, contoh digitalis, quinidin dan lain-lain.

8.

Pemeriksaan Tiroid : Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat


menyebabkan /meningkatnya disritmia.
7

9.

Laju Sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut/aktif,


contoh endokarditis sebagai faktor pencetus untuk disritmia.

10. GDA/Nadi Oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

2.5 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya tujuan terapi aritmia adalah :
1) Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control)
2) Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control)
3) Mencegah terbentuknya bekuan darah.
Terapi sangat tergantung pada jenis aritmia. Sebagian gangguan ini tidak perlu
diterapi. Sebagian lagi dapat diterapi dengan obat-obatan. Jika kausa aritmia berhasil
dideteksi, maka tak ada yang lebih baik daripada menyembuhkan atau memperbaiki
penyebabnya secara spesifik. Disritmia umumnya ditangani dengan terapi medis.
Pada situasi dimana obat saja tidak memcukupi, disediakan berbagai terapi mekanis
tambahan. Terapi yang paling sering adalah kardioversi elektif, defibrilasi dan
pacemaker. Penatalaksanaan bedah, meskipun jarang, juga dapat dilakukan.
Aritmia sendiri, dapat diterapi dengan beberapa hal di bawah ini;
a.

Obat obatan
Ada beberapa jenis obat yang tersedia untuk mengendalikan aritmia. Pemilihan obat
harus dilakukan dengan hati-hati karena mereka pun memiliki efek samping.
Beberapa di antaranya justru menyebabkan aritimia bertambah parah. Evaluasi
terhadap efektivitas obat dapat dikerjkan melalui pemeriksaan EKG (pemeriksaan
listrik jantung).

b.

Kardioversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang
memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien dalam
keadaan sadar dan diminta persetujuannya.

c.

Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada irama
jantung yang terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap semua
sel miokard sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali
fungsinya sebagai pacemaker.
8

d.

Defibrilator Kardioverter Implantabel


Adalah suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardia ventrikel
yang mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami
fibrilasi ventrikel.

e.

Terapi Pacemaker
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke
otot jantung untuk mengontrol frekwensi jantung. Alat ini memulai dan
memepertahankan frekwensi jantung kerika pacemaker alamiah jantung tak mampu
lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien mengalami
gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang mengakibatkan kegagalan
curah jantung.

f.

Pembedahan Hantaran Jantung


Takikardian atrium dan ventrikel yang tidak berespons terhadap
pengobatan dan tidak sesuai untuk cetusan anti takikardia dapat ditangani dengan
metode selain obat dan pacemaker. Metode tersebut mencakup isolasi endokardial,
reseksi endokardial, krioablasi, ablasi listrik dan ablasi frekwensi radio. Isolasi
endokardial dilakukan dengan membuat irisan ke dalam endokardium,
memisahkannya dari area endokardium tempat dimana terjadi disritmia. Batas irisan
kemudian dijahit kembali. Irisan dan jaringan parut yang ditimbulkan akan
mencegah disritmia mempengaruhi seluruh jantung. Pada reseksi endokardial,
sumber disritmia diidentifikasi dan daerah endokardium tersebut dikelupas. Tidak
perlu dilakukan rekonstruksi atau perbaikan. Krioablasi dilakukan dengan
meletakkkan alat khusus, yang didinginkan sampai suhu -60C (-76F), pada
endokardium di tempat asal disritmia selama 2 menit. Daerah yang membeku akan
menjadi jaringan parut kecil dan sumber disritmia dapat dihilangkan. Pada ablasi
listrik sebuah kateter dimasukkan pada atau dekat sumber disritmia dan satu sampai
lima syok sebesar 100 sampai 300 joule diberikan melalui kateter langsung ke
endokardium dan jaringan sekitarnya. Jaringan jantung menjadi terbakar dan menjadi
parut, sehingga menghilangkan sumber disritmia. Ablasi frekwensi radio dilakukan
dengan memasang kateter khusus pada atau dekat asal disritmia. Gelombang suara
frekwensi tinggi kemudian disalurkan melalui kateter tersebut, untuk
menghancurkan jaringan disritmik. Kerusakan jaringan yang ditimbulkan lebih
9

spesifik yaitu hanya pada jaringan disritmik saja disertai trauma kecil pada jaringan
sekitarnya dan bukan trauma luas seperti pada krioablasi atau ablasi listrik.

2.6 Komplikasi
1. Precursor serius terjadinya takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel bila :
Jumlahnya meningkat lebih dari 6 per menit
Multi focus atau berasal dari berbagai area di jantung.
Terjadi berpasangan atau triplet
Terjadi pada fase hantaran yang peka.
2. Henti jantung

2.7 Prognosis
2.8 WOC

10

11

Bab III
Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
Pasien dengan disritmia jantung dikaji melalui pengkajian riwayat, dan fisik
secara psikososial. Fokus utama pengkajian adalah pada disritmia itu sendiri dan
pengaruhnya terhadap curah jantung.
1

Pengkajian Riwayat kesehatan pasien :


12

1.

Sinkop (pingsan), baik yang dahulu maupun sekarang

2.

Sakit kepala ringan

3.

Pusing

4.

Kelelahan

5.

Nyeri dada

6.

Berdebar-debar
Salah satu atau semua gejala tersebut dapat terjadi

bila curah jantung berkurang.


2

Pengkajian Fisik
1. Kulit (tampak pucat dan dingin)
2. Observasi retensi kulit (seperti distensi vena leher dan krekel serta
wheezing di dada)
3. Observasi irama dan frekuensi denyut jantung (pada apeks dan perifer)
4. Auskultasi adanya suara jantung tambahan (khususnya S3 dan S4, yang
mencerminkan penurunan compliance miokardium yang tampak dari
pengurangan curah jantung)
5. Tekanan darah
6. Tekanan nadi (penurunan tekanan nadi menunjukkan pengurangan curah
jantung)

Pengkajian psikososial

Perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah,


menangis.
4

Riview of System

B1

: penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan


13

kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,


ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
Inspeksi

: inspeksi pengunaan otot bantu pernapasan (cuping


hidung), retraksi sterno klavikula, naik turunnya rongga
thoraks

Palpasi

: raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) dan catat


irama denyut jantung (regular/iregular), catat adanya
(takhikardi / bradikardi)

Perkusi

: ditemukan bunyi ketuk (sonor, hipersonor, dullnest)

Auskultasi

: auskultasi dan catat frekuensi, irama, penurunan nadi


dan denyut jantung ekstra pada rongga torak dan
periksa adanya Thrill (getaran iktus kordis) tidak lain
adalah mur-mur.

B2

: perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak


teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal
pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila
curah jantung menurun berat.
Inspeksi : 1. Cari iktus kordis pada ICS 5, LMCS (teraba atau
tidak).
2. Inspeksi pada perubahan warna kulit dan
keelembapan (pucat, sianosis, berkeringat).
Palpasi : 1. Iktus kordis (teraba atau tidak), bila teraba
normalnya berdiameter 2 cm.
2. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat
frekuensi, keteraturan, amplitude, dan simetris.
Perkusi : Ditemukan kardio megali/ perubahan posisi dan
ukuran jantung.
Auskultasi : Auskultasi dan catat frekuensi, irama, enurunan
nadi dan jantung ekstra pada rongga torak dan
14

periksa adanya thrill (getaran iktus kordis)tidak


lain adalah mur-mur.
B3

: pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,


perubahan pupil.

B4
B5

:: hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan,


mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban
kulit

B6

: kelelahan umum, nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang


atau tidak dengan obat antiangina, gelisah

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
gangguan konduksi eliktrikal; penurunan kontraktilitas miokardial.
2. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi;
tidak mengenal sumber informasi; kurang mengungat
3. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan
5. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat
suplay oksigen ke jaringan
3.4 Intervensi dan Rasional

15

16

17

18

19

Bab IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Disritmia ventricular merupakan denyut premature ventrikel/ denyut ektopik
yang terjadi akibat perubahan bentuk potensial aksi, yaitu rekaman grafik aktivitas
listrik sel pada ventrikel jantung.Disritmia ventricular merupakan jenis disritmia
tersering. Namun iritabilitas ventrikel dapat memburuk menjadi takikardi ventrikel/
fibrilasi ventrikel yang dapat membahayakan jiwa.
Berdasarkan jenisnya, etiologi disritmia ventrikel, terdiri atas :
a) Kontraksi Prematur Ventrikel
b) Bigemini ventrikel
c) Takikardi Ventrikel
d) Fibrilasi Ventrikel
20

Diagnosa Keperawatan yang bisa kita ambil dari Disritmia Ventrikel :


1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
gangguan konduksi eliktrikal; penurunan kontraktilitas miokardial.
2. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi;
tidak mengenal sumber informasi; kurang mengungat
3. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan
5. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat
suplay oksigen ke jaringan.
4.2 Saran dan Kritik
Sebagian orang dengan gangguan irama jantung bahkan tidak dapat merasakan
kelainannya itu dan dari hasil Cardiovascular Health Study (1977) menunjukkan sekitar 12
% orang terdeteksi secara kebetulan saat melakukan pemeriksaan elektrokardiografi saat cek
kesehatan rutin. Sejak 40 hingga 50 tahun lalu, penyakit kardiovaskuler masih tetap
merupakan penyebab kematian yang cukup banyak pada negara-negara berkembang.
Kematian mendadak yang berasal dari gangguan irama jantung diperkirakan mencapai angka
50 % dari seluruh kematian karena penyakit jantung.
Untuk

salah satu penatalaksanaan disritmia ventricular dapat diatasi dengan

penggunaan obat antiaritmia yang berfungsi untuk melambatkan irama yang terlalu cepat
dan mengkoreksi denyut jantung tidak teratur (aritmia kardiak).
Sebagian orang dengan gangguan irama jantung bahkan tidak dapat merasakan
kelainannya itu dan dari hasil kardiovascular Health Study (1997) menunjukkan sekitar 12%
orang terdeteksi secara kebetulan saat melakukan pemeriksaan elektrokardiogarafi saat cek
kesehatan rutin. Sejak 40 hingga 50 tahun lalu, penyakit kardiovaskuler masih tetap
merupakan penyebab kematian yang cukup banyak pada negara-negara berkembang.
Kematian mendadak yang berasal dari gangguan irama jantung diperkirakan mencapai angka
50% dari seluruh kematian karena penyakit jantung.
Untuk salah satu penatalaksanaan disritmia ventricular dapat diatasi dengan
pengguanaan obat antiaritmia yang berfungsi melambatkan irama yang terlalu cepat dan
21

mengoreksi denyut jantung tidak teratur (aritmia kardiak).


Penyakit disritmia ventrikel adalah salah satu penyakit yang tidak bisa kita anggap
remeh, karena dapat menyerang sdiapa saja, untuk itu diperlukan cek kesehatan sedini
mungkin, agar disritmia ventrikel dapat ditangani secara cepat. Serta orang-orang dengan
aritmia ventrikel diwajibkan untuk patuh dalam program pengobatan.

Daftar Pustaka

22

You might also like