Professional Documents
Culture Documents
Senyawa kolinergik adalah senyawa yang secara langsung atau tidak langsung dapat
menimbulkan efek seperti asetilkolin. Asetilkolin dapat menghasilkan dua jenis efek pada tubuh
yaitu efek muskarinik dan efek nikotinik. Efek muskarinik terjadi pada reseptor post ganglionik
parasimpatetik, yang dapat menyebabkan hambatan irama sinus nodal jantung, vasodilatasi
perifer, kontraksi pupil, peningkatan sekresi kelenjar dan salivasi, peningkatan kontraksi dan aksi
peristaltic saluran cerna dan peningkatan kontraksi saluran seni. Sedangkan efek nikotinik terjadi
pada ganglia dan motor end plate, menyebabkan efek peningkatan tonus otot rangka.
Asetilkolin dapat menghasilkan efek muskarinik dan nikotinik disebabkan karena asetlkolin
dapat membentuk dua konformasi molekul yang berbeda. Bentuk konformasi memanjang
(transoid) dapat berinteraksi dengan reseptor muskarinik dan menimbulkan efek muskarinik,
sedangkan bentuk konformasi tertutup (cisoid/quasi-ring) dapat berinteraksi dengan reseptor
nikotinik dan menimbulkan efek nikotinik.
Efek ganda asetilkolin disebabkan karena asetilkolin dapat berinteraksi dengan kedua reseptor
pada sisi asetilkolin yang berbeda. Asetilkolin berinteraksi dengan reseptor muskarinik melalui
gaya elektrostatik pada bagian ion ammonium kuartener, ikatan hidrogen dengan ester oksigen,
ikatan hidrofobik dan gaya van der Waals dengan gugus metil. Sedangkan, asetilkolin
berinteraksi dengan reseptor nikotinik melalui gaya elektrostatik dengan ion ammonium
kuartener dan melalui ikatan hidrogen dengan atom oksigen pada gugus karbonil.
1. Rangsangan pada tempat reseptor spesifik dan bekerja secara langsung pada sel efektor
saraf parasimpatetik
2. Penghambatan enzim kolinesterase dan menimbulkan efek kolinergik secara tidak
langsung.
Turunan Karbamat
Studi hubungan struktur dan aktivitas turunan karbamat menunjukkan bahwa gugus yang
berperan untuk aktivitas antikolinesterase adalah guus amino yang tersubstitusi dan N,Ndimetil karbamat. Mekanisme reaksi turunan karbamat dengan enzim asetilkolinesterase
ditunjukkan sebagai berikut.
Gambar
Kecepatan hidrolisis enzim terkarbamoilasi lebih lambat disbanding asetilkolin sehingga
-
Gambar
R dan R dapat berupa gugus alkil, alkoksi, ariloksi, amido, atau merkaptan. X adalah
gugus halogen, siano, karboksil, fosfono oksi, fenoksi, tiofenoksi, atau tiosianat.
Mekanisme reaksi obat dengan enzim asetilkolinesterase dapat ditunjukkan sebagai
berikut.
Gambar
Gugus hidroksil enzim yang bersifat nukleofil kuat akan berinteraksi dengan atom fosfor
membentuk ikatan kovalen yang irreversible.
ANTIKOLINERGIK
Antikolinergik disebut juga sebagai antimuskarinik, parasimpatolitik, kolinotilik, atropinik, dan
pemblok parasimpatetik. Antikolinergik menghambat efek asetilkolin pada saraf postganglionic
kolinergik dan otot polos, menghasilkan efek-efek sebagai berikut:
1. Antispasmodik, yaitu menurunkan tonus dan pergerakan saluran cerna dan sluran
urogenital
2. Antisekresi, mengurangi sekresi air liur, keringat, dan asam lambung
3. Anti-Parkinson, dimana Parkinson adalah suatu penyakit yang disebabkan adanya
ketidakseimbangan kadar dopamine dna asetilkolin di otak
4. Midriatik atau dilatasi pupil mata
5. Siklopegik atau paralisis struktur siliari mata yang menyebabkan paralisis akomodasi
penglihatan dekat
Adapun struktur umum dari antikolinergik adalah
R O
R- C- C-O-(CH2)n-N
a. Struktur antikolinergik sangat mirip dengan senyawa kolinergik. Perbedaan utama adalah
adanya gugus besar yang terikat pada gugus asil, yang dapat meningkatkan kekuatan
ikatan dengan permukaan reseptor.
R dan R adlah gugus meruah, seperti alkil atau cincin aromatic, dihubungkan dengan
basa N melalui jembatan COO- atau gugus isosterik lain dan rantai (CH2)n dengan
n=2 atau 3. Jarak optimal antara basa N dengan gugus CO- 5A 0 dan R bersifat
hidrofob, dan beinteraksi dengan permukaan reseptor melalui ikatan Van der Walls atau
ikatan hidrofob.
b. Pemasukan substituent pada cincin aromatic (gugus fenil) hanya sedikit menunjang
aktivitas.
c. X dapat berupa gugus-gugus H, OH, CH2OH, CH3, atau CONH2. Adanya gugus OH
meningkatkan aktivitas antikolinergik karena dapat menunjang kekuatan interaksi obatreseptor melalui ikatan hydrogen.
d. N berupa ammonium kuartener atau amin tersier yang terprotonasi pada pH fisiologis
atau pada biofasa, membentuk gugus kationik yang dapat berinteraksi dengan sisi anionic
reseptor melalui daya tarik menarik elektrostatik.