You are on page 1of 3

MOBILITAS (PERGERAKAN)

A. Definisi
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, dan teratur,
mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian. (Barbara
Kozier, 1983).
Immobilisasi adalah kedaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi
yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera
otak berat disertai fraktur pada ekstremitas. (A. Aziz, 2006).
B. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi menurut Barbara Kozier, 1995:
1. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian
halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan
mobilisasi dengan cara yang sehat. Misalnya seorang ABRI akan berjalan dengan gaya yang
berbeda dengan seorang petani.
2. Proses dari suatu penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang didrita seseorang akan memepengaruhi mobilitasnya, misalnya
seseorang yang patah tulang akan kesulitan untuk melakukan mobilisasi secara bebas. Demikian
pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri, mereka akan cenderung bergerak
lebih lamban.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktivitas, misalnya seorang
anak desa dengan anak kota. Anak desa biasa bepergian dengan berjalan kaki, berbeda dengan
anak kota yang bepergian menggunakan mobil. Sehingga mobiltasnya sangat berbeda.
4. Tingkat energi
Setiap orang dalam melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi, orang yang sedang sakit
akan berbeda mobilitasnya dengan orang yang sehat.
5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat mobilitasnya dengan dewasa. Anak yang sering sakit juga
mobiltasnya akan berbeda dengan anak yang sehat.
C. Tujuan Mobilisasi
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia.
2. Mencegah terjadinya trauma.
3. Mempertahankan tingkat kesehatan.
4. Memertahankan tingkat kesehatan.
5. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari.
6. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
D. Klasifikasi
Klasifikasi mobilisasi dan immobilisasi menurut A. Aziz 2006:
1. Klasifikasi mobilisasi
Mobilisasi penuh.
Mobilisasi sebagian : keterbatasan gerak karena gangguan syaraf motorik dan otonom.
Mobilisasi sebagian temporer : keterbatasan gerak dengan batasan sementara.
Mobilisasi sebagian permanen : keterbatasan gerak dengan batasan menetap.
2. Klasifikasi immobilisasi
Immobilisasi fisik : kondisi dimana seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang itu itu sendiri.
Immobilisasi intelektual : kondisi yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
Immobilisasi emosional : terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan.

Immobilsasi sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering terjadi
akibat penyakit.
E. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi,
ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya
kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe
kontraksi otot, isotonik dan isometrk. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot
menyebabkan otot memendek. Kontraki isometrik menyebabkan penngkatan tekanan otot atau
kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya menganjurkan klien
untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrk.
Postur dan gerakan otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung
pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok
otot tergantung dari tonus otot dan aktivitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang
melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
F. Jenis Gerakan Mobilisasi
1. Fleksi : gerak membengkokkan.
2. Ekstensi : gerak meluruskan.
3. Hiper Ekstensi : gerakan ayunan ke belakang.
4. Rotasi : gerakan penuh.
5. Sirkumduksi 3600 : gerakan gabungan dari fleksi, abduksi, adduksi, ekstensi, hiper ekstensi
sehingga membentuk lingkaran penuh.
6. Supinasi : gerakan berbaring / menengadah.
7. Pronasi : gerakan telungkup.
8. Abduksi : gerakan mendekati tubuh.
9. Adduksi : gerakan menjauhi tubuh.
10. Oposisi
G. Pengkajian Keperawatan
1. Aspek Biologis
a. Usia
Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktivitas, terkait dengan kekuatan
muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah postur tubuh yang sesuia dengan tahap
perkembangan individu.
b. Riwayat keperawatan
Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal ,
ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis latihan atau olahraga yang
sering dilakukan klien dan lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik
Meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan dampak immobilisasi terhadap sistem
tubuh.
2. Aspek Psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji diantaranya adalah bagaimana respons psikologis klien terhadap
masalah gangguan aktivitas yang dialaminya, mekanisme koping yang digunakan klien dalam
menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain.
3. Aspek Sosial Kultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi dampak yang terjadi
akibat gangguan aktivitas yang dialami klien terhadap kehidupan sosialnya, misalnya bagaimana
pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik dirumah, kantor maupun sosial dan lain-lain.
4. Aspek Spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai yang dianut klien
dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang, seperti apakah klien menunjukkan
kepeusasaannya atau tidak, dan lain-lain.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum.
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan sensori persepsi.
3. Defisit perawatan diri b/d kerusakan neurovaskuler.
I. Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum
Intervensi
- Tentukan penyebab keletihan, nyeri, aktivitas, perawatan, pengobatan
- Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
- Monitor asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber energi
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan sonsori persepsi
Intervensi
- Ajarkan teknik ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan keluarga
- Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker
- Beri penguatan positif untuk bberlatih mandiri dalam batasan yang aman
3. Defisit perawatan diri b/d kerusakan neurovaskuler
Intervensi
- Kaji kebersihan kulit, kuku, rambut, gigi, mulut, perineal, anus
- Bantu klien untuk mandi, tawarkan pemakaian lotion, perawatan kuku, rambut, gigi, mulut,
perineal, dan anus sesuai kondisi
- Anjurkan klien dan keluarga untuk melakukan oral hygiene sesudah makan dan bila perlu berikan
gliserin atau obat kumur
J. Implementasi Keperawatan
Melakukan semua tindakan intervensi keperawatan.
K. Evaluasi
Merupakan hasil akhir setelah semua implementasi dilaksanakan. Berupa pencatatan dan
pendokumentasian.

Daftar Pustaka
Barbara Koezier, Glenora Erb.1983.Fundamental of Nursing.California Addison: Wesly Publishing
Division
Aziz A.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Asmadi.2008.Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Tarwoto & Wartonah.2003.Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2012/07/mobilisasi.html

You might also like