You are on page 1of 21

BAB I

LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama Pasien/Umur
Tanggal lahir
Jenis Kelamin
No. Rekam Medis
Perawatan Bagian
B. Anamnesis

: An. M.N. / 5 tahun


: 13 November 2009
: Laki-Laki
: 00-59-86-54
: Bedah Anak

Keluhan utama: Perut kembung

Riwayat penyakit sekarang: Pasien masuk rumah sakit tertanggal 14 oktober


2014 dengan tujuan kontrol penutupan colostomy.

Riwayat penyakit sebelumnya: Ileus obstruktif et causa Hirscprung disease(6


kali colostomy)

Riwayat pengobatan: Sebelumnya pasien dirawat di rumah sakit yang sama


dengan tatalaksana colostomy sebanyak 6 kali.

C. Pemeriksaan fisis
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital:

: Sakit sedang, gizi cukup


: Compos mentis.

Tekanan darah: 100/70 mmHg

Nadi

: 96x/menit

Suhu

: 37,30C

Pernapasan

: 22x/menit

Nyeri

: VAS 6

Status Generalis :
Kepala

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), DVS R-

Mulut
Thoraks
Bunyi Jantung
Abdomen
Ekstremitas

: Hiperemis (-), Stomatitis (-), Lidah:Hiperemis (-).


: Rh -/-, Wh -/-.
: I/II murni regular, bising (-).
: Peristaltik (+) Menurun.
: Edema Pretibial (-/-).
1

Primary survey
Airway

: Tidakadagangguanjalannafas.

Breathing

: Pernafasan 22 x/menit.

Circulation

: Tekanandarah100/70 mmHg, Nadi 96 x/menit.

Disability

: GCS15 (E4M6V5).

Exposure

: Suhu 37,3oC.

Status Lokalis

: Regio Abdomen

Inspeksi

: abdomen cembung, kontur usus (+), massa (-)

Auskultasi : Peristaltik usus menurun

Palpasi

: Distensi (+), defans muskular (-), massa (-), hepar dan lien

tidak teraba
-

Perkusi

: timpani

D. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
Darah Rutin
PLT
RDW-CV
MPV
NEUT
Lymph
Mono
EO
Baso
Albumin
Albumin
Natrium
Elektrolit
Kalium
Klorida

Hasil
17,2
4,61
11,8
35
76
26
34
307
14,7
9,3
79,80
12,2
6,4
0,7
0,16
2,8
150
2.5
97

Rujukan
4 - 10 x 103/uL
4 - 6 x 106/uL
12 - 16 g/dL
37 - 48%
80 97 fL
26,5-33,5 pg
31,5 - 35 g/dl
150 - 400x103/uL
10-15
6,5-11 fL
52.0 - 75.0 x103/uL
20.0 - 40.0%
2.00 - 8.00 x103/uL
1.00 - 3.00 x 103/uL
0.00 - 0.10 x 103/uL
3,5-5 gr/dl
136-145 mmol/l
3.5-5.1 mmol/l
97-111 mmol/l

E. Radiologi

1. Foto konvensional (Plain abdomen)


2.

Foto polos abdomen 3 posisi. Tanggal 1111-2014

Gastric tube terpasang dengan tip berada pada rongga abdomen.

Udara usus tidak terdistribusi sampai ke distal colon.

Tampak dilatasi loop-loop usus disertai air fluid level yang pendek dan
bertingkat-tingkat yang memberikan gambaran step ladder.

Tidak tampak udara bebas subdiafragmatica.

Kedua preperitoneal fat line intak

Kedua Psoas line sulit dinilai

Tulang-tulang intak
Kesan: Gambaran ileus obstruktif

F. Assesment
-

Ileus obstruksi et causa Hirschprung disease yang berulang

G. Terapi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nasogastric tube (dekompresi)


IVFD ringer lactat (hidrasi)
Ceftriaxone (antibiotik)
Ranitidine (penekan produksi asam lambung)
Puasa
Colostomy

H. Resume Klinis
Seorang pasien anak masuk rumah sakit dengan tujuan utama untuk kontrol
colostomy yang telah dilakukan,tidak dikeluhkan adanya perut kembung yang
dialami sejak colostomy beberapa hari sebelum kontrol di rumah sakit. Pasien
sempat mengalami demam, namun demam menurun setelah mengonsumsi obat
penurun panas. Pasien telah menjalani colostomy 6 kali terhitung dari tahun 2013.
Dari pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum pasien sakit sedang, gizi
cukup, kesadaran compos mentis dengan GCS15.Tanda vital pasien: normal,
Nyeri VAS 6. Status generalis pasien pada abdomen didapatkan peristaltik (+),
dengan status lokalis pada region abdomen: abdomen cembung, kontur usus/darm
contour (+);

Peristaltik usus menurun pada auskultasi;

Distensi (+) serta

terdengar bunyi timpani pada perkusi.


Pada tanggal 11 November 2014 lalu, dilakukan foto polos abdomen 3 posisi
terhadap pasien dan didapatkan tanda-tanda ileus obstruksi setelah penutupan
colostomy. Kemudian perawatan dilanjutkan oleh bagian bedah anak dengan
diagnosis ileus obstruksi et causa Hirscprung disease. Pasien kemudian diterapi
dengan dekompresi menggunakan nasogastric tube, IVFD ringer lactat untuk

hidrasi, antibiotik berupa ceftriaxone, penekan produksi asam lambung berupa


ranitidine.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Ileus adalah dikenal juga sebagai obstruksi usus, yaitu suatu kondisi yang
dapat mengancam jiwa dimana terjadi gangguan pasase usus yang disebabkan
oleh penyebab mekanik (hambatan)

maupun paralisis (persarafan) dari usus

halus(1). Ileus terbagi atas 2 jenis, yaitu ileus paralitik (ileus non-mekanis atau
5

ileus adinamik) dan ileus obstruksi (ileus mekanis atau ileus dinamik).(2) Ileus
obstruksi adalah obstruksi pada usus halus dan colon baik secara komplit maupun
parsial yang disebabkan oleh adanya penyebab mekanik atau organic (dalam hal
ini adalah hambatan aliran).(3)

Sedangkan ileus paralitik adalah gangguan

peristaltic usus yang disebabkan adanya pengaruh toksin atau trauma yang
mempengaruhi pengendalian otonom motilitas usus.(2)
Penyakit Hirschsprung juga disebut dengan aganglionik megakolon
congenital adalah salah satu penyebab paling umum dari obstruksi usus neonatal
(bayi berumur 0-28 hari). Penyakit Hirschsprung merupakan penyakit dari usus
besar (kolon) berupa gangguan perkembangan dari sistem saraf enterik.
Pergerakan dalam usus besar didorong oleh otot. Otot ini dikendalikan oleh sel-sel
saraf khusus yang disebut sel ganglion. Pada bayi yang lahir dengan penyakit
Hirschsprung tidak ditemui adanya sel ganglion yang berfungsi mengontrol
kontraksi dan relaksasi dari otot polos dalam usus distal. Tanpa adanya sel-sel
ganglion (aganglionosis) otot-otot di bagian usus besar tidak dapat melakukan
gerak peristaltik (gerak mendorong keluar feses).

B. ANATOMI DAN HISTOLOGI


Usus halus merupakan suatu tabung yang kompleks, berlipat-lipat dan
membentang dari pylorus sampai katup ileusekal. Panjang usus halus pada orang
hidup adalah sekitar 12 kaki (3,6 m) dan hamper 22 kaki (6,6 m) pada cadaver
(akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen.
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Pemisahan duodenum
dan jejunum ditandai oleh adanya Ligamentum Treitz, yaitu suatu pita
muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus
esophagus dan berinsersio pada perbatasan antara duodenum dan jejunum.
Ligamentum ini berperan sebagai lgamentum suspensarium (penggantung).
Panjang duodenum sekitar 25 cm, mulai dari pylorus sampai jejunum. Sekitar
duaperlima dari sisa usus halus adalah jejunum, dan tga perlima bagian akhirnya

adalah ileum. Jejunum terletak di region midabdominalis sinistra sedangkan ileum


cenderung terletak di region abdominalis dekstra sebelah bawah.(2)
Usus besar atau colon berbentuk tabung muscular berongga dengan
panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari caecum hingga canalis ani.
Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar 6,5
cm (2,5 inci), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil. Usus besar
dibagi menjadi caecum, colon ascendens, colon transversum, colon descendens,
colon sigmoid, dan rectum. Pada colon, terdapat struktur khas yang tidak dimiliki
oleh usus halus yaitu taenia coli. Panjang taenia lebih pendek darpada usus,
sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang
disebut haustra.(2)

Gambar : usus halus dan usus besar tampak anterior(4)


Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan
a. Tunika mukosa, adalah lapisan terdalam lumen dan terdiri atas membrane
mukosa yang melekat pada lapisan tipis otot visceral. Terdapat 3 lapisan yang
membentuk selaput lendir antara lain lapisan epitel, lamina propria dan
mukosa muskularis.
b. Tunika submukosa , terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengikat tunika
mukosa dengan lapisan berikutnya yaitu tunika muskularis.

c. Tunika muskularis, terdiri dari dua selubung otot polos tak bergaris. Daerah
paling tebal di dalam duodenum dan berkurang tebalnya ke arah distal.
Lapisan luarnya stratum longitudinale dan lapisan dalamnya stratum
circulare. Plexus myentericus saraf (Auerbach) dan saluran limfe terletak
diantara kedua lapisan otot.
d. Tunika serosa merupakan lapisan terluar, terdiri dari jaringan ikat dan jaringan
epitel. Lapisan ini juga dikenal sebagai peritoneum visceral. Lapisan ini
mencakup organ dan memiliki lipatan besar, sehingga mengikat organ satu
sama lain dan pada dinding rongga abdomen. Lapisan ini juga mengandung
pembuluh darah, kelenjar limfe, dan saraf. Salah satu perpanjangan
peritoneum visceral membentuk mesenterium.(5)

Gambar : Lumen usus halus(4)


C. ETIOLOGI
Penyebab ileus osbstruksi berkaitan dengan kelompok usia yang terserang
dan letak obstruksi. Seikta 50% obstruksi terjadi pada kelompok usia pertengahan
dan tua, dan terjadi akibat perlengketan yang disebabkan oleh pembedahan
sebelumnya. Tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab tersering obstruksi
usus besar

pada usia pertengahan dan orang tua. Kanker colon merupakan

penyebab 90% obstruksi yang terjadi. Inkarserasi lengkung usus pada hernia
inguinalis atau femoralis sangat sering menyebabkan terjadinya obstruksi usus
halus. Intusisepsi atau invaginasi merupakan penyebab obstruksi yang hamper
selalu ditemukan pada bayi dan balita. Intusosepsi sering terjadi pada ileum
terminalis yang masuk ke dalam caecum. Benda asing dan kelainan congenital
merupakan penyebab lain obstruksi yang terjadi pada anak dan bayi.(2)

D. PATOMEKANISME
Berdasarkan lokasi terjadinya, ileus obstruktif terbagi menjadi ileus
obstruktif letak tinggi (small bowel obstruction) dan ileus letak rendah (large
bowel obstruction). Ileus obstruktif merupakan salah satu penyakit dengan
berbagai macam penyebab dasar, di mana penyebab dasar tersebut bersifat
mekanik (baik intraluminal maupun ekstraluminal) yang pada akhirnya akan
menyebabkan gangguan pasase isi usus dari proximal menuju distal.(6)
Sumbatan mekanik yang mengganggu pasase usus, menyebabkan
menyebabkan makanan yang berada di usus tidak dapat digerakkan menuju
segmen distal usus. Sehingga, terjadi distensi dan dilatasi usus proksimal dari
sumbatan, akibat dari akumulasi makanan serta udara yang juga tidak dapat
bergerak menuju distal. Adanya dilatasi usus ini, menyebabkan sekresi cairan
dinding usus meningkat pula, yang menyebabkan semakin banyaknya pula cairan
yang terakmulasi, yang di mana hal ini menjadi pemicu untuk ditingkatkannya
peristaltik usus. Hal inilah yang menyebabkan pada akhirnya tekanan intraluminar
usus terus meningkat, dan jika obstruksinya terjadi pada segmen yang lebih
proksimal dari usus, dapat menyebabkan muntah pada pasien.(7-9)
Tingginya tekanan di usus, menyebabkan penekanan pada saluran limfe
yang ada di dinding usus menyebabkan terjadinya limfedema pada dinding usus.
Selain itu, tekanan yang tinggi ini dapat pula menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik intrakapiler usus, yang menyebabkan terjadinya ekstravasasi cairan,
beserta elektrolit-elektorit penting bagi tubuh (kalium, kalsium, natrium dan
magnesium), yang dapat menyebabkan dehidrasi dan mengancam kehidupan. Jika

penangannya terlambat, maka ileus obstruktif ini dapat pula menyebabkan infeksi
sekunder, hipotensi, perforasi, dan peritonitis generalisata.(7, 8)
E. MANIFESTASI KLINIS
Adapun gejala klinik dari ileus obstruktif adalah adanya distensi abdomen,
akibat dari akumulasi makanan, cairan, serta udara yang tidak dapat diteruskan
melewati segmen usus yang mengalami obstruksi mekanik. Nyeri abdomen, dan
muntah juga gejala yang sering didapatkan. Selain itu, terdapat pula obstipasi, dan
tidak dapat flatus. Untuk gejala spesifiknya, bergantung pada penyebab dari ileus
obstruktif ini.(6)
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.(10)
a) Urinalisis
b) Kimia serum. Hasilnya biasanya normal atau sedikit meningkat.
c) Hitung darah lengkap. Sel darah putih kemungkinan meningkat dengan left
shift pada obstruksi simple atau strangulasi; peningkatan hematokrit
d)
e)
f)
g)
h)

menunjukkan penurunan volume (dehidrasi).


Test laktat dehidrogenase.
Level kreatinin kinase
Level fosfat
Level creatinin. Level kreatinin meningkat menunjukkan adanya dehidrasi.
Blood urea nitrogen (BUN). Jika terjadi peningkatan mengindikasikan

adanya penurunan volume (dehidrasi).


G. RADIOLOGI
a. Foto Polos Abdomen 3 Posisi
Foto polos abdomen merupakan pemeriksaan yang selalu dilakukan pada
pasien yang dicurigai mengalami obstruksi usus. Pada pemeriksaan ini yang
dinilai adalah distribusi udara dalam usus, ada tidaknya dilatasi loop usus,
keadaan valvula koniventes, serta ada tidaknya akumulasi air dan gas dalam
lumen usus(11).
Foto polos abdomen ini dilakukan pada 3 posisi, yaitu posisi supine, erect,
dan lateral dekubitus. Pada foto polos abdomen ini akan didapatkan gambaran
sebagai berikut(12):
Dilatasi usus bagian proksimal dengan air fluid level dan kolaps usus bagian
distal.
10

Pada posisi supine: distensi usus halus (>3cm) dengan sejumlah valvula
koniventes yang memberikan gambaran stack of coin atau herring bone

appearance.
Pada posisi tegak atau lateral dekubitus: multiple air fluid level dengan
ketinggian berbeda pada loop usus yang sama memberikan gambaran step
ladder; jejeran gelembung udara kecil yang terperangkap di bawah valvula
koniventes memberikan gambaran string of pearl.

A (supine)

B (erect)

Gambar : Foto polos abdomen. A (posisi supine) Tampak valvula koniventes yang
memberikan gambaran herring bone appearance atau stack of coin. B
(erect) Tampak dilatasi usus dengan air fluid level.(13)

11

Gambar : Erect film tampak gambaran string of pearl (14)

Gambar :
LLD (left
lateral
dekubitus) film tampak gambaran step ladder.
Sedangkan pada penyakit Hirsphrung (megacolon congenital), dapat diperoleh
gambaran radiologi sebagai berikut :
Foto polos abdomen memperlihatkan dilatasi usus, gambaran udara-air
intraluminar serta udara usus tidak sampai ke distal colon.

12

Foto polos abdomen penyakit Hirschprung

Pemeriksaan Colon In Loop memperlihatkan penyempitan segmen kolon


yang aganglionik, biasanya di daerah rektosigmoid, dan proksimal daerah
patologis terdapat pelebaran usus. Tampak daerah transisi antara colon
proksimal yang melebar dan colon distal yang menyempit. Daerah transisi
ini dapat berupa pelebaran caliber yang mendadak, bentuk corong, atau
bentuk terowongan.(15)

Colon in loop penyakit Hirschprung


H. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi(16).

13

1. Cairan Intravena, diberikan untuk mencegah terjadinya dehidrasi setelah


pasien mengalami muntah.
2. Obat-obatan, antara lain analgesic, obat antisekretori, antiemetic mampu
mengatasi nyeri, mual, dan muntah pada pasien ileus obstruktif yang tidak
dioperasi.
3. Nasogastric tube harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Dilakukan pada
pasien ileus obstruktif letak tinggi apabila pemberian obat-obatan tidak
memberikan hasil yang memuaskan.
4. Operasi. Operasi dilakukan jika penyebab pasti ileus obstruktif telah
diketahui dan apabila belum ada perbaikan setelah pengobatan konservatif
(dengan pemasangan NGT, infus, oksigen dan kateter) dalam 48-72 jam.
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ organ
vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan
adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :
Strangulasi
Obstruksi lengkap
Hernia inkarserata

I. DIAGNOSIS BANDING
1. Ileus paralitik
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal / tidak
mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik
ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit
primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan
obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus(17).
Kausa Ileus Paralitik :
1. Neurologik
- Pasca operasi
- Kerusakan medula spinalis
- Keracunan timbal kolik ureter
- Iritasi persarafan splanknikus
- Pankreatitis
14

2. Metabolik
- Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia)
- Uremia
- Komplikasi DM
- Penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multipel
3. Obat-obatan
- Narkotik
- Antikolinergik
- Katekolamin
- Fenotiasin
- Antihistamin
4. Infeksi
- Pneumonia
- Empiema
- Urosepsis
- Urosepsis
- Peritonitis
- Infeksi sistemik berat lainnya
5. Iskemia usus
Manifestasi klinis
Pasien
ileus

paralitik

akan

mengeluh

perutnya

kembung

(abdominaldistention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada


mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu
dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus
paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen
yang paroksismal. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien bervariasi dari
ringan sampai berat bergantung pada penyakit yang mendasarinya, didapatkan
adanya distensi abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan
jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya
menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi
peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya
peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis.
Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik(18) :

15

Gambar Ileus Obstruktif . Tampak coil spring dan herring bone appearance

Gambar . Ileus Paralitik. Tampak dilatasi usus keseluruhan


J. KOMPLIKASI
1. Ileus paralitik
Ileus paralitik merupakan gangguan pasase usus akibat absennya gerakan
peristaltik usus. Hal ini bisa disebabkan karena gangguan pada innervasi usus
akibat gerakan hiperperistaltik yang lama saat terjadinya ileus obstruktif. Pada
foto polos abdomen ileus paralitik ini tampak dilatasi loop usus dan air-fluid level
panjang-panjang dan relatif sejajar(19).
2. Pneuoperitoneum
Distensi usus yang terjadi pada ileus obstruksi/paralitik menyebabkan
peningkatan intraluminal, akibatnya aliran darah yang menuju ke dinding usus
16

terhambat. Dalam jangka waktu tertentu, hal ini bisa menyebabkan iskemia,
kemudian nekrosis dan perforasi pada dinding usus. Hal ini memberikan
gambaran pneumoperitoneum.
Pneumoperitoneum merupakan kondisi terdapatnya udara bebas di dalam
rongga peritoneum. Pada pencitraan dengan foto polos abdomen posisi erect, bisa
ditemukan udara bebas subdiafragma kanan yang memberi gambaran crescent
sign. Selain itu, gambaran Rigler's sign juga bisa ditemukan, berupa gambaran
double wall yang terbentuk oleh dinding usus yang pada kedu sisinya terdapat
udara. Pada foto polos posisi supine, bisa ditemukan football sign khususnya pada
pneumoperitoneum dengan akumulasi udara yang sudah masif.

BAB III

17

DISKUSI

Pasien ini masuk ke rumah sakit pada tanggal 14 Oktober 2014 dengan
tujuan kontrol penutupan colostomy. Pada anamnesis lebih lanjut didapatkan
keluhan awal pasien berupa perut kembung. Pasien sempat demam, namun
demam turun setelah mengonsumsi obat penurun panas. Pasien telah menjalani
coloctomy sebanyak 6 kali sejak tahun 2013, dan sejak di colostomy tidak
dikeluhkan adanya perut kembung.
Pada pemeriksaan fisik pasien ini didapatkan distensi abdomen, kontur
usus/darm contour (+) dan didapatkan bunyi peristaltik yang menurun. Foto polos
abdomen 3 posisi pasien ini yang dilakukan pada tanggal 11 November 2014
didapatkan gambaran udara usus yang tidak terdistribusi sampai ke distal colon.
Pada posisi supine didapatkan gambaran dilatasi loop usus disertai valvula
koniventes yang memberikan gambaran hering bone.Pada posisi erect didapatkan
air fluid level bertingkat yang memberikan gambaran step ladder.Pasien ini
didiagnosis dengan ileus obstruksi et causa Hirschprung disease yang berulang.
Adapun gejala klinik dari ileus obstruktif adalah adanya distensi abdomen,
akibat dari akumulasi makanan, cairan, serta udara yang tidak dapat diteruskan
melewati segmen usus yang mengalami obstruksi mekanik. Nyeri abdomen, dan
muntah juga gejala yang sering didapatkan. Selain itu, terdapat pula obstipasi, dan
tidak dapat flatus. Untuk gejala spesifiknya, bergantung pada penyebab dari ileus
obstruktif ini.(6)
Berdasarkan hasil foto polos abdomen 3 posisi ( 11 November 2014)
didapatkan tanda-tanda ileus obstruksi, berupa dilatasi usus bagian proksimal dan
distribusi udara yang tidak sampai ke distal colon akibat obstruksi pada usus.
Distensi usus halus (>3cm) dengan sejumlah valvula koniventes yang rapat karena
proses pergerakan usus yang berlebih (hiperperistaltik) memberikan gambaran
stack of coin atau herring bone appearance. Gambaran radiologi lain yang khas
pada ileus obstruksi dan tidak didapatkan pada ileus paralitik yaitu adanya
multiple air fluid level dengan ketinggian berbeda pada loop usus yang sama
18

memberikan gambaran step ladder yang terbentuk karena adanya akumulasi air
dan udara dalam lumen usus, sehingga memberikan gambaran cairan berbatasan
dengan udara. Dapat pula ditemukan pada beberapa kasus berupa jejeran
gelembung udara kecil yang terperangkap di bawah valvula koniventes
memberikan gambaran string of pearl.(12)
Setelah dilakukan perawatan, tidak ditemukan lagi adanya keluhan ileus
obstruktif berupa perut kembung, namun foto polos abdomen masih tetap
memberikan gambaran ileus obstruksi seperti distribusi udara yang minimal di
distal colon, gambaran herring bone dan air fluid level yang bertingkat.
Pada pasien ini kemudian dilakukan perawatan lanjutan dengan
dekompresi menggunakan nasogastric tube, IVFD ringer lactat untuk hidrasi,
antibiotik berupa ceftriaxone, penekan produksi asam lambung berupa ranitidine
dan dipuasakan untuk mengurangi volume usus.

19

DAFTAR PUSTAKA

1.
Steffers Gabriele SC. General pathology and Internal Medicine
for Physical Therapist. USA: Thieme Publisher Group; 2012.
2.
Price SaW, Lorraine. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. 6 ed. London: Elsevier Science; 2012.
3.
Harman RJ. Handbook of Pharmacy Health Care 2ed. London:
The Pharmaceutical Press; 2002.
4.
Agur AMRD, Arthur F. Grant's Atlas of Anatomy. 12 ed. USA:
Lippincott Williams & Wilkins; 2009.
5.
Rizzo cD. Delmar's Fundamentals of Anatomy and Physiology.
USA: Delmar; 2001.
6.
Soetikno R. Radiologi Emergensi. Bandung: Refika Aditama;
2011.
7.
Silva A, Pimenta M, Guimaraes L. Small Bowel Obstruction : What
to Look for? Radiological Society of North America. 2009:423-38.
8.
Patel P. Lecture Notes Radilogi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.
9.
Singh H, Neutze J. Radiology Fundamentals : Introduction to
Imaging and Technology. 4th ed. USA: Springer; 2012.
10.
Cagir B. Obstructive Ileus. USA: Medscape; 2013; Available from:
http://emedicine.medscape.com/articel/178948-clinical#showall. .
11.
Sutton D. Small Bowel Obstruction. Textbook of Radiology and
Imaging. United Kingdom: Elsevier Science; 2003. p. 628-30.
12.
Murtala B. Radilogy Trauma and Emergency. Bogor: IPB Press;
2013.

20

13.
AA R. Small Bowel Obstruction. 2013; Available from:
http://radiopaedia.org/cases/small-bowel-obstruction-8.
14.
D S. Text Book of Radiology and Imaging. USA: United Kingdom:
Elsevier Science; 2003.
15.
Rasad S. Radiologi Diagnostik. 2nd ed. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2013.
16.
N S. Oxford Textbook of Palliative Medicine. USA: Oxford
University Press; 2010.
17.
Indonesia P. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. 5th ed. Jakarta: Internal
Publishing; 2005.
18.
Indrayanti MN. Diagnosa dan Tatalaksana Ileus Obstruktif. Bagian
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
19.
Sudarno P, Irdam AI. Pemeriksaan Radiologi Polos Abdomen pada
Kasus Gawat Darurat. Ikatan Dokter Indonesia. 2008;58:538-41. UPF
Radiologi RSUD Cengkareng Jakarta.

21

You might also like