You are on page 1of 41

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun unutk
seorang dokter ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk
maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar mengerti
bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit.
Antiboitika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungsinya, yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga
dapar dibuat secara sintesis. Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi mikroba
khususnya yang merugikan manusia. Sedangkan Sitostatika adalah suatu pengobatan
untuk mematikan sel sel secara fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 %
berhasil daan 10 % tidak berhasil.
Sitostatika merupakan salah satu pengobatan kanker yang paling banyak
menunjukkan kemajuan dalam pengobatan penderita kanker. Karena itu pula harapan
dan tumpuan dunia medis terhadap efek pengobatan dengan sitostatika terus
meningkat. Sejalan dengan harapan tersebut upaya menyembuhkan atau sekurangnya
mengecilkan ukuran kanker dengan sitostatika terus meluas.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Antibiotik ?
2. Bagaimana cara pembuatan Antibiotik ?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari obat antibiotik ?
4. Apa saja golongan obat antibiotik ?

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

5. Bagaimana resistensi obat antibiotika ?


6. jelaskan apa yang dimaksut dengan sitostatika dan obat-obat dari sitostatika ?
7. Apa saja obat-obat yang termasuk jenis obat sitostatiska ?
8. Bagaimana cara skrining farmakologi dan fitokimia ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotic.
2. Untuk mengetahui tentang cara pembuatan obat antibotic, mekanisme kerja
dan golongan-golonganya.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi.
4. Penjelasan mengenai sitostatika dan obat-obat sitostatika.
5. Obat bahan alam yang memiliki farmakologi sitostatika.
6. Cara skrinning farmakologi dan fitokimia.

1.4 Sistematika Penulisan


Makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu sebagai berikut :
1
2
3

Bab I Pendahuluan.
Bab II Tinjauan Pustaka.
Bab III Kesimpulan dan Saran.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Antibiotika
Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang
dapat

menghambat

pertumbuhan

atau

membasmi

jenis

mikroba

lain.

Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan
miroorganisme hidup tertua fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki khasiat
mematikan atau menghambat pertumbuahan banyak bakteri dan beberapa virus besar,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.
2.2 Pembuatan Antibiotika
Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana
mikroorganisme dibiakan dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus.
Kedalam cairan pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat
pertumbuhan jamur sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari
cairan kultur, antibiotika dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika
tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini, melakukan secara kimiawi, antara lain
kloramfenikol
Pada umumnya aktivitasnya dinyatakan dalam suatu berat (mg), kecuali zat
yang belum sempurna pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

polimiksin B basitrasin, atau karena belum diketahui struktur kimianya, seperti,


nistatin.
Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh.
Namun, pada prakteknya anti biotik sintetik yang tidak diturunkan dari produk
mikroba (misalnya sulfonamide dan kuinolon).
Antibiotika semisintetis. Apabila pada persemaian (culture substrate)
dibubuhi zat-zat pelopor tertentu, maka zat-zat ini diinkorporasi ke dalam
antibiotikum dasarnya. Misalnya, penisilin-V.
Antibiotika sintetis tidak lagi dibuat secara biosintetis, melainkan seluruhnya
melalui sintesa kimiawi, misalnya kloramfenikol.
2.3 Mekanisme Kerja
Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin)
atau membran sel (kelompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting
adalah perintangan selektif metabolisme protein bakteri, sehingga sintesis protein
dapat terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya
kloramfenikol dan tetrasiklin.
Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat
gizi tambahan guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi
penisilin, tetrasiklin erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam
sehari harinya, bertumbuh lebih besar dengan jumlah makanan lebih sedikit.
2.4 Golongan Obat Antibiotika
Obat antibiotika digolongan dalam 4 golongan yaitu penghambat sintetis
dinding sel bakteri yang terbagi menjadi golongan -Laktam dan golongan peptida,
penghambat sintetis protein (DNA), antagonis folat, dan quinolon dan golongan
lainnya.
2.4.1

Penghambat Sintesis Dinding Sel Bakteri

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Lapisan terluar dari bakteri, yaitu dinding sel, tersusun atas komponen
peptidoglikan, yang berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel bakteri dan
melindungi bakteri dari pengaruh luar. Adanya dinding sel ini memungkinkan bakteri
untuk menjaga tekanan osmotik internal tetap tinggi. Beberapa jenis antibiotika
seperti penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin mampu
menghambat sintesis dinding sel ini, sehingga sel menjadi lisis dan akhirnya mati.
Golongan antibiotik ini terbagi menjadi golongan -Laktam (azetreonam,
sefalosporin, imipenem, penisilin) dan golongan peptida (basitrasin, vancomisin).
Antibiotik Golongan -Laktam
Obat golongan ini mempunyai struktur kimia yang mengandung cincin laktam. Obat ini bersifat bakterisidal. Cincin -laktam itulah yang menyebabkan obat
golongan ini efektif. Jika cincin -laktam rusak atau terbuka maka aktivitasnya akan
hilang. Bakteri yang tidak peka terhadap golongan ini kemungkinan dapat
mengeluarkan suatu enzim yang dapat merusak -laktam. Contoh enzim yang dapat
merusak cincin -laktamase, penisilinase, dan sefalosporinase. Untuk mencegah
kerusakan -laktam atau inaktivitasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain:

Menambahkan zat penghambat -laktamase, penisilinase, atau sefalosporinase,


Memodifikasi struktur kimianya sehingga tidak rusak oleh enzim.
Contoh obat dari golongan -Laktam yaitu azetreonam, sefalosporin,

imipenem, dan penisilin.

Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicillium chrysogenum, dari berbagai jenis
yang dihasilkan, perbedaan antara penisilin dan sefalosporin yaitu terletak pada
gugusan samping R saja. Perubahan-perubahan pada gugusan samping R
menghasilkan derivat-derivat dengan dengan sifat yang berlainan. Misalnya
terbentuknya

derivat

yang

tahan

asam

yang

dapat

digunakan

peroral

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

(fenoksimetilpenisilin atau penisilin-V). Bila pada radikal fenil dari benzilpenisilin


dimasukkan gugusan amino, keampuhan dan juga luas spectrum anti mikrobanya
akan meningkat dengan mencakup banyak organism Gram-positif dan Gram-negatif.
Modifikasi dari gugusan R juga dapat membuatnya resisten terhadap penisilinase
kuman (fulkloksasilin).
Mekanisme kerja dari obat golongan penisilin ini yaitu dinding sel kuman
terdiri dari suatu jaringan peptidoglikan, yaitu polimer dari senyawa amino dan gula
yang saling terikat satu dengan yang lain (crosslinked) dan dengan dmeikian
memberikan kekuatan mekanis pada dinding. Penisilin menghalangi sintesa lengkap
dari polimer ini yang spesifik bagi kuman dan disebut murein. Bila sel tumbuh dan
plasmanya bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding sel
yang tak sempurna itu akan pecah dan bakteri musnah. Dinding sel manusia dan
hewan tidak terdiri dari murein, maka antibiotika ini tidak toksis untuk manusia.
Penisilin dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut aktivitas dan
resistensinya terhadap laktamase, sebagai berikut:
1. Zat-zat dengan spektrum-sempit: benzilpenisilin, penisilin-V, dan fenetisilin. Zatzat ini terutama aktif terhadap kuman Gram-positif dan diuraikan oleh
penisilinase.
2. Zat-zat tahan-laktamase: metisilin, kloksasilin, dan flukloksasilin. Zat ini hanya
aktif terhadap Stafilokok dan Strestokok. Asam klavulanat, sulbaktam dan
tazobaktam memblokir laktamase dan dengan demikian mempertahankan
aktivitas penisilin yang diberikan bersamaan.
3. Zat-zat dengan spektrum-luas: ampisilin dan amoksisilin, aktif terhadap kumankuman Gram-positif dan sejumlah kuman Gram-negatif, kecuali antara lain
Pseudomonas, Klebsiella dan B.fragilis. Tidak tahan-laktamase, maka sering
digunakan terkombinasi dengan suatu laktamase-blocker, umumnya klavulanat.
4. Zat-zat anti-Pseudomonas: tikarsilin dan piperasilin. Antibiotika berspektrumluas ini meliputi lebih banyak kuman Gram-negatif, termasuk Pseudomonas,
Proteus, Klebsiella dan Bacteroides fragilis. Tidak tahan-laktamase dan
umumnya digunakan bersamaan dengan laktamase-blocker.
6

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Sefalosforin
Sefalosporin merupakan antibiotika yang bersifat bakterisid yang aksi
utamanya mirip dengan penisilin. Sefalosporin bekerja dengan menghambat
pembentukan dinding sel bakteri pada fase akhir dengan terikat pada satu atau lebih
Penicillin Binding Proteins (PBPs) yang terdapat pada membran sitoplasma di bawah
dinding sel bakteri.
Sebagian besar sefalosporin tersedia dalam bentuk parenteral. Meskipun
distribusinya cukup luas di seluruh tubuh, hanya beberapa yang dapat menembus CSS
dan mencapai kadar terapeutik di otak pada kondisi meningitis. Semua sefalosporin,
termasuk yang eliminasi utamanya melalui mekanisme hepatal, memberikan
konsentrasi yang cukup di dalam urin untuk terapi infeksi saluran kencing. Kadar
sefalosporin di dalam kandung empedu dapat lebih tinggi dibandingkan dengan
kadarnya dalam plasma. Sefalosporin aminothiazolyl dapat menembus humor
aqueous sehingga bermanfaat untuk terapi infeksi pada mata.
Sefalosforin merupakan antibiotik betalaktam yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan
penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosporin

termasuk

golongan

antibiotika

Betalaktam.

Seperti

antibiotik

Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan


menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi
transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.
Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi
spektrum masing-masing derivat bervariasi.
Klasifikasi obat golongan ini berdasarkan generasi yang pada dasarnya
ditentukan oleh aktivitas antimikrobialnya. Generasi I bersifat sensitive terhadap
enzim -Laktamase dan berspektrum sempit. Contoh dari golongan generasi I ialah
sefazolin dan sefalexin. Generasi II mempunyai stabilitas yang lebih baik dan
aktivitasnya terhadap bakteri garam negatif lebih tinggi. Contoh obat dari generasi ini
7

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

yaitu sefaklor, sefamandol, dan sefoxitin. Generasi III mempunyai spectrum yang
lebih luas dan lebih resistensi terhadap enzim -Laktamase. Contoh dari obat
golongan ini ialah sifotaksin, seftazidin, seftriaxon. Generasi IV mempunyai aktivitas
baik terhadap bakteri gram positif, maupun gram negatif dan mempunyai resisitensi
terhadap enzim -Laktamase yang lebih baik. Contoh obat dari golongan ini yaitu
sefepim dan sefpirum.
Azetreonam
Aztreonam merupakan derivat monobaktam pertama yang terbukti bermanfaat
secara klinis. Monobaktam pada awalnya diisolasi dr kuman Gluconocabacter,
Acetobacter, Chromobacterium, tetapi aktivitas antibakterinya sangat lemah.
Aztreonam terdiri hanya atas satu cincin-laktam (monosiklis) tanpa gugusan
cincin lainnya, berlainan dengan zat zat penisilin/sefalosporin, oleh karena itu
dinamakan monobaktam. Aztreonam dihasilkan oleh antara lain chromobacterium
violaceum, tetapi sebagai obat dibuat secara sintesis. Khusus bekerja terhadap kuman
Gram-negatif aerob termasuk pseudomonas, H. Infuluenzae dan gonococci yang
resisten terhadap penisilinase. Tidak aktif terhadap kuman Gram-positif dan anaerob.
Berkhasiat bakterisid berdasarkan mekanisme yang sama dengan penisilin dan
sefalosporin, yakni penghambatan sintesa dinding sel kuman.
Mekanisme kerja
Obat aztreonam yaitu bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel kuman,
seperti antibiotika betalaktam lain. Antibiotik ini dg mdh menembus dinding dan
membran sel kuman gram-neg aerobik, kmd mengikat penicillin-binding-protein 3 (PBP 3). Pengaruh interaksi tsb pd kuman ialah terjadi perubahan bentuk filamen,
pembelahan sel terhambat dan mati. KBM aztreonam terhadap kuman yang peka
tidak banyak berbeda dengan KHM-nya. Aztreonam tidak terikat pada PBP esensial
kuman gram-positif dan kuman anaerob.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Aztreonam hanya aktif terhadap kuman gram-negatif aerobik termasuk


Haemophilus influenzas dan meningokok serta gonokok yang menghasilkan
betalaktamase. harus diberikan secara im atau iv, karena tidak diabsorpsi melalui
saluran cerna. Sekitar 56% aztreonam dlm darah terikat pd protein plasma.
Obat ini didistribusi luas ke dalam berbagai jaringan dan cairan tubuh. Kadar dalam
urin tinggi. Ekskresi terutama melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus ginjal
dalam bentuk utuh, yaitu sekitar 70% dosis yang diberikan. Probenesid
memperlambat ekskresinya.
Imipenem
Imipenem, suatu turunan tienamisin, merupakan karbapenem pertama yang
digunakan dalam pengobatan. Tienamisin diproduksi oleh Strepto myces cattleya.
Imipenem mengandung cincin -Laktam dan cincin lima segi tanpa atom sulfur. Oleh
enzim dehidropeptidase yang terdapat pada brush border tubuli ginjal. Obat ini
dimetabolisme menjadi metabolit yang nefrotoksik. Hanya sedikit yang terdeteksi
dalam bentuk asal di urin.

Bila silastin diberikan bersama imipenem dalam

perbandingan sama, silastatin akan meningkatkan kadar imipenem aktif dalam urin
dan mencegah efek toksiknya terhadap ginjal.
Mekanisme kerja
Imipenem mengikat PBP2 dan menghambat sintesis dinding sel kuman. In
vitro obat ini berspektrum sangat luas, termasuk kuman garm positif dan gram
negatif, baik yang aerobik maupun anaerobik; imepenem beraktivitas bakterisid.
Betalaktamase baik yang diperantai plasmid maupun kromosom. Imipenem in vitro
sangat aktif terhadap kokus gram positif, termasuk stafilikok, streptokok, pneumokok
dan E. faecalis serta kuman penghasil betalakamase umumnya. Tetapi obat ini tidak
aktif terhadap stafilokok resisten metisilin atau galur yang uji koagulasinya negatif.
Imipenem aktif terhadap sebagian besar Enterobacteriaceae. Potensinya sebanding
dengan aztreonam dan sefalosporin generasi ketiga. Selain itu spektrumnya meluas

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

mencakup kuman yang resisyen penisilin, aminoglikosida dan sefalosporin generasi


ketiga. Imipenem juga sangat aktif terhadap meningokok, gonokokus dan H.
influenza termasuk yang memproduksi betalaktamase. Terhadap Acinetobakter dan P.
Aeruginosa aktivitasnya sebanding dengan seftazdimin. Terhadap kuman anaerob
aktivitasnya sebandimg dengan klindamisin dan metronidazole, tetapi terhadap
Clostridium difficile tidak aktif. Terhadap sebagian besar kuman yang sensitif
terhadapnya , imipenem memperlihatkan efek pasca antibiotik.
Farmakokinetik
Imipenem maupun silastatin tidak diabsorbsi melalui saluran cerna, sehingga
harus

diberikan

secara

suntikan.

Setelah

pemberian

masing-masing

1g

imipenem/silastatin secara infus 30 menit, kadar puncak rata-rata dapat mencapai 52


dan 65g/ml. enam jam kemudian kadar menurun sampi 1g/ml. kadar puncak
imipenem dalam plasma (10 dan 12/ml) dicapai dalam 2 jam. Kadar puncak silastatin
24 dan 33 g/ml yang dicapai 1 jam sesudah pemberian. Kira-kira 20 % imipenem
dan 40% silastatin terkait protein plasma. Distribusi obat ini merata keberbagai
jaringan dan cairan tubuh. Pada meningitis pemberian 1g obat ini tiap 6 jam, akan
mencapai kadar garam cairan otak setinggi 0,5 dan 11g/ml. kadar imipenem dalam
empedu umumnya rendah. Obat ini diekskresi melalui filtrasi glomelurus dan sekresi
tubuli ginjal.
Bila diberikan bersama silastatin, kurang lebih 70% dari dosis imipenem
diekskresi diurin dalam bentuk asal 10 jam sesudah pemberian, sisanya
dimetabolisme, metabolit utama sebanyak kurang lebih 12% dari dosis terdapat diurin
sebagai N-asetil silastatin. Ekskresi imipenem maupun silastatin melalui tinja hanya
sekitar 1 %.
Waktu paruh imipenem dan silastatin kurang lebih 1 jam pada orang deawasa.
Pada kelaianan fungsi ginjal waktu paruh imipenem dapat mencapai 3,5 sampai 4 jam
dan silastatin sampai 16 jam

10

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Imipenem/ silastatin digunakan untuk pengobatan infeksi berat oleh kuman


yang sensitif, termasuk infeksi nosokomial yang resisten terhadap antibiotik lain,
misalnya infeksi saluran napas bawah, intra abdominal, obsteri-ginekologi,
osteomielitis dan endokarditis oleh S. aureus. Untuk infeksi berat oleh P. aeruginosa
dianjurkan agar dikombinasikan dengan aminoglikosida, karena berefek sinergistik.
Efek samping yang paling sering dari imipenem adalah mual, muntah,
kemerahan kulit dan reaksi lokal pada tempat infus. Kejang dilaporkan terjadi pada
0,9% dari 1.754 pasien yang mendapat obat tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut
obat ini dikontrainidikasi pada pasien yang berisiko tinggi untuk menderita kejang.
Bila diberikan bersama siklosporin sebaiknya hati-hati, karena keduanya dapat
mengganggu susunan s saraf pusat.
Antibiotika Golongan Polipeptida
Antibiotika golongan ini merupakan senyawa non -Laktam. Contoh dari
antibiotika jenis ini adalah vancomisin dan basitrasin.
Vancomisin
Vankomisin

adalah

suatu

glikopeptida

trisiklik

yang

penting

pada

efektifitasnya terhadap semua resistenmulti-obat seperti stafilokokus resisiten


metisilin. Vankomisin adalah salah satu jenis obat yang menghambat sintesis dinding
sel (beta laktam).
Mekanisme kerja dari obat vankomisin yaitu menghambat sintesis fosfolipid
dinding sel bakteri serta polimerisasi peptidoglikan pada tempat yang lebih dulu
dibandingkan tempat yang dihambat oleh antibiotika beta-laktam. Catatan :
polimerasi adalah reaksi kimia ynag menggabungkan dua molekul kecil atau lebih
untuk membentuk molekul yang lebih besar. Peptidoglikan adalah gabungan protein
dan polisakarida yang menyusun dinding sel eubacteria.
Farmakokinetik dari obat vancomisin ialah infus intravena lambat diberikan
untuk pengobatan infeksi sistemik atau untuk profilaktik. Karena vankomisin tidak
11

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

diabsorpsi setelah pemberian oral, cara pemberian ini hanya diberikan untuk
pengobatan kolitis yang diinduksi antibotika dan disebabkan klostridium difficile.
Adanya inflamasi menyebabkan obat ini dapat mempenetrasi menigen.metabolisme
minimal : 90-100% diekresikan oleh filtrasi glomerulus. Catatan : dosis obat harus
disesuaikan poada pasien gagal ginjal karena obat ini akan berakumulasi. Waktu
paruh normal : 6- 10 jam, dan dibandingkan dengan pasien penyakit ginjal akan
berakhir lebih dari 200 jam.
Efek samping vankomisin merupakan masalah yang serius dan dapat berupa
demam, menggigil, dan atau flebitis pada tempat infus. Syok dapat terjadi karena
pemberian infus yang cepat. Muka kemerahan dan syok yang terjadi karena lepasnya
histamin yang disebabkan oleh infus cepat. Hilangnya pendengaran berkaitan dengan
dosis terjadi pada pasien gagal ginjal yang mengakibatkan akumulasi obat.
2.4.2

Penghambat sintesis protein (DNA)


Antibiotika golongan ini beraksi dengan berikatan pada sub-unit ribomosal

30s atau 50s bakteri sehingga mempengaruhi proses transkripsi mRNA menjadi
protein. Terdapat lima golongan obat yaitu aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol,
klindamisin, eritromisin, tetrasiklin. Resistensi bakteri terhadap obat ini disebabkan
karena penurunan uptake obat ke dalam sel bakteri, dan perubahan sub unit ribosom.
Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah golongan antibiotika bakterisidal yang dikenal toksik
terhadap saraf otak VII komponen vestibular maupun akustik (ototoksik) dan
terhadap ginjal (nefrotoksik). Antibiotika ini merupakan produk berbagai spesies
Streptomyces atau fungus lainnya. Sejak tahun 1943 sampai sekarang berbagai
derivate aminoglikosida telah dikembangkan, misalnya streptomisin, neomisin,
kanamisin, paromomisin, gentamisin, tobramisin, amikasin, sisomisin, dan netilmisin.
Senyawa aminoglikosida dibedakan dari gugus gula amino yang terikat pada
aminosiklitol. Gentamisin merupakan prototip golongan aminoglikosida.
12

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Mekanisme kerja
Aminoglikosida berdifusi lewat kanal air yang dibentuk oleh porin proteins
pada membran luar dari bakteri gram-negatif masuk ke ruang periplasmik. Sedangkan
transport melalui membrane dalam sitoplasma membutuhkan energi. Fase transfor
yang tergantung energy ini bersifat rate limiting, dapat diblok oleh ca ++ dan Mg+
+

,hiperosmolaritas, penurunan pH dan anaerobisis. Hal ini menerangkan penurunan

aktivitas aminoglikosida pada lingkungan anaerobic suatu abses atau urin asam yang
bersifat hiperosmolar. Setelah masuk sel, aminoglikosida terikat pada ribosom 30S
dan menghambat sintesis protein. Terikatnya aminoglikosida pada ribosom ini
mempercepat transport aminoglikosida ke dalam sel, di ikuti dengan kerusakan
membrane sitoplasma, dan disusul kematian sel.
Yang diduga terjadi ialah salah baca (mis reading) kode genetic yang
menyebabkan terganggunya sintesis protein. Jenis asam amino yang salah (berbeda
dari yang seharusnya) disambung pada rantai polipeptida, sehingga terbentuk jenis
protein yang salah. Streptomisin menghambat proses normal polimerisasi asam amino
setelah terbentuk kompleks awal peptida. Ketergantungan mikroba terhadap
streptomisin diduga juga berhubungan dengan salah baca kode tersebut. Fenomena ini
sangat menarik, tetapi makna kliniknya belum jelas.
Aminoglikosida bersifat bakterisidal cepat. Pengaruha monoglikosida
menghambat sintesis protein dan menyebabkan salah baca dalam penerjemahan
mRNA, tidak menjelaskan efek letalnya yang cepat. Berdasarkan kenyataan tersebut,
diperkirakan aminoglikosida menimbulkan pula berbagai efek sekunder lain terhadap
fungsi sel mikroba, yaitu terhadap respirasi, adaptasi enzim, keutuhan membran dan
keutuhan RNA.
Resistensi
Masalah

resistensi

merupakan

kesulitan

utama

dalam

penggunaan

streptomisin secara kronik, misalnya pada terapi tuberculosis atau endokarditis


bacterial subakut. Sifat resistensi terhadap streptomisin mudah diperlihatkan dengan

13

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

melakukan beberapa tahap pembiakan ulang suatu mikroba dalam medium yang
mengandung streptomisin. Resitensi terhadap streptomisin dapat cepat terjadi
,sedangkan resistensi terhadap aminoglikosida lainnya terjadi lebih berangsur-angsur.
Bakteri dapat resisten terhadap aminoglikosida karena kegagalan penetrasi
kedalam kuman, rendahnya afinitas obat pada ribosom atau inaktivasi obat oleh
enzim kuman. Hal yang tersebut terakhir merupakan mekanisme terpenting yang
menjelaskan resistensi di dapat terhadap aminoglikosida di klinik.
Farmakokinetik
Aminoglikosida sebagai polikation bersifat sangat polar, sehingga sangat
sukar di absorbs melalui saluran cerna. Kurang dari 1 % dosis yang diberikan
diabsorbsi lewat saluran cerna. Pemberian per oral hanya dimaksudkan untuk
mendapatkan efek local dalam saluran cerna saja, misalnya pada persiapan prabedah
usus. Untuk mendapatkan kadar sistemik yang efektif aminoglikosida perlu diberikan
secara parenteral.
Efek samping
Efek samping oleh aminoglikosida dalam garis besarnya dapat dibagi dalam
tiga kelompok : 1. Alergi, 2. Reaksi iritasi dan toksik, 3. Dan perubahan biologic.
Makrolida
Makrolida adalah suatu golongan antibiotika dengan suatu struktur
makrosiklik lakton. Obat-obat pada golongan makrolida yaitu :
1
2
3

Eritromisin
Klaritromisin
Azitromisin
Eritromisin merupakan obat pertama yang digunakan di klinik baik sebagai

obat pilihan dan sebagai alternatif terhadap penisilin pada individu yang alergi
terhadap antibiotika beta laktam. Anggota baru dari kelompok ini, klaritromisin
(suatu bentuk eritromisin metilasi) dan sitromisin (mempunyai cincin lakton yang

14

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

lebih besar) mempunyai beberapa gambaran yang sama dengan eritromisin. Akhirakhir ini, diritromisin, suatu makrolid yang mempunyai spektum antibakteri mirip
eritromisin, tetapi keuntungannya cukup dengan dosis sekali sehari baru diedarkan di
pasaran.
1

Eritromisin. Efektif terhadap organisme yang sama seperti penisilin, karena itu
obat ini digunakan pada penderita yang alergi terhadap penisilin. Selain itu, obat
ini merupakan obat pilihan untuk pengobatan infeksi :
a Infeksi klamidia, : eritromisin merupakan alternatif selain tetrasiklin
dalam mengobati infeksi epididimal, rektal, endoservikal atau uretral
b

akibat klamidia.
Eritromisin merupakan obat pilihan untuk infeksi urogenital akibat

klamidia yang terjadi selama khamilan.


Klaritromisin mempunyai spektrum aktivitas

antibakteri

mirip

dengan

klaritromisin, tetapi juga efektif terhadap Haemophilus influenza. Aktivitasnya


lebih baik terhadap bakteri patogen intraseluler seperti chlamydia, legionella dan
3

ureaplasma dibandingkan eritromisin


Azitromisin, meskipun kurang efektif terhadap streptokokus dan stafilokokus
dibandingkan eritromisin, obat ini lebih aktif terhadap infeksi saluran nafas yang
disebabkan Haemophilus influenza dan Moraxella Catarrhalis. Kecuali masalah
biaya, obat ini sekarang lebih disukai untuk pengobatan uretritis yang disebabkan
Chamydia trachomatis. Aktivitas Mycobacterium avium intracellulare tidak
terbukti efektif secara klinik, kecuali pada pasien AIDS dengan infeksi yang luas.
Mekanisme kerja dari obat Makrolid ialah makrolid mengikat secara

ireversibel padatempat subunit 50S ribosom bakteri, sehingga menghambat langkah


translokasi sintesis protein. Obat ini secara umum bersifat bakteriostatik (bersifat
menghambat bakteri) dan dapat bersifat bakterisidal (bersifat membunuh bakteri)
pada dosis tinggi. Tempat pengikatan mungkin mirip atau menyerupai dengan tempat
linkomisin, klindamisin dan kloramfenikol.
Farmakokinetik dari obat golongan makrolid ini yaitu:

15

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Pemberian : eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga obat ini
diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua obat ini diabsorpsi
secara adekuat (memenuhi syarat; memadai; sama harkatnya) setelah pemberian
per oral. Klaritromisin dan azitromisin stabil terhadap asam lambung dan siap
diabsorbsi. Makanan dapat mempengaruhi absorbsi eritromisin dan azitromisin
tetapi mungkin meningkatkan insidens tromboflebitis. Tromboflebitis merupakan

inflamasi permukaan pembuuh darah disertai pembentukan pembekuan darah.


Distribusi : distribusi eritromisin ke seluruh cairan tubuh baik kecuali ke cairan
serebrospinalis. Obat ini merupakan satu diantara sedikit antibiotika yang
bersifusi ke dalam cairan perostat dan mempunyai sifat akumulasi unit ke dalam
makrofag. Obat ini berkumpul di hati. Adanya inflamasi menyebabkan
penetrasinya ke jaringan lebih baik. Demikian juga, dengan klaritromisin dan
azitromisin absorbsi keduanya luas ke jaringan. Kadar serum azitromisin rendah ;
obat ini berkumpul di neutrofil, makrofag dan fibroblas. Neutrofil merupakan
sistem pertahanan seluler yang utama dalam tubuh untuk melawan bakteri dna
jamur. Makrofag adalah sel pemakan berukuran besar yang sanggup menelan dan
menghancurkan bakteri, benda asing. Fibroblas adalah sel-sel yang memproduksi
kolagen dan elastin yang memberikan struktur lapisan tengah kulit, fibrolas juga
timbul setelah peradangan dan bertanggung jawab untuk meletakkan kolagen

yang membentuk jaringan parut.


Metabolisme: eritromisin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui
menghambat oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan sistem sitokrom
P-450 (p450 adalah sebuah keluarga enzim yang terjadi dalam kebanyakan sel,
tetapi terutama sangat banyak dihati. Banyak obat yang menginduksi kadar
sitokrom p450, yang menyebabkan suatu peningkatan kecepatan metabolisme
obat penginduksi tersebut atau obat-obat lain yang dibiotransformasi oleh sistem
p450). Klaritromisin dioksidasi menjadi derivat 14-hidroksi yang mempunyai
aktivitas anti bakteri : mempengaruhi metabolisme obat seperti teofilin dan
karbamazepin. Azitromisin tidka mengalami metabolisme.

16

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Eksresi. Eritromsin dan azitromisin terutama dikumpulkan dan dieksresikan


dalam bentuk aktif dalam empedu, reabsorpsi parsial terjadi melalui sirkulasi
enterohepatik. Sebaliknya, klaritromisin dan metabolitnya dieliminasi oleh ginjal
serta hati dan oabt ini direkomendasikan pada penderita gangguan ginjal dengan
dosis yang sesuaikan.
Efek Samping dari obat makrolid ini ialah:

Gangguan epigastrik : efek samping ini paling sering dapat mengakibatkan


ketidakpatuhan pasien terhadap eritromisin. Makrolid baru tampaknya ditolerir
lebih baik oleh penderita; gangguan gastrotestinal(merupakan suatu saluran
pencernaan yang panjangnya sekitar 9 meter mulai dari mulut sampai anus,
meliputi oropharing, esophagus, stomach(lambung), usus halus dan usus besar)

merupakan efek samping obat-obat tersebut yang paling sering.


Ikterus kolestatik : efek samping ini terjadi terutama pada eritromisin bentuk
estolat, diduga karena reaksi hipersensitivitas ( terhadap bentuk estolat (garam
lauril dari propionil ester eritromisin). Efek samping ini dilaporkan dapat terjadi

pada obat dengan bentuk lain.


Ototoksisitas : ketulian sementara berkaitan dengan eritromisin terutama dalam

dosis tinggi.
Kontraindikasi : penderita tentang gangguan fungsi hati tidak boleh mendapatkan

eritromisin karena obat ini berkumpul di hati.


Interaksi : eritromisin dan klaritromisin menghambat metabolisme hepatik
teofilin, warfarin, terfenadin, asetamizol, karbamazepin dan siklosporin yang
akan menyebabkan akumulasi toksik obat-obat tersebut. Interaksinya dengan
digoksin dapat terjadi pada beberapa pasien. Pada kasus ini, antibiotika
mengeliminasi spesies flora intestinal yang secara umum menginaktifkan
digoksin sehingga terjadi reabsorpsi digoksin yang lebih besar dalam sirkulasi
enterohepatik.

Kloramfenikol

17

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Kloramfenikol Diproduksi oleh Streptomuces venezuelae. Pertama kali


diisolasi oleh David Gottlieb dari sampel tanah di Venezuela pada tahun 1947.
Diperkenalkan dalam pengobatan klinis pada tahun 1949. Penggunaannya cepat
meluas setelah diketahui obat ini efektif untuk berbagai jenis infeksi. Kloramfenikol
merupakan antibiotika berspektrum luas. Obat ini efektif terhadap bakteri aerob
maupun aneorob.
Farmakodinamik
Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriokstatik (menghambat pertumbuhan
bakteri). Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisida
(membunuh pertumbuhan bakteri) terhadap kuman-kuman tertentu.

Aktivitas

antibakterinya dengan menghambat sintesa protein dengan jalan mengikat ribosom


subunit 50S, yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida.
Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram-positif, termasuk Streptococcus
pneumoniae, dan beberapa bakteri aerob gram-negatif, termasuk Haemophilus
influenzae, Neisseria meningitidis, Salmonella, Proteus mirabilis, Pseudomonas
mallei, Ps. cepacia, Vibrio cholerae, Francisella tularensis, Yersinia pestis, Brucella
dan Shigella.
Farmakokinetik
Kloramfenikol dapat diberikan intravena maupun per oral. Obat ini di absorpsi
secara lengkap pada pemberian per oral karna sifat lipofiliknya dan di distribusikan
secara meluas ke seluruh tubuh. Obat ini dapat masuk ke dalam CSS (Cairan Otak).
Obat ini menghambat fungsi penggabungan oksidasi hepatic. Ekresinya tergantung
pada perubahan obat ini di dalam hati kloramfenikol mengalami konjugasi dengan
asam glukorunat oleh enzim glukoronil transferase.Oleh karena itu, waktu paruh
kloramfenikol memanjang pada pasien gangguan faal hati. Sebagian kecil
kloramfenikol mengalami reduksi menjadi senyawa aril-amin yang tidak aktif lagi
yang kemudian di sekresi melalui tubulus ginjal. Hanya 10 % dari obat ini yang di

18

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

eksresikan melalui filtrasi glomerulus sedangkan metabolitnya dengan sekresi


tubulus.
Klindamisin
Obat ini pada umumnya aktif terhadap S. pneumonia, S.pyogenes,
S.anaerobic, S.viridans,dan actinomyces isrealli. Klindamasin juga aktif terhadap
Bacterioides fragilis dan kuman anaerob lainnya.
Farmakokinetik
Klindamisin diserap hampir lengkap pada pemberian oral. Adanya makanan
dalam lambung tidak banyak mempengaruhi absorbsi obat ini. Setelah pembarian
dosis oral 150 mg biasanya tercapai kadar puncak plasma 2 g/mL dalam waktu satu
jam. Masa paruhnya kira-kira 2,7 jam.
Klindamisin didistribusi dengan baik ke berbagai cairan tubuh,jaringan dan
tulang, kecuali CSS walaupun sedang terjadi meningitis. Obat ini dapat menembus
sawan uri dengan baik. Kira-kira 90% klindamisin dalam serum terikat dengan
albumin. Klindamisin berakumulasi dalam leukosit polimorfonuklear dan makrograf
alveolar tapi makna klinik dari fenomena ini belum jelas.
Hanya sekitar 10% klindamisin disekresi dalam bentuk asal melalui urin.
Sejumlah kecil klindamisin ditemukan dalam feses. Sebagian besar obat
dimetabolisme menjadi N-dimetilklindamasin dan klndamasin sulfoksid untuk
selanjutnya disekkresi melalui urin dan empedu. Masa paruh eliminasi

dapat

memanjang sedikit pada pasien gagal ginjal sehingga diperlukan penyesuaian untuk
kadar obat dalam plasma. Hal ini dapat pulaterjadi pada pasien dengan gangguan
fungsi hati yang berat.
Mekanisme kerja
Klindamisin dapat bekerja sebagai bakteriostatik maupun baktensida
tergantung konsentrasi obat pada tempat infeksi dan organisme penyebab infeksi.
Klindamisin menghambat sintesa protein organisme dengan mengikat subunit

19

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

ribosom 50s yang mengakibatkan terhambatnya pembentukan ikatan peptida.


Klindamisin diabsorbsi dengan cepat oleh saluran pencernaan.
Tetrasiklin
Tetrasiklin juga mempunyai spectrum yang luas. Tetrasiklin digunakan pada
terapi penyakit kolera, klamidial, rickettsial, maupun pneumonia myoplasma.
Tetrasiklin masuk kedalam sel bakteri melalui sistem transport yang tergantung
energi. Tetrasiklin dapat digunakan pada infeksi bakteri baik garam positif maupun
gram negative. Resistensi terhadap tetrasiklin terjadi ketika bakteri bermutasi
sehingga mengakibatkan obat tidak bisa masuk dalam sel bakteri. Mekanisme aksi
tetrasiklin adalah berkompetisi dengan komponen tRNA

terhadap sisi A (A site)

pada Mrna sel bakteri. Penggunaaan tetrasiklin bersamaan dengan makanan akan
mengganggu absorpsinya. Tetrasiklin dapat membentuk kompleks kelat yang tidak
larut dengan beberapa logam yaitu kalsium, aluminium, dan magnesium. OLeh
karena itu,

penggunaan bersama dengan antasida tidak direkomendasikan.

Tetrasiklin juga berpotensi

menyebabkan pewarnaan pada gigi, dan gangguan

pertumbuhann tulang sehingga tidak direkomendasikan penggunaannya pada wanita


hamil dan anak-anak.
Absorpsi golongan tetrasiklin dapat terhambat dengan adanya makanan,
kecuali doksisiklin dan minosiklin. Kebanyakan tetrasiklin dapat membentuk ikatan
kompleks dengan kalsium (Ca2+), magnesium (Mg2+) dan logam-logam yang lain.
Ikatan kompleks bersifat sukar larut dalam saluran pencernaan sehingga tidak dapat
di absorpsi. Oleh karena itu, pemberiannya tidak boleh bersamaan dengan makanan
yang banyak mengandung logam-logam diatas, seperti susu atau dengan antasida.
Efek samping utama timbul karena tetrasiklin dapat mengikat Ca 2+ atau fosfat yang
terdapat di tulang dan gigi. Ikatan tersebut menyebabkan pewarnaan dan gannguan
pertumbuhan. Dengan alasan itu, tetrasiklin dapat dikontraindikasikan pada bayi,
anak-anak, wanita hamil,. Selain itu, golongan ini juga dapat menyebabkan

20

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

fotosensitif. Tetrasiklin yang sampai sekarang

masih digunakan adalah:

Klortetrasiklin, minosiklin, oxitetrasiklin, domeklosiklin, doksisiklin.


Senyawa tetrasiklin semula diperoleh dari Streptomyces aureofaciens
(klortetrasiklin) dan Streptomyces rimosus (oksitetrasiklin). Semua tetrasiklin
berwarna kuning dan bersifat amfoter, garamnya dengan klorida /fosfat paling banyak
digunakan. Larutan garam tersebut hanya stabil pada Ph < 2 dan terurai pesat pada
pH lebih tinggi. Begitu pula kapsul yang disimpan ditempat panas dan lembab mudah
terurai, terutama di bawah pengaruh cahaya. Produk penguraian anhidrotetrasiklin
bersifat sangat toksis bagi ginjal. Oleh karena itu suspense atau kapsul tetrasiklin
yang sudah tersimpan lama atau sudah berwarna kuning tua sampai coklat tidak boleh
diminum lagi.
Farmakokinetik
Kira-kira 30-80% tetrasiklin diserap lewat saluran cerna. Doksisiklin dan
minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi ini sebagian besar berlangsung
dilambung dan usus halus bagian atas. Berbagai factor dapat menghambat penyerapan
tetrasiklin seperti adanya makanan dalam lambung

(kecuali minosiklin dan

doksisiklin), Ph tinggi, pembentukan kelat (kompleks tetrasiklin dengan zat lain yang
sukar diserap seperti kation Ca2+, Mg2+, Fe2+, Al3+, yang terdapat dalam susu dan
antasida). Oleh sebab itu sebaiknya tetrasiklin diberikan seblum atau 2 jam setelah
makan. Resorpsi tetrasiklin dari usus pada perut kosong adalah lebih kurang 75% dan
agak lambat. Baru setelah 3-4 jam tercapai kadar puncak dalam darah. Pengecualian
adalah doksisiklin dan minosiklin yang diserap baik sekali (90-100%), juga bila
diminum bersamaan dengan makana. PP paling tinggi adalah doksisiklin 90%, lalu
minosiklin 75%, disusul oleh oksitetrasiklin 35%. waktu paruh

tetrasiklin dan

oksitetrasiklin berkisar antara 9 jam, rata-rata 18 jam untuk minosiklin dan 23 jam
untuk doksisiklin. Daya penetrasi ke dalam jaringan agak baik berkat sifat lipofilnya
dengan afinitas khusus untuk tulang, gigi, kuku, kulit meradang, mata dan prostat.
Difusinya kedalam cairan serebrospinal buruk kecuali minosiklin.

21

Ekskresi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

tetrasiklin terutama secara utuh melalui ginjal, maka kadarnya dalam kemih tinggi.
Doksisiklin dan minosiklin terutama diekskresi melalui empedu dan tinja.
Farmakodinamik
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.
Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic ke dalam ribosom bakteri
Gram-negatif : pertama secara difusi pasifmelalui kanal hidrofilik, kedua melalui
sistem transport aktif. Setelah masuk antibiotic berikatan secara reversible dengan
ribosom 30 S dan mencegah ikatan t- RNA-aminoasil pada komplek m-RNAribosom. Hal tersebut mencegah perpanjangan rantai peptida yang sedang tumbuh
dan berakibat terhentinya sintesis protein.
Indikasi
Digunakan pada infeksi saluran nafas dan paru-paru, saluran kemih, kulit dan
mata. Penggunaannya pada acne hebat berkat daya menghambatnya terhadap
aktivitas enzim lipase dari kuman yang memegang peranan penting pada
(Propionibacter acnes). Pada bronchitis kronis adakalanya tetrasiklin digunakan
sebagai profilaksis serangan akut.
Efek Samping
Pada penggunaan oral seringkali terjadi gangguan lambung-usus (mual,
muntah, diare). Penyebabnya adalah rangsangan kimiawi terhadap mukosa lambung
oleh bagian obat yang tak diserap, terutama pada tetrasiklin. Menimbulkan supra
infeksi dengan gewjala mulut dan tenggorok nyeri, gatal sekitar anus dan diare. Efek
samping yang lebih serius adalah sifat penyerapannya pada jaringan tulang dan gigi
yang sedang tumbuh pada janin dan anak-anak. Efek samping yang lain adalah
fotosensitasi yaitu kulit menjadi peka terhadap cahaya, menjadi kemerah-merahan
dan gatal-gatal. Oleh karena ini selama terpi dengan tetrasiklin hendaknya janagan
terkena sinar matahari yang kuat.
Interaksi obat

22

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Tetrasiklin membentuk kompleks tak larut dengan sediaan besi, aluminium,


magnesium, dan kalsium, sehingga resorpsinya dari usus gagal. Oleh karena itu zat
tetrasiklin terkecuali doksisiklin dan minosiklin, tidak boleh diminum bersamaan
dengan makanan (khususnya susu) atau antasida. Tetrasiklin, oksitetrasiklin dan
minosiklin dapat menghambat hidrolisa dari conjugated estrogen dalam usus.
2.4.3

Antagonis folat
Asam folat merupakan senyawa yang digunakan dalam sintetis asam amino

dan DNA dalam sel. Bakteri tidak dapat mengabsorpsi asam folat sehingga harus
membuat sendirinya dari substrat PABA (Para Amino Benzoic Acid), glutamat, dan
pteridin. Pada manusia, tidak dapat membuat asam folat. Asam folat merupakan
vitamin B-Kompleks. Contoh obat golongan ini yaitu sulfonamide dan trimetropin
Antagonis folat mempunyai spectrum luas, dan efektif terhadap baik bakteri gram
positif dan negatif. Mekanisme obat antibiotika antagonis folat berhubungan dengan
sintesis asam folat.
p-Aminobenzoic acid (PABA)
Dihidropteroate

Sulfonamid

Synthase

(Berkompetensi dengan RABA)


Asam dihidrofolat

Dihydrofolate

Trimetropin

Reductase
Asam tetrahidrofolat

Sintetis purin

23

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Sintetis DNA
Gambar sintetis asam folat, dan aksi dari sulfonamide dan trimetropin.
Sulfonamide
Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik
untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Sulfonamida
merupakan kelompok obat penting pada penanganan infeksi saluran kemih (ISK).
Indikasi
1. Kemoterapeutikum : Sulfadiazin, Sulfathiazol
2. Antidiabetikum : Nadisa, Restinon.
3. Desibfektan saluran air kencing : Thidiour
4. Diuretikum : Diamox
Sulfonamide bersifat ampoter, karena itu sukar di pindahkan dengan cara
pengocokan yang digunakan dalam analisa organik dan bersifat mudah larut dalam
aseton, kecuali Sulfasuksidin, Ftalazol dan Elkosin.
Sulfanamida adalah anti mikroba yang digunakan secara sistemis maupun
topikal untuk beberapa penyakit infeksi. Sebelum ditemukan antibiotik, sulfa
merupakan kemoterapi yang utama, tetapi kemudian penggunaannya terdesak oleh
antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan preparat kombinasi trimetoprim dan
sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamida. Selain sebagai
kemoterapi derivat sulfonamida juga berguna sebagai diuretik dan anti diabetik oral
(ADO).
Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan
negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para
Amino Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa :
H2N C6H4 COOH
Mekanisme Kerja

24

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Kuman memerlukan PABA (p-aminobenzoic acid) untuk membentuk asam


folat yang di gunakan untuk sintesis purin dan asam nukleat. Sulfonamid merupakan
penghambat kompetitif PABA. Efek antibakteri sulfonamide di hambat oleh adanya
darah, nanah dan jaringan nekrotik, karena kebutuhan mikroba akan asam folat
berkurang dalam media yang mengandung basa purin dan timidin.
Sel-sel mamalia tidak dipengaruhi oleh sulfanamid karena menggunakan folat
jadi yang terdapat dalam makanan (tidak mensintesis sendiri senyawa tersebut).
Dalam proses sintesis asam folat, bila PABA di gantikan oleh sulfonamide, maka
akan terbentuk analog asam folat yang tidak fungsional.
Farmakokinetik
Absorpsi melalui saluran cerna mudah dan cepat, kecuali beberapa macam
sulfonamide yang khusus digunakan untuk infeksi local pada usus. Kira-kira 70100% dosis oral sulfonamide di absorpsi melalui saluran cerna dan dapat di temukan
dalam urin 30 menit setelah pemberian. Absorpsi terutama terjadi pada usus halus,
tetapi beberapa jenis sulfa dapat di absorpsi melalui lambung.
Distribusi, Semua sulfonamide terikat pada protein plasma terutama albumin
dalam derajat yang berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh,
karenaitu berguna untuk infeksi sistemik. Dalam cairan tubuh kadar obat bentuk
bebas mencapai 50-80 % kadar dalam darah.
Metabolisme, dalam tubuh sulfa mengalami asetilasi dan oksidasi. Hasil inilah
yang sering menyebabkan reaksi toksik sistemik berupa lesi pada kulit dan gejala
hipersensitivitas, sedangkan hasil asetilasi menyebabkan hilangnya aktivitas obat.
Ekskresi, Hampir semua di ekskresi melalui ginjal, baik dalam bentuk asetil
maupun bentuk bebas. Masa paruh sulfonamide tergantung pada keadaan fungsi
ginjal. Sebagian kecil diekskresikan melalui tinja, empedu, dan air susu ibu.
Berdasarkan kecepatan absorpsi dan eksresinya, sulfonamide dibagi menjadi:
1

Sulfonamid dengan absorpsi dan eksresi cepat, antara lain : sulfadiazine dan
sulfisoksazol.

25

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dank arena
itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain : ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin.

Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pemberian topical antara lain :


sulfasetamid, mefenid, dan Ag-sulfadiazin.

Sulfonamid dengan masa kerja panjang, seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat


dan eksresinya lambat.

Trimetropin
Trimetoprim adalah suatu penghambat dihidrofolat reduktase bakteri poten
yang menunjukkan spectrum antibakteri mirip dengan sulfa. Namun demikian,
trimetoprim lebih sering dikombinasikan dengan sulfametoksazol.

Mekanisme Kerja
Bentuk folat aktif adalah derivate tetrahidro yang dibentuk melalui reduksi
oleh dihidrofolat reduktase. Reaksi enzimatik ini dihambat oleh trimetoprim, yang
menimbulkan turunnya koenzim folat purin, pirimidin dan sintesis asam amino.
Afimitas enzim reduktase bakteri terhadap trimetoprm lebih kuat dibandingkan
dengan enzim mamalia, yang dapat diperhitungkan sebagai toksisitas selektif obat.
Spektrum antibakteri. Spektrum antibakteri trimetoprim mirip sulfametoksazol;
namun demikian, trimetoprim 20 50 kali lebih poten dari sulfinamida. Trimetoprim
dapat digunakan secara tunggal untuk pengobatan infeksi traktus urinarius akut dan
prostatitis bakterial.
Obat ini resistensi pada bakteri gram negative disebabkan adanya perubahan
dihidrofolat reduktase yang afinitasnya terhadap obat lebih kecil.
Farmakokinetik

26

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Reabsorbsinya dari usus cepat dan praktis lengkap, PP-nya k.l. 50 % dengan
plasma waktu paruh dari 9-17 jam. Sebagian zat dirombak di hati; di dalam urin kadar
obat utuh tinggi sekali dan bertahan minimal selama 24 jam untuk kemudian
diekskresikan.
Efek samping dari obat Trimetoprim dapat menyebabkan defisiensi folat,
yaitu berupa anemia megaloblastik, leucopenia, gangguan saluran cerna, dan
granulositopenia. Reaksi ini dapat segara diperbaiki dengan pemberian asam folinat
secara stimulant yang tidak dapat masuk ke dalam bakteri.
2.4.4

Quinolon dan golongan lainnya


Obat golongan ini mempunyai mekanisme aksi menghambat DNA gyrase

sehingga dapat menghambat proses sintesis DNA bakteri. DNA gyrase merupakan
enzim bakterial yang bertanggungjawab terhadap proses pembukaan dan suprecoil
DNA protein

bakteri.

Quinolon

merupakan

satu-satunya

antibiotika

yang

menghambat replikasi DNA. Antibiotika golongan ini digunakan pada pengobatan


infeksi saluran kencing. Obat golongan ini mempunyai spectrum yang luas. Contoh
obat golongan ini yaitu quinolon, antiseptik saluran urin.
Quinolon
Asam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan Kuinolon lama yang
dipasarkan sekitar tahun 1960. Walaupun obat ini mempunyai daya antibakteri yang
baik terhadap kuman gram negatif, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung
terlalu

cepat

sehingga

sulit

dicapai

kadar

pengobatan

dalam

darah.

Karena itu penggunaan obat quinolon lama ini terbatas sebagai antiseptik saluran
kemih saja. Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan quinolon baru dengan
atom Fluor pada cincin quinolon (karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon).
Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar
spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta
memperpanjang masa kerja obat.

27

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Daya antibakteri Flurokuinolon jauh lebih kuat dibandingkan dengan


kelompok kuinolon, selain itu kelompok obat ini juga diserap dengan baik pada
pemberian oral, dan beberapa derivatnya tersedia juga dalam bentuk perenteral
sehingga dapat digunakan untuk penanggulangan infeksi berat, khususnya yang
disebabkan oleh kuman Gram-Negatif. Daya antibakterinya terhadap kuman GramPositif relatif Lemah. Yang termasuk golongan ini adalah Siprofloksasin, Ofloksasin,
Levofloksasin,

Pefloksasin,

Norfloksasin,

Enoksasin,

Levofloksasin,

dan

Flerofloksasin. Flurokuinolon Baru mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap


kuman Gram-Positif, serta kuman atipik penyebab infeksi saluran nafas bagian
bawah. Yang termasuk golongan ini adalah Moksifloksasin, Gatifloksasin, dan
Gemifloksasin.
Golongan quinolon ini digunakan untuk infeksi sistemik. Yang termasuk
golongan ini antara lain adalah Spirofloksasin, Ofloksasin, Moksifloksasin,
Levofloksasin,

Pefloksasin,

Norfloksasin,

Sparfloksasin,

Lornefloksasin,

Flerofloksasin dan Gatifloksasin.


Mekanisme Kerja
Pada saat perkembangbiakkan kuman ada yang namanya replikasi dan
transkripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas
DNA. Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix
DNA sebelum titik pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan
enzim DNA girase. Peranan antibiotika golongan Quinolon menghambat kerja enzim
DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.
Resistensi terhadap kinolon dapat trejadi melalui 3 Mekanisme, yaitu :
1. Mutasi Gen gyr A yang menyababkan subunit A dari DNA graise kuman berubah
sehingga tidak dapat diduduki molekul obat lagi.

28

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

2. Perubahan pada permukaan sel kuman yang mempersulit penetrasi obat kedalam
sel.
3. Peningkatan Mekanisme Pemompaan obat keluar sel (efflux).

Farmakokinetik
Asam Nalidiksat diserap baik melalui saluran cerna tetapi dengan cepat

dieksresikan dengan cepat melaliu Ginjal. Flurokinolon diserap lebih baik melalui
saluran

cerna

dibandingkan

dengan

asam

nalidiksat.

Pefloksasin

adalah

Flurokuinolon yang absorpsinya paling baik dan masa paruh eliminasinya paling
panjang. Bioavailabilitasnya pada pemberian peroral sama dengan pemberian
parenteral. Penyerapan Siproflaksin dan Flurokiunolon lainnya akan terhambat bila
diberikan bersama Antasida. Sifat Flurokuinolon yang menguntungkan ialah bahwa
golongan obat ini mampu mencapai kadar tinggi dalam prostat, dan cairan
serebrospinalis bila ada Meningitis, Sifat lainnya yang mengunutngkan adalah masa
paruh eliminasinya panjang sehingga obat cukup diberikan 2 kali dalam sehari.
Indikasi
Asam Nalidiksat hanya digunakan sebagai antiseptik saluran Kemih,
sedangkan Flurokuinolon digunakan untuk indikasi yang jauh lebih luas, antara lain :

Infeksi Saluran Kemih ( ISK )


Flurokuinilon Efektif untuk ISK yang disebabkan oleh kuman-kuman yang

multiresisten dan kuman P. Aeruginosa. Siprofloksasin, Norfloksasin, dan floksasin


dapat mencapai kadar yang cukup tinggi di jaringan prostat dan dapat diginakan
untuk terapi prostatitis bakterial akut maupun kronis.

Infeksi Saluran Cerna


Flurokuinilon juga Efektif untuk Diare yang disebabkan oleh shingela,

Salmonella, E. Coli, dan Campylobacter, Siploksasin dan ofloksasin mempunyai


efektifitas yang baik terhadap demam Tifoid.

Infeksi Saluran Nafas (ISN)

29

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Umum Efektifitas Flurokuinilon (Siproflaksin, Ofloksasin, dan enoksasin)


cukup baik untuk bakterial saluran nafas bawah. Tetapi ada lagi Flurokinolon
(moksifloksasin, Gemifloksasin,dan Levloksasin) mempunyai daya antibakteri yang
cukup baik terhadap kuman Gram-Positif maupun kuman Gram-Negatif, dan kuman
atipik penyebab infeksi saluran nafas Bawah.

Penyakit yang ditularkan Melalui Hubungan Seksual


Siprofloksasin oral dan levofloksasin oral merupakan obat pilihan utama

untuk pengobatan Uretritis dan Servitis oleh gonokukus.

Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak


Flurokinolon Oral mempunyai efektiitas sebanding dengan sealosporin

parenteral untuk pengobatan infeksi berat pada kulit atau jaringan lunak.
Antiseptik Saluran Urin
Infeksi saluran kemih (paling sistitis dan pielonefritis akut tanpa komplikasi)
pada perempuan usia subur, pada manula adalah salah satu masalah yang sering
ditemukan. Escherichia coli, Staphylococcus saprophyticus, Klebsiela pneumonia dan
Proteus mirabilis merupakan bakteri-bakteri yang sering menyebabkan infeksi
saluran kemih. Infeksi salura kemih dapat diobati dengan salah satu dari kelompok
obat yang disebut antiseptik salura kemih termasuk methenamin dan nitrofurantoin.

Metenamin
Metenamin atau heksamin adalah heksametilentetramin. Dalam suasana asam,

metenamin terurai dan membebaskan formaldehid yang bekerja sebagai antiseptik


saluran kemih. Formaldehid mematikan kuman dengan jalan menimbulkan denatursi
protein. Reaksi ini berlangsung baik pada pH yang rendah. Pada pH lebih dari 7.4
obat ini tidak efektif.

30

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Efek Antimikroba
Metenamin aktif terhadap berbagai jenis mikroba. Kuman gram negative
umumnya dapat dihambat dengan metenamin, kecuali Proteus karena kuman dapat
mengubah urea menjadi amonium hidroksida yang menaikkan pH sehingga
menghambat perubahan metenamin menjadi formaldehid. Karena tidak terjadi
resistensi kuman terhadap formaldehid, efektivitas metenamin tetap baik.
Obat ini digunakan untuk profilaksis terhadap infeksi saluran kemih brulang,
khususnya bila ada residu kemih. Metenamin tidak di indikasikan untuk infeksi akut
saluran kemih.
Mekanisme kerja
Untuk dapat bereaksi, metenamin harus terurai pada suatu Ph asam yaitu ph 5
atau kurang dalam urine, sehingga menghasilkan formaldehida yang toksik bagi
kebanyakan bakteri. Reaksi tersebut berjalan lambat, memerlukan waktu 3 jam untuk
mencapai 90 % per uraian. Metenamin tidak boleh diberikan pada penderita-penderita
yang sedang dipasang kateter (induelline chaterheters). Resistensi bakteri terhadap
formaldehida tidak terjadi.
Metenamin terutama digunakan untuk terapi suvresif kronik. Bakteri yang
memecahkan urea yang menyebabkan urine alkaline, seperti proteus biasanya resisten
terhadap kerja metenamin. Metenamin digunakan untuk mengobati infeksi saluran
kemih tetapi tidak efektif terhadap infeksi saluran kemih atas.

Farmakokinetik
Metenamin diberikan per oral. Selain formaldehida, ion amonium juga
dihasilkan dalam kandung kemih. Karena hepar dengan cepat memetabolisme
amoniak untuk membentuk urea, metenamin dikontraindikasikan pada penderita-

31

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

penderita dengan insufisisensi hati dengan kadar amonium dakam sirkulasi yang
meningkat

akan

bersifat

toksik terhadap

sistem saraf

pusat.

Metenamin

didistribusikan ke seluruh cairan tubuh, tetapi tidak terjadi dekomposisi metenamin


pada ph 7,4 sehingga tidak terjadi toksisitas sistemik. Obat tersebut dieliminasi di
dalam urine.
2 Nitrofurantoin
Nitrofurantoin lebih sedikit digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih
karena toksisitasnya dan spektrum antimikrobanya yang sempit.
Mekanisme kerja
Bakteri peka yang mereduksi obat ini menjadi suatu obat aktif yang
menghambat berbagai enzim dan merusak DNA. Aktivitasnya lebih besar dalam urine
yang asam
Nitrofurantoin bersifat bakteri ostatik. Bermanfaat terhadap e.coli, tetapi
bakteri gram negatif saluran kemih lainnya mungkin resisten. Kokus gram positif
peka.
Resistensi bersifat konstitutif. Ini berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mereduksi gugusan nitrogen dengan adanya oksigen. Resistensi tidak terjadi
selama terapi.
Farmakokinetik
Absorpsi lengkap setelah pemberian per oral. Obat tersebut diekskresikan
dengan cepat oleh filtrasi glomeruli. Keberadaan obat tersebut mengubah warna urine
menjadi cokelat, bisa mengejutkan penderita yang tidak tahu akan hal itu.

Efek-efek yang tak diinginkan


1 Gangguan saluran cerna

32

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Efek samping ini meliputi mual, muntah dan diare. Bentuk makrokristal
ditoleransi lebih baik. Minum obat bersama makanan atau susu akan
2

memperbaiki gejala ini.


Pneunomitis akut
Ini adalah komplikasi yang serius. Efek-efek paruh lain seperti fibrosis

pulmonalis interstisial, dapat terjadi pada pasien yang diobati kronik.


Masalah neurologi
Efek samping neurologi sperti sakit kepala, mistakmus dan polineuropati dengan

demielinasi (kadang-kadang menyebabkan kaki lumpuh) bisa terjadi.


Anemia hemolitik
Obat tersebut dikontraindikasikan pada penderita dengan defisiensi G-6-PD,
neonatus dan perempuan hamil.

2.5 RESISTENSI OBAT GOLONGAN ANTI BIOTIKA


Bakteri dikatakan resisten bila pertumbuhannya tidak dapat dihambat oleh
antibiotika pada kadar maksimum yang dapat ditolerir oleh pejamu. Misalnya,
organisme gram negatif resisten terhadap vankomisin. Namun demikian, Spesies
mikroba yang secara normal memberikan respons terhadap obat tertentu mungkin
menyebabkan berkembangnya strain yang resisten. Banyak organisme telah
diadaptasi melalui mutasi spontan atau membutuhkan resistensi dan seleksi, dan
berkembang menjadi strain yang lebih ganas serta kebanyakan dari oeganisme ini
resisten terhadap antibiotik multipel. Munculnya strain resisten tersebut telah
dijelaskan karena penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan tidak hati-hati pada
keadaan yang mungkin dapat sembuh tanpa pengobatan atau pada keadaan yang tidak
membutuhkan antibiotikka misalnya, batuk-pilek.

A. Perubahan genetik yang menyebabkan resistensi obat.


Resistensi berkembang akibat kemampuan DNA; mengalami mutasi spontan,
atau bergerak dari suatu organisme ke organisme lain.

33

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Mutasi spontan DNA : hasil mutasi mungkin menetap, dapat dikoreksi, atau
dapat bersifat letal terhadap sel. Namun demikian, bila sel tersebut dapat hidup,
sel tersebut mungkin bereplikasi dan mentransmiisikan sifat-sifat pada sel
anaknya sehingga timbul strain yang resisten, yang mungkin berproliferasi pada
keadaan tekanan selektif tertentu. Sebagai contoh : adalah munculnya strain
Mycobacterium tuberculosis yang resisiten terhadap rifampin digunakan secara

tunggal.
Mutasi obat karena transfer DNA : salah satu perhatian dalam masalah di klinik
yaitu resisten yang disebabkan transfer DNA dari satu organisme ke organisme
lain. ciri-ciri resistensi biasanya ditandai dalam faktor R ekstrakromosomal.
Faktor-faktor ini akan masuk ke dalam sel melalui proses seperti transduksi,
transformasi, atau yang lebih penting yaitu penggabungan bakteri.

B. Perubahan ekspresi protein


Resistensi obat mungki n terjjadi karena beberapa mekanisme seperti
kurangnya atau perubahan pada tempat target, rendah nya penetrasi obat karena
menurunnya permeabilitas, atau meningkatnya efluks atau adanya enzim-enzim yang
menginaktifkan antibiotika.
1

Modifikasi tempat target : perubahan tempat target melalui mutasi dapat


menimbulkan resistensi seperti yang terjadi dengan pengikatan protein oleh
penisilin pada S.aureus yang resiisten terhadap metisilin, atau enzim dihidrofolat
reduktase yang kurang sensitif dalam menghambat organisme yang resisten

terhadap trimetoprim
Menurunnya akumulasi : menurunnya penetrasi antibiotika dapat melindungi
organisme karena obat tersebut tidak mampu mendapatkan jalan ke tempat target
yang disebabkan adanya sistem efluks yang memompa obat keluar (tetrasiklin,

primakuin).
Inaktivasi oleh enzim : kemampuan menghancuran atau menginaktifkan
antimikroba juga dapat menimbulkan resistensi. Misalnya beta laktamase

34

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

menghancurkan banyak penisilin dan sefaloporin dan asetiltranferase dapat


merubah kloramfenikol menjadi benutk yang tidak aktif.
2.6 Pengertian Sitostatika
Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel sel secara
fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil dan 10 % tidak berhasil.
Saat ini sedang dikembangkan terapi baru pada kanker yaitu imunoterapi, yaitu
dengan memodulasi sistem kekebalan tubuh terhadap tumor, yang diharapkan dapat
membunuh sel-sel kanker yang tersebar secara sistemik setelah terapi definitif lokal
di lakukan. Zat-zat imunomodulator banyak tedapat tanaman obat. Oleh karena itu
saat ini sedang di cari terapi alternatif dari tanamn obat yang dapat memodulasi
sistem imun terhadap sel kanker, bahkan bila ada, dicari tanaman obat yang dapat
bersifat sitostatika.Penggolongan obat sitostatika :
a.
b.
c.
d.

Alkylating agent : Cisplatin, sikofosfamid


Anti metabolites : Cystosine, florouracil
Antibiotika : Bleomycin, daunomiycine
Mitotik inhibitors : Vinkristine, inblastine
Kebanyakan obat anti neoplasma yang secara klinis bermanfaat, agaknya

bekerja dengan menghambat sintesis enzim maupun bahan esensial untuk sintesis dan
atau fungsi asam nukleat. Berdasarkan mekanisme cara kerja obat , zat yang berguna
pada tumor kepala leher dibagi sebagai berikut :
1. Antimetabolit, Obat ini menghambat biosintesis purin atau pirimidin. Sebagai
contoh MTX, menghambat pembentukan folat tereduksi, yang dibutuhkan
untuk sintesis timidin.
2. Obat yang mengganggu struktur atau fungsi molekul DNA. Zat pengalkil
seperti CTX ( Cyclophosphamide) mengubah struktur DNA, dengan demikian
menahan replikasi sel. Di lain pihak, antibiotika seperti dactinomycin dan
doxorubicin mengikat dan menyelip diantara rangkaian nukleotid molekul
DNA dan dengan demikian menghambat produksi mRNA.

35

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

3. Inhibitor mitosis seperti alkaloid vinka contohnya vincristine dan vinblastine,


menahan pembelahan sel dengan mengganggu filamen mikro pada kumparan
mitosis.
Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal yang
membelah secara cepat seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada traktus gastro
intestinal. Akibat yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi sum-sum tulang yang
memudahkan terjadinya infeksi. Pada traktus gastro intestinal bisa terjadi mual,
muntah anoreksia dan ulserasi saluran cerna. Sedangkan pada sel rambut
mengakibatkan kerontokan rambut.
Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap
jantung, yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa kronik
fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi dan sebaiknya
dievalusi fungsi faal hepar dan faal ginjalnya. Kelainan neurologi juga merupakan
salah satu efek samping pemberian kemoterapi.Secara umum kemoterapi bisa
digunakan dengan 4 cara kerja yaitu :
1. Sebagai neoadjuvan yaitu pemberian kemoterapi mendahului pembedahan dan
radiasi.
2. Sebagai terapi kombinasi yaitu kemoterapi diberikan bersamaan dengan
radiasi pada kasus karsinoma stadium lanjut.
3. Sebagai terapi adjuvan yaitu sebagai terapi tambahan paska pembedahan dan
atau radiasi
4. Sebagai terapi utama yaitu digunakan tanpa radiasi dan pembedahan terutama
pada kasus kasus stadium lanjut dan pada kasus kanker jenis hematologi
(leukemia dan limfoma).
2.7 Obat bahan alam yang mengandung efek farmakologi
Menghambat pertumbuhan sel kanker sehingga tua dan mati dilakukan dengan
:
1. Tanaman Obat yang bersifat sitostatika : secara langsung menghambat
pertumbuhan sel kanker

36

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

2. Memperkuat sel-sel jaringan sekitar sel kanker dengan tanaman obat yang
bersifat:
3. Anti Toxic: membersihkan racun-racun yang dihasilkan oleh sel kanker
maupun akibat rusaknya jaringan yang diserang kanker
4. Hemostatik; menghambat pendarahan akibat rusaknya pembuluh darah karena
serangan kanker
5. Anti Inflamasi; menghilangkan peradangan dan pembengkakan sehingga
fungsi-fungsi organ/jaringan dapat efektif.
Berikut kami tampilkan beberapa pengobatan dan kesaksian keberhasilan dari
pengguna ramuan-ramuan dari Roemah Obat Alami dalam mengatasi penyakit
Kanker/Tumor.
Berdasarkan konsep tersebut diatas telah meramu tanaman-tanaman obat yang
terdiri dari berbagai jenis tanaman obat yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut
diatas, dan yang memang mempunyai efek farmakologis sebagai: anti kanker, anti
peradangan, hemostatik, anti toxic, anti inflamasi dan antibiotic.
Untuk menghindarkan perebusan yang dapat menyebabkan hilangnya zat aktif
dalam ramuan, dan merupakan suatu inovasi terbaru dalam dunia pengobatan
tanaman obat/herbal serta untuk lebih mempermudah pemakaiannya,

ramuan

tersebut dikemas dalam kemasan TEH CELUP, dengan dosis yang terukur tepat
hingga

menghasilkan

kinerja

obat

yang

maximal

dan

aman.

Ramuan Obat Herbal yang dipergunakan untuk mengatasi berbagai jenis penyakit
kanker/tumor dan secara empiris terbukti telah dapat mengatasi penyakit-penyakit
tersebut adalah :
1

Phaleria Mix (K)

Berfungsi khusus sebagai obat untuk kanker / tumor

yang terbuat dari tanaman obat yang

mengandung unsur dan efek

farmakologis untuk mengatasi kanker / tumor, anti peradangan, anti toxic,


antibiotic terbuat dari:
Phaleria Macrocarpa (Mahkota Dewa)
Curcuma Zedoaria (Temu Putih)

37

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Andrographis Paniculata (Sambiloto)


Selaginella Doerderlini (Cakar Ayam)
Hedyotis Corymbusa (Rumput Mutiara)
Curcuma Alba (Kunir Putih)
Dendrophtoe petandra (Benalu)
Catharanthus roseus (Tapak Dara)
Grifola frondosa (Jamur Maitake)
Pettiveria alliacea (Tangguh)
2. Phaleria Mix Amsitu : Berfungsi sebagai Anti Biotic Herbal untuk
mengatasi peradangan, mengecilkan bengkak / benjol akibat kanker/tumor
terbuat dari :
Andrographis Paniculata (Sambiloto)
Ipomea Pers (Tapak Liman)
Hedyotis Corymbusa (Rumput Mutiara)
Merremia Mamosa (Bidara Upas)
Hybiscus Mutabilis (Waru Landak)
Kapsul Multi K : Khusus diberikan kepada penderita Kanker /
Tumor Stadium Lanjut, dimana unsur Keladi Tikus sangat dominan
disini yang dapat menimbulkan efek gatal, Multi K satu-satunya
ramuan kami yang dibuat dalam Kapsul
3. Teh Centella : Berfungsi sebagai pemulihan syaraf-syaraf yang rusak
atau lemah akibat serangan kanker/tumor, yang akan diberikan setelah masa
pengobatan selesai., dalam masa pemulihan.
2.8 Cara skrining farmakologi dan fitokimia
Pendekatan skrining fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia
dalamtumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah,
biji), terutama kandungan

metabolit

sekunder yang bioaktif,

yaitu

alkaloid,

antrakinon, flavonoid,glikosida jantung, kumarin, saponin (steroid dan triterpenoid),


tanin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), iridoid, dan sebagainya. Adapun tujuan
utama dari pendekatan skriningfitokimia adala untuk mensurvei tumbuhan untuk
mendapatkan kandungan bioaktif ataukandungan yang berguna untuk pengobatan.
Metode yang digunakan untuk melakukan skrining fitokimia harus
memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

38

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

1.
2.
3.
4.
5.

Sederhana
Cepat
Dirancang untuk peralatan minimal
Bersifat selektif untuk golongan senyawa yang dipelajari
Bersifat semi kuantitatif sebegitu jauh dapat diketahui batas terendah dari
golongansenyawa yang dipelajari
Dapat memberikan keterangan tambahan ada atau tidaknya senyawa tertentu

darigolongan senyawa yang dipelajari. Adapun hingga saat ini prosedur yang banyak
dipublikasikan memenuhi kriteria (a)sampai dengan (d) dan sangat sedikit memenuhi
kriteria (e) sampai dengan (f) (Fransworth, 1966). Skrining fitokimia ini dilakukan
dengan dua macam uji, yaitu uji tabung dan uji kromatografi. Uji tabung digunakan
sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui macamsenyawa yang terdapat dalam
serbuk tumbuhan yang belum diketahui. Sedangkan uji kromatografi digunakan
sebagai penegas jenis senyawa dari uji tabung yang dilakukan sebelumnya. Dalam
praktikum ini uji kromatografi dilakukan dengan Kromatografi LapisTipis (KLT).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah
1. Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacammacam jemis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R)
benzilpenisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur
cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943).

39

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

2. Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara


menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan
penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
3. Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya
semakin lama semakin berkurang karena masalah resistansi.
4. Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif
dan gram negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap
pseudomonas

aeruginosa.

Streptomisin

aktif

teradap

mycobacterium

tuberculosis dan penggunaannya sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.


5. Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat
toksik. Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat
haemophilus influenzae, deman tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia
dan infeksi berat lainnya.
6. Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan
penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi
eritremisin mencakup indikasi saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan
enteritis karena kampilo bakter.
7. Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin
dan gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusangugusan amino bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya
diperoleh dari jamur, antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah.
Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas,
basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
8. Sitostatika adalah suatu pengobatan untuk mematikan sel-sel secara fraksional
( fraksi tertentu mati), sehingga 90 % berhasil dan 10 % tidak berhasil. Saat
ini sedang dikembangkan terapi baru pada kanker yaitu imunoterapi, yaitu
dengan memodulasi sistem kekebalan tubuh terhadap tumor, yang diharapkan
dapat membunuh sel-sel kanker yang tersebar secara sistemik setelah terapi
definitif lokal di lakukan. Contoh tanaman yang di gunakan untuk
atau berfungsi khusus sebagai obat untuk kanker / tumor yaitu :
Phaleria Macrocarpa (Mahkota Dewa)

40

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang

Curcuma Zedoaria (Temu Putih)


Andrographis Paniculata (Sambiloto)
Selaginella Doerderlini (Cakar Ayam)
Hedyotis Corymbusa (Rumput Mutiara)

3.2 Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar dalam pembuatan tugas selanjutnya
dapat lebih baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini.

41

You might also like