You are on page 1of 47

IMMOBILIZATION

KELOMPOK III

IMOBILISASI
SITI WULANDARI

DEFENISI
Immoblilisai
adalah
sebuah
upaya
utk
mengistirahatkan anggota tubuh yg mengalami
cedera
dalam
rangka
mempercepat
proses
penyembuhan.

EFEK IMMOBILISASI

Mengurangi nyeri
Proses perbaikan jaringan lebih cepat
Mengurangi cedera berulang
Rekontsruksi deformitas
Mencegah komplikasi yaitu semakin buruknya
suatu kondisi.
Mempertahankan posisi pasca reposisi.

ADAPUN DAMPAK YANG DISEBABKAN


KARENA IMMOBILISASI ADALAH :
1. Timbulnya berbagai penyakit, contohnya :
Otot menjadi kisut (atrofi)
Sendi kaku
Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran kencing dan sembelit
Luka lecet pada jaringan kulit yang ditekan
akibat tirah baring lama
2.Ketergantungan kepada orang lain
3. Rendahnya kualitas hidup
4. Kematian

PENYEBAB
Istirahat di tempat tidur lama dan inaktivitas
menurunkan aktivitas metabolisme umum. Hal ini
mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional sistem
tubuh yang multipel, dengan manifestasi klinis sindrom
imobilisasi. Konsekuensi metaboliknya tidak tergantung
penyebab untuk apa imobilisasi diresepkan. Hal ini bisa
disebabkan oleh salah satu dari yang disebutkan
dibawah ini:
1. Cedera tulang: penyakit reumatik seperti
pengapuran tulang atau patah tulang (fraktur) tentu
akan menghambat pergerakan.
2. Penyakit saraf: adanya stroke, penyakit parkinson,
paralisis, dan gangguan saraf tapi juga menimbulkan
gangguan pergerakan dan mengakibatkan imobilisasi.

3.Penyakit jantung dan pernapasan penyakit


jantung dan pernapasan akan menimbulkan
kelelahan dan sesak napas ketika beraktivitas.
Akibatnya pasien dengan gangguan pada organ
organ tersebut akan mengurangi mobilisasinya.
Ia cenderung lebih banyak duduk dan berbaring.
4. Gips ortopedik dan bidai.
5. Penyakit kritis yang memerlukan istirahat.
6.Menetap lama pada posisi gravitasi berkurang,
seperti saat duduk atau berbaring.
7. Keadaan tanpa bobot diruang hampa, yaitu
pergerakan
tidak
dibatasi,
namun
tanpa
melawan gaya gravitasi.

RESPON FISIOLOGIS
TERHADAP IMOBILISASI
YULIANA RESTU TULAK

SISTEM MUSKULOSKELETAL
1. Atropi otot merupakan tanda yang paling
menonjol selama imobilisasi.
2. Kontraktur.
Jika sebuah otot dipertahankan pada posisi
memendek dalam waktu lama, serat-serat otot
dan
jaringan
penyambungnya
akan
menyesuaikan
diri
dengan
pemendekan
tersebut, sehingga menyebabkan kontraktur
pada sisi sendi yang berelaksasi.

3. Osteoporosis akibat imobilisasi lebih sering pada


region

sub

periosteum,

osteoporosis

sinilis

pengeluaran

sumsum

osteoporosis

akibat

berbeda

yang

timbul

tulang.

tidak

dengan
akibat

Selain

digunakan

itu,

(disuse)

paling sering tampak pada jaringan reticular


tulang pada metafisis dan epifisis dan kemudian
meluas ke seluruh diafisis.

SISTEM SARAF
1. Kehilangan sensibilitas
2. Pada kasus-kasus yang berat dapat terjadi
gangguan sensasi sentuhan atau pergerakan
juga halusinasivisual, auditorik serta somatik.
3. Gangguan emosional seringkali disertai dengan
gangguan intelektual seiring dengan makin
lamanyainaktifitas.

SISTEM KARDIOVASKULAR
1. Karena

dekonditioning

fisik

sistem

simpatik atau

adrenergik lebih

daripada

sistem

dapat

menyebabkan
dominan

parasimpatis,

basalheartratemenjaditinggi

dan

maka
cadangan

jantung menurun.
2. Hipotensi

ortostatikdan

phlebotrombosis

dapat

terjadi akibat tidak cukupnya konstriksi dari arteridan


vena pada tungkai selama tirah baring lama

SISTEM RESPIRASI
1. Penurunan ventilasi.
Pasien

imobilisasi

menunjukkan

penurunan

volume tidal dan volumeventilasi permenit.


2. Atelektasis danpneumonia.
Imobilisasi(kadang diperparah oleh kelemahan
motorik

dapat

menyebabkan

pengeluaran sekret secara bermakna.

gangguan

SISTEM PENCERNAAN
Masalah-masalahgastrointestinal yang diakibatkan oleh
imobilisasi

diantaranya

adalah

anoreksiadan

konstipasi. Penurunan kebutuhan kalori juga perubahan


endokrin, kecemasan dan depresi seringkali berinteraksi
dalam menyebabkan anoreksia. Konstriksi spinghter dan
terlambatnya peristaltik digabung denganpeningkatan
absorpsi

air

diusus

serta

diet

rendah

cairan

dan

rendahserat berkontribusi terhadap terjadinya konstipasi.

SISTEM ENDOKRIN DAN RENAL


Perubahan metabolik dan renal yang menonjol,
yang
terjadi
pada
sindroma
imobilisasi
disebabkan oleh interaksi sistem endokrin dan
sistem-sistem yang lainnya.

Manifestasi endokrin dan metabolik yang paling


penting darisindroma imobilisasi adalah sbb :
1. Peningkatan diuresis
Hal ini terjadi terutama pada fase-fase awal tirah
baring karena tubuh diposisikan pada posisi
horizontal yang menyebabkan peningkatan
sementara dari volume darah yang bersirkulasi.
2. Peningkatan Natriuresis
Hal ini juga terjadi secara sementara dan
bersamaan denganpeningkatan diuresis dan hal
ini terjadi sebagai usaha untuk mempertahankan
osmolaritas plasmapada tingkat yangnormal

3. Hiperkalsiuria
Sebagai mana yang disebutkan sebelumnya osteoporosis merupakan
salah satu komplikasi utama dari inaktifitas lama. Dari sudut
pandang klinis konsekuensi penting yang terjadi yaitu mobilisasi
kalsium secara terus-menerus dari matriks tulang ke dalam darah
dan akhirnya kelebihan kalsium dikeluarkan melalui urine.

4. Batu renal
Jika terdapat hiperkalsiuria, stasis urine dan ISK (Infeksi Saluran
Kemih)

hal

iniberbahayakarenadapatmenyebabkanpembentukankalkulidipel
visrenalataudisalurankencing bagian bawah.

SISTEM INTEGUMEN
Imobilisasi dapat mempengaruhi kulit dan
adheksa dengan menyebabkan atropi dan ulkus
dekubitus.

DETRAINING
Detraining merupakan hilangnya kemampuan
adaptasi terhadap latihan, baik itu secara parsial
maupun menyeluruh, dalam merespon stimulus
latihan yg tdk adekuat. Karakteristik detraining
bisa
berbeda
bergantung
pada
lamanya
penghentian latihan atau latihan yg tdk adekuat.
Detraining terjadi karena adanya cedera pada
jaringan tertentu yg membutuhkan immobilisasi
sebagai salah satu upaya untuk mempercepat
penyembuhan.

Untuk
mengatasi/memelihara
dan
atau
mengembalikan ke kondisi semula seorang atlit,
maka perlu dilakukan upaya sebagai berikut:

Detraining following aerobic endurance


Reduced aerobic training
Detraining following anaerobic training
Detraining following strength training
Sport Mixed
Croos Training

DETRAINING FOLLOWING AEROBIC


ENDURANCE TRAINING
Studi dr Coyle dkk (1984) menunjukkan bahwa atlit
yg melakukan latihan aerobik kemudian berhenti
selama 12 hari akan menyebabkan penurunan
konsumsi oksigen (VO2max) sebanyak 7%.
Penemuan dr studi ini juga menunjukkan adanya
interaksi dr faktor2 muskular lokal dengan
kardiorespiratori pusat dlm respon detraining.
Lebih lanjut efek yg ditimbulkan adalah penurunan
fungsi jantung, kurangnya volume plasma darah,
penurunan kemampuan vena dlm sirkulasi darah,
terbatasanya kemampuan ventrikel kiri dalam
memompa darah.

ADAPTASI YG TIMBUL SAAT LATIHAN DAPAT BERUPA


ADAPTASI LOKAL MAUPUN ADAPTASI SENTRAL.

Adaptasi lokal, menyebabkan:

Peningkatan aktivitas enzim2 metabolisme aerobik


Peningkatan jumlah mitokondria
Peningkatan substrat energi
Kapilarisasi otot

Adaptasi sentral, menyebabkan:


Peningkatan cardiac output maksimal
Perubahan volume otot akibat perubahan volume darah
dan atau perubahan struktural dr dimensi jantung.

Seseorang yg berhenti dari latihan di aerobik


akan mengalami penurunan daya tahan otot.
Oleh karena itu, untk menanganinya, harus
diberikan latihan yg dpt meningkatkan daya
tahan otot dengan durasi yg lebih lama.
Contoh latihan: latihan jogging selama 3o menit
tiap 3kali seminggu.

REDUCED AEROBIC TRAINING


Houmard menyimpulkan bahwa waktu penurunan
intensitas latihan aerobik itu sebaiknya tdk lebih
dari 3 minggu jika dilakukan latihan daya tahan
aerobik yg maksimal.
Secara teori, beban total latihan dapat dikurangi
dengan cara memanipulasi kombinasi dr jumlah
frekuensi atau intensitas latihan; bagaimanapun
latihan daya tahan tsb sebaiknya dilakukan
dengan manipulasi yg terpercaya.

Saat atlit dianjurkan utk mengurangi beban


latihannya akibat cedera, maka hal tsb dapat
dianalogikan sebagai tapering, maka dr itu secara
potensial hal tsb bermanfaat. Namun, tidak
jarang bahwa periode waktu yang terlibat dengan
cedera yang lebih serius akan lebih panjang
daripada yg umumnya terkait dengan tapering.

DETRAINING FOLLOWING ANAEROBIK


TRAINING
Daya tahan otot yang hilang sangat cepat dalam
beberapa minggu pertama detraining. Hal ini
telah ditunjukkan dalam beberapa penelitian.
Perubahan dalam proses-proses enzimatis /
konsentrasi dan perubahan ini telah diamati
untuk kembali ke level pretraining sedini 2
minggu setelah istirahat total.

Detraining akan tergantung pada genetika


dari individu dan juga latihan sebelum
mereka menuju tapering / menurunkan
volume / istirahat total. Individu yang telah
melakukan latihan yang lebih intensif
untuk jangka waktu yang lebih lama telah
dilaporkan menjadi lebih tahan terhadap
kerugian dalam daya tahan otot (Coyle et.
Al 1984.).

Di
sisi
lain
latihan
anaerobik
dilakukan
untuk
jangka
waktu
pendek dan mereka membantu
untuk
memperkuat
otot
dan
persendian tubuh. Kegiatan seperti
angkat berat dan berlari adalah
latihan anaerobik.

MUH. ABDILLAHTULKHAER

Summary of Techniques

During Immobilization
ROM and stretch Isometric
contractions with electrical stimulation
Training of contralateral limb
Imagery
Post-Immobilization
Variety of isometric angles
Dynamic concentric and eccentric contractions
Higher speed contractions moving to ballistic
Closed Kinetic chain
Bio or visual feedback

TUJUAN INTERVENSI FISIOTERAPI


SELAMA IMOBILISASI
1. Mengurangi oedem, hal ini sangat penting dilakukan secepat
mungkin untuk mencegah pembentukan adhesi.hal ini juga dapat
membantu mengurangi rasa nyeri
2. Membantu menjaga sirkulasi, latihan aktif antara aktifitas otot statik
/ isotonic akan membantu menjaga suplai darah yang baik ke
jaringan lunak dan membantu menurunkan pembengkakan dan
mencegah pembentukan adhesi.
3. Memelihara fungsi otot dengan kontraksi aktive/ statis
4. Memelihara jarak sendi yang memungkinkan
5. Memelihara beberapa gerak fungsional lainnya
6. Mengajar pasien bagaimana untuk menggunakan alat khusus

TUJUAN INTERVENSI FISIOTERAPI


SETELAH IMOBILISASI
1. Untuk mengurangi pembengkakan : Bengkak tidak akan menjadi
masalah yang besar jika latihan dan aktivitas secara umum di perhatikan
selama periode imobilisasi. Akan tetapi dapat menjadi sebuah masalah pada
tungkai bawah jika otot-ototnya sangat lemah karena menyebabkan vena
tidak mampu memompa darah secara adekuat.
2. Untuk mendapatkan kembali jarak gerak sendi : Sebelum mencoba
untuk mengembalikan jarak gerak sendi, yang berkurang, physio harus
menentukan penyebabnya. Apakah disebabkan oleh edema, adhesi atau
kelemahan otot. Selain itu, jika terdapat gangguan pada permukaan sendi
hal ini memungkinkan menghalangi penurunan pada jarak gerak sendi.

3. Untuk mendapatkan kembali kekuatan otot: Memperoleh kekuatan


otot bergantung pada aktivitas maksimal dari penggunaan otot disetiap
gerakan- gerakan utama dan juga gerakan tambahan pada beberapa
grup otot antagonis dan fixator.
4. Untuk melatih kembali gerakan fungsional secara penuh: Sebagian
besar dari kasus ini seharusnya memungkinkan untuk mendapatkan
kembali

gerak

fungsional

penuh

tetapi

jika

tidak,

physio

harus

mengembalikan fungsi optimum,dan besarnya pengembalian fungsi


penuh ini bergantung pada komplikasi-komplikasi yang menghambat
pemulihan sepenuhnya.

IMMOBILITAZION TOOLS
A. Head

B. CERVICAL

C. THORACAL

D. LUMBAL

E. RIBS

F. SHOULDER

F. ELBOW

G. WRIST

H. FINGER

I. HIP

J. KNEE

K. ANKLE

You might also like