Professional Documents
Culture Documents
Mari berjuang bersama kami para tenaga kesehatan di seluruh Indonesia untuk
memperbaiki kualitas kesehatan yang lebih baik.
mandiri, kini tak lagi bisa secara individual, melainkan dalam satu keluarga. Peserta juga harus
memiliki rekening di bank agar pembayaran bisa autodebet setiap bulannya.
"Semua it
u tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 4/2014 tentang tata cara pendaftaran dan
pembayaran BPJS Kesehatan, yang baru saja diluncurkan," kata Direktur Hukum, Komunikasi
dan Hubungan Antar Lembaga (HAL) BPJS Kesehatan, Purnawarman Basundoro dalam
keterangan pers, di Jakarta, Kamis (30/10).
Pada kesemapatan itu, Purnawarman didampingi Direktur Perencanaan dan Pengembangan BPJS
Kesehatan, Tono Rustiono.
Perubahan lainnya, Purnawarman menambahkan, adalah kartu BPJS Kesehatan tidak bisa
langsung dipergunakan begitu selesai mendaftar dan membayar di bank, seperti aturan
sebelumnya. Namun, peserta harus menunggu hingga satu minggu atau 7 hari ke depan untuk
bisa menggunakannya.
Ditanya kebijakan baru menjadi tak pro rakyat, Purnawarman menukasnya. Katanya, peraturan
itu untuk membiasakan masyarakat membuat perencanaan. Masyarakat harus diingatkan bahwa
masalah kesehatan bisa terjadi kapan saja, sehingga setiap anggota dalam keluarga harus
memiliki jaminan kesehatannya.
"Sudah tidak bisa lagi mau operasi besok, hari ini baru mendaftar BPJS Kesehatan. Harus dibuat
sistem yang terencana dan rapi, karena peserta BPJS Kesehata jumlahnya sudah lebih dari 130
juta orang. Dengan jumlah yang begitu besar, tidak bisa diterapkan manajemen terburu-buru,"
kata Purnawarman menegaskan.
Soal keharusnya memiliki rekening di bank, Purnawarman menjelaskan, itu semata demi
kemudahan para peserta yang harus bolak balik ke bank demi menyetor iuran. Dengan sistem
autodebet, pembayaran iuran akan lebih lancar sehingga kartu bisa seketika bisa dipergunakan.
Ditanya apakah sistem autodebet dilakukan lantaran banyak peserta yang enggan membayar
iuran, Purnawarman tidak menampik adanya kasus semacam itu. Meski kasusnya masih
terbilang kecil, jika tidak ditata sejak awal dikhawatirkan akan menjadi ganjalan di kemudian
hari.
"Sukses tidaknya pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini karena adanya
iuran dari masyarakat. Itu jadi jantung kami. Karena itu, perlu ditata agar pembayaran iuran bisa
lancar, dan program ini bisa berjalan," tuturnya.
Hal senada dikemukakan Direktur Perencanaan dan Pengembangan BPJS Kesehatan, Tono
Rustiano. Ia menyebutka, jumlah peserta BPJS Kesehatan hingga 24 Oktober 2014 sebanyak
130.286.703 jiwa. Target hingga akhir tahun 2014 sebanyak 131 juta jiwa.
Ditambahkan, sepanjang periode Januari-Agustus 2014, BPJS Kesehatan telah menerima
pembayaran iuran peserta hingga sebesar Rp 25,656 triliun. Sedangkan pembayaran klaim
hingga 31 Agustus 2014 sebanyak Rp 24,4 triliun.
"Adapun penyaluran dana kapitasi ke faskes tingkat pertama untuk periode yang sama mencapai
5,38 triliun," ucap Tono.
Dari semua itu, menurut Tono, yang lebih penting adalah peningkatan rata-rata waktu
penyelesaian klaim yaitu selama 2,95 hari sejak berkas lengkap dari rumah sakit yang diajukan
ke BPJS Kesehatan. Capaian itu lebih baik ketimbang catatan per 30 Juni 2014 yang masih ratarata 3,16 hari.
Jumlah fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan pun
meningkat dari 16.831 per 30 Juni 2014 menjadi 17.419 per 31 Agustus 2014. Rinciannya 9.768
puskesmas, 3.590 dokter praktik per orangan, 1.890 klinik pratama, 1.327 klinik TNI/Polri dan
836 dokter gigi praktik mandiri dan 8 RS D Pratama.
Di tingkat faskes rujukan, lanjut Tono, penambahan terjadi dari 1.551 per 30 Juni 2014 menjadi
1.574 faskes rujukan. Hal itu mencakup 18 RS pemerintah kelas A, 135 RS pemerintah kelas B,
294 RS pemerintah kelas C, 158 RS pemerintah kelas D, 127 RS Khusus, 34 RS Khusus Jiwa,
602 RS swasta, 103 RS TNI, 40 RS Polri, dan 63 klinik utama.
"Hingga 31 Agustus 2014, BPJS Kesehatan telah bekerjasama dengan faskes penunjang yang
meliputi 1.359 apotek dan 801 optikal," ujar Tono Rustiano menandaskan. (TW)
Angka Kebutaan di Indonesia Masih Tinggi
Angka kebutaan di Indonesia masih relatif tinggi. Hasil riset kesehatan dasar 2013, angka
kebutaan di Indonesia mencapai 0.6 persen, dan 35 persen di antaranya kebutaan permanen.
Dengan angka tersebut, kesehatan mata di Indonesia masih merupakan masalah sosial yang
membutuhkan penanganan dari semua pihak.
"Angka kebutaan di Indonesia masih lebih tinggi dari Singapura dan Thailand yang sudah di
bawah 0,5 persen. Tapi jika dibanding tahun 1990-an, dengan angka kebutaan mencapai 1,47
persen, kita sudah menurun sangat signifikan," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM, Prof
dr Suhardjo SU SpM(K), Selasa ( 28/10/2014).
Lebih lanjut Suhardjo menuturkan, penyebab kebutaan terbanyak berturut-turut adalah katarak,
kebutaan kornea, glaukoma dan retinopati. Untuk menurunkan angka kebutaan, lanjut Suharjo,
pelayanan pemeriksaan kesehatan mata sebaiknya ada di tingkat pusat pelayanan primer, yakni
puskesmas. Hal ini juga sejalan dengan berlakunya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
"Sayangnya, gagasan itu belum bisa dilaksanakan karena puskesmas belum siap. Ketersediaan
paramedis mata yang terampil belum ada. Paramedis yang ada saat ini masih umum. Oleh karena
itu, ke depan dibutuhkan pengembangan profesi paramedis khusus mata yang nantinya akan
ditempatkan di pusat pelayanan primer," imbuhnya.
Selain masalah ketersediaan tenaga paramedis, menurut Suharjo, persoalan pembiayaan juga
merupakan masalah dalam upaya menekan angka kebutaan di Indonesia.
Tahap Pertama, 1 Juta Kartu Indonesia Sehat, Pintar, dan Keluarga Sejahtera akan
Dibagikan
"Peluncuran kartu Indonesia sehat dan pintar merupakan salah satu janji presiden dan wakil
presiden. Ini memang harus diluncurkan secepatnya dan jadi prioritas hingga bisa dinikmati
rakyat dan rakyat sejahtera," kata Puan di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (29/10/2014)
seusai mengikuti rapat dengan Wapres Jusuf Kalla dan sejumlah menteri lainnya.
Puan mengaku telah melaporkan persiapan peluncuran kartu tersebut kepada Wapres Jusuf Kalla.
Menurut Puan, kartu ini akan diluncurkan pada 7 November dan diberkan kepada keluarga pra
sejahtera yang belum mendapatkan fasilitas jaminan kesehatan masyarakat.
Politisi PDI-Perjuangan ini juga menyampaikan bahwa program Kartu Indonesia Sehat, Pintar,
dan Keluarga Sejahtera tidak akan tumpang tindih dengan program jaminan kesehatan nasional
(JKN) yang diluncurkan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Program Kartu Indonesia Sehat ini, menurut Puan, justru akan melengkapi JKN.
"Ada pengobatan penyakit yang bertambah yang tadinya tidak di-cover Jamkesmas," kata Puan.
Dengan Kartu Indonesia Sehat, kata dia, bukan hanya warga yang sakit yang mendapatkan
pelayanan kesehatan. Kartu ini juga mengakomodasi pencegahan penyakit. Mengenai anggaran
untuk 1 juta kartu tersebut, Puan mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan koordinasi
dengan kementerian terkait, termasuk Kementerian Keuangan.
Dalam rapat dengan Wapres hari ini, kata dia, Menteri Keuangan menyampaikan bahwa
anggaran untuk peluncuran kartu Indonesia sehat, Indonesia pintar, dan keluarga sejahtera sudah
disetujui DPR.
"Dari mana ini kita akan bicara lebih detil lagi dengan Kemenkeu, kita akan bicara dengan
menteri pendidikan, menteri kesehatan, mengenai anggaran, teknisnya di kementerian terkait,"
ucap dia.
sumber: http://nasional.kompas.com
"Saat ini, tarif pengobatan mata dalam BPJS relatif rendah. Semua pembiayaan kebanyakan
disamaratakan. Padahal untuk beberapa kasus, butuh peralatan dan obat-obatan yang tidak
murah," paparnya.
Berbagai persoalan kesehatan mata tersebut akan dibahas dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan ke39 Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia yang akan diselenggarakan di Yogyakarta pada 1
November 2014 mendatang.
sumber: http://regional.kompas.com
Pada tanggal 4 Maret, acara dilanjutkan dengan diskusi kelompok, terbagi dalam 5 kelompok
diskusi, untuk membahas tentang :
1. Perencanaan penelitian strategis nasional
2. Perencanaan Renstra tahun 2015 2019 dan Output 2015
3. Perencanaan Sarana dan Prasarana Kantor, BMN, PNBP serta Tata Naskah Dinas
4. Perencanaan Roadmap JFU dan SKP
5. Perencanaan Pengelolaan LPB
Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan hasil diskusi dan paparan pleno oleh masing-masing
kelompok.
Pelayanan Kesehatan Dasar di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)
Beberapa program khusus yang telah dikembangkan unit utama di lingkungan Kementerian
Kesehatan dalam mendukung pelayanan kesehatan di DTPK antara lain: a. Pendayagunan
Tenaga Kesehatan di DTPK berupa peningkatan ketersediaan, pemerataan dan kualitas SDM. b.
Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di DTPK misal : Rumah Sakit Bergerak,
pelayanan dokter terbang, pelayanan perairan c. Dukungan Pembiayaan Kesehatan seperti
Jamkesmas, BOK, DAK, TP dan Jampersal, Bantuan Sosial d. Dukungan Peningkatan Akses
Pelayanan berupa pengadaan perbekalan, obat dan alat kesehatan e. Pemberdayaan masyarakat
di DTPK melalui kegiatan Posyandu, Desa Siaga, Tanaman Obat Keluarga serta kegiatan PHBS.
f. Kerjasama antar Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Lainnya g. Dan berbagai
program lainnya.
Penyusunan Peta Pola Pelayanan Kesehatan di suatu wilayah sangat tergantung pada akses,
persebaran penduduk, pola penyakit, serta sarana dan prasarana pelayanan kesehatan. Dengan
adanya Peta Pola Pelayanan Kesehatan akan diketahui sarana prasarana, SDM yang diperlukan
untuk melakukan pelayanan yang efektif serta dapat mengembangkan sistem rujukan yang
sesuai dengan kebutuhan daerah setempat.
DTPK menjadi prioritas karena adanya disparitas antar wilayah DPTK dan Non DTPK, kondisi
geografi yang sulit ditempuh dan iklim/cuaca yang sering berubah, luas wilyah DTPK yang
sangat besar, status kesehatan masyarakat yang masih rendah, sarana dan prasarana kesehatan
terbatas, terbatasnya jumlah, jenis dan mutu SDM kesehatan, pembiayaan kesehatan terbatas dan
tidak koordinir, sumber daya dan kekayaan alam DTPK yang besar untuk daerah perbatasan
terutama kedaulatan negara. Demikian sambutan Kepala Sub Direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan di DTPK Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan di
Pontianak tanggal 16 s/d 18 November 2011 dalam rangka sosialisasi dan advokasi pelayanan
kesehatan dasar di DTPK yang dihadiri oleh kantor pusat dan Plh.Kepala Dinas Kesehatan
Kalimantan Barat, 14 Kabupaten se Kalimantan Barat dan instansi terkait dengan DTPK.
Penyakit menular
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Wikipedia Indonesia tidak dapat bertanggung jawab dan tidak bisa menjamin
bahwa informasi kedokteran yang diberikan di halaman ini adalah benar.
Mintalah pendapat dari tenaga medis yang profesional sebelum melakukan pengobatan.
Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan
oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik
(seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). cara cara penularan penyakit: 1.Media
Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit) Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain:
1.Penyakit kelamin 2.Rabies 3. Trakoma 4. Skabies 5. Erisipelas 6. Antraks 7. Gas-gangren 8.
Infeksi luka aerobik 9. Penyakit pada kaki dan mulut Pada penyakit kelamin seperti GO, sifiis,
dan HIV, agen penyakit ditularkan langsung dan seorang yang infeksius ke orang lain melalui
hubungan intim. Cara memutuskan rantai penularannya adalah dengan mengobati penderita dan
tidak melakukan hubungan intim dengan pasangan bukan suami atau istri. Khusus untuk HIV,
jangan mempergunakan alat suntik bekas dan menggunakan darah donor penderita HIV. 2.
Melalui Media Udara Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun
tidak langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai air borne disease. Jenis Penyakit yang
ditularkan antara lain: a. TBC Paru b. Varicella c. Difteri d. Influenza e. Variola f. Morbili g.
Meningitis h. Demam skarlet i. Mumps j. Rubella k. Pertussis Cara pencegahan penularan
penyakit antara lain memakai masker, menjauhi kontak serta mengobati penderita TBC yang
sputum BTA-nya positif. 3. Melalui Media Air Penyakit dapat menular dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air
disebut sebagai water borne disease atau water related disease. Agen Penyakit: 1. Virus : hepatitis
virus, poliomielitis 2. Baktcri : kolera, disentri, tifoid, diare 3. Protozoa : amubiasis, giardiasis 4.
Helmintik : askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hidatid 5. Leptospira : penyakit Weil
Pejamu akuatik: 1. Bermultiplikasi di air :skistosomiasis (vektor keong) 2. Tidak
bermultiplikasi :Guineas worm dan fish tape worm (vektor cyclop) Penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan air, dapat dibagi dalam empat kelompok menurut cara penularannya:a)
Water borne mechanisme Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan penyakit
pada manusia, ditularkan melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh: kolera, tifoid, hepatitis
virus, disentri basiler dan poliomielitis. b) Water washed mechanisme jenis penyakit water
washed mechanism yang berkaitan dengan kebersihan individu dan umum dapat berupa: a.
Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak. b. Infeksi melalui kulit dan mata,
seperti skabies dan trakoma. c. Penyakit melalui gigitan binatang pengerat, seperti Ieptospirosis.
c) Water based mechanisme jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani sebagian siklus
hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai pejamu intermediate yang hidup di dalam air.
Contoh: skistosomiasis, Dracunculus medinensis. d) Water related insect vector mechanisme
Jenis penyakit yang ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air.
Contoh: filariasis, dengue, malaria, demam kuning (yellow fever). Cara pencegahan penularan
penyakit melalui media air atau makanan dapat dilakukan antara lain dengan cara: a. Penyakit
infeksi melalui saluran pencernaan, dapat dilakukan dengan cara Sanitation Barrier yaitu
memutus rantai penularan, seperti menyediakan air bersih, menutup makanan agar tidak
terkontaminasi oleh debu dan lalat, buang air besar dan membuang sampah tidak di sembarang
tempat. b. Penyakit infeksi yang ditularkan melalui kulit dan mata, dapat dicegah dengan higiene
personal yang baik dan tidak memakai peralatan orang lain seperti sapu tangan, handuk dan
lainnya, secara sembarangan. c. Penyakit infeksi lain yang berhubungan dengan air melalui
vektor seperti malaria dan demam berdarah dengue (DBD) dapat dicegah dengan pengendalian
vektor. 4. Melalui Media Vektor Penyakit Artbropod-borne diseases atau sering juga disebut
sebagai vector-borne diseases merupakan penyakit penting yang seringkali bersifat endemis
maupun epidemis dan sering menimbulkan bahaya kematian.
Infeksi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan
bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan
sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan
inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik,
gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut
peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik,
walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan
viroid.
Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak dirugikan,
digolongkan sebagai parasitisme. Cabang kedokteran yang menitikberatkan infeksi dan patogen
adalah cabang penyakit infeksi.
Secara umum infeksi terbagi menjadi dua golongan besar:[1]
Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh
Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti virus HIV,
karena virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh.
Daftar isi
1 Infeksi awal
3 Fokus infeksi
4 Rujukan
Infeksi awal
Setelah menembus jaringan, patogen dapat berkembang pada di luar sel tubuh (ekstraselular)
atau menggunakan sel tubuh sebagai inangnya (intraselular). Patogen intraselular lebih lanjut
dapat diklasifikasikan lebih lanjut:
patogen yang berkembang biak dengan bebas di dalam sel, seperti : virus
dan beberapa bakteri (Chlamydia, Rickettsia, Listeria).
Jaringan yang tertembus dapat mengalami kerusakan oleh karena infeksi patogen, misalnya oleh
eksotoksin yang disekresi pada permukaan sel, atau sekresi endotoksin yang memicu sekresi
sitokina oleh makrofaga, dan mengakibatkan gejala-gejala lokal maupun sistemik.[2]
Variasi serotipe
Salah satu cara yang digunakan patogen untuk menghindari sistem kekebalan adalah dengan
mengubah struktur permukaan selnya. Banyak patogen ekstraselular mempunyai tipe antigenik
yang sangat beragam. Salah satu contoh adalah streptococcus pneumoniae, penyebab pneumonia,
yang mempunyai banyak tipe antigenik dan baru diketahui 84 macam. Setiap macam mempunyai
stuktur pelapis polisakarida yang berbeda. Tipe-tipe tersebut dibedakan berdasarkan uji serologi,
sehingga disebut juga serotipe. Infeksi yang dilakukan oleh satu serotipe tertentu dapat memicu
sistem kekebalan tiruan terhadapnya, tetapi tidak terhadap infeksi ulang yang dilakukan oleh
serotipe yang berbeda, oleh karena sistem kekebalan tiruan melihat satu serotipe sebagai satu
jenis organisme yang berbeda. Infeksi akut berulang dari antigen yang sama dapat terjadi karena
hal ini.
Penggunaan kapsul pelindung yang mencegah lisis oleh sistem komplemen dan fagosit juga
dilakukan Mycobacterium tuberculosis. Spesies bacterioides umumnya bakteri komensal yang
berdiam di usus buntu mamalia. Beberapa spesies seperti Bacterioides fragilis adalah patogen
oportunistik penyebab infeksi pada lapisan peritoneum. Spesies ini menghindari sistem
kekebalan dengan memengaruhi pencerap yang digunakan fagosit untuk menelan bakteri atau
dengan menyamar sebagai sel organisme tersebut sehingga sistem kekebalan tidak mengenali
mereka sebagai patogen.
Bakteri dan jamur mungkin juga membentuk lapisan bio kompleks, menyediakan perlindungan
dari sel dan protein dari sistem kekebalan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa lapisan bio
muncul di infeksi yang berhasil, termasuk infeksi kronis Pseudomonas aeruginosa dan
Burkholderia cenocepacia, ciri utama dari cystic fibrosis.
Mutasi genetik
Deteksi trypanosome oleh antibodi akan memicu pergantian gen VSG pada DNA,
sehingga dihasilkan protein VSG yang berbeda pula. Tubuh kemudian akan
membuat antibodi baru dengan cara yang sama, tetapi setiap antibodi yang baru
dibuat mengenali trypanosome, gen VSG akan berubah lagi sebelum sistem
kekebalan terpicu. Dengan demikian trypanosome berada satu langkah lebih cepat
dari sistem kekebalan, sehingga meskipun berupa protozoa yang berkembangbiak
ekstraselular, fokus infeksinya bersifat kronik dan membentuk kompleks imun dan
peradangan, hingga berakhir pada kerusakan saraf dan koma. Hal ini yang
menyebabkan African trypanosomiasis mendapatkan julukan penyakit "tidur".
Malaria adalah contoh lain penyakit yang disebabkan parasit protozoa dengan
kemampuan tata-ulang DNA, yang sangat sulit diatasi oleh sistem kekebalan.
Metode kedua yang lebih dinamis ditunjukkan oleh virus influensa. Virus influensa dikenali oleh
sistem kekebalan melalui hemaglutinin yang terdapat pada permukaan virus.
Mutasi genetik yang pertama disebut antigenic drift yang mengubah notasi
gen ekspresi dari hemaglutinin, sebagai respon dari protein yang berada
pada permukaan, neuraminidase. Mutasi yang lain mengubah epitop agar
tidak dikenali oleh sel T, khususnya yang mempunyai pencerap CD8. [4]
Mutasi genetik yang kedua disebut antigenic shift yang terjadi karena
tertukarnya RNA antara virus baru dengan virus yang telah lama berada
dalam tubuh inang.
Dalam fisiologi, laten didefinisikan sebagai jedah waktu antara stimulus dan respon yang terpicu
di dalam suatu organisme. Virus umumnya segera akan mengkoordinir sintesis protein viral yang
dibutuhkan untuk proliferasi, setelah berhasil melakukan infeksi terhadap sebuah sel. Mekanisme
semacam ini akan mengakibatkan kondisi akut yang akan segera direspon oleh sistem kekebalan
tiruan. Sel T akan dengan mudah memindai fragmen dari protein viral yang tertera pada
permukaan molekul MHC dan memadamkan infeksi.
Meskipun demikian, masih terdapat jenis virus yang lain yang mampu menunda proses sintesis
protein viral di dalam sel. Kondisi ini disebut kondisi laten, saat tidak terjadi replikasi virus di
dalam sel. Infeksi laten tidak menimbulkan penyakit dan keberadaan virus tidak terdeteksi oleh
karena tidak terdapat fragmen viral pada molekul MHC. Salah satu contoh adalah virus Herpes
Simplex, yang melakukan infeksi epitelia dengan fokus berupa sel saraf di daerah tersebut.
Setelah sistem kekebalan mengatasi infeksi pada epitelia, virus HS tetap berada dalam kondisi
laten di dalam neuron saraf. Beberapa faktor seperti sinar matahari, infeksi bakteri dan
perubahan hormonal akan mengaktivasi virus ini untuk bermigrasi melalui akson dan melakukan
infeksi ulang pada jaringan epitelial. Fokus infeksi berupa neuron memiliki dua keunggulan:
neuron mempunyai molekul MHC kelas I, yang kecil, sehingga sulit dideteksi
sel T CD8.
Contoh lain adalah virus Epstein-Barr (EBV), sebuah tipe virus herpes yang lain, memiliki
kondisi laten di dalam sel B. Proliferasi sel B akan menghasilkan sel baru dengan EBV di
dalamnya.
Evolusi fitur
Beberapa bakteri yang biasanya dicerna oleh makrofaga dengan proses fagositosis, telah
berevolusi dan berhasil membuat makrofaga sebagai fokus infeksi. Salah satu contoh adalah
Mycobacterium tuberculosis yang tertelan oleh makrofaga, akan menghalangi pencairan lisosom
ke dalam fagosom dan melindunginya dari sitokina di dalam lisosom.
Listeria monocytogenes, bahkan dapat keluar dari fagosom dan masuk ke dalam sitoplasma dan
membuat replikasi di dalamnya. Kemudian menginfeksi sel yang berdekatan, tanpa keluar dari
ruang intraselularnya.
Sebuah parasit protozoa toxoplasma gondii, dapat membuat vesikel sendiri yang memisahkannya
dari bagian sel yang lain. Hal ini memungkinkan T. gondii untuk membuat peptida dengan
fragmen yang tidak termuat pada molekul MHC, sehingga keberadaannya tidak terdeteksi sistem
kekebalan.
Perlawanan patogen
Staphylococci aureus, salah satu penyebab mastitis pada ternak sapi. Kapsul yang
besar melindung organisme ini dari sistem kekebalan sapi, sebagai inangnya. Citra
ini diambil dengan 50.000x pembesaran dari substrat replikasi yang kering dan
beku.
Respon patogen dalam menghadapi sistem kekebalan juga berlainan. Selain dengan berbagai
cara untuk menghindar, beberapa patogen melakukan perlawanan. Staphylococci aureus
melepaskan dua macam toksin yaitu staphylococcal enterotoxin dan toxic shock syndrome toxin1 yang berperan sebagai superantigen.
Organisme lain seperti Streptococcus pyogenes, dan Bacillus anthracis memiliki mekanisme
untuk membunuh langsung fagosit.
Banyak patogen melakukan perlawanan dalam rentang waktu infeksi akut. Hal merupakan
tekanan terhadap sistem kekebalan (bahasa Inggris: immunosuppression) dan menyebabkan
tubuh inang menjadi rentan terhadap infeksi susulan oleh patogen jenis lain. Contoh-contoh
penting meliputi trauma, luka bakar dan operasi bedah besar. Pasien dengan luka bakar tidak
dapat merespon infeksi, sehingga infeksi ringan pun dapat menyebabkan kematian.
Infeksi virus measles juga merupakan salah satu contoh tekanan terhadap sistem kekebalan.
Banyak anak-anak yang menderita malnutrisi menjadi korban, hingga meninggal dunia, karena
infeksi susulan pada saat sistem kekebalan tertekan oleh infeksi virus measles. Infeksi susulan
biasanya berupa bakteri penyebab pneumonia. Virus measles mempunyai fokus infeksi pada sel
dendritik sehingga memengaruhi kinerja sel T dan sel B dalam sistem kekebalan, dan aktivasi
makrofaga oleh sel TH1.
Fokus infeksi
Salah satu contoh terbaik dari topik ini adalah fokus infeksi yang dimiliki oleh virus HIV, berupa
putusnya mata rantai sistem kekebalan selular[5] karena padamnya kemampuan sel T CD4 untuk
teraktivasi dan terdiferensiasi menjadi sel T pembantu. Terputusnya mata rantai tersebut terjadi
perlahan tanpa memantik sistem kekebalan oleh sebab sifat laten retrovirus. Sejumlah kecil PSK
Gambia dan Kenya yang selalu terpapar infeksi HIV selama 5 tahun melalui fluida reproduksi[6][7]
justru menunjukkan respon kekebalan tiruan sel T CD8 dan sel TH1[8] yang merespon berbagai
macam epitop HIV tanpa disertai respon antibodi.
Selain itu, modus yang digunakan oleh virus HIV adalah pemotongan jalur informasi selular
dengan menempel pada pencerap kemokina CCR5 dan CXCR4, selain pada CD4.[9] Pencerap
CCR5 merupakan ekspresi dari sel dendritik, makrofaga dan sel T CD4. Ekspresi CXCR4 adalah
pencerap pada sel T CD4 setelah teraktivasi.
Kompetisi pada area pencerap CCR5 oleh sekresi kemokina RANTES, MIP-1, and MIP-1
menunjukkan respon kekebalan terhadap infeksi HIV.[10]
Mikrobiologi
Sains
Sains formal[tampilkan]
Sains fisik[tampilkan]
Sains kehidupan[tampilkan]
Ilmu sosial[tampilkan]
Ilmu terapan[tampilkan]
Interdisipliner[tampilkan]
Portal
Kategori
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme.[1]
Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang perlu dilihat dengan mikroskop,
khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa, dan Archaea. Virus sering juga
dimasukkan walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup.[2]
Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan menjadi bidang yang sangat penting
dalam biologi setelah Louis Pasteur dapat menjelaskan proses fermentasi anggur (wine) dan
membuat vaksin rabies[2] Perkembangan biologi yang pesat pada abad ke-19 terutama dialami
pada bidang ini dan memberikan landasan bagi terbukanya bidang penting lain: biokimia.
Penerapan mikrobiologi pada masa kini masuk berbagai bidang dan tidak dapat dipisahkan dari
cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang farmasi, kedokteran, pertanian, ilmu gizi,
teknik kimia, bahkan hingga astrobiologi dan arkeologi.[1]
Daftar isi
2 Mikrobiologi Modern
5 Faktor - faktor yang memengaruhi resistensi mikroorganisme terhadap Zat zat Antimikroorganisme
6 Referensi
7 Lihat pula
Ilustrasi dari mikroskop yang digunakan oleh Robert Hooke pada tahun 1664. Lensa
objektif dipasang di ujung tuas pengatur (G), dengan fokus pada spesimen
menggunakan lensa tunggal (1)
Era Robert Hooke dan Antoni van Leeuwenhoek
Robert Hooke (1635-1703) adalah matematikawan, sejarawan alam, dan ahli mikroskopi asal
Inggris.[2] Dalam bukunya yang terkenal, Micrographia (1665), Hooke mengilustrasikan struktur
badan buah dari suatu jenis kapang[2] Ini adalah deskripsi pertama tentang mikroorganisme yang
dipublikasikan.[2]
Wajah Antoni van Leewenhoek diabadikan dalam prangko di Belanda pada tahun
1937
Orang pertama yang melihat bakteri adalah Antoni van Leeuwenhoek (1632-1723), seorang
pembuat mikroskop amatir berkebangsaan Belanda.[2] Pada tahun 1684, van Leeuwenhoek
menggunakan mikroskop yang sangat kecil hasil karyanya sendiri untuk mengamati berbagai
mikroorganisme dalam bahan alam.[2] Mikroskop yang digunakan Leeuwenhoek kala itu berupa
kaca pembesar tunggal berbentuk bikonveks dengan spesimen yang diletakkan di antara sudut
apertura kecil pada penahan logam.[3] Alat itu dipegang dekat dengan mata dan objek yang ada di
sisi lain lensa disesuaikan untuk mendapatkan fokus[3]. Dengan alat itulah, Leewenhoek
mendapatkan kontras yang sesuai antara bakteri yang mengambang dengan latar belakang
sehingga dapat dilihat dan dibedakan dengan jelas[3]. Beliau menemukan bakteri pada tahun 1676
saat mempelajari infusi lada dan air (pepper-water infusion).[2]Van Leeuwenhoek melaporkan
temuannya itu lewat surat pada Royal Society of London, yang dipublikasikan dalam bahasa
Inggris pada tahun 1684.[2] Ilustrasi van Leewenhoek tentang mikroorganisme temuannya dikenal
dengan nama "wee animalcules".[2]
Era Pasteur
Bertahun-tahun setelahnya, banyak observasi lain yang menegaskan hasil pengamatan van
Leeuwenhoek, namun peningkatan tentang pemahaman sifat dan keuntungan mikroorganisme
berjalan sangat lambat sampai 150 tahun berikutnya.[2] Baru di abad ke 19, yaitu setelah produksi
mikroskop meningkat pesat, barulah keingintahuan manusia akan mikroorganisme mulai
berkembang lagi.[2] Louis Pasteur dikenal luas karena berhasil menumbangkan teori Generatio
Spontanea, organisme hidup terjadi begitu saja.[2] Percobaan Pasteur menggunakan kaldu yang
disterilkan dan labu leher angsa membuktikan tentang adanya mikroorganisme.[2]
Era Robert Koch
Sejak abad ke-16, telah diketahui bahwa ada suatu agen penyebab penyakit yang dapat
menularkan penyakit.[2] Setelah penemuannya, dipercaya bahwa mikroorganisme adalah agen
yang dimaksud, namun belum ada pernah ada bukti.[2] Robert Koch (1842-1910), seorang dokter
berkebangsaan Jerman adalah orang pertama yang menemukan konsep hubungan antara penyakit
menular dan mikroorganisme dengan menyertakan bukti eksperimental.[4][2] Konsep yang
dikemukan oleh Koch dikenal sebagai Postulat Koch dan kini menjadi standar emas penentuan
penyakit menular. [2]
Mikrobiologi umum merujuk pada aspek mikrobiologi non medis.[2] Dua raksasa yang dikenal
pada era ini adalah Beijerinck dan Winogradsky.[2] Keduanya memulai aspek mikrobiologi
lingkungan [5]
Martinus Beijerinck dan Teknik Kultur Pengkayaan
Pekerjaan Sergei Winogradsky (1856-1953), asal Rusia, mirip dengan yang dilakukan Beijerinck,
namun beliau mendalami bakteri yang terlibat dalam siklus nitrogen dan siklus sulfur.[2] Konsep
kemolitotrofi yang dicetuskannya berkaitan dengan adanya hubungan antara oksidasi senyawa
anorganik dengan konservasi energi.[2] Dengan menggunakan teknik pengkayaan, Winogradsky
berhasil mengisioalsi bakteri pengikat nitrogen, Clostridium pasteurianum yang bersifat anaerob,
dan sebagai cikal bakal konsep fiksasi nitrogen.[2]
Mikrobiologi Modern
Memasuki abad ke-20, mulai berkembang dua cabang mikrobiologi yang masih saling
berhubungan: mikrobiologi dasar (basic) dan mikrobiologi teraplikasi (applied).[2] Mikrobiologi
dasar mengacu pada penemuan-penemuan baru di bidang ini.[2] Sedangkan mikrobiologi
teraplikasi mengacu pada aspek pemecahan masalah (problem solving) yang berhubungan
dengan bidang ini.[2] Sejak ditemukannya konsep tentang DNA maka bidang mikrobiologi pun
memasuki era molekuler.[2] Keberhasilan sekuensing DNA berhasil mengungkap hubungan
filogenetik (evolusi) di antara berbagai jenis bakteri.[2]
1. Alkohol
2. Ion logam berat
3. Detergen
4. Oksidator
Kisahku.
ZAMAN SUDAH BERUBAH, SAATNYA MELEK
Standar pelayanan minimal atau biasa disingkat SPM adalah standar pelayanan minimal yang
harus didapatkan oleh masyarakat dan menjadi program yang ditetapkan oleh pemerintah pusat
dan pelaksanaanya diwajibkan kepada pemerintah daerah sesuai dengan sumber daya dan
kemampuan daerah
Tahun 2013 ditetapkan 18 indikator SPM yaitu :
1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 target 88%
2. Cakupan kompllikasi kebidanan yang ditangani target 73%
3. Pertolongan persalinan oleh bidan atau nakes yang mempunyai kompetensi kebidanan target
88%
4. Cakupan pelayanan nifas target 88%
5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani target 70%
6. Cakupan kunjungan bayi target 86%
7. Cakupan kelurahan/desa Uci target 90%
8. Cakupan pelayanan anak balita 81%
9. Cakupan pemberian MPAsi pada anak usia 6 sampai 24 bulan keluarga miskin target 100%
10. Cakupan penderita gizi buruk mendapatkan perawatan target 100%
11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan sederajat target 100%
12. Cakupan peserta KB aktif target 63%
13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit AFP, pneumonia balita, TB paru,
DBD dan Diare
14. Cakupan yankesdas masyarakat miskin target 100%
15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin
16. Cakupan pelayanan Gadar level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan kabupaten/kota
17. Cakupan kelurahan/ desa mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi 24
jam trget 100%
18. Cakupan desa siaga aktif target 100%
Apabila kita cermati lebih jauh dari 18 indikator SPM seperti yang saya sebutkan diatas maka
bisa dipastikan bahwa 17 indikator adalah merupakan beban dan tanggung jawab sarana
pelayanan kesehatan strata 1 yaitu puskesmas kecuali indikator nomor 17 (pelayanan gawat
darurat RS). Oleh karena itu Puskesmas dituntut secara profesional melakukan kerjasama luntas
program dan lintas sektor demi pencapaian target SPM dengan kata lain SPM adalah kitab suci
Puskesmas yang harus benar benar dilaksanakan
Penting dilakukan evaluasi terhadap pencapaian SPM Puskesmas, dimana masih banyak
ditemukan mis pengertian tentang juknis SPM dibeberapa puskesmas yang menyebabkan
kesalahan data yang sepele antara lain proyeksi jumlah penduduk, bahkan banyak ditemukan
Puskesmas yang pencapaian targetnya tidak wajar hingga 200 % dan seterusnya yang tentu
menjadi pertanyaan apakah informasi itu benar atau kesalahan teknis manajemen Puskesmas
Posted from WordPress for Android
Penggolongan Obat
Ilmu Farmasi : Penggolongan Obat Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan
tahun
1992).
Sesuai Permenkes No.917/MENKES/PER/X/1993 tentang WajibDaftarObatJadi. yangdimaksud
dengan golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketetapanpenggunaansertapengamanandistribusiyangterdiridariobatbebas,obatbebasterbatas,
obat wajib apotek (obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter diapotek, diserahkan oleh
apoteker), obatkeras,psikotropikadannarkotika. Untukobatyangdapatdiperolehtanparesepdokter
makapadakemasandanetiketnyaterteratandakhusus.
Penggolongan Jenis Obat berdasarkan berbagai undang undang dan peraturan
menteri kesehatan dibagi menjadi :
1. Obat Bebas
Obat bebas sering juga disebut OTC (Over The Counter) adalah obat yang dijual
bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan
dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh
:
Parasetamol,
Obat bebas ini dapat diperoleh di toko/warung, toko obat, dan apotik.
vitamin
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. disertai tanda peringatan dalam
kemasannya:
P1.
Awas!
Obat
Keras.
Bacalah
Aturan
Memakainya.
P2.
Awas!
Obat
Keras.
Hanya
untuk
kumur,
jangan
ditelan
P3.
Awas!
Obat
Keras.
Hanya
untuk
bagian
luar
dan
badan.
P4.
Awas!
Obat
Keras.
Hanya
Untuk
Dibakar.
P5.
Awas!
Obat
Keras.
Tidak
Boleh
Ditelan.
P6. Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan.
Contoh
obat
:
CTM,
Antimo,
noza
Obat bebas terbatas dan obat bebas disebut juga OTC (over the counter)
Obat bebas terbatas ini dapat diperoleh di toko obat, dan apotik tanpa resep dokter.
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah
dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Asam Mefenamat,semuaobatantibiotik(ampisilin,tetrasiklin,sefalosporin,penisilin,
dll), serta obatobatan yang mengandung hormon (obat diabetes, obat penenang, dll)
Obat keras ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter.
4.
Obat Psikotropika
O)
a.
Psikotropika
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh
:
Diazepam,
Phenobarbital,
ekstasi,
sabu-sabu
Obat psikotropika ini dapat diperoleh di apotik, harus dengan resep dokter.
b. Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan.
Contoh
:
Narkotika digolongkan menjadi 3 golongan :
Morfin,
Petidin
Narkotika golongan I
Contohnya : Tanaman Papaver Somniferum L kecuali bijinya, Opium mentah, Opium
masak, candu, jicing, jicingko, Tanaman koka, Daun koka, Kokain mentah, dll
Narkotika golongan II
Contohnya : Alfasetilmetadol, Alfameprodina, Alfametadol, Alfaprodina, dll
Captopril
dapat
dipergunakan sebagai obat. Obat pada prinsipnya pemberian senyawa kimia yang
berasal dari alam dan berpengaruh positif terhadap penyembuhan suatu penyakit.
Demikian pula dengan narkotika dan psikotropika, apabila digunakan secara benar dan
sesuai dengan petunjuk dokter maka dapat digunakan sebagai obat.
obat yang dapat dibeli di apotek atau pasar swalayan, seperti analgesik, misal
aspirin, kodin dan parasetamol serta obat anti-radang non-steroid
obat resep seperti obat penenang, missal Valium, Rohypnol dan Serepax
turunannya atau bahan sintetik yang bertindak seperti candu. Berdasarkan definisi
tersebut maka bahan narkotik hanya boleh digunakan dalam bidang pengobatan,
yaitu sebagai sejenis obat penahan sakit. Misalnya, akibat patah tulang ataupun
pada saat pembedahan. Penggunaan narkotik selain untuk tujuan pengobatan,
dikatakan sebagai penyalahgunaan.
1. Zat Narkotik
Senyawa kimia yang ada pada berbagai bagian tanaman yang bersifat narkotik
berupa alkaloid atau glikosida. Beberapa tanaman juga diduga mengandung
aprodisiac/senyawa kimia untuk dapat mengkhayal, misalnya tanaman kecubung
(Solanum sp, Argemon sp) mengandung alkaloid paradin (terdapat pada biji dan daging
buah, khasiatnya sama dengan opium asli), daun ganja atau Papaver somniferum L
atau P. album, Mill, keluarga Papavera ceae. Senyawa alkaloid terbesar tetap morfin
10 - 16%, noscapine 4 - 8%, codeine 0,8 2,5%, papaverine 0,5 2,5%, tebaine 0,5
2,0% dan lainnya, semuanya tidak kurang dari 20 jenis. Senyawa kokain, suatu
alkaloid pada daun Erythroxylon coca Lam dan Erythroxylon spp lainnya, juga bersifat
narkotik.
3. Jenis Narkotik
Jenis-jenis narkotik umumnya dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu: jenis
semula jadi (morfin dan kodeina); separuh-tiruan (heroin dan hidromorfon), dan
tiruan (meperidin, metadon).
a. Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupakan
Alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk
tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan
b. Kodeina
Kodeina termasuk garam/turunan dari opium/candu. Efek kodeina lebih
lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungan
rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara
pemakaiannya ditelan dan disuntikkan
c. Heroin ( putaw )
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan
merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia
pada akhir-akhir ini. Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin
menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak
menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah
ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit
kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya yang baik.
d. Hidromorfon
Methadon
Saat
ini
Methadone
banyak
digunakan
orang
dalam
pengobatan
Jenis narkotik lain yang perlu diketahui yaitu demerol. Nama lain dari
Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan suntikan.
Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.
pembeli
narkotik,
tidak
segan-segan
untuk
mencuri,
merampas,
merupakan bagian masyarakat yang tidak sehat dan perlu dicegah serta
diberantas keberadaanya.
ketenangan hidup yang hakiki sangat perlu dilakukan. Pendekatan kekeluargaan dan
tidak mengucilkan dalam lingkungan keluarga akan lebih baik daripada diasingkan.
Jauhkan dari pergaulan yang membawa ke jaringan yang menjerumuskan.
a.
Psikotropika golongan I
Stimulant yaitu yang bekerja mengaktif kerja susan saraf pusat, contohnya
amphetamine, MDMA, N-etil MDA & MMDA. Ketiganya ini terdapat dalam
kandungan Ecstasi.
Berikut akan dijelaskan dua jenis psikotropika yang sedang populer dan banyak
disalahgunakan yaitu Ecstasi dan Shabu-shabu.
Ecstasy
Ecstasy (XTC) mempunyai rumus kimia 3-4-Methylene-Dioxy-MethilAmphetamine (MDMA). XTC mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit setelah
diminum. Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa
melayang. Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut
rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang.
Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan
bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut
biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita
menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang.
Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa
membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk menceritakan
hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang dalam
waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.
Ecstacy merupakan sediaan farmasi berupa obat yang mengandung zat
aktif berupa senyawa-senyawa turunan amphetamin yang secara umum bersifat
stimulan.
GOLONG, I, dan lain-lain. Jenis dan bentuk estacy yang masuk ke Indonesia,
yaitu bentuk: tablet (yang paling banyak beredar di Indonesia), kapsul, lem dan
tissue. Adapun jenis estacy yang ditemukan beredar di Indonesia yaitu: STAR,
MELON, PINGUIN, RN, BON JOVI, DOLAR, PINK, LUMBA-LUMBA, ELECTRIC,
KANGURU, APPLE, E, TURBO, APACHE, PETIR, dan
BLACK LOVE
Shabu-shabu
Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi
dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung
satu ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup
dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut
berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut.
Ada sebagian pemakai yang memilih membakar Sabu dengan pipa kaca karena
takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang
terhirup.
Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang
berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka
yang sering tidak berpikir positif, dan halusinasi visual. Masing-masing pemakai
mengalami efek tersebut dalam kadar yang berbeda. Selain itu, pengguna Sabu
sering mempunyai kecenderungan untuk memakai dalam jumlah banyak dalam
satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika shabu yang dimilikinya habis. Hal itu
juga merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia mengingat efek yang
diinginkan tidak lagi bertambah.
Yang dimaksud bahan berbahaya lainnya adalah zat, bahan kimia dan biologi,
baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan
kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang
mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi. Bahan
berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan Psikotropika atau Zat-zat
baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan.
1. Nikotin
Nikotin adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti kokain dan heroin.
Bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk
rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau
sedotan dan dikunyah (tembakau tanpa asap). Walaupun kampanye tentang
bahaya merokok sudah menyebutkan betapa berbahayanya merokok bagi
kesehatan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang
terus merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat
kuat.
Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan
perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan masalah.
Menghisap
rokok
meningkatkan
mood,
menurunkan
ketegangan
dan
euforia,
kegembiraan,
dan
sensasi
mengambang
yang
menyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat merupa rasa
ketakutan, ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual, dan distorsi ukuran
tubuh.
Gejala
neurologis
dapat
termasuk
bicara
yang
tidak
jelas
3. Zat Desainer
Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah dikenal di Indonesia sebagai penyakit yang
endemis terutama bagi anak-anak. Di Indonesia DBD timbul sebagai wabah untuk pertama
kalinya di Surabaya pada tahun 1968. Sampai saat ini DBD dilaporkan dari 26 propinsi dan telah
menyebar dari daerah perkotaan ke daerah pedesaan dan selama tahun 1974 sampai 1982
dilaporkan sebanyak 3500-7800 kasus dengan Case Fatality Rate 3.9%. Penyebab penyakit ini
ialah virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty sebagai faktor utama,
disamping nyamuk Aedes albopictus.
Wabah penyakit demam berdarah yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia di beberapa
tahun yang lalu perlu mendapat perhatian. Begitu pula vektor Aedes aegepty yang terdapat baik
di daerah pedesaan maupun perkotaan memberi risiko timbulnya wabah penyakit di masa akan
datang. Untuk mengatasi masalah penyakit demam berdarah di Indonesia telah puluhan tahun
dilakukan berbagai upaya pemberantasan vektor, tetapi hasilnya belum optimal. Kejadian luar
biasa (KLB) masih sering terjadi secara teoritis ada empat cara untuk memutuskan rantai
penularan DBD ialah melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk (vektor)
dan penggalian vektor. Untuk pengendalian vektor dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
kimia dan pengelolaan lingkungan, salah satunya dengan cara pemberantasan sarang nyamuk
(PSN).
Demam Berdarah Dengue
4. Masa Inkubasi
Tahun 1996 : Jumlah kasus 45.548 orang, dengan jumlah kematian sebanyak
1.234 orang.
Tahun 1998 : Jumlah kasus 72.133 orang, dengan jumlah kematian sebanyak
1.414 orang (terjadi ledakan).
Tahun 2004 : sampai tanggal 5 Maret 2004 jumlah kasus sudah mencapai
26.015 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang.
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk aides
aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun secara kimiawi yaitu:
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk
hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak
berkembang tidak dapat berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini dapat dilakukan dengan:
Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurangkurangnya seminggu sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa
perkembangan telur agar berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari.
Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya
seminggu sekali.
terutama pohon
bambu dengan
2. Biologis
Pengendalian secara biologis adalah pengandalian perkambangan nyamuk dan jentiknya dengan
menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti memelihara ikan cupang pada kolam atau
menambahkannya dengan bakteri Bt H-14
3. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta pembasmian nyamuk serta
jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara lain dengan:
Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut dengan istilah 3M plus yaitu dengan
menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurangkurangnya seminggu sekali serta menimbun sampah-sampah dan lubang-lubang pohon yang
berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan
dengan melakukan tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk, menur
larvasida, menggunakan kelambu saat tidur, memasang kelabu, menyemprot dengan insektisida,
menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta
tindakan lain yang sesuai dengan kondisi setempat.
Pemberantasan Sarang Nyamuk
PSN merupakan tindakan untuk memutus mata rantai perkembangan nyamuk. Tindakan PSN
terdiri atas beberapa kegiatan antara lain:
1. 3 M
3M adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik dan menghindari
gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan cara:
1. Menguras:
Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan,
ember, vas bunga, tempat minum burung dan lain-lain seminggu sekali.
2. Menutup:
Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong,
drum, dan lain-lain.
3. Mengubur:
Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat
menampung air hujan.
7.
11. Hari Malaria Sedunia Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti (kiri) menyerahkan
paket bantuan kesehatan kepada Wakil Bupati Maluku Barat Daya Johanis Letelay saat
puncak Peringatan Hari Malaria Sedunia yang dipusatkan di Lapangan Merdeka, Ambon,
Maluku, Senin (12/5). (ANTARA FOTO/izaac mulyawan) ()
12. Ambon (ANTARA News) - Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboy menegaskan
pemerintah pusat menargetkan Indonesia bebas dari penyakit malaria pada 2030.
"Hingga awal 2014 terdapat 212 kabupaten/kota di 29 provinsi telah memenuhi syarat
untuk dinyatakan bebas penyakit malaria," kata Menkes Nafsiah Mboy dalam sambutan
tertulis dibacakan Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Ali Ghufron Mukti pada puncak
peringatan Hari Kesehatan dan Malaria Se-dunia di Maluku, Senin.
Target ini juga, ujar Menteri, berlaku untuk kawasan Indonesia Timur khususnya di
Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua dan Papua Barat.
Diakuinya, lima provinsi di kawasan Timur Indonesia merupakan daerah endemis tinggi
penularan penyakit malaria, sehingga diperlukan kerja sama semua komponen untuk
menanggulanginya.
"Perlu kerja sama semua komponen masyarakat untuk memberantas penularan penyakir
Malaria di kawasan Timur Indonesia, sehingga target Indonesia bebas malaria pada 2030
dapat tercapai," katanya.
Dia mengakui kabupaten/kota di Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat dan NTT
belum termasuk dalam 212 kabupaten/kota yang telah dinyatakan memenuhi syarat bebas
malaria.
Dengan demikian diharapkan adanya kerja sama antara Gubernur bersama para Bupati
dan Wali Kota untuk menyelaraskan program pemberantasan penularan penyakit malaria
atau tular vektornya.
"Khusus di Maluku ada tiga penyakit tular vector yang merupakan masalah penting untuk
ditanggulangi yakni malaria, Deman Berdarah Dengue (DBD) dan Filariasis atau
penyakit kaki gajah," ujarnya.
Menurutnya, upaya pengendalian penyakit malaria dilaksanakan untuk mencapai bebas
malaria secara bertahap.
Kementrian Kesehatan sendiri telah membagi wilayah atau zona bebas dari penyakit
diatas berdasarkan standar pelayanan serta upaya yang telah dilakukan, di mana Maluku
ditargetkan bebas pada tahun 2030.
Untuk daerah endemis tinggi penularan malaria seperti Maluku dan Papua, Kementrian
Kesehatan telah menerapkan strategi akselerasi pengendalian dengan cakupan seluruh
wilayah.
Strategi ini mencakup pekan akselerasi pengendalian malaria terintegrasi, intensifikasi
pengobatan di semua fasilitas kesehatan serta penemuan kasus malaria secara aktif.
"Diharapkan semua strategi yang telah dilakukan ini berdampak mengatasi penularan
penyakit malaria di daerah endemis tinggi, terutama di kawasan timur," tandasnya.
(KR-JA/J007)
13. Editor: Tasrief Tarmizi
Indonesia Bebas Malaria 2030
By admin April 24, 2013 No comments
Kesehatan Tagged: Dompet Dhuafa, hari malaria, indonesia, Kesehatan, LKC
manusia dan lingkungan. Oleh karena perlu melibatkan sektor lain yang turut berperan di dalam
epidemiologi malaria. Atas dasar inilah kemudian WHO meluncurkan gerakan intensifikasi
pengendalian malaria dengan kemitraan global, yang dikenal Roll Back Malaria
Initiative (RBMI) pada Oktober 1998.
Bentuk operasional RBMI di Indonesia dikenal dengan nama Gerakan Berantas Kembali
Malaria (Gebrak Malaria) yang telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan pada 8 April 2000
di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Jadi Gebrak Malaria merupakan upaya pemberantasan malaria
melalui kemitraan dengan seluruh komponen masyarakat. Lebih lanjut, Indonesia bertekad untuk
melakukan eliminasi malaria pada 2030, sesuai dengan Keputusan Menkes
No.293/Menkes/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi malaria di Indonesia.
Dalam laporan penyakit malaria yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun
2012, berkat kerjasama antar lembaga donor di tahun 2010 Indonesia tercatat sudah
mengeluarkan biaya penanggulangan penyakit malaria lebih dari 45juta US$ baik yang berasal
dari dana pemerintah atau donor asing. Namun di tahun 2011 terjadi penurunan, hanya sekitar
22juta US$.
Tentang Malaria
Malaria dapat diderita baik laki-laki maupun perempuan serta pada semua golongan umur, dari
bayi sampai orang dewasa serta yang diserang umumnya masyarakat yang tinggal di pedesaan
dan tempat yang banyak genangan airnya.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit
Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah.
Penyakit ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium
dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles. Daerah selatan Sahara di
Afrika dan Papua Nugini di Oceania merupakan tempat-tempat dengan angka kejadian malaria
tertinggi.
Masa tunas / inkubasi penyakit malaria dapat terjadi beberapa hari sampai beberapa bulan
kemudian, barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh pasien. Gejala awal yang
dialami oleh pasien malaria adalah demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai
sakit kepala yang hebat, badan terasa lemah, mual-muntah dan tidak nafsu makan, kuning pada
mata, air kencing berwarna teh tua serta wajah pucat karena kurang darah. Apabila tidak
mendapatkan pengobatan yang adekuat, dapat terjadi kejang-kejang dan kehilangan kesadaran.
Namun demikian, gejala yang klasik muncul pada pasien malaria adalah adanya perasaan tibatiba kedinginan yang diikuti dengan kekakuan dan kemudian munculnya demam dan banyak
berkeringat setelah 4 sampai 6 jam kemudian, hal ini berlangsung tiap dua hari. Diantara masa
tersebut, mungkin penderita merasa sehat seperti sediakala.
Malaria digolongkan menjadi 4 jenis , yaitu, pertama, Malaria tertiana, disebabkan oleh
Plasmodium vivax, dimana pasien malaria merasakan demam muncul setiap hari ketiga dan
merupakan penyebab kira-kira 43% kasus penyakit malaria pada manusia. Kedua, Malaria
quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, pasien malaria merasakan demam setiap hari
keempat dan menyebabkan kira-kira 7% penyakit malaria didunia.
Dan ketiga, Malaria tropica, disebabkan oleh Plasmodium falciparum serta merupakan
penyakit malaria yang paling berbahaya dan seringkali berakibat fatal. Jenis penyakit malaria
ini adalah yang terberat, karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat
seperti cerebral malaria (malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak
nafas, dll. Penderita penyakit malaria jenis ini mengalami demam tidak teratur dengan disertai
gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase koma dan kematian yang mendadak.
Serta, keempat, Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium ovale. Penyakit malaria jenis
ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.
Diagnosis sakit malaria ditegakkan berdasarkan gejalanya, dimana terjadi serangan demam dan
menggigil secara periodik tanpa penyebab yang jelas. Dugaan malaria semakin kuat jika dalam
waktu 1 tahun sebelumnya, pasien telah mengunjungi daerah endemik malaria. Untuk
memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan darah guna menemukan parasit penyebabnya.
Mungkin perlu dilakukan beberapa kali pemeriksaan karena kadar parasit di dalam darah
bervariasi dari waktu ke waktu.
Cara pencegahan yang efektif dari malaria adalah pertama, menghindari gigitan nyamuk
dengan menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk dan memakai obat oles anti nyamuk
saat tidur, serta pasang kawat kasa pada ventilasi, menjauhkan kandang ternak dari rumah dan
kurangi berada di luar rumah pada malam hari. Kedua, dengan menebarkan pemakan jentik
untuk menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik, seperti ikan kepala
timah, nila merah, gupi dan mujair. Dibarengi pula dengan upaya membersihkan lingkungan
melalui menimbun genangan air, membersihkan lumut dan gotong royong membersihkan
lingkungan sekitar
Bentuk pencegahan yang ketiga adalah dengan pemberian obat pencegahan, 2 hari sebelum
berangkat ke daerah malaria, minum obat doksisilin 1 x 1 kapsul/ hari sampai 2 minggu setelah
keluar dari lokasi endemis malaria.
Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap klorokuin.
Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap klorokuin,
bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena. Pada malaria lainnya jarang terjadi
resistensi terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin.
Obat penyakit malaria belakangan ini sudah menggunakan obat baru seperti Artemisinin-based
Combination Therapy (ACT), atas rekomendasi dokter dan dosis yang tepat, diharapkan ACT
dapat mengurangi angka kematian akibat penyakit malaria. Disinilah dibutuhkan kerjasama
antara masyarakat, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat khususnya pada pusat layanan
kesehatan masyarakat dalam ikut menanggulangi penyebaran penyakit malaria.
Semoga, dengan gerakan bersama, GEBRAK MALARIA, harapan Indonesia bebas malaria di
tahun 20130 bisa terwujud dengan sempurna.
Ditulis oleh : dr. H. Yahmin Setiawan, MARS (Direktur Utama RST Dompet Dhuafa)
Related Posts
KLINIK METHADONE
1.
Apakah itu methadone?
Methadone adalah sejenis rawatan menggunakan ubat bagi menghentikan mengambilan dadah jenis Opiate. Proses
rawatan methadone dilakukan di bawah pengawasan dan penyeliaan Pegawai Perubatan secara teratur.
2.
Siapakah yang layak mengambil methadone?
3.
Apakah Faedah Daripada Pengambilan Methadone?
Mengurangkan risiko mendapat penyakit bawaan darah seperti HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C.
4.
Berapa lamakah saya perlu mengambil methadone?
5.
Saya hamil, bolehkah saya mengambil atau mengikuti rawatan methadone?
Wanita hamil boleh mengambil atau mengikuti rawatan methadone. Pengambilan methadone semasa hamil boleh
mencegah keguguran dan tekanan. Penyusuan susu ibu juga boleh diteruskan kepada bayi.
6.
Bagaimana saya / saudara saya boleh mendapatkan rawatan methadone?
Anda boleh mendapatkan rawatan methadone dari mana-mana cawangan Klinik Cure & Care 1Malaysia (C&C) atau
Cure & Care Service Centre (CCSC) di seluruh Negara yang mempunyai Pegawai/Pakar Perubatan bertauliah bagi
menilai tahap kesihatan anda.
7.
Adakah rawatan methadone ini percuma?
Ya, rawatan methadone ini diberi secara percuma kepada klien AADK.
8.
Apakah yang dimaksudkan dengan detoksifikasi ubat-ubatan?
Detoksifikasi adalah satu intervensi bertujuan untuk merawat intoksikasi akut dan gejala tarikan menggunakan ubatubatan. Detoksifikasi merupakan satu kaedah untuk mengeluarkan dadah dari sistem badan. Proses detoksifikasi
adalah tempoh yang diperlukan oleh sistem fisiologi badan yang sedang membuat menyesuaian tanpa dadah.
9.
Bolehkan saya menjalani detoksifikasi sekiranya saya mengalami masalah kesihatan?
Boleh. Proses ini akan diselia oleh Pegawai/Pakar Perubatan yang bertugas di fasiliti AADK yang berkenaan.
Peresmian Klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) RSUP dr. M. Djamil Padang
Padang Penyalahgunaan Napza sudah menjadi masalah baik di tingkat gobal, regional,
maupun nasional. Survey BNN tahun 2011 menyatakan 2,2% penduduk Indonesia atau sekitar
3,8 juta adalah pengguna Napza dan estimasi Kementerian Kesehatan pada tahun 2008 jumlah
pengguna Napza suntik adalah 105.000 orang. Bagi pengguna Napza penyalahgunaannya
berdampak bagi fisik, mental emosional serta sosial.
Upaya penanggulangan penyalahgunaan Napza melalui 3 pilar yaitu reduksi suplai, reduksi
permintaan dan pengurangan dampak buruk (harm reduction). Salah satu komponen dari
pengurangan dampak buruk adalah program terapi substitusi yang diantaranya adalah Program
Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Tujuan PTRM untuk mengurangi risiko terkait penyakit
infeksi (HIV/AIDS, Hepatitis) memperbaiki kesehatan fisik dan psikologis, mengurangi perilaku
kriminal, memperbaiki fungsi sosial pasien. Demikian sambutan Direktur Jenderal Bina Upaya
Kesehatan, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, dalam acara Peresmian Klinik Program Terapi
Rumatan Metadon di RSUP dr. M. Djamil Padang, tanggal 18 April 2012.
Kebijakan Kementerian Kesehatan terkait PTRM adalah :
Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2011 tentang Wajib Lapor Pecandu Narkotika.
Wajib lapor merupakan pintu masuk untuk pecandu mengikuti rehabilitasi medis termasuk
PTRM.
April 2012.
2. Acara Undangan Seminar Mari Kita Suarakan MDGs dibuka tanggal 18 April 2012
yang merupakan rangkaian Pekan Millenium Development Goals diadakan di Hotel
Pangeran Beach Hotel Padang dengan Laporan Ketua Panitia oleh Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, dr. Hj. Rosnini Savitri, M, Kes, Sambutan Selamat
Datang dan Pembukaan oleh Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat. Nara Sumber
Dirjen P2PL, Dirjen Bina Upaya Kesehatan, Dirjen Gizi KIA Kementerian Kesehatan,
Prof. Dr. Nila Djuwita Anfasa Moeloek, SpM(K), PHd. Dihadiri oleh Pemda se Sumatera
Barat.
3. Dirjen Bina Upaya Kesehatan dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, menyampaikan paparan
Peran Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan dalam Percepatan Pencapaian MDGs
beliau memaparkan bahwa Tujuan MDGs berupa tantangan target pencapaian MDGs di
bidang kesehatan sampai dengan tahun 2015 mencakup penurunan angka kematian ibu
dan bayi, serta penurunan angka penyakit menular seperti HIV&AIDS. Diharapkan AKI
dari 228/100.000 kelahiran hidup menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015,
sementara AKB dari 34/1000 kelahiran hidup menjadi menjadi 23/1.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. Keberhasilan pencapaian target tersebut sangat dipengaruhi oleh
kesiapan puskesmas dalam pelayanan kesehatan dasar dan rumah sakit dalam pelayanan
kesehatan rujukan. Strategi Peningkatan Pelayanan Kesehatan Peningkatan kuantitas
pelayanan kesehatan (sarana-prasarana, alat kesehatan, dan SDM), Peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan (Revitalisasi pelayanan kesehatan dasar, peningkatan kualitas SDM,
perijinan, penetapan kelas, akreditasi pelayanan kesehatan, pemantauan dan evaluasi)
4. Dalam kunjungannya ke RSUP dr. M. Djamil Padang pada tanggal 18 April 2012 Dirjen
Bina Upaya Kesehatan di RSUP dr. M. Djamil Padang meresmikan Klinik Program
Terapi Rumatan Metadon (PTRM), Beliau berharap Memperluas jangkauan dan
mendekatkan akses terapi rehabilitasi Napza kepada masyarakat khususnya di wilayah
Sumatera Barat. Semoga layanan PTRM dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh
masyarakat yang memerlukan dan para petugas dapat memberikan layanan PTRM yang
bermutu dan berkeadilan kepada masyarakat., Koordinasi yang baik dari lintas program
dan lintas sektor terkait untuk mendukung kesinambungan layanan PTRM ini sehingga
tujuan dari layanan PTRM ini dapat tercapai.
5. Dalam sambutannya Direktur Utama RSUP dr. M. Djamil Padanga Dr. HJ. Aumas
Pabuti, SpA(K), MARS menyatakan bahwa perlu dibuat klinik PTRM karena di Padang
adanya kasus HIV/AIDS dari waktu kewaktu terus meningkat, resiko penularan melalui
pengguna narkoba suntik paling tinggi dibanding faktor resiko lainnya, beliau berharap
mendapatkan dukungan dan kerjasama dengan pihak terkait untuk kelancaran pelayanan
PTRM terhadap kelompok berisiko (penasun) sehingga kasus HIV/AIDS bisa
dikendalikan/dikurangi.
**Berita ini disiarkan oleh Subbagian Hubungan Masyarakat Ditjen Bina Upaya Kesehatan.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon 021-5277734 atau
PHBS itu jumlahnya banyak sekali, bisa ratusan. Misalnya tentang Gizi:
makan beraneka ragam makanan, minum Tablet Tambah Darah,
mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balita Kapsul Vitamin A.
Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya,
membersihkan lingkungan.
Lokasi PHBS
PHBS di Rumah
PHBS di Sekolah
/3
Poor
Best
Mengapa PHBS masih diperlukan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari? Karena faktor
perilaku memiliki andil 30 35 % terhadap derajat kesehatan, sedangkan dampak dari perilaku
terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah
perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah wujud keberdayaan
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS.
Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan
Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat / Asuransi Kesehatan /
JPKM.
Sedangkan penyuluhan PHBS itu adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social
Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment).
Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama
dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Apa saja 10 indikator itu?
a. Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan
Anda mempunyai balita atau adik yang masih berusia 0-5 tahun? Kalau tidak, boleh
mengabaikan ini. Berarti tinggal sembilan indikator lagi kan? Tapi kalau punya, sudahkah istri
atau ibu anda bersalin/melahirkan di tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
(dokter kandungan dan kebidanan, dokter umum dan bidan). Jika sudah, berarti untuk indikator
yang satu ini anda lulus. Mengapa harus tenaga kesehatan? Karena karena tenaga kesehatan
merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan
bayi lebih terjamin. Disamping itu dengan ditolong oleh tenaga kesehatan, apabila terdapat
kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau Rumah Sakit. Jika
ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan maka peralatan yang digunakan aman, bersih dan
steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya. Paham kan???
b. Memberi Bayi ASI Ekslusif
Adakah bayi usia 0-6 bulan di rumah anda? Kalau tidak, lewat dan boleh mengabaikan yang satu
ini. Bagaimana kalau ada? Sudahkah anak anda atau adik anda yang masih berusia di bawah 6
bulan mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan? Mengapa harus ASI, ga kelaparan tuh
bayi diberi ASI saja??? Pertanyaan ini pasti ada dibenak anda, benar kan ? ASI adalah makanan
alamiah berupa cairan dengan kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi,
sehingga tumbuh dn berkembang dengan baik. Air susu ibu pertama berupa cairan bening
berwarna kekuningan (kolostrum) sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan
terhadap penyakit.
Manfaat memberi ASI bagi ibu adalah dapat menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan
bayi, mengurangi pendarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, dapat
menunda kelahiran berikutnya, mengurangi risiko kena kanker payudara dan lebih praktis karena
ASI lebih mudah diberikan pada saat bayi membutuhkan.
c. Menimbang Bayi dan Balita setiap bulan
Sama seperti indikator pertama, Anda mempunyai balita atau adik yang masih berusia 0-5 tahun?
Kalau tidak, boleh mengabaikan ini. Kalau ada, sudahkah bayi atau balita anda ditimbang setiap
bulan dan tercatat di KMS atau buku KIA? Penimbangan bayi dan balita anda dimaksudkan
untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Menimbang secara rutin di posyandu akan
terlihat perkembangan berat badannya apakah naik atau tidak.
Manfaatnya, anda dapat mengetahui apakah balita anda tumbuh sehat, tahu dan bisa mencegah
gangguan pertumbuhan balita, untuk mengetahui balita sakit (demam, batuk, pilek, diare), jika
berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik atau bahkan balita yang berat badannya dibawah
garis merah (BGM) dan dicurigai gizi buruk, sehingga dapat dirujuk ke Puskesmas. Datang
secara rutin ke Posyandu juga berfungsi untuk mengetahui kelengkapan imunisasi serta untuk
mendapatkan penyuluhan gizi.
d. Menggunakan Air Bersih
Yang satu ini seharusnya bukan masalah bagi anda. Anda dan rumah tangga anda dikatakan sehat
jika di rumah tangga anda menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari
air kemasan, air ledeng, air pompa, sumur terlindung dan penampungan air hujan dan memenuhi
syarat air bersih yaitu tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna
Manfaat anda menggunakan air bersih diantaranya agar kita terhindar dari gangguan penyakit
seperti diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan.
Dan dengan menggunakan air bersih setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.
e. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun
Indikator ini sebenarnya gampang, tapi saya ragu apakah anda selalu melakukannya sampai saat
ini, benar kan? Mulailah dari sekarang! Kapan saja harus mencuci tangan? Sebelum makan dan
makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak dan sebelum
menyiapkan makanan tentunya menggunakan air bersih mengalir dan sabun. Manfaat mencuci
tangan adalah agar tangan menjadi bersih dan dapat membunuh kuman yang ada di tangan,
mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, dysentri, kecacingan, penyakit kulit, infeksi
daluran pernafasan akut (ISPA), bahkan flu burung dan lainnya.
f.
Sudah setengah jalan anda lewati untuk menjadi rumah tangga yang sehat, Tiba saatnya di
indikator yang keenam. Punya jamban kan dirumah? Jamban yang digunakan minimal jamban
leher angsa, atau jamban duduk yang banyak di jual di toko bangunan, tentunya dengan tangki
septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir dan terpelihara
kebersihannya. Untuk daerah yang sulit air (kalau ada) dapat menggunakan jamban cemplung
atau jemban plengsengan. Tujuannya dimaksudkan agar tidak mengundang datangnya lalat atau
serangga lain yang dapat menjadi penular penyakit.
g. Memberantas Jentik di Rumah
Cukup sekali seminggu, asal rutin ya! Tidak sulit menerapkan indikator yang satu ini,
manfaatkan waktu libur anda dengan membersihkan rumah, tidak perlu waktu lama bukan?
Lakukan pemberantasan jentik nyamuk didalam dan atau diluar rumah seminggu sekali dengan
3M plus abatisasi/ikanisasi. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan kegiatan
pemberantasan telur, jentik, kepompong nyamuk penular penyakit seperti demam berdarah
dengue, chikungunya, malaria, filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat perkembangbiakannya.
PSN dapat dilakukan dengan cara 3M plus yaitu menguras bak air, menutup tempat
penampungan air dan mengubur benda yang berpotensi menjadi sarang nyamuk plus
menghindari gigitan nyamuk.
h. Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
Sederhana, murah dan banyak manfaatnya. Biasakan anda dan anggota keluarga anda
mengkonsumsi minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi buah atau sebaliknya setiap hari, tidak harus
mahal, yang penting memiliki kecukupan gizi. Semua jenis sayuran bagus untuk dimakan,
terutama sayuran yang berwarna (hijau tua, kuning, oranye) seperti bayam, kangkung, daun
katuk, kacang panjang, selada hijau atau daun singkong. Begitu pula dengan buah, semua bagus
untuk dimakan, terutama yang berwarna (merah, kuning) seperti mangga, papaya, jeruk, jambu
biji atau apel lebih banyak mengandung vitamin dan mineral serta seratnya.
i.
Minimal 30 menit setiap hari. Anda lakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Jenis aktifitas fisik
yang dapat dilakukan bisa berupa kegiatan sehari-hari, yaitu berjalan kaki, berkebun, bekerja
ditaman, mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun tangga dan membawa
belanjaan. Aktifitas fisik lainnya bisa berupa olah raga yaitu push up, lari ringan, bermain bola,
berenang, senam, bermain tenis, yoga, fitness, angkat beban/berat. Intinya olahraga itu tidak
harus mahal, bahkan banyak yang gratis bukan?
j.
Terakhir, anda perokok atau memiliki anggota keluarga yang merokok? Jika anda bukan
perokok, acungan jempol buat anda dan jangan pernah terpengaruh dengan yang namanya rokok.
Tapi jika anda perokok atau memiliki anggota keluarga yang merokok, itu hak anda, namun kami
anjurkan untuk berpikir bahaya merokok dan berusaha berhenti untuk merokok. Biar adil, bagi
perokok, jangan merokok di dalah rumah atau ketika berada bersama orang lain yang bukan
perokok, mereka juga berhak dapat udara segar bukan?
Sumber : www.dinkes.jogjaprov.go.id
MDGS
Tujuan Pembangunan Milenium
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia.
Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau
dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Daftar isi
1 Tujuan
o
3 Kontroversi
4 Lihat pula
5 Referensi
6 Pranala luar
Tujuan
Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000 menyetujui agar semua
negara:
Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam
pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan untuk
semua tingkatan pada tahun 2015.
Target untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga tingkat kematian anakanak usia di bawah 5 tahun.
Target untuk 2015 adalah Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam
proses melahirkan.
Kontroversi
Upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Tujuan Pembangunan Milenium pada tahun 2015
akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus menanggung beban pembayaran
utang yang sangat besar. Program-program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan,
kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan
biaya yang cukup besar. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen
Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan terjadi pada
tahun 2009-2015 dengan jumlah berkisar dari Rp97,7 triliun (2009) hingga Rp81,54 triliun
(2015) rentang waktu yang sama untuk pencapaian MDGs. Jumlah pembayaran utang Indonesia,
baru menurun drastis (2016) menjadi Rp66,70 triliun. tanpa upaya negosiasi pengurangan jumlah
pembayaran utang Luar Negeri, Indonesia akan gagal mencapai tujuan MDGs.
Menurut Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Don
K Marut Pemerintah Indonesia perlu menggalang solidaritas negara-negara Selatan untuk
mendesak negara-negara Utara meningkatkan bantuan pembangunan bukan utang, tanpa syarat
dan berkualitas minimal 0,7 persen dan menolak ODA (official development assistance) yang
tidak bermanfaat untuk Indonesia [5]. Menanggapi pendapat tentang kemungkinan Indonesia
gagal mencapai tujuan MDGs apabila beban mengatasi kemiskinan dan mencapai tujuan
pencapaian MDG pada tahun 2015 serta beban pembayaran utang diambil dari APBN pada tahun
2009-2015, Sekretaris Utama Menneg PPN/Kepala Bappenas Syahrial Loetan berpendapat
apabila bisa dibuktikan MDGs tidak tercapai di 2015, sebagian utang bisa dikonversi untuk bantu
itu. Pada tahun 2010 hingga 2012 pemerintah dapat mengajukan renegosiasi utang. Beberapa
negara maju telah berjanji dalam konsesus pembiayaan (monetary consensus) untuk memberikan
bantuan. Hasil kesepakatan yang didapat adalah untuk negara maju menyisihkan sekitar 0,7
persen dari GDP mereka untuk membantu negara miskin atau negara yang pencapaiannya masih
di bawah. Namun konsensus ini belum dipenuhi banyak negara, hanya sekitar 5-6 negara yang
memenuhi sebagian besar ada di Skandinavia atau Belanda yang sudah sampai 0,7 persen. [6]
Menkes Luncurkan Vaksin Pentavalen dan Progran Imunisasi Lanjutan bagi Batita
Karawang - Kini, anak-anak Indonesia akan lebih terlindungi dari ancaman penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), dengan ditambahkannya vaksin Haemophilus
influenzae type b (Hib) yang diberikan bersamaan dengan vaksin DPT dan Hepatitis B. Vaksin
pengembangan vaksin tetravalen (DPT-HB) kombinasi buatan Indonesia ini disebut Pentavalen,
karena merupakan gabungan dari 5 antigen, yaitu DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus), Hepatitis
B, serta HiB. Kini, kelima antigen tersebut diberikan dalam satu suntikan sehingga menjadi lebih
efisien, tidak menambah jumlah suntikan pada anak sehingga memberikan kenyamanan bagi
bayi yang mendapat imunisasi beserta ibunya.
Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, pada Pencanangan
Vaksin Kombinasi Pentavalen di Desa Karang Pawitan, Kab. Karawang, Kamis pagi (22/8).
Pada kesempatan tersebut, Menkes menyerahkan secara simbolis vaksin pentavalen kepada
Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, didampingi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat, dr. Hj. Alma Lucyati, M.Kes, MSi, MH.Kes, serta disaksikan oleh Bupati Karawang, Drs.
H. Ade Swara, M.
Program penguatan kekebalan dengan imunisasi pentavalen dan program imunisasi lanjutan
akan dimulai tahun ini di 4 Provinsi, yaitu Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali dan
Nusa Tenggara Barat. Untuk selanjutnya, pelaksanaan program serupa di Provinsi lainnya di
seluruh Indonesia akan dimulai pada tahun 2014. Saat itu juga, Menkes mencanangkan
Imunisasi Lanjutan pada Anak Batita (bawah tiga tahun). Imunisasi lanjutan ini diberikan pada
semua anak usia 1,5 dan 2 tahun, guna meningkatkan kekebalan terhadap campak, difteri,
pertusis, tetanus, hepatitis B dan Hib.
Vaksinasi penting bagi kesehatan masyarakat. Program imunisasi merupakan salah satu
prioritas dalam pembangunan kesehatan karena dapat mencegah kesakitan, kematian dan
kecacatan, ungkap Menkes
Vaksin Haemophilus influenza tipe B (Hib) berisi suatu antigen yang dapat mencegah penyakit
radang otak dan radang paru. Kedua penyakit ini merupakan penyebab 17,2% kematian pada
bayi.
Vaksin Hib akan diintegrasikan pada vaksin DPT-HB yang telah lebih dulu dikenal masyarakat.
Seperti kita ketahui sebelumnya, vaksin hepatitis B (HB) bermanfaat untuk mencegah terjadinya
kerusakan hati (kanker hati). Sementara vaksin DPT terdiri dari 3 antigen yang dapat melindungi
bayi/balita dari penyakit difteri, pertussis (batuk rejan) dan tetanus. Sebelum vaksin difteri
ditemukan, racun yang dikeluarkan oleh bakteri penyebab penyakit difteri dapat memicu
terjadinya gagal jantung.
Dengan digunakannya vaksin pentavalen (DPT-HB-Hib) bersama vaksin campak, polio dan
BCG, maka program imunisasi yang semula diarahkan pada pencegahan 7 penyakit menular
(Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Tuberculosis pada bayi, Polio dan Campak) bertambah
menjadi 8 penyakit menular melalui penambahan antigen Haemophilus influenzae type b untuk
mencegah Pneumonia dan Meningitis pada anak.
Dalam program imunisasi dasar lengkap (IDL) bayi yang baru lahir hingga berusia 7 hari
langsung mendapatkan imunisasi Hepatitis B. Lalu, saat berusia 1 bulan, bayi memerlukan
imunisasi polio dan BCG. Vaksin polio mencegah lumpuh layu sementara vaksin BCG
mencegah tuberkulosis. Kemudian berturut-turut pada usia 2, 3, dan 4 bulan, bayi mendapatkan
lagi vaksin polio bersamaan dengan pemberian vaksin Pentavalen. Ketika bayi memasuki usia 9
bulan, imunisasi campak perlu diberikan. Antara usia 0 hari hingga genap 1 tahun, bayi
setidaknya dibawa sebanyak 5 kali ke fasilitas kesehatan untuk melengkapi imunisasinya.
Imunisasi tidak hanya memberikan kekebalan perorangan terhadap penyakit, melainkan juga
membentuk kekebalan masyarakat. Pemberian imunisasi Polio misalnya, apabila terdapat satu
saja anak yang tidak diimunisasi dan terinfeksi virus tersebut, maka ia berotensi besar untuk
menularkan penyakit pada anak-anak lain yang belum memiliki kekebalan karena tidak
diimunisasi. Karena itu, jika semua anak sudah mendapatkan imunisasi, maka tidak ada seorang
anak pun yang akan menderita lumpuh layu karena terserang virus Polio.
Program Imunisasi di Indonesia telah mencapai sukses ditandai dengan: (1) hilangnya penyakit
cacar yang mematikan sejak tahun 1974, (2) tidak ditemukan lagi penderita Polio sejak tahun
2006; dan (3) Tetanus pada ibu dan bayi baru lahir sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia Bagian Barat dan Tengah. Pada tahun 2012, cakupan Imunisasi dasar
lengkap pada bayi di Indonesia mencapai 86,8%. Dengan demikian, sudah lebih dari 4 juta bayi
di Indonesia telah mendapatkan imunisasi lengkap pada tahun tersebut. Angka ini melampaui
target yang telah ditetapkan, yakni sebesar 85%.
Imunisasi adalah kebutuhan dunia. Badan dunia seperti World Health Organization (WHO) dan
United Nations Chilrens Fund (UNICEF) mengerahkan sumber daya dan melakukan berbagai
kegiatan untuk mendukung program imunisasi di seluruh dunia. Imunisasi merupakan isu
kesehatan penting yang bahkan menggugah berbagai organisasi tingkat dunia untuk bergabung
dalam sebuah kemitraan, salah satunya GAVI Alliance. Aliansi ini menyediakan sumber daya
yang diperlukan negara-negara untuk memastikan agar anak-anak terhindar dari penyakit serta
kematian serta tumbuh sehat hingga usia dewasa.
Menkes mengharapkan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota di seluruh Indonesia bersama
jajaran serta segenap masyarakat untuk melakukan upaya-upaya mendukung imunisasi demi
melindungi seluruh anak Indonesia dari ancaman penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.
**Berita ini disiarkan oleh Subbagian Hubungan Masyarakat Ditjen Bina Upaya Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon
021-5277734 atau alamat e-mail : humasbuk@kemkes.go.id
Pada 5 September 2014 WHO menyampaikan hasil pertemuan para pakar dan menjelaskan 3
perkembangan terbaru obat dan vaksin Ebola :
1. Prioritas utama adalah kemungkinan pengobatan dengan darah lengkap (whole blood) atau
serum darah dari pasien yang sembuh
2. Dua calon vaksin Ebola berdasar pada :
- vesicular stomatitis virus (VSV-EBO)
- chimpanzee adenovirus (ChAd-EBO).
Bila terbukti aman, maka akan tersedia November 2014 ini
3. Jenis obat lain adalah :
- antibodi monoklonal
- obat berbasis RNA
- molekul antiviral kecil
- obat lain yangg kini sudah digunakan untuk penyakit lain.
Prof dr Tjandra Yoga Aditama
SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Jenis/Macam Vaksin Imunisasi Untuk Anak - Informasi
Imunisasi Lengkap Wajib Penangkal Penyakit
B. Jenis / Macam Imunisasi Vaksin Yang Dianjurkan Pada Anak (Tidak Wajib) :
1. MMR
- Perlindungan Penyakit : Campak, gondongan dan campak Jerman
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 1 tahun 3 bulan
II. Umur / usia 4-6 tahun
2. Hepatitis A
- Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati)
- Penyebab : Virus hepatitis A
- Waktu Pemberian :
I. Tergantung situasi dan kondisi I
II. Tergantung situasi dan kondisi II
3. Typhoid & parathypoid
- Perlindungan Penyakit : Demam Typhoid
- Penyebab : Bakteri Salmonela thypi
- Waktu Pemberian :
I. Tergantung situasi dan kondisi
4. Varisella (Cacar Air)
- Perlindungan Penyakit : Cacar Air
- Penyebab : Virus varicella-zoster
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 10 s/d 12 tahun 1 kali dan di atas 13 tahun 2 kali dengan selang
waktu 4 s/d 8 minggu.
Tambahan :
Sebaiknya berikan imunisasi yang wajib-wajib saja karena tidak jelas apakah ada
efek negatif jangka panjang dari pemberian imunisasi ke anak-anak atau tidak.
1877 Louis Pasteur membuat suatu vaksin, menggunakan kuman hidup yang telah dilemahkan.
Vaksin ini dimaksudkan untuk vaksinasi cowpok dan smallpox. Pada tahun 1881 mulai dibuat
vaksin anthrax, menyusul pembuatan vaksin rabies tahun 1885.
Terkait dengan penyimpanan vaksin, aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin
harus didinginkan pada temperature 2-8 C dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT, Hib,
Hepatitis B dan Hepatitis A) akan tidak aktif bila beku. Vaksin yang disimpan dan diangkut
secara tidak benar akan kehilangan potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur)
informasi produk harus disertakan.
Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan
biologis yang rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan. Pada setiap tahapan rantai
dingin maka transportasi vaksin dilakukan pada temperature 0C sampai 8C. Vaksin polio boleh
mencair dan membeku tanpa membahayakan potensi vaksin. Vaksin DPT, DT, dT, hepatitis-B
dan Hib akan rusak bila membeku pada temperature 0 (vaksin hepatitis-B akan membeku
sekitar -0,5C).
Menurut Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi, Depkes RI, 1992, sarana penyimpanan
vaksin di setiap tingkat administrasi berbeda. Di tingkat pusat, sarana penyimpan vaksin adalah
kamar dingin/cold room. Ruangan ini seluruh dindingnya diisolasi untuk menghindarkan panas
masuk ke dalam ruangan. Ada 2 kamar dingin yaitu dengan suhu +2o C sampai +8o C dan suhu
-20o C sampai -25o C. Sarana ini dilengkapi dengan generator cadangan untuk mengatasi
putusnya aliran listrik. Di tingkat provinsi vaksin disimpan pada kamar dingin dengan suhu -20o
C sampai -25o C, di tingkat kabupaten sarana penyimpanan vaksin menggunakan lemari es dan
freezer.
Dasar yang menjadi pertimbangan dalam memilih cold chain antara lain meliputi jumlah sasaran,
volume vaksin yang akan dimuat, sumber energi yang ada, sifat, fungsi serta stabilitas suhu
sarana penyimpanan, suku cadang dan anjuran WHO atau hasil penelitian atau uji coba yang
pernah dilakukan. Sarana cold chain di tingkat Puskesmas merupakan sarana penyimpanan
vaksin terakhir sebelum mencapai sasaran. Tingginya frekuensi pengeluaran dan pengambilan
vaksin dapat menyebabkan potensi vaksin cepat menurun.
menyala bila suhu di dalamnya melampaui suhu yang ditetapkan. Untuk memantau suhu lemari
es selain menggunakan termometer yang terletak pada dinding luar lemari es juga menggunakan
termometer yang diletakkan dalam lemari es.Sementara standar WHO (Users handbook for
vaccine, 2002), menjelaskan detail susunan vaksin dalam lemari es sebagaimana pada gambar
disamping :
Agar vaksin tetap mempunyai potensi yang baik sewaktu diberikan kepada sasaran maka vaksin
harus disimpan pada suhu tertentu dengan lama penyimpanan yang telah ditentukan di masingmasing tingkatan administrasi. Untuk menjaga rantai dingin vaksin yang disimpan pada lemari es
di Puskesmas, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengaturan dan penataan vaksin di dalam lemari es
2. Pengontrolan suhu lemari es dengan penempatan termometer di dalam lemari di tempat
yang benar dan pencatatan suhu pada kartu suhu atau grafik suhu sebanyak dua kali
sehari pada pagi dan siang hari
3. Pencatatan data vaksin di buku catatan vaksin meliputi tanggal diterima atau dikeluarkan,
nomor batch, tanggal kadaluarsa, jumlah diterima atau dikeluarkan dan jumlah sisa yang
ada.
Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena menyangkut potensi dan daya antigennya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penyimpanan vaksin adalah antara lain suhu, sinar matahari
dan kelembaban. Sedangkan standard waktu penyimpanan vaksin disetiap tingkatan, menurut
users handbook for vaccine cold room or freezer room, WHO ( 2002), sebagaimana gambar
berikut :
Pada awalnya vaksin yang berasal dari virus hidup seperti polio dan campak, harus disimpan
pada suhu di bawah 0oC. Namun berdasarkan penelitian berikutnya, ternyata hanya vaksin polio
yang masih memerlukan suhu dibawah 0oC. Sementara vaksin campak dapat disimpan di
refrigerator pada suhu 2oC-8oC. Sedangkan vaksin lainnya harus disimpan pada suhu 2oC-8oC.
Sesuai Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas, Depkes RI, 2005, vaksin hepatitis B,
DPT, TT, dan DT tidak boleh terpapar pada suhu beku karena vaksin akan rusak akibat
meningkatnya konsentrasi zat pengawet yang merusak antigen. Sementara terkait penyimpanan
vaksin, susunannya harus diperhatikan. Karena suhu dingin dari lemari es/freezer diterima vaksin
secara konduksi, maka ketentuan jarak antar kemasan vaksin harus dipenuhi. Demikian pula
letak vaksin menurut jenis antigennya mempunyai urutan tertentu untuk menghindari penurunan
potensi vaksin yang terlalu cepat.
Pada pelaksanaan program imunisasi, salah satu kebijakan yang dipersyaratkan adalah tetap
membuka vial atau ampul baru meskipun sasaran sedikit. Jika pada awalnya indeks pemakaian
vaksin menjadi sangat kecil dibandingkan dengan jumlah dosis per vial/ampul, namun tingkat
efisiensi dari pemakaian vaksin ini harus semakin tinggi. Sementara menurut WHO, prinsip yang
dipakai dalam mengambil vaksin untuk pelayanan imunisasi, adalah, Earliest Expired First Out
(EEFO) (dikeluarkan berdasarkan tanggal kadaluarsa yang lebih dulu). Dengan adanya Vaccine
Vial Monitor (VVM) ketentuan EEFO tersebut menjadi pertimbangan kedua. Vaccine Vial
Monitor sangat membantu petugas dalam manajemen vaksin secara cepat dengan melihat
perubahan warna pada indikator yang ada.
Jenis dan Macam Vaksin
OPINI | 22 August 2012 | 13:38
Dibaca: 13091
Komentar: 1
Kita akan mencoba membahas jenis dan macam vaksin yang tersedia saat ini, dan pada akhir
karangan ini, diharapkan pembaca sudah mempunyai gambaran jelas dan ringkas tentang jenis
dan macam vaksin dan keperluan/indikasi pemakaiannya.
Kita bisa membagi jenis vaksin yang ada berdasarkan hal hal berikut :
1. Pembedaan jenis vaksin dari antigen yang dipergunakan untuk merangsang sistim
imunologi/daya pertahanan tubuh membuat zat antobody.
2. Pembedaan vaksin atas dasar cara membuat vaksin tersebut, sehingga kita mengenal
adanya vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated vaccine) dan vaksin mati (killed
Vaccine/ inactivated vaccine).
Juga kita dikenalkan dengan adanya vaksin Monovalent dan vaksin Polivalent
3. Pembedaan vaksin untuk imunisasi bayi anak, dan vaksin untuk imunisasi orang dewasa
dan orang berusia lanjut
4. Pembedaan vaksin berdasarkan tujuan pemakaiannya, misalnya ada vaksin wisatawan, bagi
wisatawan yang akan berkunjung ke suatu daerah dengan endemik penyakit infeksi tertentu,
vaksin wanita hamil untuk mencegah keguguran janin (abortus) dan mencegah janin lahir
dengan cacat fisk bawaan (anomali congenital)
5. Vaksin masa depan : misalnya vaksin utuk malaria, vaksin untuk demam berdarah dengue,
vaksin untuk tumor otak Glioblastoma, vaksin untuk kanker Prostate, vaksin untuk diabetes dll
Pembahasan :
1. Pembedaan jenis vaksin dari antigen yang dipergunakan untuk merangsang sistim
imunologi/daya pertahanan tubuh membuat zat antobody.
Antigen adalah (bagian dari) bakteri atau (bagian dari) virus yang dipergunakan sebagai zat aktif
yang dikandung didalam vaksin, dan antigen ini bertujuan untuk merangsang sistim imunologi
tubuh atau sistim pertahanan tubuh, untuk membuat zat antibody yang diperlukan untuk
melawan dan membasmi bibit penyakit yang invasi masuk dalam tubuh kita.
Antigen ini diambil dari (sebagian atau seluruh) bakteri atau virus penyebab penyakit, antigen
bibit penyakit ini, yang sebelumnya telah diolah sedemikan rupa, sehingga tidak akan
menimbulkan penyakit lagi, bila disuntikkan kembali ke dalam tubuh kita, namun akan
merangsang sistim imunologi tubuh untuk memberi reaksi dan membuat zat antibody yang
diperlukan untuk melawan dan mematikan bibit penyakit yang sama bila invasi masuk dalam
tubuh kita sehingga kita terhindar dari penyakit dan kita menjadi kebal / imun terhadap penyakit
tersebut.
Karena antigen yang diambil itu bisa berasal dari kuman atau juga dari virus penyebab penyakit,
maka kita akan mendapatkan jenis vaksin :
- Vaksin Bakteri yang berasal dari antigen bakteri dan
- Vaksin Virus yang berasal dari antigen virus
2. Cara Pengolahan Antigen Bakteri dan Virus Untuk Pembuataan Vaksin
Seperti diawal tadi sudah disinggung bahwa antigen penyakit ini sudah tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan penyakit lagi, ini karena semua antigen sebelum dipergunakan dalam
pembuatan vaksin, telah diolah sedemikian rupa, sehingga sifat keganasanya melemah atau
hilang, dan aman untuk dijadikan bahan vaksin.
Bagaimana cara orang mengolah antigen bibit penyakit agar supaya aman untuk dipergunakan
dalam vaksin ?
Ini bisa dengan cara mematikan bibit penyakit tersebut dengan cara
pemanasan/heating, dengan cara penyinaran/radiasi, dengan zat
kimia/chemical substant misalnya fenol, alkohol dan lain-lain, proses ini
disebut Inaktivasi / inactivation, artinya vaksin ini mngandung antigen
bakteri atau virus yang telah di MATIKAN , sehingga tidak bisa menularkan
penyakit yang sama lagi bila dipakai sebagai vaksin. Ini yang dikenal sebagai
VAKSIN MATI (Killed Vaccine / Inactivated Vaccine)
Atau bisa juga dengan cara mengembang biakkan bakteri atau virus
tersebut kedalam medium tertentu yang mirip dengan medium habitat bibit
penyakit tersebut, dan pengembangbiakan ini diteruskan hingga mencapai
tahapan dimana sifat asli bibit penyakit yaitu sifat keganasan hilang,
namun secara genetik tetap akan dikenali oleh sistim imunologi tubuh kita
sebagai bibit penyebab penyakit tertentu dan akan merangsang tubuh
membuat zat antibody untuk bibit penyait tersebut. Ini yang dikenal sebagai
VAKSIN HIDUP yang Dilemahkan (Lived Attenuated Vaccine)
Apa perbedaan antara vaksin hidup yang dilemahkan dan vaksin mati ?
Kita bisa membedakan antara vaksin mati dan vaksin hidup yang dilemahkan dengan melihat
kelebihan dan kekurangan antara kedua jenis vaksin ini.
Kelebihan dan Kelemahan Vaksin Mati :
Kelebihannya :
Keuntungan vaksin mati adalah bisa dipergunakan untuk semua orang, termasuk untuk wanita
hamil, mereka yang mengalami kelainan sistim imunologi/sistim pertahanan tubuh, misalnya
penderita penyakit HIV AIDs, orang yang dicangkok organ tubuh, pasien ginjal yang
melakukan dialisis (cuci) darah, atau pasien yang mendapat pengobatan kortiosteroid.
Karena hanya mengandung bakteri atau virus mati, tidak ada lagi kemungkinan mutasi genetik
dari bibit penyakit kembali menjadi ganas, sehingga aman bagi pemakai vaksin tersebut.
Cara menyimpan vaksin mati ini juga lebih mudah daripada vaksin hidup, cukup disimpan dalam
suhu 2 - 8 derajat Celsius.
Kelemahannya :
Kelemahannya adalah karena bakteri atau virus penyebab penyakitnya telah dimatikan, maka
reaksi perangsangan terhadap sistim imunologi tubuh lebih lemah, sehingga untuk mendapatkan
hasil proteksi yang optimal, dan berlangsung lama, diperlukan pengulangan vaksinasi, yang
disebut dosis booster / dosis penguat ulangan.
Catatan: dalam penelitian vaksin, ditemukan bahwa vaksin mati lebih baik dipakai untuk
mencegah penyakit infeksi karena bakteri daripada penyakit infeksi karena virus
Contoh Vaksin Mati (Killed Vaccines / Inactivated Vaccines) :
Vaksin Polio Inactivated (IPV)
Vaksin DPT
Vaksin Hepatitis A dan B
Vaksin Pneumonia
Vaksin Meningitis
Vaaksin Hib dan Vaksin Influenza
Vaksin Human Papiloma Virus
Vaksin Demam Typhoid
Kelebihan dan Kelemahan Vaksin Hidup yang Dilemahkan :
Kelebihanannya :
Karena mengandung bibit penyakit hidup yang dilemahkan, sehingga menimbulkan reaksi
rangsangan yang sangat kuat terhadap sistim imunologi tubuh kita untuk memproduksi zat
antibody, dan reaksi ini bertahan cukup lama bahkan seumur hidup, sehingga kita tidak
memerlukan mengulang vaksinasi atau dosis booster.
Kelemhannya:
Kelemahanya adalah karena ini mengandung bakteri yang hidup meski telah dilemahkan,
sehingga vaksin jenis ini tidak boleh diberikan untuk wanita hamil, mereka yang mengalami
kelainan sistim imunologi /sistim pertahanan tubuh, misalnya penderita penyakit HIV AIDs,
orang yang dicangkok organ tubuh, pasien ginjal yang melakukan dialisis (cuci) darah dan
penderita yang diobati dengan kortikosteroid.
Karena bibit penyakit masih hidup meskipun telah dilemahkan, masih ada kemungkinan terjadi
mutasi genetik, dimana bibit penyakit menjadi ganas kembali, sehinggga menimbulkan penyakit
bagi penerima vaksin tersebut.
Juga dikatakan bahwa kemungkinan efek samping lebih banyak ditemukan dengan vaksin hidup
yang dilemahkan daripada dengan vaksin mati
Karena mengandung bibit penyakit yang masih hidup, maka dalam penyimpanan vaksin ini
diperlukan suhu rendah untuk menyimpannya, biasanya adalah suhu minus 20 derajat Celsius.
Catatan : dalam penelitian vaksin, ditemukan bahwa vaksin hidup lebih baik dipakai untuk
mencegah penyakit infeksi karena virus daripada penyakit infeksi karena bakteri
Contoh vaksin hidup yang dilemahkan (Live Attenauted Vaccines) :
Vaksin MMR
Vaksin Oral Polio (OPV)
Vaksin Varicella
Vaksin Yellow Fever / Demam Kuning
Vaksin Rotavirus
Jumlah Antigen dalam Satu Sediaan Vaksin :
Vaksin Monovalent dan Vaksin Polyvalent
Dalam perkembangan teknologi pembuatan vaksin, telah terjadi suatu lompatan besar dalam
sediaan vaksin, yaitu adanya vaksin kombinasi yang terdiri beberapa jenis antigen vaksin dalam
satu sediaan, sehingga vaksinasi sekarang menjadi lebih sederhana dan ringkas, yaitu sekali
suntikan akan memberikan beberapa jenis vaksin sekaligus, dengan demikian juga memberikan
proteksi terhadap beberapa penyakit sekali suntik saja, ini akan mengurangi sangat bermakna
jumlah suntikan yang harus diberikan untuk bayi dan anak.
Saat ini kita masih mengenal adanya Vaksin Monovalent yang artinya dalam sediaan vaksin
hanya mengandung satu jenis antigen saja, misalnya vaksin Hepatitis A, vaksin Hepatitis B,
vaksin Rabies, vaksin Polio inactivated, vaksin influenza, semua contoh vaksin tadi yang dalam
satu sediaan vaksin hanya mengandung satu jenis antigen, sehingga bertujuan mencegah hanya
satu jenis penyakit saja.
Vaksin Monovalent ini adalah sedia vaksin yang pertama kali dibuat oleh pabrik vaksin karena
keterbatasan teknologi saat itu, juga karena indikasi pemakaiannya, sehingga vaksin monovalent
tetap diperlukan.
Kemudian kita juga dikenalkan dengan Vaksin Polyvalent atau lebih populer dikenal Vaksin
Kombinasi. Dalam satu sediaan vaksin polyvalent atau vaksin kombinasi terdapat lebih dari 2
jenis antigen bakteri atau virus yang dipergunakan untuk merangsang sistim imunologi tubuh
untuk membuat zat antibody.
Saat ini vaksin kombinasi yang kita kenal adalah:
Vaksin DTwP dan vaksin DTaP > Vaksin bakteri kombinasi untuk penyakit difteri, pertusis
dan tetanus (vaksin kombinasi trivallent)
Vaksin DTaP HepB Polio > Vaksin bakteri dan virus, kombinasi untuk penyakit DPT, hepatitis
B dan Polio (vaksin kombinasi pentavalent)
Vaksin DTaP Hib Polio > Vaksin bakteri dan virus, kombinasi untuk penyakit DPT,
Haemophilus Influenza dan Polio (vaksin kombinasi pentavalent)
Vaksin DPaT HepB Hib Polio > Vaksin bakteri dan virus, kombinasi untuk penyakit DPT,
Hib, Hepatitis B dan Polio (vaksin kombinasi hexavalent)
Vaksin DPaT Hib > Vaksin bakteri kombinasi untuk penyakit DPT dan Hib (vasin kombinasi
tetravalent)
Pemakaian Vaksin kombinasi dan vaksin monovalent dapat dilakukan berdasarkan usia bayi anak
atau untuk vaksinasi orang dewasa dan orang usia lanjut.
Keuntungan vaksin kombinasi atau vaksin polyvalent adalah :
- mengurangi jumlah suntikan yang harus diberikan sejak bayi baru lahir hingga remaja
- meningkatkan kepatuhan jadwal vaksinasi dan imunisasi bayi dan anak juga bagi orang
dewasa dan lanjut usia
- efisiensi dan ekonomis bagi orang tua dan juga bagi rumah sakit dan dokter vaksinator
- memudahkan transportasi,
penyimapanan /storage vaksin
rantai
dingin
(cold
chain
vaccine)
dan
ruang
3. Vaksin untuk bayi anak dan vaksin orang dewasa juga usia lanjut:
Sejak dahulu, orang selalu beranggapan bahwa vaksin dan vaksinasi adalah hanya monopoli
untuk bayi dan anak anak saja, baru belakangan ini, mulai dibicarakan dan dilakukan uji klinik
yang membuktikan bahwa orang dewasa juga orang berusia lanjut memerlukan imunisasi dan
vaksinasi guna melindungi dirinya terhadap penyakit infeksi yang sangat berbahaya bagi orang
dewasa dan orang berusia lanjut, terutama bagi mereka juga sudah menderita beberapa jenis
penyakit degeneratif seperti misalnya penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit
paru, penyakit diabetes, penyakit hati dan ginjal, penderita stroke dan lain lain, dimana
penyakit2 ini akan menjadi lebih serius dan memburuk jika juga terkena penyakit infeksi yang
sebetulnya bisa dicegah dengan diberikan vaksinasi sebelumnya untuk menagkal penyakit infeksi
demikian.
Vaksin untuk Orang Dewasa dan Usia Lanjut:
Saat ini telah dikenal beberapa jenis vaksin yang sangat dianjurkan untuk orang dewasa dan
orang berusia lanjut, sehingga bisa melindungi diri dan kesehatan mereka terhadap komplikasi
penyakit degeneratif yang sudah mereka derita sebelumnya seperti yang disebutkan diatas.
Vaksin Orang Dewasa dan Usia Lanjut adalah sebagai berikut :
1. Vaksin Hepatitis A dan Vaksin Hepatitis B (vaksin virus mati, monovalent)
2. Vaksin Demam Typhus (vaksin bakteri mati, monovalent)
3. Vaksin Varicella (vaksin virus hidup dilemahkan, monovalent)
4. Vaksin Influenza (vaksin virus mati, monovalent)
5. Vaksin Pneumonia (vaksin bakteri mati, monovalent)
Vaksin Bayi Anak :
1. Vaksin DPaT dan DTwP (vaksin bakteri mati, kombinasi trivalent)
2. DPaT Hib Polio (vaksin bakteri dan virus mati, kombinasi pentavalent)
3. Vaksin DPaT HepB Polio (vaksin bakteri dan virus mati, kombinasi pentavalent)
4. Vaksin DPaT HepB Hib Polio (vaksin bakteri dan virus mati, kombinasi hexavalent)
5. Vaksin DPaT Hib (vaksin bakteri mati, kombinasi tetravalent)
6. Vaksin Inactivated Polio (vaksin virus mati, monovalent)
7. Vaksin Polio Oral (vaksin virus hidup dilemahkan, monovalent)
8. Vaksin MMR (vaksin virus hidup dilemahkan, kombinasi trivalent)
9. Vaksin Influenza (vaksin virus mati, monovalent)
10. Vaksin pneumonia (vaksin bakteri mati, monovalent)
11. Vaksin Rabies (vaksin virus hidup dilemahkan, monoovalent)
12. Vaksin Varicella (vaksin virus hidup dilemahkan, monovalent)
13. Vaksin Human Papiloma Virus/HPV (vaksin virus mati, tetravalent)
14. Vaksin Rotavirus (vaksin virus hidup dilemahkan, monovalent)
15. Vaksin Hepatitis A dan Vaksin Hepatitis B (vaksin virus mati, monovalent)
Tujuan pemakaian vaksin kombinasi , antara lain adalah demi keamanan, efisiensi dan
kepatuhan jadwal program imunisasi
4. Pemakaian Vaksin Berdasarakn Tujuan/ Indikasi Pemakaiannya
Dari pembahasan yang lalu dalam website ini, kita juga telah menyinggung tentang vaksinasi
atau imunisasi untuk kepariwisataan (http://selukbelukvaksin.com/traveler-vaccine-vaksinuntuk-wisatawan/)
dan
untuk
Kelomok
Khusus,
misalnya
wanita
hamil
(http://selukbelukvaksin.com/vaksin-untuk-wanita-hamil-vaccines-for-pregnant-woman/).
Untuk mengetahui jenis vaksin tertentu dan jadwal pemberian vaksinasi atau imunisasi untuk
calon ibu dan wanit hamil, juga untuk wisatawan yang akan bepergian kesuatu negara atau
daerah dengan penyakit endemis tertentu, silahkan melihat ke website tersebut diatas.
5. Vaksin Masa Depan
Sejak Dr. Edward Jenner menjadi pioner dalam bidang riset vaksin pada abad ke 18, sampai
detik ini para ahli bidang kedokteran telah berhasil menemukan sebanyak 23 jenis vaksin yang
diperguakan untuk mencegah penyakit infeksi yang dimaksud, hasil dan sumbangsih vaksin
dalam bidang kesehatan umat manusia telah kita sendiri dan anak anak kita rasakan dan alami
manfaatnya, sehingga hidup umat manusia semakin hari semakin sehat, sehat jasmani dan
rohani, juga sejahtera sosial, kualitas sumber daya manusia yang semakin baik dan bermutu.
Namun masih banyak yang harus kita lakukan, karena masih banyak penyakit yang menjadi
beban bagi kesehatan umat manusia, sehingga pekerjaan untuk menemukan jawaban dan solusi
bagi masalah kesehatan ini tidak akan pernah berhenti. Banyak penyakit infeksi yang
sebelumnya telah mulai menghilang, atau sudah terkendali penyebarannya, namun karena
kondisi alam dan kebiasaan buruk manusia, penyakit lama itu timbul kembali dan menjadi
masalah kesehatan dizaman modern ini, misalnya penyakit TBC paru.
Untuk menjawab tantangan ini, para ilmuwan sedang melakukan penelitian untuk menemukan
obat baru juga vaksin baru untuk mengatsi penyakit penyakit tersebut.
Saat ini ada beberapa jenis vaksin yang sedang dalam proses penelitian dan pengembangan,
antara lain :
1. Vaksin HIV AIDs Sejak merebaknya kasus HIV AIDs beberapa decade yang lalu, hingga
sekarang vaksin anti virus HIV ini masih dalam tahap penelitian yang intensif, namun belum
juga berhasil menemukan vaksin yang benar benar memuaskan dan efektif untuk menangkal dan
mengobati infeksi virus HIV AIDs ini.
2. Vaksin Malaria, vaksin ini telah diteliti sejak beberapa puluh tahun yang lalu, dan saat ini
telah mulai memberikan harapan dan hasil hasil uji klinik yang menjanjikan
3. Vaksin demam berdarah dengue, vaksin ini juga telah diteliti sejak beberapa puluh tahun
yang lalu, saat ini uji klinik fase 3 sedang dilakukan secara intensif untuk membuktikan bahwa
vaksin ini aman untuk digunakan, dan efektif untuk menangkal infeksi virus demam berdarah
dengue yang banyak beredar dinegara subtropis dan tropis seperti Indonesia
4. Vaksin untuk penyakit non infeksi seperti vaksin untuk tumor otak (Glioblastoma), vaksin
utk penyakit Alzheimer (penyakit gangguan daya ingat orang tua), vaksin untuk penyakit
Atherosclerosis (penyakit kelainan pembuluh darah), vaksin untuk multiplesclerosis, vaksin
untuk pengobatan kecanduan zat nikotin, kecanduan obat /drugs abuse, vaksin untuk alergi,
vaksin kanker Prostate, vaksin utk diabetes dll
5. Vaksin untuk pengobatan penyakit (Vaccine for Treatmet)
Nanti kita akan mempunya vaksin yang dipergunakan untuk mengobati penyakit bukan hanya
untuk mencegah penyakit infeksi seperti yang kita kenal dan pergunakan saat ini.
TB MDR
Pendahuluan
Tuberkulosis (Tb) merupakan penyebab terbesar penyakit dan kematian di dunia
khususnya di Asia dan Afrika dan sejak tahun 2005 terdapat peningkatan yang
disebabkan oleh pertumbuhan populasi di India, Cina, Indonesia, Afrika Selatan dan
Nigeria. Menurut WHO prevalens kasus TB tahun 2006 ada 14,4 juta kasus dan
multidrug resistant Tb (MDR Tb) ada 0,5 juta kasus dengan Tb kasus baru MDR
23.353 kasus. Jumlah total kasus Tb baru MDR yang diobati tahun 2007 dan 2008
sekitar 50.000 kasus. Prevalens Tb di Indonesia tahun 2006 adalah 253/100.000
penduduk angka kematian 38/100.000 penduduk. Tb kasus baru didapatkan MDR Tb
2% dan Tb kasus yang telah diobati didapatkan MDR Tb 19%.
Timbulnya resistensi obat dalam terapi Tb khususnya MDR Tb merupakan masalah
besar kesehatan masyarakat di berbagai negara dan fenomena MDR menjadi salah
satu batu sandungan program pengendalian Tb. Pengobatan pasien MDR Tb lebih
sulit, mahal, banyak efek samping dan angka kesembuhannya relatif rendah.
Penyebaran resistensi obat di berbagai negara tidak diketahui dan tatalaksana
pasien
MDR
Tb
masih
tidak
adekuat.
Mekanisme
Multidrug resistant tuberculosis (MDR Tb) adalah Tb yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis (M. Tb) resisten in vitro terhadap isoniazid (H) dan
rifampisin (R) dengan atau tanpa resisten obat lainnya. Terdapat 2 jenis kasus
resistensi obat yaitu kasus baru dan kasus telah diobati sebelumnya. Kasus baru
resisten obat Tb yaitu terdapatnya galur M. Tb resisten pada pasien baru
didiagnosis Tb dan sebelumnya tidak pernah diobati obat antituberkulosis (OAT)
atau durasi terapi kurang 1 bulan. Pasien ini terinfeksi galur M. Tb yang telah
resisten obat disebut dengan resistensi primer. Kasus resisten OAT yang telah
diobati sebelumnya yaitu terdapatnya galur M. Tb resisten pada pasien selama
mendapatkan terapi Tb sedikitnya 1 bulan. Kasus ini awalnya terinfeksi galur M Tb
yang masih sensitif obat tetapi selama perjalanan terapi timbul resistensi obat atau
disebut
dengan
resistensi
sekunder
(acquired).
Secara mikrobiologi resistensi disebabkan oleh mutasi genetik dan hal ini membuat
obat tidak efektif melawan basil mutan. Mutasi terjadi spontan dan berdiri sendiri
menghasilkan resistensi OAT. Sewaktu terapi OAT diberikan galur M. Tb wild type
tidak terpajan. Diantara populasi M. Tb wild type ditemukan sebagian kecil mutasi
resisten OAT. Resisten lebih 1 OAT jarang disebabkan genetik dan biasanya
merupakan hasil penggunaan obat yang tidak adekuat. Sebelum penggunaan OAT
sebaiknya dipastikan M. Tb sensitif terhadap OAT yang akan diberikan. Sewaktu
penggunaan OAT sebelumnya individu telah terinfeksi dalam jumlah besar populasi
M.
Tb
berisi
organisms
resisten
obat.
Populasi galur M. Tb resisten mutan dalam jumlah kecil dapat dengan mudah
diobati. Terapi Tb yang tidak adekuat menyebabkan proliferasi dan meningkatkan
populasi galur resisten obat. Kemoterapi jangka pendek pasien resistensi obat
menyebabkan galur lebih resisten terhadap obat yang digunakan atau sebagai efek
penguat resistensi. Penularan galur resisten obat pada populasi juga merupakan
sumber kasus resistensi obat baru. Meningkatnya koinfeksi Tb HIV menyebabkan
progresi awal infeksi MDR Tb menjadi penyakit dan peningkatan penularan MDR Tb.
Banyak faktor penyebab MDR Tb. Beberapa analisis difokuskan pada
ketidakpatuhan pasien. Ketidakpatuhan lebih berhubungan dengan hambatan
pengobatan seperti kurangnya pelayanan diagnostik, obat, transportasi, logistik dan
biaya pengendalian program Tb. Survei global resistensi OAT mendapatkan
hubungan antara terjadinya MDR Tb dengan kegagalan program Tb nasional yang
sesuai petunjuk program Tb WHO. Terdapatnya MDR Tb dalam suatu komuniti akan
menyebar. Kasus tidak diobati dapat menginfeksi lebih selusin penduduk setiap
tahunnya dan akan terjadi epidemic khususnya di dalam suatu institusi tertutup
padat seperti penjara, barak militer dan rumah sakit. Penting sekali ditekankan
bahwa MDR Tb merupakan ancaman baru dan hal ini merupakan manmade
phenomenon.
Pengendalian sistematik dan efektif pengobatan Tb yang sensitive melalui DOTS
merupakan senjata terbaik untuk melawan berkembangnya resistensi obat.
Terdapat 5 sumber utama resisten obat Tb menurut kontribusi Spigots, yaitu :
1. Pengobatan tidak lengkap dan adekuat menyebabkan mutasi M. Tb resistensi
2. Lamanya pasien menderita infeksi disebabkan oleh keterlambatan diagnosis MDR
Tb dan hilangnya efektiviti terapi sehingga terjadi penularan galur resisten obat
terhadap
kontak
yang
masih
sensitif.
3. Pasien resisten obat Tb dengan kemoterapi jangka pendek memiliki angka
kesembuhan kecil dan hilangnya efek terapi epidemiologi penularan.
4. Pasien resisten obat Tb dengan kemoterapi jangka pendek akan mendapatkan
resistensi lanjut disebabkan ketidak hatihatian pemberian monoterapi (efek
penguat).
5. Koinfeksi HIV dapat memperpendek periode infeksi menjadi penyakit Tb dan
penyebab
pendeknya
masa
infeksi.
Diagnosis
Langkah awal mendiagnosis resisten obat Tb adalah mengenal pasien dalam risiko
dan mempercepat dilakukannya diagnosis laboratorium. Deteksi awal MDR Tb dan
memulai sejak awal terapi merupakan faktor penting untuk mencapai keberhasilan
terapi. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi sputum BTA, uji kultur M. Tb dan
resistensi obat. Kemungkinan resistensi obat Tb secara simultan dipertimbangkan
dengan pemeriksaan sputum BTA sewaktu menjalani paduan terapi awal. Kegagalan
terapi dapat dipertimbangkan sebagai kemungkinan resisten obat Tb sampai ada
hasil uji resistensi obat beberapa minggu kemudian yang menunjukkan terdapatnya
paduan terapi yang tidak adekuat. Identifikasi cepat pasien resistensi obat Tb
dilakukan terutama pasien memiliki risiko tinggi karena program pengendalian Tb
lebih sering menggunakan paduan terapi empiris, minimalisasi penularan, efek
samping OAT, memberikan terapi terbaik dan mencegah resistensi obat lanjut.
Prediksi seseorang dalam risiko untuk melakukan uji resistensi obat adalah langkah
awal deteksi resistensi obat. Prediktor terpenting resistensi obat adalah riwayat
terapi Tb sebelumnya, progresiviti klinis dan radiologi selama terapi Tb, berasal dari
daerah insidens tinggi resisten obat dan terpajan individu infeksi resisten obat Tb.
Setelah pasien dicurigai MDR Tb harus dilakukan pemeriksaan uji kultur M. Tb dan
resistensi obat. Laboratorium harus mengikuti protokol jaminan kualiti dan memiliki
akreditasi nasional / internasional. Khususnya 2 sampel dengan hasil yang berbeda
dari laboratorium dengan tingkat yang berbeda direkomendasikan untuk
diperiksakan pada laboratorium yang lebih balk. Penting sekali laboratorium
menekankan pemeriksaan uji resistensi obat yang cepat, adekuat, valid dan mudah
dicapai oleh pasien dan layanan kesehatan. Mewujudkan laboratorium seperti ini
disuatu daerah merupakan tantangan untuk program pengendalian Tb.
Kesimpulan
Tuberkulosis sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia dan
diperparah dengan timbulnya masalah baru berupa MDR Tb. Kebanyakan MDR Tb
terjadi karena kekurang patuhan dalam pengobatan Tb.Resistensi yang terjadi
dapat berupa resistensi primer dan resistensi sekunder. Deteksi awal MDR Tb dan
memulai terapi sedini mungkin merupakan faktor penting untuk tercapainya
keberhasilan
terapi.
Daftar
Pustaka
1. World Health Organization. Key point. WHO Report 2008 : Global Tuberculosis
Control 2008 surveillance, planning, financing. Geneva, Switzerland: WHO;2008.p.37.
2. World Health Organization. Profiles of high-burden countries. Country profile
Indonesia. WHO Report 2008 : Global Tuberculosis Control 2008 surveillance,
planning,
financing.
Geneva,
Switzerland:
WHO-,2008.p.
113-8.
3. World Health Organization. Guidelines for the programmatic management of
drug-resistant
tuberculosis.
Geneve,
Switzerland:
WHO;2006.p.1-8.
4. World Health Organization. Treatment of tuberculosis: guidelines for national
programmes,
3rd
ed.
Geneva,
Switzerland:
WHO-2003.p.39-47.
5. Crofton SJ, Chaulet P, Maher D. Guidelines for the management of drug-resistant
tuberculosis.
Geneva,
Switzerland:
WHO;1996.p.5-9.
6. Francis J. Curry National Tuberculosis Center, San Francisco Departement of Public
Health, University of California. Drug-Resistant Tuberculosis a Survival Guide for
Clinicians. Loeffler AM, Daley CL, Flood JM editors. California San francisco: CDC12004.p.1-14.
7. Iseman MD, Goble M. Multidrug-resistant tuberculosis. N Engl J Med. 1996;334268-9.
Popular
Tags
Popular Posts
TB Tulang
TUBERKULOSIS TULANG Tuberkulosis sebagai suatu penyakit sistemik yang
dapat menyerang berbagai organ termasuk tulang dan sedi. Lesi pa...
EBOLA
Penyakit virus ebola
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Wikipedia Indonesia tidak dapat bertanggung jawab dan tidak bisa
menjamin bahwa informasi kedokteran yang diberikan di halaman
ini adalah benar.
Mintalah pendapat dari tenaga medis yang profesional sebelum melakukan
pengobatan.
ICD-10
A98.4
ICD-9
065.8
DiseasesDB
18043
MedlinePlus
001339
eMedicine
med/626
MeSH
D019142
Penyakit virus ebola (EVD) atau demam berdarah Ebola (EHF) adalah penyakit pada
manusia yang disebabkan oleh virus Ebola. Gejalanya biasanya dimulai dua hari hingga tiga
minggu setelah terjangkit virus, dengan adanya demam, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan sakit
kepala. Biasanya diikuti dengan mual, muntah, dan diare, serta menurunnya fungsi liver dan
ginjal. Pada saat itu, beberapa orang mulai mengalami masalah pendarahan.[1]
Daftar isi
2 Pencegahan
3 Referensi
4 Pranala luar
Pencegahan
Pencegahannya meliputi upaya mengurangi penyebaran penyakit dari monyet dan babi yang
terinfeksi ke manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa hewan tersebut terhadap
infeksi, serta membunuh dan membuang hewan dengan benar jika ditemukan penyakit tersebut.
Memasak daging dengan benar dan mengenakan pakaian pelindung ketika mengolah daging juga
mungkin berguna, begitu juga dengan mengenakan pakaian pelindung dan mencuci tangan ketika
berada di sekitar orang yang menderita penyakit tersebut. Sampel cairan dan jaringan tubuh dari
penderita penyakit harus ditangani dengan sangat hati-hati.[1]
Belum ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, upaya untuk membantu orang yang terjangkit
meliputi pemberian terapi rehidrasi oral (air yang sedikit manis dan asin untuk diminum) atau
cairan intravena.[1] Penyakit ini memiliki tingkat kematian yang tinggi: seringkali menewaskan
antara 50% hingga 90% orang yang terinfeksi virus.[1][3] EVD pertama kali diidentifikasi di
Sudan dan Republik Demokratik Kongo. Penyakit ini biasanya mewabah di wilayah tropis
Afrika Sub-Sahara.[1] Sejak tahun 1976 (ketika pertama kali diidentifikasi) hingga 2013, kurang
dari 1.000 orang per tahun telah terinfeksi.[1][4] Wabah terbesar hingga saat ini adalah wabah
Ebola Afrika Barat 2014 yang sedang terjadi, dan melanda Guyana, Sierra Leone, Liberia dan
kemungkinan Nigeria.[5][6] Hingga bulan Agustus 2014, lebih dari 1600 kasus telah diidentifikasi.
[7]
Upaya sedang dilakukan untuk mengembangkan vaksin, namun belum membuahkan hasil.[1]
Pengertian posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan
program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti
halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan dengan
kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan untuk memberikan
kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat
memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama (Depkes RI, 1990).
Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat
kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu.
Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak
dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga
bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya
mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan
kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Depdagri, 1999).
Sasaran Revitalisasi Posyandu
Kegiatan revitalisasi posyandu pada dasarnya meliputi seluruh posyandu dengan perhatian
utamanya pada posyandu yang sudah tidak aktif/rendah stratanya (pratama dan madya) sesuai
kebutuhan, posyandu yang berada di daerah yang sebagian besar penduduknya tergolong miskin,
serta adanya dukungan materi dan non materi dari tokoh masyarakat setempat dalam menunjang
pelaksanaan kegiatan posyandu. Dukungan masyarakat sangat penting karena komitmen dan
dukungan mereka sangat menentukan keberhasilan dan kesinambungan kegiatan posyandu
(Depkes RI, 1999).
Kontribusi posyandu dalam meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita sangat besar, namun
sampai saat ini kualitas pelayanan posyandu masih perlu ditingkatkan. Keberadaan kader dan
sarana yang ada merupakan modal dalam keberlanjutan posyandu. Oleh karena itu keberadaan
posyandu harus terus ditingkatkan sehingga diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu posyandu
pratama, madya, purnama, dan mandiri.
Jenis posyandu
Untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian posyandu diperlukan intervensi sebagai berikut :
1. Posyandu pratama (warna merah)
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa
rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai gawat sehingga intervensinya
adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan
dasar lagi.
2. Posyandu madya (warna kuning)
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun
dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya
(KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian
posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Intervensi untuk posyandu madya ada 2
yaitu :
a. Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah dilengkapi dengan
metoda simulasi.
b. Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk menentukan masalah dan
mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi
dan kondisi setempat.
Lampung - Peran jajaran kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit sangat penting dalam
mengefektifkan pelayanan obstetri neonatal emerjensi dasar atau PONED di Puskesmas dan
pelayanan obstetri neonatal emerjensi komprehensif atau PONEK di Rumah Sakit. PONED dan
PONEK telah dilaksanakan sejak lebih dari satu dasa warsa yang lalu dan dimaksudkan untuk
memperbaiki pelayanan kesehatan ibu dan anak - khususnya untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu serta angka kematian bayi dan anak.
Pengembangan PONED dan PONEK merupakan bagian dari upaya pembangunan kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang setinggi-tingginya. Derajat
kesehatan dapat dinilai melalui berbagai indikator seperti usia harapan hidup, status gizi
masyarakat, angka kesakitan ibu, angka kematian bayi dan balita demikian sambutan Kepala Sub
Direktorat Kesehatan Dasar Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, dr. H. KM. Taufiq, MMR,
dalam acara pertemuan Peningkatan Kemampuan Kolaborasi PONED PONEK dalam rangka
Implementasi JKN di Propinsi Lampung tahun 2013 oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Dasar 10 s/d 12 Desember 2013 di Randu Bandar Lampung, acara dihadiri oleh :
peserta pusat, Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, seluruh Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
Propinsi Lampung, Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Direktur RSUD di Propinsi Lampung.
Pertemuan ini merupakan pertemuan yang berupaya menurunkan AKI dan AKB dalam mencapai
target MDGs dan implementasi kegiatan Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN), dengan tujuan
dapat menurunkan AKI dan AKB diperlukan perbaikan kualitas pelayanan PONED dan PONEK
di Fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, dan program tersebut sejalan dengan
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional tahun 2014 serta adanya sinkronisasi antara
pemerintah pusat dan daerah
Percepatan pencapaian MDGs 4 dan 5 terutama angka kematian ibu dan bayi yang merupakan
komitmen global melalui upaya promotif dan preventif dan kuratif, salah satu diantaranya yaitu
penguatan kolaborasi PONED dan PONEK dalam suatu sistem pembinaan dan rujukan, tanpa
mengesampingkan upaya lai yang telah ada termasuk kesetaraan gender, kesehatan reproduksi
dan KB serta ANC dan persalinan di faskes.
JKN akan segera dilaksanakan 1 Januari 2014, diperlukan komitmen semua pihak Pemerintah
dan Pemerintah Daerah dalam mempersiapkan pelaksanaannya sebaik mungkin.
Beberapa fokus yang harus diperhatikan antara lain : Penyiapan fasilitas pelayanan kesehatan
baik primer maupun lanjutan dari segi input maupun proses pelayanan, serta kompetensi
pemberi pelayanan, Penyiapan peraturan mengenai sistem rujukan dan regionalisasi sistem
rujukan, Memaksimalkan cakupan peserta Badan Penyelenggara Jaminanan Sosial (BPJS)
Kesehatan yang terintegrasi anatara peserta Jamkesda dan Jamkes lainnya, kendala yang biasa
dialami saat integrasi antara lain besaran iuran yang berbeda serta paket manfaat yang berbeda
sehingga harus bisa dikoordinasikan dengan pemberi pelayanan dan peserta BPJS, Penambahan
iuran oleh Pemda bagi peserta penerima jaminan kesehatan yang berstatus PNS dari 2% menjadi
3%, permasalahan saat ini banyak Dinas Kesehatan / Pemda yang menunggak klaim ke PT
ASKES, Pemanfaatan penerimaan biaya kapitasi dari BPJS ke Puskesmas, Pembinaan dan
pengawasan pelaksanaan JKN oleh Dinas Kesehatan. Hasil dari pertemuan ini diharapkan Dinas
Kesehatan mau berkomitmen untuk mendukung pelaksanaan JKN 2014 serta turut membina dan
mengawasi pelaksanaannya di daerah.
**Berita ini disiarkan oleh Bagian Hukormas, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat
menghubungi melalui nomor telepon : 021-5277734 atau alamat e-mail : humas.buk@gmail.com