Professional Documents
Culture Documents
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya preeklampsia pada saat kehamilan
2. Tujuan Khusus
a. Mengukur besar risiko faktor umur ibu hamil terhadap terjadinya preeklampsia
berat
b. Mengukur besar risiko paritas terhadap terjadinya preeklampsia berat.
c. Mengukur besar risiko jarak kehamilan terhadap terjadinya preeklampsia berat
d. Mengukur besar risiko kehamilan ganda terhadap terjadinya preeklampsia berat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada
ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri,
dan edema.
Pengertian preeklampsia menurut beberapa referensi :
1. Preeklampsia
adalah
perkembangan
hipertensi,
protein
pada
urin
dan
Kegemukan.
Gizi buruk
lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga
kapasitas oksigen maternal menurun.
Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensifitas terhadap tekanan peredaran
darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbagan antara
prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2.
Selain kerusakan endotelial vasospasme arterial menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan
volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami pre eklamsi mudah
mengalami edema paru.
Hubungan sistem imun dengan pre eklamsi menunjukkan bahwa faktor-faktor
imunologi memainkan peran penting dalam pre eklamsi. Keberadaan protein asing,
plasenta, atau janin bisa membangkitkan respon imunologis lanjut. Teori ini didukung
oleh peningkatan insiden pre eklamsi pada ibu baru dan ibu hamil dari pasangan baru
(materi genetik yang berbeda).
Predisposisi genetik dapat merupakan faktor imunologi lain. Frekuensi pre
eklamsi dan eklamsi pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat eklamsi, yang
menunjukkan suatu gen resesif autoso yang mengatur respon imun maternal.
Patofisiologi preeklampsia mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) dengan
menginduksi edema otak dan meningkatkan resistensi otak. Komplikasi meliputi nyeri
kepala, kejang, dan gangguan penglihatan (skotoma) atau perubahan keadaan mental dan
tingkat kesadaran. Komplikasi yang mengancam jiwa ialah eklampsia atau timbul kejang
(Bobak, dkk., 2005).
D. Patologi
Berbagai teori mengenai asal preeklampsia telah diajukan, tetapi baru-baru ini
tidak terdapat penjelasan yang lengkap tentang penyebab gangguan ini. Respons imun
abnormal, gangguan endokrin, predisposisi genetik, kelebihan atau kekurangan nutrisi,
dan gangguan ginjal semua diajukan sebagai berperan pada terjadinya preeklampsia.
Banyak sumber menyetujui bahwa penyebab preeklampsia adalah multifaktor
antara lain nulipara, usia maternal lebih dari 35 tahun, usia ibu kurang dari 18 tahun,
riwayat keluarga hipertensi akibat kehamilan (HAK), dan riwayat HAK pada kehamilan
sebelumnya.
Vasospasme paling mungkin sebagai penyebab proses penyakit. Ketika
vasospasme berlanjut, terjadi kerusakan pada dinding pembuluh darah, yang
6. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula Glisson).
7. Edema paru-paru dan sianosis.
8. Hemolisis mikroangiopatik.
9. Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.
10. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan
aspartate aminotransferase.
11. Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat.
12. Sindrom HELLP (Prawirohardjo, 2008).
Perlu diperhatikan bahwa tingginya tekanan darah bukan merupakan penentu
utama klasifikasi berat atau ringannya PE.
(Dari : Cunningham FG et al : Hypertensive Disorder In Pregnancy in Williams
Obstetrics , 22nd ed, McGraw-Hill, 2005)
F. Pencegahan
Preeklampsia
dan
eklampsia
merupakan
komplikasi
kehamilan
yang
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Pencegahan yang dimaksud ialah upaya
untuk mencegah terjadinya preeklampsia pada perempuan hamil yang berisiko terjadinya
preeklampsia (Prawirohardjo, 2008). Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini
dapat mengurangi angka kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang
teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan
pemeriksaan urin untuk menetukan proteinuria. Untuk mencegah kejadian preeklampsia
ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan preeklampsia :
a. Diet makanan. Makanan tinggi protein, rendah karbohidrat, cukup vitamin, rendah
lemak. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna.
b. Cukup istirahat. Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja
seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring
kea rah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami
gangguan.
c. Pengawasan antenatal. Bila terjadi perubahan peraan dan gerak janin dalam rahim
segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian :
1. Uji kemungkinan preeklampsia :
a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri
c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
d) Pemeriksaan protein dalam urine
2.
3.
4.
kasus
PEB
pada
kehamilan
preterm
merupakan
bahan
Terminasi kehamilan sedapat mungkin pervaginam dengan induksi persalinan yang agresif.
Persalinan pervaginam sebaiknya berakhir sebelum 24 jam. Bila persalinan pervaginam
dengan induksi persalinan diperkirakan melebihi 24jam, kehamilan sebaiknya diakhiri
dengan SC
2.8
Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN
1. Biodata
a.
Identitas klien
Nama : Ny.R
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protesttan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Suku bangsa :
Alamat :
b.
Nama : Tn.s
Umur : 34 th
Jenis kelamin : laki laki
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : swasta
Suku bangsa :
Alamat :
Hub dg klien : suami
2. Riwayat Kesehatan.
a.
b.
Genogram: -
f.
Riwayat alergi obat dan makanan: tidak ada alergi obat dan makanan
3.
a.
Persepsi terhadap kesehatan: ibu klien melihat tanda dan gejala nyeri pada anaknya
kemudian langsung membawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan yang optimal.
b.
Makan
Minum
Eliminasi
Mobilisasi
x
x
x
x
Berpakaian
Keterangan:
0 : mandiri
1 : dengan alat Bantu
2 : bantuan orang lain
3 : bantuan orang lain dan peralatan
4 : tergantung total
4. Pemeriksaan fisik
a.
Aktivitas
Gejala : kelemahan, penambahan berat badan, reflek fisiologis +/+ , reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
b.
Sirkulasi
Abdomen
Gejala : Inspeksi : Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, sikatrik bekas operasi ( - )
Palpasi :
Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak,
noduler
Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian bagian kecil janin di sebelah
kanan.
Leopold III : teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV : bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
Auskultasi : BJA 142 x/1 regular
Eliminasi
Gejala : proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup, oliguria
d.
Makanan / cairan
Integritas ego
Neurosensori
Gejala : hipertensi
Tanda : kejang atau koma
g.
Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan penglihatan.
Tanda : gelisah,
h.
Pernafasan
Keamanan
Seksualitas
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
2.
3.
USG
C.
DATA FOKUS
Data subyektif:
P: nyeri berkurang setelah minum obat Q: nyeri berat R: nyeri pada daerah perut
Data obyektif:
D ANALISA DATA
NO
1.
2.
3.
4.
5.
SYMPTOM
DS :
DO :
- Dipsnea
- Napas pendek
- Nyeri dada
- batuk
- hemoptisis
- pembesaran limpa
- hipoksia
DS:
klien
mengatakan anaknya
mengalami
nyeri
hebat pada daerah
perut
P:
nyeri
berkurang
setelah
minum obat Q: nyeri
berat R: nyeri pada
daerah perut S: skala
8 T: nyeri terasa
selama 3 menit
sekali DO: klien
tampak
menahan
nyeri
DS:
klien
mengatakan susah
makan karena sering
mual muntah DO:
klien tampak kurus,
lemah,
anoreksia,
konjungtiva pucat
DS:
ibu
klien
mengatakan sering
merasa haus DO:
klien tampak lemah,
bedrest, dehidrasi,
turgor kulit lambat
Ds :
PROBLEM
Pola nafas
efektif
Nyeri akut
ETIOLOGI
tidak Deformitas
dada (adanya
pada paru)
dinding
edema
Ketidakseimbangan Ketidakmampuan
nutrisi kurang dari dalam
kebutuhan tubuh
memasukkan/mencerna
makanan karena faktor
biologi
Do :
urin
- Pasien selalu merasa
ingin BAK (anyanganyangan)
- Pasien merasa nyeri
saat awal setelah
BAK
- Dipermukaan saluran
kencing
bawah
(orifisium
uretra)
merah (eritematus)
dan
membengkak
(oedema)
6.
DS :
Resiko infeksi
DO :
- Pasien tampak lemah
- Skala nyeri 8
Tampak
terpasang
kateter
(penurunan filtrasi)
Tindakan invasif
Pola nafas tidak efektif b/d Deformitas dinding dada (adanya edema pada paru)
2.
3.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan retensi garam dan air
5.
6.
N Diagnosa
o
1 Pola nafas
tidak efektif
b/d
Deformitas
dinding
dada (adany
a edema
pada paru)
Tujuan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawa
tan
selama 1
X 24 jam
diharapka
n pola
nafas
klien
normal
dengan
kriteria
hasil:
Respirat
orystatus
:
Ventilati
on(0703)
Respirasi
dalam
batas
normal
- Mudah
bernafas
- Tidak
ada
dipsnea
- TTV
normal
Intervensi
- Buka jalan
nafasdengan tehnik
chin lift
- Posisikan klien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi jikapasie
n perlupemasangan
alat jalan nafas
buatan
- Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara nafas
tambahan
- Monitor
respirasidan status
O2
- Observasi TTV
Rasional W
kt
- Agar
0
memuda 9.
hkan
0
bernapa 0
s
dengan
lancar
- Untuk 0
memenu 9.
hi
1
kebutuh 0
an O2
klien
Menceg
ah
terjadin
ya
hipoksia
- Untuk
mengeta
hui
adanya
suara
nafas
tambaha
n
- Untuk
mengeta
hui
respirasi
0
9.
1
5
0
9.
2
0
0
9.
3
0
Implementasi
1. Membuka
jalan nafas
dengan tehnik
chin lift
2. memposisika
n klien untuk
memaksimalka
n ventilasi
3. mengidentifi
kasi jika pasien
perlu
pemasangan
alat jalan nafas
buatan
4. mengauskult
asi suara nafas,
catat adanya
suara nafas
tambahan
5. memonitor
respirasi dan
status O2
6. mengobserva
si TTV
Evalu
asi
S:O:
Pola
nafas
klien
lanca
r
A:
Tujua
n
terca
pai,
masal
ah
terata
si
P:
Perta
hanka
n
interv
ensi
MASALAHPREEKLAMSIA