Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun unutk
seorang dokter ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk
maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar mengerti
bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit.
Antiboitika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungsinya, yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga
dapar dibuat secara sintesis. Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi mikroba
khususnya yang merugikan manusia. Sedangkan Sitostatika adalah suatu pengobatan
untuk mematikan sel sel secara fraksional ( fraksi tertentu mati), sehingga 90 %
berhasil daan 10 % tidak berhasil.
Sitostatika merupakan salah satu pengobatan kanker yang paling banyak
menunjukkan kemajuan dalam pengobatan penderita kanker. Karena itu pula harapan
dan tumpuan dunia medis terhadap efek pengobatan dengan sitostatika terus
meningkat. Sejalan dengan harapan tersebut upaya menyembuhkan atau sekurangnya
mengecilkan ukuran kanker dengan sitostatika terus meluas.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Antibiotik ?
2. Bagaimana cara pembuatan Antibiotik ?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari obat antibiotik ?
4. Apa saja golongan obat antibiotik ?
Bab I Pendahuluan.
Bab II Tinjauan Pustaka.
Bab III Kesimpulan dan Saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Antibiotika
Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang
dapat
menghambat
pertumbuhan
atau
membasmi
jenis
mikroba
lain.
Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan
miroorganisme hidup tertua fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki khasiat
mematikan atau menghambat pertumbuahan banyak bakteri dan beberapa virus besar,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.
2.2 Pembuatan Antibiotika
Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana
mikroorganisme dibiakan dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus.
Kedalam cairan pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat
pertumbuhan jamur sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari
cairan kultur, antibiotika dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika
tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini, melakukan secara kimiawi, antara lain
kloramfenikol
Pada umumnya aktivitasnya dinyatakan dalam suatu berat (mg), kecuali zat
yang belum sempurna pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya
Lapisan terluar dari bakteri, yaitu dinding sel, tersusun atas komponen
peptidoglikan, yang berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel bakteri dan
melindungi bakteri dari pengaruh luar. Adanya dinding sel ini memungkinkan bakteri
untuk menjaga tekanan osmotik internal tetap tinggi. Beberapa jenis antibiotika
seperti penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin mampu
menghambat sintesis dinding sel ini, sehingga sel menjadi lisis dan akhirnya mati.
Golongan antibiotik ini terbagi menjadi golongan -Laktam (azetreonam,
sefalosporin, imipenem, penisilin) dan golongan peptida (basitrasin, vancomisin).
Antibiotik Golongan -Laktam
Obat golongan ini mempunyai struktur kimia yang mengandung cincin laktam. Obat ini bersifat bakterisidal. Cincin -laktam itulah yang menyebabkan obat
golongan ini efektif. Jika cincin -laktam rusak atau terbuka maka aktivitasnya akan
hilang. Bakteri yang tidak peka terhadap golongan ini kemungkinan dapat
mengeluarkan suatu enzim yang dapat merusak -laktam. Contoh enzim yang dapat
merusak cincin -laktamase, penisilinase, dan sefalosporinase. Untuk mencegah
kerusakan -laktam atau inaktivitasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain:
Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicillium chrysogenum, dari berbagai jenis
yang dihasilkan, perbedaan antara penisilin dan sefalosporin yaitu terletak pada
gugusan samping R saja. Perubahan-perubahan pada gugusan samping R
menghasilkan derivat-derivat dengan dengan sifat yang berlainan. Misalnya
terbentuknya
derivat
yang
tahan
asam
yang
dapat
digunakan
peroral
Sefalosforin
Sefalosporin merupakan antibiotika yang bersifat bakterisid yang aksi
utamanya mirip dengan penisilin. Sefalosporin bekerja dengan menghambat
pembentukan dinding sel bakteri pada fase akhir dengan terikat pada satu atau lebih
Penicillin Binding Proteins (PBPs) yang terdapat pada membran sitoplasma di bawah
dinding sel bakteri.
Sebagian besar sefalosporin tersedia dalam bentuk parenteral. Meskipun
distribusinya cukup luas di seluruh tubuh, hanya beberapa yang dapat menembus CSS
dan mencapai kadar terapeutik di otak pada kondisi meningitis. Semua sefalosporin,
termasuk yang eliminasi utamanya melalui mekanisme hepatal, memberikan
konsentrasi yang cukup di dalam urin untuk terapi infeksi saluran kencing. Kadar
sefalosporin di dalam kandung empedu dapat lebih tinggi dibandingkan dengan
kadarnya dalam plasma. Sefalosporin aminothiazolyl dapat menembus humor
aqueous sehingga bermanfaat untuk terapi infeksi pada mata.
Sefalosforin merupakan antibiotik betalaktam yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan
penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosporin
termasuk
golongan
antibiotika
Betalaktam.
Seperti
antibiotik
yaitu sefaklor, sefamandol, dan sefoxitin. Generasi III mempunyai spectrum yang
lebih luas dan lebih resistensi terhadap enzim -Laktamase. Contoh dari obat
golongan ini ialah sifotaksin, seftazidin, seftriaxon. Generasi IV mempunyai aktivitas
baik terhadap bakteri gram positif, maupun gram negatif dan mempunyai resisitensi
terhadap enzim -Laktamase yang lebih baik. Contoh obat dari golongan ini yaitu
sefepim dan sefpirum.
Azetreonam
Aztreonam merupakan derivat monobaktam pertama yang terbukti bermanfaat
secara klinis. Monobaktam pada awalnya diisolasi dr kuman Gluconocabacter,
Acetobacter, Chromobacterium, tetapi aktivitas antibakterinya sangat lemah.
Aztreonam terdiri hanya atas satu cincin-laktam (monosiklis) tanpa gugusan
cincin lainnya, berlainan dengan zat zat penisilin/sefalosporin, oleh karena itu
dinamakan monobaktam. Aztreonam dihasilkan oleh antara lain chromobacterium
violaceum, tetapi sebagai obat dibuat secara sintesis. Khusus bekerja terhadap kuman
Gram-negatif aerob termasuk pseudomonas, H. Infuluenzae dan gonococci yang
resisten terhadap penisilinase. Tidak aktif terhadap kuman Gram-positif dan anaerob.
Berkhasiat bakterisid berdasarkan mekanisme yang sama dengan penisilin dan
sefalosporin, yakni penghambatan sintesa dinding sel kuman.
Mekanisme kerja
Obat aztreonam yaitu bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel kuman,
seperti antibiotika betalaktam lain. Antibiotik ini dg mdh menembus dinding dan
membran sel kuman gram-neg aerobik, kmd mengikat penicillin-binding-protein 3 (PBP 3). Pengaruh interaksi tsb pd kuman ialah terjadi perubahan bentuk filamen,
pembelahan sel terhambat dan mati. KBM aztreonam terhadap kuman yang peka
tidak banyak berbeda dengan KHM-nya. Aztreonam tidak terikat pada PBP esensial
kuman gram-positif dan kuman anaerob.
perbandingan sama, silastatin akan meningkatkan kadar imipenem aktif dalam urin
dan mencegah efek toksiknya terhadap ginjal.
Mekanisme kerja
Imipenem mengikat PBP2 dan menghambat sintesis dinding sel kuman. In
vitro obat ini berspektrum sangat luas, termasuk kuman garm positif dan gram
negatif, baik yang aerobik maupun anaerobik; imepenem beraktivitas bakterisid.
Betalaktamase baik yang diperantai plasmid maupun kromosom. Imipenem in vitro
sangat aktif terhadap kokus gram positif, termasuk stafilikok, streptokok, pneumokok
dan E. faecalis serta kuman penghasil betalakamase umumnya. Tetapi obat ini tidak
aktif terhadap stafilokok resisten metisilin atau galur yang uji koagulasinya negatif.
Imipenem aktif terhadap sebagian besar Enterobacteriaceae. Potensinya sebanding
dengan aztreonam dan sefalosporin generasi ketiga. Selain itu spektrumnya meluas
diberikan
secara
suntikan.
Setelah
pemberian
masing-masing
1g
10
adalah
suatu
glikopeptida
trisiklik
yang
penting
pada
diabsorpsi setelah pemberian oral, cara pemberian ini hanya diberikan untuk
pengobatan kolitis yang diinduksi antibotika dan disebabkan klostridium difficile.
Adanya inflamasi menyebabkan obat ini dapat mempenetrasi menigen.metabolisme
minimal : 90-100% diekresikan oleh filtrasi glomerulus. Catatan : dosis obat harus
disesuaikan poada pasien gagal ginjal karena obat ini akan berakumulasi. Waktu
paruh normal : 6- 10 jam, dan dibandingkan dengan pasien penyakit ginjal akan
berakhir lebih dari 200 jam.
Efek samping vankomisin merupakan masalah yang serius dan dapat berupa
demam, menggigil, dan atau flebitis pada tempat infus. Syok dapat terjadi karena
pemberian infus yang cepat. Muka kemerahan dan syok yang terjadi karena lepasnya
histamin yang disebabkan oleh infus cepat. Hilangnya pendengaran berkaitan dengan
dosis terjadi pada pasien gagal ginjal yang mengakibatkan akumulasi obat.
2.4.2
30s atau 50s bakteri sehingga mempengaruhi proses transkripsi mRNA menjadi
protein. Terdapat lima golongan obat yaitu aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol,
klindamisin, eritromisin, tetrasiklin. Resistensi bakteri terhadap obat ini disebabkan
karena penurunan uptake obat ke dalam sel bakteri, dan perubahan sub unit ribosom.
Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah golongan antibiotika bakterisidal yang dikenal toksik
terhadap saraf otak VII komponen vestibular maupun akustik (ototoksik) dan
terhadap ginjal (nefrotoksik). Antibiotika ini merupakan produk berbagai spesies
Streptomyces atau fungus lainnya. Sejak tahun 1943 sampai sekarang berbagai
derivate aminoglikosida telah dikembangkan, misalnya streptomisin, neomisin,
kanamisin, paromomisin, gentamisin, tobramisin, amikasin, sisomisin, dan netilmisin.
Senyawa aminoglikosida dibedakan dari gugus gula amino yang terikat pada
aminosiklitol. Gentamisin merupakan prototip golongan aminoglikosida.
12
Mekanisme kerja
Aminoglikosida berdifusi lewat kanal air yang dibentuk oleh porin proteins
pada membran luar dari bakteri gram-negatif masuk ke ruang periplasmik. Sedangkan
transport melalui membrane dalam sitoplasma membutuhkan energi. Fase transfor
yang tergantung energy ini bersifat rate limiting, dapat diblok oleh ca ++ dan Mg+
+
aktivitas aminoglikosida pada lingkungan anaerobic suatu abses atau urin asam yang
bersifat hiperosmolar. Setelah masuk sel, aminoglikosida terikat pada ribosom 30S
dan menghambat sintesis protein. Terikatnya aminoglikosida pada ribosom ini
mempercepat transport aminoglikosida ke dalam sel, di ikuti dengan kerusakan
membrane sitoplasma, dan disusul kematian sel.
Yang diduga terjadi ialah salah baca (mis reading) kode genetic yang
menyebabkan terganggunya sintesis protein. Jenis asam amino yang salah (berbeda
dari yang seharusnya) disambung pada rantai polipeptida, sehingga terbentuk jenis
protein yang salah. Streptomisin menghambat proses normal polimerisasi asam amino
setelah terbentuk kompleks awal peptida. Ketergantungan mikroba terhadap
streptomisin diduga juga berhubungan dengan salah baca kode tersebut. Fenomena ini
sangat menarik, tetapi makna kliniknya belum jelas.
Aminoglikosida bersifat bakterisidal cepat. Pengaruha monoglikosida
menghambat sintesis protein dan menyebabkan salah baca dalam penerjemahan
mRNA, tidak menjelaskan efek letalnya yang cepat. Berdasarkan kenyataan tersebut,
diperkirakan aminoglikosida menimbulkan pula berbagai efek sekunder lain terhadap
fungsi sel mikroba, yaitu terhadap respirasi, adaptasi enzim, keutuhan membran dan
keutuhan RNA.
Resistensi
Masalah
resistensi
merupakan
kesulitan
utama
dalam
penggunaan
13
melakukan beberapa tahap pembiakan ulang suatu mikroba dalam medium yang
mengandung streptomisin. Resitensi terhadap streptomisin dapat cepat terjadi
,sedangkan resistensi terhadap aminoglikosida lainnya terjadi lebih berangsur-angsur.
Bakteri dapat resisten terhadap aminoglikosida karena kegagalan penetrasi
kedalam kuman, rendahnya afinitas obat pada ribosom atau inaktivasi obat oleh
enzim kuman. Hal yang tersebut terakhir merupakan mekanisme terpenting yang
menjelaskan resistensi di dapat terhadap aminoglikosida di klinik.
Farmakokinetik
Aminoglikosida sebagai polikation bersifat sangat polar, sehingga sangat
sukar di absorbs melalui saluran cerna. Kurang dari 1 % dosis yang diberikan
diabsorbsi lewat saluran cerna. Pemberian per oral hanya dimaksudkan untuk
mendapatkan efek local dalam saluran cerna saja, misalnya pada persiapan prabedah
usus. Untuk mendapatkan kadar sistemik yang efektif aminoglikosida perlu diberikan
secara parenteral.
Efek samping
Efek samping oleh aminoglikosida dalam garis besarnya dapat dibagi dalam
tiga kelompok : 1. Alergi, 2. Reaksi iritasi dan toksik, 3. Dan perubahan biologic.
Makrolida
Makrolida adalah suatu golongan antibiotika dengan suatu struktur
makrosiklik lakton. Obat-obat pada golongan makrolida yaitu :
1
2
3
Eritromisin
Klaritromisin
Azitromisin
Eritromisin merupakan obat pertama yang digunakan di klinik baik sebagai
obat pilihan dan sebagai alternatif terhadap penisilin pada individu yang alergi
terhadap antibiotika beta laktam. Anggota baru dari kelompok ini, klaritromisin
(suatu bentuk eritromisin metilasi) dan sitromisin (mempunyai cincin lakton yang
14
lebih besar) mempunyai beberapa gambaran yang sama dengan eritromisin. Akhirakhir ini, diritromisin, suatu makrolid yang mempunyai spektum antibakteri mirip
eritromisin, tetapi keuntungannya cukup dengan dosis sekali sehari baru diedarkan di
pasaran.
1
Eritromisin. Efektif terhadap organisme yang sama seperti penisilin, karena itu
obat ini digunakan pada penderita yang alergi terhadap penisilin. Selain itu, obat
ini merupakan obat pilihan untuk pengobatan infeksi :
a Infeksi klamidia, : eritromisin merupakan alternatif selain tetrasiklin
dalam mengobati infeksi epididimal, rektal, endoservikal atau uretral
b
akibat klamidia.
Eritromisin merupakan obat pilihan untuk infeksi urogenital akibat
antibakteri
mirip
dengan
15
Pemberian : eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga obat ini
diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua obat ini diabsorpsi
secara adekuat (memenuhi syarat; memadai; sama harkatnya) setelah pemberian
per oral. Klaritromisin dan azitromisin stabil terhadap asam lambung dan siap
diabsorbsi. Makanan dapat mempengaruhi absorbsi eritromisin dan azitromisin
tetapi mungkin meningkatkan insidens tromboflebitis. Tromboflebitis merupakan
16
dosis tinggi.
Kontraindikasi : penderita tentang gangguan fungsi hati tidak boleh mendapatkan
Kloramfenikol
17
Aktivitas
18
dapat
memanjang sedikit pada pasien gagal ginjal sehingga diperlukan penyesuaian untuk
kadar obat dalam plasma. Hal ini dapat pulaterjadi pada pasien dengan gangguan
fungsi hati yang berat.
Mekanisme kerja
Klindamisin dapat bekerja sebagai bakteriostatik maupun baktensida
tergantung konsentrasi obat pada tempat infeksi dan organisme penyebab infeksi.
Klindamisin menghambat sintesa protein organisme dengan mengikat subunit
19
pada Mrna sel bakteri. Penggunaaan tetrasiklin bersamaan dengan makanan akan
mengganggu absorpsinya. Tetrasiklin dapat membentuk kompleks kelat yang tidak
larut dengan beberapa logam yaitu kalsium, aluminium, dan magnesium. OLeh
karena itu,
20
doksisiklin), Ph tinggi, pembentukan kelat (kompleks tetrasiklin dengan zat lain yang
sukar diserap seperti kation Ca2+, Mg2+, Fe2+, Al3+, yang terdapat dalam susu dan
antasida). Oleh sebab itu sebaiknya tetrasiklin diberikan seblum atau 2 jam setelah
makan. Resorpsi tetrasiklin dari usus pada perut kosong adalah lebih kurang 75% dan
agak lambat. Baru setelah 3-4 jam tercapai kadar puncak dalam darah. Pengecualian
adalah doksisiklin dan minosiklin yang diserap baik sekali (90-100%), juga bila
diminum bersamaan dengan makana. PP paling tinggi adalah doksisiklin 90%, lalu
minosiklin 75%, disusul oleh oksitetrasiklin 35%. waktu paruh
tetrasiklin dan
oksitetrasiklin berkisar antara 9 jam, rata-rata 18 jam untuk minosiklin dan 23 jam
untuk doksisiklin. Daya penetrasi ke dalam jaringan agak baik berkat sifat lipofilnya
dengan afinitas khusus untuk tulang, gigi, kuku, kulit meradang, mata dan prostat.
Difusinya kedalam cairan serebrospinal buruk kecuali minosiklin.
21
Ekskresi
tetrasiklin terutama secara utuh melalui ginjal, maka kadarnya dalam kemih tinggi.
Doksisiklin dan minosiklin terutama diekskresi melalui empedu dan tinja.
Farmakodinamik
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.
Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotic ke dalam ribosom bakteri
Gram-negatif : pertama secara difusi pasifmelalui kanal hidrofilik, kedua melalui
sistem transport aktif. Setelah masuk antibiotic berikatan secara reversible dengan
ribosom 30 S dan mencegah ikatan t- RNA-aminoasil pada komplek m-RNAribosom. Hal tersebut mencegah perpanjangan rantai peptida yang sedang tumbuh
dan berakibat terhentinya sintesis protein.
Indikasi
Digunakan pada infeksi saluran nafas dan paru-paru, saluran kemih, kulit dan
mata. Penggunaannya pada acne hebat berkat daya menghambatnya terhadap
aktivitas enzim lipase dari kuman yang memegang peranan penting pada
(Propionibacter acnes). Pada bronchitis kronis adakalanya tetrasiklin digunakan
sebagai profilaksis serangan akut.
Efek Samping
Pada penggunaan oral seringkali terjadi gangguan lambung-usus (mual,
muntah, diare). Penyebabnya adalah rangsangan kimiawi terhadap mukosa lambung
oleh bagian obat yang tak diserap, terutama pada tetrasiklin. Menimbulkan supra
infeksi dengan gewjala mulut dan tenggorok nyeri, gatal sekitar anus dan diare. Efek
samping yang lebih serius adalah sifat penyerapannya pada jaringan tulang dan gigi
yang sedang tumbuh pada janin dan anak-anak. Efek samping yang lain adalah
fotosensitasi yaitu kulit menjadi peka terhadap cahaya, menjadi kemerah-merahan
dan gatal-gatal. Oleh karena ini selama terpi dengan tetrasiklin hendaknya janagan
terkena sinar matahari yang kuat.
Interaksi obat
22
Antagonis folat
Asam folat merupakan senyawa yang digunakan dalam sintetis asam amino
dan DNA dalam sel. Bakteri tidak dapat mengabsorpsi asam folat sehingga harus
membuat sendirinya dari substrat PABA (Para Amino Benzoic Acid), glutamat, dan
pteridin. Pada manusia, tidak dapat membuat asam folat. Asam folat merupakan
vitamin B-Kompleks. Contoh obat golongan ini yaitu sulfonamide dan trimetropin
Antagonis folat mempunyai spectrum luas, dan efektif terhadap baik bakteri gram
positif dan negatif. Mekanisme obat antibiotika antagonis folat berhubungan dengan
sintesis asam folat.
p-Aminobenzoic acid (PABA)
Dihidropteroate
Sulfonamid
Synthase
Dihydrofolate
Trimetropin
Reductase
Asam tetrahidrofolat
Sintetis purin
23
Sintetis DNA
Gambar sintetis asam folat, dan aksi dari sulfonamide dan trimetropin.
Sulfonamide
Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik
untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Sulfonamida
merupakan kelompok obat penting pada penanganan infeksi saluran kemih (ISK).
Indikasi
1. Kemoterapeutikum : Sulfadiazin, Sulfathiazol
2. Antidiabetikum : Nadisa, Restinon.
3. Desibfektan saluran air kencing : Thidiour
4. Diuretikum : Diamox
Sulfonamide bersifat ampoter, karena itu sukar di pindahkan dengan cara
pengocokan yang digunakan dalam analisa organik dan bersifat mudah larut dalam
aseton, kecuali Sulfasuksidin, Ftalazol dan Elkosin.
Sulfanamida adalah anti mikroba yang digunakan secara sistemis maupun
topikal untuk beberapa penyakit infeksi. Sebelum ditemukan antibiotik, sulfa
merupakan kemoterapi yang utama, tetapi kemudian penggunaannya terdesak oleh
antibiotik. Pertengahan tahun 1970 penemuan preparat kombinasi trimetoprim dan
sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamida. Selain sebagai
kemoterapi derivat sulfonamida juga berguna sebagai diuretik dan anti diabetik oral
(ADO).
Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan
negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para
Amino Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa :
H2N C6H4 COOH
Mekanisme Kerja
24
Sulfonamid dengan absorpsi dan eksresi cepat, antara lain : sulfadiazine dan
sulfisoksazol.
25
Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dank arena
itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain : ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin.
Trimetropin
Trimetoprim adalah suatu penghambat dihidrofolat reduktase bakteri poten
yang menunjukkan spectrum antibakteri mirip dengan sulfa. Namun demikian,
trimetoprim lebih sering dikombinasikan dengan sulfametoksazol.
Mekanisme Kerja
Bentuk folat aktif adalah derivate tetrahidro yang dibentuk melalui reduksi
oleh dihidrofolat reduktase. Reaksi enzimatik ini dihambat oleh trimetoprim, yang
menimbulkan turunnya koenzim folat purin, pirimidin dan sintesis asam amino.
Afimitas enzim reduktase bakteri terhadap trimetoprm lebih kuat dibandingkan
dengan enzim mamalia, yang dapat diperhitungkan sebagai toksisitas selektif obat.
Spektrum antibakteri. Spektrum antibakteri trimetoprim mirip sulfametoksazol;
namun demikian, trimetoprim 20 50 kali lebih poten dari sulfinamida. Trimetoprim
dapat digunakan secara tunggal untuk pengobatan infeksi traktus urinarius akut dan
prostatitis bakterial.
Obat ini resistensi pada bakteri gram negative disebabkan adanya perubahan
dihidrofolat reduktase yang afinitasnya terhadap obat lebih kecil.
Farmakokinetik
26
Reabsorbsinya dari usus cepat dan praktis lengkap, PP-nya k.l. 50 % dengan
plasma waktu paruh dari 9-17 jam. Sebagian zat dirombak di hati; di dalam urin kadar
obat utuh tinggi sekali dan bertahan minimal selama 24 jam untuk kemudian
diekskresikan.
Efek samping dari obat Trimetoprim dapat menyebabkan defisiensi folat,
yaitu berupa anemia megaloblastik, leucopenia, gangguan saluran cerna, dan
granulositopenia. Reaksi ini dapat segara diperbaiki dengan pemberian asam folinat
secara stimulant yang tidak dapat masuk ke dalam bakteri.
2.4.4
sehingga dapat menghambat proses sintesis DNA bakteri. DNA gyrase merupakan
enzim bakterial yang bertanggungjawab terhadap proses pembukaan dan suprecoil
DNA protein
bakteri.
Quinolon
merupakan
satu-satunya
antibiotika
yang
cepat
sehingga
sulit
dicapai
kadar
pengobatan
dalam
darah.
Karena itu penggunaan obat quinolon lama ini terbatas sebagai antiseptik saluran
kemih saja. Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan quinolon baru dengan
atom Fluor pada cincin quinolon (karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon).
Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar
spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta
memperpanjang masa kerja obat.
27
Pefloksasin,
Norfloksasin,
Enoksasin,
Levofloksasin,
dan
Pefloksasin,
Norfloksasin,
Sparfloksasin,
Lornefloksasin,
28
2. Perubahan pada permukaan sel kuman yang mempersulit penetrasi obat kedalam
sel.
3. Peningkatan Mekanisme Pemompaan obat keluar sel (efflux).
Farmakokinetik
Asam Nalidiksat diserap baik melalui saluran cerna tetapi dengan cepat
dieksresikan dengan cepat melaliu Ginjal. Flurokinolon diserap lebih baik melalui
saluran
cerna
dibandingkan
dengan
asam
nalidiksat.
Pefloksasin
adalah
Flurokuinolon yang absorpsinya paling baik dan masa paruh eliminasinya paling
panjang. Bioavailabilitasnya pada pemberian peroral sama dengan pemberian
parenteral. Penyerapan Siproflaksin dan Flurokiunolon lainnya akan terhambat bila
diberikan bersama Antasida. Sifat Flurokuinolon yang menguntungkan ialah bahwa
golongan obat ini mampu mencapai kadar tinggi dalam prostat, dan cairan
serebrospinalis bila ada Meningitis, Sifat lainnya yang mengunutngkan adalah masa
paruh eliminasinya panjang sehingga obat cukup diberikan 2 kali dalam sehari.
Indikasi
Asam Nalidiksat hanya digunakan sebagai antiseptik saluran Kemih,
sedangkan Flurokuinolon digunakan untuk indikasi yang jauh lebih luas, antara lain :
29
parenteral untuk pengobatan infeksi berat pada kulit atau jaringan lunak.
Antiseptik Saluran Urin
Infeksi saluran kemih (paling sistitis dan pielonefritis akut tanpa komplikasi)
pada perempuan usia subur, pada manula adalah salah satu masalah yang sering
ditemukan. Escherichia coli, Staphylococcus saprophyticus, Klebsiela pneumonia dan
Proteus mirabilis merupakan bakteri-bakteri yang sering menyebabkan infeksi
saluran kemih. Infeksi salura kemih dapat diobati dengan salah satu dari kelompok
obat yang disebut antiseptik salura kemih termasuk methenamin dan nitrofurantoin.
Metenamin
Metenamin atau heksamin adalah heksametilentetramin. Dalam suasana asam,
30
Efek Antimikroba
Metenamin aktif terhadap berbagai jenis mikroba. Kuman gram negative
umumnya dapat dihambat dengan metenamin, kecuali Proteus karena kuman dapat
mengubah urea menjadi amonium hidroksida yang menaikkan pH sehingga
menghambat perubahan metenamin menjadi formaldehid. Karena tidak terjadi
resistensi kuman terhadap formaldehid, efektivitas metenamin tetap baik.
Obat ini digunakan untuk profilaksis terhadap infeksi saluran kemih brulang,
khususnya bila ada residu kemih. Metenamin tidak di indikasikan untuk infeksi akut
saluran kemih.
Mekanisme kerja
Untuk dapat bereaksi, metenamin harus terurai pada suatu Ph asam yaitu ph 5
atau kurang dalam urine, sehingga menghasilkan formaldehida yang toksik bagi
kebanyakan bakteri. Reaksi tersebut berjalan lambat, memerlukan waktu 3 jam untuk
mencapai 90 % per uraian. Metenamin tidak boleh diberikan pada penderita-penderita
yang sedang dipasang kateter (induelline chaterheters). Resistensi bakteri terhadap
formaldehida tidak terjadi.
Metenamin terutama digunakan untuk terapi suvresif kronik. Bakteri yang
memecahkan urea yang menyebabkan urine alkaline, seperti proteus biasanya resisten
terhadap kerja metenamin. Metenamin digunakan untuk mengobati infeksi saluran
kemih tetapi tidak efektif terhadap infeksi saluran kemih atas.
Farmakokinetik
Metenamin diberikan per oral. Selain formaldehida, ion amonium juga
dihasilkan dalam kandung kemih. Karena hepar dengan cepat memetabolisme
amoniak untuk membentuk urea, metenamin dikontraindikasikan pada penderita-
31
penderita dengan insufisisensi hati dengan kadar amonium dakam sirkulasi yang
meningkat
akan
bersifat
toksik terhadap
sistem saraf
pusat.
Metenamin
32
Efek samping ini meliputi mual, muntah dan diare. Bentuk makrokristal
ditoleransi lebih baik. Minum obat bersama makanan atau susu akan
2
33
Mutasi spontan DNA : hasil mutasi mungkin menetap, dapat dikoreksi, atau
dapat bersifat letal terhadap sel. Namun demikian, bila sel tersebut dapat hidup,
sel tersebut mungkin bereplikasi dan mentransmiisikan sifat-sifat pada sel
anaknya sehingga timbul strain yang resisten, yang mungkin berproliferasi pada
keadaan tekanan selektif tertentu. Sebagai contoh : adalah munculnya strain
Mycobacterium tuberculosis yang resisiten terhadap rifampin digunakan secara
tunggal.
Mutasi obat karena transfer DNA : salah satu perhatian dalam masalah di klinik
yaitu resisten yang disebabkan transfer DNA dari satu organisme ke organisme
lain. ciri-ciri resistensi biasanya ditandai dalam faktor R ekstrakromosomal.
Faktor-faktor ini akan masuk ke dalam sel melalui proses seperti transduksi,
transformasi, atau yang lebih penting yaitu penggabungan bakteri.
terhadap trimetoprim
Menurunnya akumulasi : menurunnya penetrasi antibiotika dapat melindungi
organisme karena obat tersebut tidak mampu mendapatkan jalan ke tempat target
yang disebabkan adanya sistem efluks yang memompa obat keluar (tetrasiklin,
primakuin).
Inaktivasi oleh enzim : kemampuan menghancuran atau menginaktifkan
antimikroba juga dapat menimbulkan resistensi. Misalnya beta laktamase
34
bekerja dengan menghambat sintesis enzim maupun bahan esensial untuk sintesis dan
atau fungsi asam nukleat. Berdasarkan mekanisme cara kerja obat , zat yang berguna
pada tumor kepala leher dibagi sebagai berikut :
1. Antimetabolit, Obat ini menghambat biosintesis purin atau pirimidin. Sebagai
contoh MTX, menghambat pembentukan folat tereduksi, yang dibutuhkan
untuk sintesis timidin.
2. Obat yang mengganggu struktur atau fungsi molekul DNA. Zat pengalkil
seperti CTX ( Cyclophosphamide) mengubah struktur DNA, dengan demikian
menahan replikasi sel. Di lain pihak, antibiotika seperti dactinomycin dan
doxorubicin mengikat dan menyelip diantara rangkaian nukleotid molekul
DNA dan dengan demikian menghambat produksi mRNA.
35
36
2. Memperkuat sel-sel jaringan sekitar sel kanker dengan tanaman obat yang
bersifat:
3. Anti Toxic: membersihkan racun-racun yang dihasilkan oleh sel kanker
maupun akibat rusaknya jaringan yang diserang kanker
4. Hemostatik; menghambat pendarahan akibat rusaknya pembuluh darah karena
serangan kanker
5. Anti Inflamasi; menghilangkan peradangan dan pembengkakan sehingga
fungsi-fungsi organ/jaringan dapat efektif.
Berikut kami tampilkan beberapa pengobatan dan kesaksian keberhasilan dari
pengguna ramuan-ramuan dari Roemah Obat Alami dalam mengatasi penyakit
Kanker/Tumor.
Berdasarkan konsep tersebut diatas telah meramu tanaman-tanaman obat yang
terdiri dari berbagai jenis tanaman obat yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut
diatas, dan yang memang mempunyai efek farmakologis sebagai: anti kanker, anti
peradangan, hemostatik, anti toxic, anti inflamasi dan antibiotic.
Untuk menghindarkan perebusan yang dapat menyebabkan hilangnya zat aktif
dalam ramuan, dan merupakan suatu inovasi terbaru dalam dunia pengobatan
tanaman obat/herbal serta untuk lebih mempermudah pemakaiannya,
ramuan
tersebut dikemas dalam kemasan TEH CELUP, dengan dosis yang terukur tepat
hingga
menghasilkan
kinerja
obat
yang
maximal
dan
aman.
Ramuan Obat Herbal yang dipergunakan untuk mengatasi berbagai jenis penyakit
kanker/tumor dan secara empiris terbukti telah dapat mengatasi penyakit-penyakit
tersebut adalah :
1
37
metabolit
yaitu
alkaloid,
38
1.
2.
3.
4.
5.
Sederhana
Cepat
Dirancang untuk peralatan minimal
Bersifat selektif untuk golongan senyawa yang dipelajari
Bersifat semi kuantitatif sebegitu jauh dapat diketahui batas terendah dari
golongansenyawa yang dipelajari
Dapat memberikan keterangan tambahan ada atau tidaknya senyawa tertentu
darigolongan senyawa yang dipelajari. Adapun hingga saat ini prosedur yang banyak
dipublikasikan memenuhi kriteria (a)sampai dengan (d) dan sangat sedikit memenuhi
kriteria (e) sampai dengan (f) (Fransworth, 1966). Skrining fitokimia ini dilakukan
dengan dua macam uji, yaitu uji tabung dan uji kromatografi. Uji tabung digunakan
sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui macamsenyawa yang terdapat dalam
serbuk tumbuhan yang belum diketahui. Sedangkan uji kromatografi digunakan
sebagai penegas jenis senyawa dari uji tabung yang dilakukan sebelumnya. Dalam
praktikum ini uji kromatografi dilakukan dengan Kromatografi LapisTipis (KLT).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah
1. Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacammacam jemis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R)
benzilpenisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur
cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943).
39
aeruginosa.
Streptomisin
aktif
teradap
mycobacterium
40
3.2 Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar dalam pembuatan tugas selanjutnya
dapat lebih baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini.
41